NovelToon NovelToon

Dinikahi Om-Om Dingin

Bab 1 ~ Perjodohan Mendadak

"APAAA? Aku di jodoh kan?"

"Dengan siapa, pak? Kenapa mendadak begini?" teriak gadis cantik bermata biru yang baru menginjak usia 19 tahun.

Gadis yang bernama Claudia Putri itu pun langsung syok, saat mendengar dirinya akan di nikahkan dengan lelaki berumur yang tidak ia kenal.

"Dengan Pak Hermawan, nak. Bapak terpaksa melakukan ini, karena bapak tidak sanggup membayar hutang-hutang kita kepada nya."

"Bapak harap, kamu bisa menerima keputusan ini dengan lapang dada ya, nak!" jelas lelaki tua yang bernama Roy.

Claudia menghela nafas berat, lalu mengusap kasar wajah nya. Ia tampak frustasi atas perjodohan ini.

Gadis cantik itu tidak bisa membayangkan, bagaimana kehidupan yang akan di jalani nya nanti, dengan orang yang jelas-jelas tidak pernah ia temui sebelumnya.

"Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalau aku menolak, bapak pasti akan sedih. Tapi kalau aku terima, apakah aku akan sanggup hidup dengan laki-laki asing itu?" batin Claudia bingung.

Nama : Claudia Putri

Usia : 19 tahun

Nama : Hermawan

Usia : 49 tahun

Nama : Roy Alamsyah

Usia : 51 tahun

Melihat Claudia terdiam, Roy pun kembali membuka percakapan. Ia terus berusaha untuk membujuk anak satu-satunya itu untuk mau menikah dengan Hermawan. Lelaki dewasa yang tampan dan tajir melintir.

"Bagaimana, Clau? Apakah kamu setuju untuk menikah dengan nya?" tanya Roy dengan mimik wajah serius.

Claudia tidak langsung menjawab. Ia tetap membisu, sambil terus memikirkan perjodohan yang sama sekali tidak ia inginkan.

"Maaf, pak. Aku belum bisa memutuskan nya sekarang. Tolong beri aku sedikit waktu untuk memikirkan nya!" jawab Claudia lirih.

"Oke, bapak akan berikan waktu 2 hari. Dan kamu harus pikirkan baik-baik keputusan bapak ini, paham!" tegas Roy lalu bangkit dari kursi dan melangkah menuju kamar.

"Iya, pak," jawab Claudia pelan.

Sebelum masuk ke dalam kamar, Roy menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang, dan memandang ke arah Claudia dengan tatapan nanar .

"Maafkan bapak, Clau. Bapak terpaksa mengorbankan hidup mu, demi kelanjutan hidup kita."

Setelah kepergian Roy, Claudia pun juga ikut bangkit dari tempat duduk nya. Ia melangkah dengan gontai menuju kamar nya, yang bersebelahan dengan kamar Roy.

Sesudah mengunci pintu, Claudia pun menjatuhkan diri ke atas kasur dengan posisi telungkup. Gadis itu menumpahkan air mata yang sedari tadi ia tahan-tahan.

"Bu, Clau kangen! Clau ingin bertemu dengan ibu, hiks hiks hiks..."

Claudia menangis sesenggukan, lalu menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal. Gadis itu tiba-tiba teringat pada ibu kandung nya yang sudah tiada.

"Apa yang harus Clau lakukan sekarang, bu? Apakah Clau harus menerima perjodohan mendadak ini? Atau mungkin, Clau harus menolak nya?" gumam Claudia masih dengan isak tangis yang terdengar sangat memilukan.

Di saat hati dan pikiran nya sedang berkecamuk, tiba-tiba terdengar suara Roy dari luar kamar.

"CLAU, BAPAK PERGI DULU YA. ADA URUSAN BENTAR!" teriak Roy.

"IYA, PAK." pekik Claudia tanpa membuka pintu, dan melanjutkan tangis nya kembali.

Setelah lelah meratapi nasibnya selama satu jam, Claudia pun akhirnya tertidur pulas di atas kasur empuk nya.

🌺 Beralih ke Roy 🌺

Setelah keluar dari rumah, Roy menunggangi kendaraan roda dua nya menuju ke kediaman Hermawan. Setelah lima belas menit berkendara, ia pun tiba di depan pintu gerbang rumah mewah bertingkat dua milik calon menantu nya.

"Permisi, pak Hermawan nya ada?" tanya Roy kepada satpam yang bernama Anto 35 tahun, yang bertugas menjaga kediaman Hermawan.

"Ada pak, di dalam. Kalau boleh tau, bapak ini siapa ya? Ada perlu apa sama majikan saya?" tanya Anto.

"Nama saya Roy. Saya teman majikan kamu. Dan saya sudah ada janji dengan nya hari ini. Tolong kamu sampai pada pak Hermawan, saya sudah datang!" pinta Roy.

"Oh, oke. Bapak tunggu disini dulu ya, saya mau jumpai pak Hermawan dulu," balas Anto lalu melangkah pergi untuk menemui majikan nya.

"Oke," jawab Roy.

Tak lama kemudian, Anto pun kembali dan langsung membukakan pintu gerbang untuk Roy, sambil berucap...

"Silahkan masuk, pak Roy! Majikan saya sudah menunggu bapak di dalam," ujar Anton dengan ramah dan sopan.

"Oke, terima kasih," balas Roy sambil tersenyum lebar.

Setelah di persilahkan masuk, Roy pun kembali menjalankan motor nya sampai ke depan rumah Hermawan. Selesai memarkirkan motor, lelaki itu pun mengetuk-ngetuk pintu sambil mengucapkan salam.

Tok... Tok... Tok...

"Assalamualaikum," ucap Roy.

"Wa'laikum salam," jawab pembantu rumah tangga yang bernama Mbok Saripah 50 tahun, yang juga bekerja di rumah tersebut.

"Silahkan masuk, pak! Pak Hermawan sudah menunggu anda di ruang tamu," lanjut Saripah.

"Oke, terima kasih, Mbok."

Roy tersenyum lalu melangkah masuk menuju ruang tamu.

"Hai, bro! Apa kabar?" tanya Roy lalu memeluk tubuh kekar sahabat nya.

"Alhamdulillah, baik. Kamu apa kabar?" tanya Hermawan balik lalu membalas pelukan Roy.

"Alhamdulillah, aku juga baik. Jadi bagaimana tentang rencana kita? Apakah kamu mau menikahi putri ku?" tanya Roy sambil mendudukkan diri di sebelah Hermawan.

Hermawan langsung terdiam seketika. Ia tampak sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan sahabat nya tersebut.

"Apa kamu yakin, ingin menjodohkan anak gadis mu dengan ku?" tanya Hermawan.

"Ya, yakin lah. Aku lebih percaya kamu yang menjadi pendamping hidup anak ku, dari pada orang-orang nggak jelas di luaran sana," jawab Roy mantap.

"Kenapa kamu bisa seyakin itu?" tanya Hermawan dengan alis yang saling bertautan.

"Ya iya lah, kan nggak mungkin kamu tega menyakiti anak sahabat mu sendiri Ya kan, bener nggak?" balas Roy lalu menyalakan rokok dan menghisap nya perlahan.

"Hmmmm, bener juga sih." Hermawan manggut-manggut menanggapi perkataan Roy yang benar ada nya.

Sedang asyik berbincang, Mbok Saripah pun datang dengan membawa dua nampan, yang berisikan dua gelas kopi dan makanan ringan di tangan nya.

Sesudah menghidangkan bawaan nya ke atas meja, Mbok Saripah pun pamit undur diri dan berkata...

"Silahkan, pak! Saya pamit ke belakang dulu," ujar Mbok Saripah.

"Oke, terima kasih ya, Mbok," jawab Hermawan dan Roy bersamaan.

Setelah Mbok Saripah pergi, mereka berdua pun kembali melanjutkan perbincangan nya, sambil sesekali menyeruput kopi masing-masing.

"Her, tapi jangan bilang-bilang ke anak ku, kalau semua ini rencana ku ya!" pinta Roy.

Hermawan yang sedang menikmati kopi nya langsung menoleh dengan kening mengkerut.

"Loh, kok gitu? Emang kamu ngomong apa sama anak mu tentang perjodohan ini?" tanya Hermawan bingung.

Roy menghela nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan nya dengan kasar. Dengan tatapan menerawang, ia pun menjawab pertanyaan sahabat nya.

"Aku mengatakan pada anak ku, kalau aku memiliki hutang yang banyak dengan mu. Jadi, karena aku tidak sanggup untuk melunasi hutang itu, maka sebagai gantinya aku harus menyerahkan nya kepada mu untuk di jadikan istri," jelas Roy.

"Whaaaattt? Kamu ngomong gitu ke anak mu?" pekik Hermawan dengan mata membulat.

"Iya," jawab Roy lirih dan kembali menghisap rokok yang ada di tangan nya.

🌺Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya man teman, makasih 🌺

Bab 2 ~ Keputusan Hermawan

"Ya ampun, Roy! Kenapa harus bohong segala sih? Bikin masalah saja," gerutu Hermawan sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Ya... Habis mau gimana lagi? Kalau aku jujur, anak ku belum tentu mau menuruti keinginan ku. Jadi ya, terpaksa lah aku harus membohongi nya," tutur Roy.

"Hmmmm, iya juga sih," balas Hermawan membenarkan perkataan sahabat nya.

"Tapi, sampai kapan kita harus membohongi nya?" tanya Hermawan.

Roy terdiam sejenak. Ia memikirkan pertanyaan Hermawan yang mampu membuat nya pusing tujuh keliling. Setelah beberapa saat berpikir, ia pun menjawab...

"Sampai anak ku bisa mencintaimu sepenuh nya," jawab Roy.

"Loh, kok gitu? Itu sih pemaksaan nama nya. Kalau memang dia nggak mau menikah dengan ku, kenapa harus di paksa segala? Takut nya nanti dia depresi loh, gara-gara menikah dengan orang yang lebih dewasa seperti aku?" oceh Hermawan.

Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Roy, yang terlalu memaksakan kehendak nya kepada anak semata wayangnya tersebut.

"Nggak mungkin. Anak ku nggak mungkin depresi hanya karena menikah dengan lelaki dewasa seperti mu, percayalah!" balas Roy masih tetap kekeuh dengan keputusan nya.

Hermawan mengembuskan nafas kasar, lalu mengacak-acak rambut nya sendiri. Ia terlihat frustasi atas keinginan sahabat nya yang selalu saja memaksakan kehendaknya.

"Aku percayakan anakku pada mu, Her. Aku yakin, kamu pasti bisa menjaga nya. Dan aku juga yakin, kalian berdua pasti akan hidup bahagia selama nya." Roy merangkul pundak Hermawan dan tersenyum pada nya.

Hermawan hanya terdiam, ia tidak menjawab sepatah kata pun. Karena tidak ada respon dari sahabat nya, Roy pun kembali berceloteh.

"Kamu tidak usah khawatir, Her. Claudia itu anak yang baik dan juga penurut. Dia pasti akan menjadi istri yang baik untuk mu. Percayalah dengan kata-kata ku ini" jelas Roy masih terus berusaha meyakinkan Hermawan.

Lagi-lagi, Hermawan menghembuskan nafas kasar. Ia semakin bingung dengan keputusan yang menyangkut kehidupan nya kelak.

Setelah beberapa saat berpikir dan menimbang-nimbang, dengan berat hati akhirnya Hermawan pun memutuskan untuk menerima perjodohan itu.

"Oke lah, aku akan menuruti keinginan mu. Tapi ada syaratnya," ujar Hermawan.

Roy mengerutkan kening dan menatap wajah Hermawan dalam-dalam.

"Syarat? Syarat apaan sih? Kayak mau ngelamar kerja saja, pake acara syarat-syarat segala," gerutu Roy kesal.

Hermawan tersenyum miring melihat wajah masam Roy, yang terlihat lucu menurut pandangan nya.

"Udah, nggak usah ngedumel segala! Tinggal jawab saja, mau atau nggak? Kalau nggak ya sudah, nggak jadi nikah nya," ujar Hermawan santai.

"E e e e eh, jangan ngambek gitu dong! Masa udah bangkotan gini masih hobi ngambek sih? Bikin malu saja," ledek Roy.

Hermawan tidak menggubris ledekan sahabat resek nya. Ia masih saja memasang wajah jutek sambil mengisap rokok.

"Ya udah deh, aku ngalah aja, dari pada nggak jadi. Emang syaratnya apaan sih?" tanya Roy.

Hermawan langsung menoleh. Ia tersenyum miring melihat wajah Roy yang tampak sangat penasaran, dengan persyaratan yang akan ia ajukan.

"Syarat nya adalah, kalau dalam waktu satu tahun pernikahan, anak mu belum juga bisa menerima ku sebagai suami nya. Maka aku akan menceraikan nya, dan mengembalikan nya kepada mu. Gimana? Kamu setuju?" tanya Hermawan dengan wajah serius.

Mata Roy langsung terbelalak selebar-lebar ya. Ia tampak sangat terkejut mendengar penuturan Hermawan yang tidak masuk akal menurut nya.

"HAH, Gila kamu, Her! Masa semudah itu menceraikan anak ku? Yang bener aja dong!" umpat Roy kesal.

"Aku bukan gila, tapi aku juga tidak mau hidup bersama wanita yang sama sekali tidak mencintai ku."

"Aku tidak ingin menghabiskan sisa umur ku dengan orang yang tidak benar-benar menyayangi ku dari lubuk hati nya."

Roy kembali terdiam. Ia memandangi wajah Hermawan dengan tatapan yang sulit di jelaskan.

"Asal kamu ya, Roy. Aku juga ingin hidup bahagia dengan orang yang mau menerima ku apa ada nya, ngerti kan maksud ku?" jelas Hermawan panjang lebar.

"Iya, aku ngerti. Tapi kan..." ucapan Roy terpotong.

"Sudah lah, Roy! Jangan terlalu memaksa kan kehendak seperti itu. Lebih baik sekarang kamu pulang. Kamu tanya anak mu benar-benar. Mau atau tidak dia menikah dengan ku?"

"Kalau dia menolak, lebih baik tidak usah di paksakan lagi. Karena hubungan yang di awali dengan keterpaksaan, akan berakibat fatal nanti nya," tutur Hermawan.

"Hmmmm, bener juga sih. Oke lah, aku pulang sekarang. Aku akan tanyakan kembali pada nya tentang rencana kita ini." Roy mulai bangkit dari sofa, lalu menjabat tangan Hermawan dan kembali berkata...

"Oke, tapi ingat ya, jangan di paksa kalau dia tidak mau!" balas Hermawan dengan penuh peringatan.

"Iya iya, berisik banget sih!" jawab Roy sewot, lalu ia pun mulai melangkah kan kaki menuju pintu utama.

Hermawan mengekori dari belakang dan mengantar Roy sampai ke depan pintu. Setelah naik ke atas motor, Roy pun pamit sambil melambaikan tangan nya.

"Aku balek dulu ya, Her. Assalamualaikum," salam Roy.

"Ya, wa'laikum salam. Hati-hati di jalan," jawab Hermawan sambil membalas lambaian tangan sahabat nya.

Hermawan memandangi kepergian Roy dengan tatapan aneh. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan sahabat nya yang tidak pernah berubah sejak dahulu kala.

"Roy... Roy... Kamu memang tidak pernah berubah. Selalu saja memaksakan kehendak kepada orang lain," gumam Hermawan.

Setelah bayangan Roy hilang dari pandangan, Hermawan pun kembali masuk dan mengunci pintu. Ia merebahkan diri di atas sofa panjang lalu mengambil ponsel dari saku celana nya.

Lelaki itu tersenyum-senyum sendiri, saat memandangi foto Claudia yang di kirim oleh Roy beberapa hari yang lalu.

"Claudia Putri, kamu sangat cantik sekali. Jujur, sejak pertama kali melihat foto mu, aku sudah jatuh hati pada mu."

Hermawan mengelus-elus wajah gadis yang sudah berhasil membuat nya jatuh cinta. Ia terus saja tersenyum sambil menatap foto yang ada di layar ponsel nya.

"Claudia, aku berharap kau mau menerima perjodohan ini, dan menjadi pendamping hidup ku untuk selama nya," lanjut Hermawan penuh harap.

Hermawan mendekatkan ponsel itu ke bibir nya dan "cup," satu kecupan mesra pun mendarat di foto gadis berambut pirang tersebut.

Dengan hati berbunga-bunga yang bermekaran seperti taman kota, Hermawan pun mulai beranjak dari rebahan nya. Ia menapaki anak tangga untuk menuju ke lantai dua, tempat dimana kamar nya berada.

Sampai di kamar, lelaki itu pun merebahkan tubuh nya kembali dengan posisi telentang dan kaki yang menjuntai ke lantai. Ia menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang.

"Claudia, i love you..."

Hermawan bergumam dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibir tipis nya.

🌺 Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya man teman, makasih 🌺

Bab ~ 3 Menyetujui

Setibanya di depan rumah, Roy memarkirkan motor di atas teras dan masuk ke dalam rumah sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum," ucap nya.

"Wa'laikum salam," jawab Claudia dari dapur.

Roy menghampiri anak gadis nya yang sedang sibuk memasak, dan menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.

"Kamu masak apa, Clau?" tanya Roy basa-basi.

"Sambal ikan sarden sama tumis kangkung, pak," jawab Claudia.

"Waaahh, mantap juga tuh. Bapak jadi mendadak laper dengar nya, hehehehe!" balas Roy sambil mengelus-elus perut nya sendiri.

"Sabar, pak. Bentar lagi juga selesai kok," ujar Claudia.

"Hmmmm, oke lah. Bapak ke kamar dulu ya, mau mandi," pamit Roy lalu keluar dari dapur, dan masuk ke dalam kamar nya.

"Ya, pak." Claudia tersenyum lalu melanjutkan kegiatan masak nya kembali.

Setengah jam kemudian, Claudia pun sudah menyelesaikan pekerjaan nya. Ia menghidangkan masakan nya ke atas meja makan.

Tak lama berselang, Roy pun datang dengan wajah segar dan pakaian santai. Ia menarik kursi lalu menduduki nya.

Claudia menyiapkan piring dan sendok ke depan meja Roy, lalu meletakkan segelas air putih di sisi kiri bapak nya tersebut.

Mereka berdua pun mulai menyendokkan nasi dan lauk ke piring masing-masing, lalu menyantap nya dengan santai.

"Clau, bagaimana dengan pertanyaan ayah tadi siang? Apakah kau sudah memikirkan nya?" tanya Roy sambil mengunyah makanan di mulut nya.

"Nanti saja kita bahas masalah itu ya, pak. Nggak elok kalau makan sambil ngomong," jawab Claudia tanpa melihat lawan bicara nya.

"Hmmmm, baik lah." Roy menyetujui perkataan anak nya, dan melanjutkan kegiatan makan nya kembali.

Tak butuh waktu lama, acara makan malam pun selesai. Roy segera bangkit dari kursi dan berkata...

"Clau, bapak tunggu di sana ya!" ucap Roy sambil menunjuk ke arah ruang tamu.

"Iya, pak. Nanti aku kesana, aku mau bersihin ini dulu," jawab Claudia sembari membereskan sisa makan dan piring kotor, yang baru saja mereka gunakan.

"Oke," Roy melangkah menuju ruang tamu, dan duduk di atas kursi sambil menyalakan rokok.

Tak lama kemudian, Claudia pun datang dan duduk di kursi yang berada di sebelah bapak nya.

"Apa yang ingin bapak tanyakan dengan ku?" ucap Claudia membuka perbincangan.

"Masalah perjodohan mu dengan Hermawan. Gimana, kamu sudah bisa menjawab nya sekarang?" tanya Roy dengan nada sedikit memaksa.

Claudia menghela nafas panjang, lalu menatap manik mata bapak nya dengan wajah sendu. Dengan pertimbangan yang sangat matang, akhirnya Claudia dia pun mengangguk dan berucap...

"Iya, pak. Aku menerima perjodohan ini, agar kita bisa terbebas dari jeratan hutang yang sangat mencekik leher itu," tutur Claudia.

Mendengar perkataan anak gadis nya, wajah Roy yang tadi nya kendur pun langsung kencang seketika. Senyum kebahagiaan pun langsung terpancar dari bibir keriput nya.

"Beneran, Clau?" tanya Roy tidak percaya.

"Iya beneran, pak. Aku ikhlas di jodoh kan dengan om Hermawan," jawab Claudia mantap.

"Waaahh, terima kasih ya, Clau. Kamu memang putri bapak yang paling baik sedunia. Bapak bangga memiliki anak seperti mu," ucap Roy.

Lelaki tua itu merangkul pundak Claudia, dan mendaratkan kecupan hangat nya ke dahi gadis tersebut. Claudia hanya diam, ketika mendapat perlakuan seperti itu dari bapak sekaligus ibu bagi nya.

Dengan wajah berbinar-binar, Roy pun merogoh saku celana nya untuk mengambil ponsel. Setelah mendapatkan nya, ia pun mencari kontak Hermawan lalu menghubungi nya.

Tut tut tut...

Setelah panggilan tersambung, Roy pun langsung mengoceh panjang lebar kepada sahabat nya tersebut.

"Halo, assalamualaikum, Her," salam Roy.

"Wa'laikum salam, ada apa, Roy?" tanya Hermawan langsung to do point.

"Anak ku sudah menyetujui nya, Her. Dan besok, kamu sudah bisa datang ke sini untuk melamar nya," jawab Roy girang.

"Alhamdulillah... Oke, besok aku kesana!" jawab Hermawan dengan senyum mengembang.

"Oke, aku tunggu ya. Jangan sampai telat, assalamualaikum," ucap Roy mengakhiri panggilan nya.

"Ya, insya Allah aku pasti datang. Wa'laikum salam," balas Hermawan.

Setelah panggilan berakhir, Roy menyimpan ponsel nya kembali dan memegang kedua pipi Claudia. Ia memandangi wajah anak nya dengan tatapan penuh kebahagiaan.

"Kamu tidak usah takut, nak. Bapak yakin, Hermawan akan menjaga mu dengan baik. Dan yang paling penting, kamu akan hidup bahagia dengan nya. Percayalah sama bapak!" tutur Roy meyakinkan putri kesayangan nya.

Claudia menyeka air bening yang menggenang di pelupuk mata nya. Ia merasa sedih karena akan berpisah dengan lelaki tua yang bergelar bapak tersebut.

"Aaamiiiiinn... Mudah-mudahan saja, apa yang bapak ucapkan menjadi kenyataan," balas Claudia mengamini perkataan Roy.

Suasana haru menyelimuti hati mereka berdua. Roy memeluk tubuh putri nya dan kembali mendarat kan kecupan di kening nya.

Lelaki itu tampak sangat bahagia, karena impian nya untuk membahagiakan putri kesayangan nya itu, akhirnya terwujud juga.

Setelah beberapa saat saling bersuka cita, Roy pun mulai melepas pelukannya dan berkata...

"Ya udah, nggak usah sedih lagi. Sekarang, masuk lah ke kamar. Siapkan hati mu untuk menyambut kedatangan Hermawan besok," ucap Roy sambil membelai rambut pirang putri nya.

"Iya, pak."

Claudia mulai bangkit dari kursi dan melangkah menuju kamar pribadi nya. Begitu pula dengan Roy, setelah melihat putri nya masuk ke dalam kamar, ia pun segera berdiri dan masuk ke dalam kamar nya.

Sesudah mengunci pintu, Claudia pun naik ke atas kasur dan menyelimuti tubuh nya sampai sebatas bahu.

"Semoga saja ini adalah pilihan terbaik untuk hidup hamba, ya Allah. Amin amin ya rabbal a'lamin!" gumam Claudia penuh harap.

Selesai memanjatkan doa kepada yang maha kuasa, Claudia pun mulai memejamkan mata. Tak lama kemudian, gadis cantik itu pun terlelap dengan damai dan tenang.

Dan Roy, ia juga merebahkan diri di atas ranjang dan memejamkan mata nya perlahan. Tak butuh waktu lama, lelaki tua itu pun tertidur pulas dan masuk ke alam bawah sadar nya.

Sedangkan Hermawan, ia masih sibuk dengan pikiran dan khayalan nya sendiri. Di dalam kamar mewah nya, Hermawan menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang.

Penampakan kamar Hermawan

"Claudia... Akhirnya kau akan menjadi milik ku selama nya," gumam Hermawan dengan senyum sumringah di wajah tampan nya.

"Haduuuh, jam ini kok lama banget sih mutar nya. Udah nggak sabar rasanya menunggu hari esok."

Hermawan menggerutu sambil memandang ke arah jam besar yang menempel di dinding, yang berada tepat di hadapan nya.

"Apa sebaiknya aku putar saja ya jam nya, biar cepat, hihihihi!" lanjut nya sembari terkikik geli.

Setelah lelah memandangi jam dinding yang berjalan lambat, Hermawan pun mulai membetulkan posisi tidur nya.

"Bobok dulu, ah. Biar besok, wajah langka ku ini nampak lebih ganteng dan fresh, saat ketemu Claudia, hahahaha!" gelak Hermawan.

Setelah membungkus tubuh nya dengan selimut tebal, bujang lapuk itu pun mulai memejamkan mata. Tak lama berselang, ia pun mulai tertidur lelap dan masuk ke alam mimpi yang indah.

🌺 Jangan lupa tinggalkan jejak sesudah membaca ya man teman, makasih 🌺

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!