NovelToon NovelToon

BUKAN SALAH BUNDA

BAB 1. TRAGEDI

"Sah. Sah. Sah." Riuh suara hadirin di Masjid kala pengantin pria baru saja lancar melafalkan ijab qabul dalam satu tarikan nafas.

Hubungan keduanya berawal dari guru dan murid sebuah lembaga bimbingan dakwah di kota Hujan. Hari ini tepat satu tahun mereka berkenalan hingga berujung ke pelaminan.

Meski sering bertemu di lembaga, akan tetapi keduanya jarang terlibat komunikasi intens selain topik pembahasan soal pendalaman ajaran yang diyakini.

"Assalamualaikum!" seru perwakilan rombongan pengantin pria kala memasuki teras kediaman mempelai wanita.

"Wa 'alaikumussalam." Tak kalah riuh sahutan dari para pendamping pengantin wanita saat menyambut kedatangan suami Malya.

Alunan maulid bersambut sholawat menjadi backsound pengiring saat pasangan halal ini akan memulai prosesi doa. Kecanggungan kembali melingkupi mereka kala harus saling menatap wajah dan bersentuhan untuk pertama kalinya.

"Tahan pak ustad, tahan." Suara seorang gadis menggoda kala Sulaiman didorong Tigor agar maju melangkah.

"Pak ustad, itu, Pak Ustad ... Malya malu-malu." Lagi, suara kawan Malya menirukan slogan viral dari sebuah medsos.

Riuh suara hadirin membuat keduanya sekilas bersitatap, saling melemparkan senyuman lalu kembali menunduk sebab rikuh menjadi pusat perhatian begitu banyak pasang mata terlebih celotehan dari para penggoda.

"Ayo, bacakan doa kebaikan agar Malya dapat segera menyambut dengan salim," ujar ibu mertua Sulaiman.

Sang Ustad mengangguk samar atas titah ibu mertuanya. Keduanya lalu saling berhadapan.

"Ciyyee....!" Saat uluran tangan Sulaiman menggantung di udara. Tampak ragu saat akan menyentuh sisi kanan kepala Malya.

Doa kebaikan meluncur syahdu sebab suara Sulaiman mendadak parau, dia bersyukur kini telah menyempurnakan separuh agamanya.

"Aamiin." Malya mengamini seraya meraih tangan kanan suaminya lalu Sulaiman membubuhkan kecupan kecil di dahi.

Sorak bahagia hadirin menyaksikan pasangan pengantin yang masih malu-malu. Prosesi acara lalu dilanjutkan hingga malam hari sesuai kebiasaan adat setempat.

"Alhamdulillah, semua cita-cita di dunia telah tercapai. Jikalau Allah putuskan kontrak usiaku saat ini, in sya Allah ikhlas," kata Sulaiman saat keriuhan pesta telah berakhir dan keduanya telah berada di dalam kamar.

Malya mengernyitkan dahi. "Kok, Mas ngomongnya begitu? baru ikrar loh belum dilaksanakan segala kewajiban juga pemenuhan hakku," kata Malya tersenyum manis menyiratkan sesuatu pada suaminya.

Sulaiman membalas dengan kekehan, paham maksud istrinya. Dia lalu memandang Malya lekat nan lama, seakan ingin menyimpan wajah ayu wanita yang duduk di hadapan dalam memori.

"Mas, kok ngeliatinnya begitu. Sendu amat, aku gak kemana-mana loh," seloroh Malya, mendekati Sulaiman yang duduk di sisi ranjang.

"Pengen liat kamu aja, takut susah lagi ngingetnya nanti," balas sang ustad.

"Dari tadi ngomongnya gitu mulu ish, in sya Allah panjang jodoh hattal Jannah, aamiin," balas wanita ayu seraya menautkan genggaman jemari.

"Aamiin. Al, jika nanti aku berpulang lebih dulu, kamu boleh menikah lagi setelah iddah ya. Jangan terpuruk pada kesedihan terlalu lama, hati-hati nanti disisipi setan," pesan Sulaiman lagi.

"Mas, apaan sih dari tadi. Ini hari pernikahan kita loh," sungut Malya menatap lekat manik mata yang jua tak surut memandangnya.

Malam pertama dilalui pasangan halal hanya dengan saling menatap dan memeluk. Lusa nanti, Malya akan meninggalkan kota Hujan menuju Jakarta untuk menggelar syukuran ngunduh mantu di kediaman Sulaiman.

...***...

Tibalah hari manakala rombongan keluarga Malya akan berangkat menuju kediaman besan untuk menggelar acara kedua.

Karena Malya akan menetap di Jakarta, maka pasangan pengantin memutuskan untuk menempuh perjalanan menggunakan motor matic milik sang wanita. Rencana ini di tentang orang tua keduanya, akan tetapi mereka berkilah ingin merasakan melakukan perjalanan jauh pertama kalinya sebagai pasangan halal.

"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut pokoknya. Kalau kalian pake motor, ya sudah kita juga urung masuk tol," ujar ayah Malya.

Pesan tersebut diangguki keduanya, bahkan ibu Sulaiman tak henti menelpon sang anak agar berhati-hati saat akan pulang nanti. Iringan pun perlahan melaju meninggalkan kediaman Malya.

...*...

Sementara di tempat lain, saat yang sama.

Brakk. Brakk. Suara pintu apartemen di tendang paksa oleh seorang pria.

Biantara bergegas masuk ke dalam hunian dan memeriksa satu per satu kamarnya.

"MARIA!!" seru Bian saat memergoki wanitanya sedang bercumbu dengan seorang pria.

"Hey!!" seru pria asing, terkejut. Wajahnya pias antara malu dan emosi privasinya diganggu.

Netra elang itu menatap mereka tajam, nafas Bian memburu sebab dadanya turun naik dengan cepat, pahatan wajah sempurna kini merah padam hingga terdengar gemerutuk gigi.

Tangan pria maskulin pun mengepal di samping jas, meremat sampai urat tangan juga lehernya terlihat jelas. Sungguh membuat bergidik ngeri siapapun yang melihatnya.

"Bi, Bi-an! a-aku bisa jelaskan. A-kan a-aku jelaskan," ucap Maria Selena terbata, beringsut ketakutan.

"Bian? who's that?" tanya si pria asing.

Bugh. Bugh. Bian menghajar partner hura-hura Maria hingga pria itu tersungkur, lalu menarik paksa tunangannya keluar dari sana.

"Lepas, lepas!! sakit, sakit!!" teriak Maria berusaha melepaskan cekalan di pergelangan tangan akibat ditarik Biantara.

"Kurang apa aku padamu!!" kata Bian tak kalah lantang saat mereka menaiki lift.

"Kau pendusta! pengulur waktu!! aku lelah bila harus menunggu restu nenekmu itu!!" sentak Maria.

Gadis seksi pun menangis, mendekati Bian sejatinya hanya kepuraan sebab lelaki itu sangat memujanya dengan memberikan banyak fasilitas luxury.

Namun seiring waktu, Maria mengikuti kata hati hingga rasa cinta muncul untuk sang pria meski terganjal restu Beatrice, nenek Bian yang di segani.

Ting. Lift tiba di basement.

"Air mata buaya, ckckck aku benar-benar tertipu selama ini! ayo ikut aku, akan ku buktikan padamu bahwa memang berniat menikahimu!!" ucap Bian, kembali menarik paksa kala pintu lift terbuka, berjalan cepat menuju mobil.

"Gak mungkin! kamu bilang tak akan menikah sampai restu Beatrice turun," sanggah Maria.

"Masuk!!" Bian membuka pintu samping kiri dan mendorong Maria masuk kedalamnya.

Apa yang dilakukan sang CEO tak luput dari pengawasan mata seseorang di sudut sana. Dia yang menunggu momen ini sejak dulu. Mengharap wanita itu lepas dari aksi pehape Bian dan melihat dirinya.

Toyota FT86 Hitam metalik perlahan keluar dari basement, meluncur cepat membelah jalanan Jakarta yang sedikit lengang. Bian diliputi nafsu, dia mulai ugal-ugalan.

"Bian, jangan gila! aku belum mau mati," pekik Maria panik saat mobil yang dikemudikan Biantara meliuk, menyalip banyak kendaraan lain dengan manuver tajam.

"Bian! Bian! oke aku dengarkan kamu, kita bicara baik-baik," bujuk Maria kian ketakutan sebab Bian tak merespon.

Tatapan Biantara tajam ke arah depan, tak berkedip sedikit pun. Hatinya kini teramat sakit dikhianati Maria meski bukan pertama kali.

"Bian. Awas, Biaaaannn!" teriak Maria berkali.

"Jangan berisik! jika aku tak bisa memilikimu maka orang lain pun tidak akan!" gumam sang CEO perusahaan retail, menoleh pada Maria.

"Awas!!!" Maria menarik kemudi menghindari sebuah lubang di tengah jalan.

"Lepas!!" Bian mendorong wanitanya hingga membentur kaca pintu kiri.

Bugh. "Awh!" pekik Maria menahan sakit benturan di kepala.

Saat keduanya lengah, Biantara tak melihat bahwa ada motor melaju dengan kecepatan sedang, masuk ke ruas jalan dari arah pertigaan sebelah kiri. Benturan keras pun tak dapat terhindar.

"Awasss. Tidaakk!!!!!" teriak Maria.

Brak. Sraaak. Dhuarr.

Motor yang ditumpangi Malya dan Sulaiman ditabrak mobil Bian yang melaju dengan kecepatan tinggi, menyeret kendaraan roda dua itu sepanjang lima puluh meter sebelum terpelanting sehingga tubuh mereka teronggok tak bergerak di sisi jalan.

Sementara kondisi di dalam mobil, Biantara tak sadarkan diri akibat membentur airbag, kaca bagian kiri retak sedangkan Maria, kepalanya terluka parah sebab mengeluarkan banyak darah.

Situasi jalan alternatif ini memang sedikit sepi. Seorang pria tiba-tiba menghentikan mobilnya di lokasi tersebut, tergopoh menghampiri pengendara wanita yang terlempar.

"Oh God, apa artinya ini? inikah jalanku?" gumam seorang pria.

Betapa dia terkejut melihat kondisi keseluruhan si korban. Akal jahat pun menyelinap begitu saja. Dia lalu mengeksekusi rencana secepat kilat sebelum warga datang.

.

.

..._________________...

BAB 2. KEHILANGAN

Suara benturan keras memancing reaksi warga mendekat. "Ada kecelakaan, tolooong!" seseorang berteriak memanggil penduduk sekitar.

Evakuasi segera dilakukan, warga pun menelpon ambulance. Namun, saat petugas kepolisian datang, tak ada yang dapat memberikan keterangan pasti terkait laka lantas di kawasan tersebut.

Pihak berwajib menelusuri identitas korban kemudian menghubungi para keluarga. Beatrice yang mendengar kabar ini langsung meminta agar Biantara di pindahkan ke rumah sakit elite, pun dengan wanita yang bersamanya di dalam mobil.

"Halo, Chris. Bagaimana cucuku? Bian tidak terluka parah, kan?" cemas pendiri Cakra Corp, Beatrice Akra.

"Tuan muda cedera ringan, tetapi Nona Maria lumayan parah. Juga satu korban pengendara motor kritis, Nyonya besar," beber Chris, sang asisten Bian.

"Maria lagi! dasar wanita pembawa sial! jaga reputasi Bian dan urus keduanya. Jangan lupa, berikan santunan bagi korban pengendara motor itu. Aku gak mau Cakra Corp terlibat skandal," titah Beatrice pada sekretaris Bian.

"Baik, Nyonya," jawab Chris, sigap menjalankan semua prosedur.

Jika keluarga Cakra begitu cepat mengambil tindakan, lain hal dengan keluarga Malya dan Sulaiman. Mereka masih dalam perjalanan pun dibuat panik hingga harus memutar arah menuju rumah sakit tempat evakuasi.

Ibu Malya langsung menyerbu IGD ingin melihat kondisi anaknya tetapi dia tak menemukan dimana sang putri berada. Hanya Sulaiman di sana tak sadarkan diri tengah mendapat tindakan pertolongan pertama.

"Mana putriku, Suster, Dokter? mengapa hanya ada suaminya?" tanya Ibu Malya histeris di meja informasi.

"Hanya ada satu pengendara motor yang di evakuasi, Bu. Satu-satunya korban wanita sudah dibawa ke rumah sakit lain tetapi beliau terluka di dalam mobil bersama pasangannya," ungkap suster di IGD.

"Siapa namanya?" desak ibu Malya.

"Maaf, identitas korban dirahasiakan. Silakan hubungi pihak berwajib untuk kasus ini," saran Suster jaga kemudian.

Keluarga Malya saling pandang, kemana putri mereka. Keadaan kian panik, ayah Malya lalu nekad menyusuri lokasi laka lantas dan ingin meminta keterangan warga sekitar di sana. Sementara sang ibu, mencari petugas kepolisian untuk mendapatkan keterangan korban.

Satu jam berikutnya.

Orang tua Sulaiman tiba di rumah sakit. Menandatangani berbagai dokumen agar putranya mendapatkan tindakan lanjutan. Mereka juga emosi sebab Malya tak bersama Iman, hingga spekulasi mencuat memperuncing suasana genting.

"Jangan-jangan Malya kabur, setelah mengetahui bahwa Sulaiman pria biasa saja. Dari awal aku ragu sebab Malya terbiasa hidup enak dan manja," tuduh ibu Sulaiman pada keluarga Malya.

"Malya bukan anak manja dan matre. Jika Iman terluka parah, tentu akan sama dengannya. Aku juga sedang mencari kemana perginya putriku!" seru ibu Malya membela sang anak. Dia merasakan sesak menyergap jantung tetapi ditahannya.

Kisruh antar keluarga pun kian panas kala dokter mengatakan bahwa kondisi Sulaiman kritis sementara ayah Malya tak menemukan apapun di lokasi kejadian.

Tak banyak yang dapat mereka lakukan selain menunggu dan terus mencari saksi untuk merunut kejadian tersebut. Hingga keesokan pagi, kabar duka pun datang. Sulaiman dinyatakan meninggal dunia tepat pukul delapan pagi.

"Enggak! Man, Iman, jangan tinggalin ibu!" tangis Ibu Sulaiman memecah ruangan saat kain putih menutup jenazah putranya.

"Man, ya Allah, kemana Malya? Iman tahu kan, Malya gak bakalan ninggalin Iman gitu aja. Bangun, Man! cari Malya! Bangun!!" sang mertua, menepuk lengan menantunya yang terbujur kaku berkali-kali dengan wajah bersimbah air mata.

Tatapan kebencian disematkan oleh sang besan kepada ibu Malya. Dia membawa jenazah putranya kembali ke rumah yang sejatinya hari ini adalah syukuran pernikahan kini berganti menjadi upacara kematian.

"Aku gak terima! pokoknya Malya harus dapat ganjaran lebih pedih dari apa yang dialami putraku!" seru ibu Sulaiman saat peti jenazah memasuki ambulan.

Ibu Malya memegang dada kiri, sakit jantungnya kumat sehingga sang suami melarikan istrinya ke IGD. Lelaki renta itu kian bingung, satu sisi mereka sedih tak di izinkan mengikuti prosesi pemakaman menantunya. Di lain hal, limbung harus kemana mencari sang putri ditambah kondisi kritis menyergap belahan jiwa.

...***...

Di rumah sakit lainnya.

Beatrice mengunjungi cucu emasnya segera setelah proses pemindahan. Biantara telah menjalani serangkaian proses pemeriksaan lanjutan akan tetapi belum sadarkan diri. Sementara Maria, sedang menjalani operasi sebab salah satu kakinya retak, lengan kanan terkilir dan sejumlah luka lain.

"Dimana Maria?" tanya Nyonya besar Cakra pada Chris.

"Masih di ruang operasi, Nyonya. Paman beliau mengatakan akan membayar semua biaya pengobatan tetapi enggan terlibat lagi dengan segala sikap urakan Nona Maria," ungkap sang Asisten.

"Bahkan keluarganya saja sudah tak peduli. Keistimewaan apa yang dia miliki sampai Bian begitu mempertahankan wanita itu, selain wajah dan tubuhnya yang seksi," ujar sang petinggi Cakra Corp, tak habis pikir.

Chris hanya diam. Dia ingin mengutarakan satu kejanggalan pada Beatrice, saat suster memberikan semua barang milik wanita yang ditemukan dalam mobil pimpinan. Namun, urung sebab merasa ini bukan waktu yang tepat.

Dua hari berikutnya, suatu malam.

Kamar Maria yang hanya dijaga oleh satu orang maid dengan mudah disisipi seseorang kala penjaga itu telah terlelap.

Wanita yang baru siuman beberapa jam di atas brangkar, masih mencerna situasi. Sejak dia sadar, seseorang selalu memanggilnya dengan sebutan Maria. Ingin rasanya mengoreksi panggilan tapi apa daya tenggorokan terlalu kering, sekujur tubuh sakit dan lemah seakan tiada sisa tenaga.

"Siapa di sana, siapa itu? penjahat kah? tolong, tolong," batinnya.

"Assalamualaikum, aku hanya akan datang satu kali dan memperingatkanmu. Dengar baik-baik apa yang aku katakan," ucap suara seorang pria dengan suara khas yang serak dan berat.

Degh.

"Wa 'alaikumsalam." Malya memicingkan mata, berusaha mengenali detail wajah dengan mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali.

"Sekarang namamu adalah Maria, keponakan Matthew yang memiliki usaha jasa kiriman kargo. Single berusia 25 tahun, tunangan Biantara Cakra, pimpinan perusahaan retail ternama. Hubungan kalian telah memasuki tahun kedua dan akan melangsungkan pernikahan."

"Suamimu meninggal dalam kecelakaan kemarin. Kamu sekarang telah masuk masa Iddah. Selama kurun waktu ini, aku akan membantu agar Bian tak menikahimu."

"Jangan membuat sikap penolakan atau mencurigakan. Ingat ayahmu? kini terserang stroke akibat tekanan keluarga Sulaiman yang menuduh putrinya melarikan diri, beliau tidak lagi bekerja sehingga tak mampu membeli obat jantung ibu dan membayar tagihan pinjaman saat kamu kuliah dulu juga untuk operasi adikmu yang telah tiada."

"Untuk informasi selanjutnya, aku akan mengirimkan pesan via penghubung, segala sikapmu akan aku awasi. Mau tak mau kau harus ikuti aku sebab kini semua harapan hidup keluargamu ada padaku."

"Jangan sampai identitasmu terbongkar atau kau akan masuk penjara dan siksaan fisikmu lebih pedih sebab tuduhan pemalsuan kematian juga jati diri, sementara kedua orang tuamu meninggal perlahan tanpa bisa kau tahu kondisi mereka lagi, pikirkan baik-baik."

Wanita di atas brangkar hanya diam meski dadanya bergemuruh, lelehan air mata tak lagi terbendung mendengar semuanya. Suami yang baru menikahinya dan dia cintai meninggal, tak dapat melihat wajah tampan Sulaiman untuk terakhir kali sementara dia selamat dan terjebak dalam situasi rumit.

Pria asing di samping seakan tak peduli rasa hatinya. Dia berbalik badan, melangkah beberapa jengkal tetapi urung dan kembali ke sisi brangkar.

"Maria dan Bian, ditemukan terluka di dalam mobil, selanjutnya kamu simpulkan sendiri," ujar sang pria, melenggang pergi setelah memberikan fakta nan mengiris nurani.

"Apa maksudnya? apakah lelaki bernama Bian yang menabrak kami?"

"Apa aku telah dinyatakan meninggal? atau hilang?"

.

.

...____________________...

BAB 3. MIRIP

Setelah kepergian pria misterius, Malya menangis dalam diam. Suara isakan itu tak terdengar sebab pedihnya hati tersayat. Rasa sakit yang mendera tubuh bahkan terasa berpuluh kali lebih nyeri dari sebelumnya.

"Mas Iman, maafkan aku. Istri macam apa yang tak ada di sisi untuk melihatmu terakhir kali. Ayah, ibu, apa yang harus Malya lakukan kini?"

"Mengapa tak kau cabut juga nyawaku ya Robb. Aku gak sanggup hidup tanpa orang yang ku kasihi." Sesal Malya.

...*...

Sudah satu pekan berlalu sejak keterangan singkat yang di berikan pria itu. Tidak ada yang menjenguknya di kamar ini selain satu orang maid, membuat Malya terheran.

Malya sudah dapat bergerak sedikit demi sedikit dan menekan tombol untuk mengatur ketinggian tempat tidurnya agar nyaman.

"Semua yang ada di kamar ini memakai fasilitas mewah tapi sepertinya dia wanita kesepian. Bahkan keluarga dan tunangannya pun tak kunjung datang. Sosok seperti apa Maria ini."

"Apakah wajahku sama dengannya? astaghfirullah, hijabku, aku tak memakainya. Bagaimana caraku meminta tolong pada maid?" Malya membatin.

Malya memutar otak, dia lalu menemukan sebuah cara agar tak mengundang curiga. Perlahan, tangan kiri yang terpasang infus terangkat ke udara.

Maid melihat isyarat sang nona muda, dia lalu menghampiri majikannya. "Ya Nona, Anda butuh sesuatu?" tanya gadis manis berseragam pelayan.

Malya menggerakkan bibirnya pelan membuat gadis itu menunduk mendekat. "Tolong bawakan pashmina untuk menutup rambutku, juga baju berlengan panjang. Apa kini wajahku buruk? aku ingin melihat cermin dan fotoku sebelum kecelakaan," bisik Malya sangat lirih.

Gadis berseragam pelayan terheran, Maria selalu ingin terlihat seksi tapi mengapa kini sebaliknya. Apakah benturan di kepala membuat otaknya bergeser, pikir maid meski dia melakukan semua yang nona mudanya minta.

Beberapa menit selanjutnya.

Apa yang diinginkan Malya dipenuhi. Dia lega tak terlalu lama menyadari bahwa aurat telah terbuka. Jantungnya berdebar kencang manakala melihat cermin juga foto lama Maria. Retina cantik itu membelalak tak percaya, bibir sensualnya pun sedikit menganga.

"Innalilahi, mirip. Dia mempunyai rambut bergelombang dan aku lurus, bola matanya coklat terang tapi aku lebih gelap. Tahi lalat kecil nan samar di cuping hidung dan aku di ujung bibir meski tak jelas terlihat, alisnya tebal sepertiku dan terawat rapi," gumam Malya meneliti setiap jengkal wajah Maria.

"Nona masih cantik kok meski ada luka di kepala. Tuan Bian, baru pulih. Beliau akan mengunjungi Anda besok pagi," ujar maid tersenyum melihat majikan mudanya seakan menyamakan wajah saat ini dengan foto yang dia pegang.

Degh.

Malya memilih diam, besok dia akan berhadapan dengan lelaki yang merenggut nyawa sang suami. Entah bagaimana dia akan bersikap nanti. Apakah hatinya akan teguh atau justru sebaliknya.

Keesokan pagi, di kamar perawatan sang pewaris klan Cakra.

Pimpinan perusahaan retail itu sudah sedikit lebih baik meski terdapat dua luka jahitan di pelipis dan lengan kirinya masih memakai gips. Bian ingin melihat Maria.

"Chris, antar aku ke kamar Maria, apakah dia sudah lebih baik?" tanya Biantara saat perlahan turun dari brangkar.

"Salah satu kaki beliau retak, kepalanya terkena benturan dan lengan kanan terkilir. Dokter belum melaporkan detail hasil pemeriksaan sebab Nona Maria masih sulit diajak berkomunikasi," beber sang asisten, seraya mendorong kursi roda pimpinan ke ruangan Maria.

Tok. Tok. Handle pintu itu dibuka dari luar. Malya menduga tunangan Maria datang menjenguk, dia memilih berpura tidur.

Terdengar bunyi langkah kaki mendekat juga percakapan singkat antara seorang laki-laki dan maid di dalam ruangan.

"Apa Maria sudah siuman?" tanya Bian pada penjaga.

"Sudah, Tuan. Akan tetapi masih sulit berkomunikasi dan mudah tertidur. Beliau hanya sesekali bangun jika suster memberikan obat saja," terang maid menjelaskan kondisi nona mudanya.

Bian mendekat ke sisi brangkar, melihat dari dekat wajah yang dia kira tunangannya itu. Cucu Beatrice seakan menyesal telah membuat Maria banyak mendapat luka.

"Sayang, maafkan aku ya. Setelah kau pulih, kita akan menikah dan mengumumkannya ke publik. Itukan yang kau mau?" bisik Bian.

Jantung Malya berdegup kencang, dadanya mendadak sesak akibat gulungan emosi nan bergemuruh tapi tak dapat dilampiaskan. Bola matanya bergerak cepat ke kanan dan kiri meski kelopak dengan bulu mata lentik itu tertutup rapat.

"Maria, aku tahu kau tidak tidur. Lihat aku, Sayang. Buka matamu sejenak," pinta Bian masih di sisi brangkar.

Malya bergeming, dia sedang dalam masa iddah dan kejadian ini sulit di hindari sebab keterbatasan juga bukan keinginannya. Yang dapat dia lakukan hanyalah berusaha maksimal menjaga pandangan juga cara bersikap nanti.

"Tolong hamba-Mu ya Allah. Bantu aku menjaga marwahku lagi," batin Malya.

Biantara lama berdiam diri di sana, mengamati setiap jengkal wajah Maria. Dia menemukan ada kejanggalan tetapi segera menepisnya dan mengatakan dalam hati bahwa Maria terbiasa memakai make-up. Wajar jika banyak bagian yang tersamarkan.

Hingga beberapa hari setelahnya pun, Malya tak pernah membuka mata bila Biantara mengunjunginya. Entah sampai kapan cara ini dapat dia lakukan.

Suatu pagi.

Pimpinan Cakra Corp bertemu dokter yang menangani Maria di kamar perawatan. Dia bertanya banyak hal tentang kemajuan kondisi pasien dan sikap tunangannya yang seakan apatis bila dirinya mendekat.

Dokter mengatakan akan dilakukan fisioterapi dalam mengatasi cedera. Mengenai sikap, ini berkaitan dengan kejiwaan dan trauma. Petugas medis menyarankan agar Bian mendatangkan seorang ahli kejiwaan untuk mengurangi dampak kecemasan dan masalah mental yang mungkin timbul.

Lelaki yang masih duduk di kursi roda itu mengangguk. Dia lalu meminta Chris mengatur semua yang terbaik untuk Maria.

"Sayang, aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan maaf darimu. Lekas sembuh ya agar aku dapat membuktikan segala niatanku," ujar Bian. Tak lama dia meninggalkan kamar tersebut sebab Beatrice akan berkunjung.

Seperti biasa, Malya hanya berpura. Setelah yakin Biantara telah keluar, wanita ayu berstatus janda kembang membuka sedikit kelopak matanya. Hatinya remuk, air mata mengucur deras dari sudut netra cantiknya.

"A-aku akan menikah dengan pria yang membunuh suamiku. A-aku juga harus melayaninya sebab kini berperan sebagai Maria. Ayah, Ibu, seseorang, tolong aku." Dia ingin kabur, lari dari semuanya akan tetapi tak berdaya.

Di koridor bangsal VVIP, dua pria terlibat percakapan serius.

"Bos, saya ingin menyampaikan sesuatu pada Anda," ujar sang asisten saat keluar dari ruangan Maria.

"Apa?" imbuh Biantara.

"Anda ingat tidak, pakaian yang dipakai terakhir kali oleh Nona Maria?" tanya Chris ingin memastikan sesuatu.

"Ingat, dia memakai dres hitam selutut dengan cutting leher sabrina. Rambutnya memakai hair piece yang aku belikan. Maria sangat cantik di hari pengkhianatan," kata Bian, dengan senyum getir. "Mengapa kau menanyakan hal ini, Chris?" imbuhnya.

"Hmmm, tak apa, Bos. Hanya ingin memastikan sesuatu. Jika semua data telah terkumpul akan saya serahkan pada Anda," balas sang asisten seakan menyiratkan sesuatu.

"Kau menyembunyikan sesuatu dariku, Chris?" desak Bian, saat akan mencapai kamar perawatannya kembali.

Sang asisten tampak menimbang. "Ini hanya kecurigaan saya yang tak mendasar, Bos," ujar Chris lagi.

"Tentang apa?" Bian kian penasaran. Dia lalu meminta Chris berdiri di depannya.

"Tunangan Anda, Nona Maria. Bos, saya tidak akan bicara jika tiada bukti konkrit, maaf," kata Chris, seraya sedikit mencondongkan badannya sebagai permintaan maaf.

Biantara mengangguk, asistennya itu memang tak pernah berspekulasi jika tiada bukti valid yang dia temukan.

"Clue?" cecar Bian memaksa.

"Pakaian beliau, ehm...," jawab Chris ragu.

Bian menatap tajam sang asisten. "Apa maksudmu?"

.

.

..._____________________...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!