NovelToon NovelToon

Pewaris Kerajaan

Bab 1

"Hari yang seharusnya menjadi kebahagiaan. Berubah menjadi bumerang karna kesalahan diri sendiri," Alya.

Alya Sadira, gadis berdarah blasteran. Memilih hidup di negara Antalya,turki. Demi mengejar pria yang di cintainya, Rendra Damian.

Pria yang memiliki umur 31 tahun. Bekerja sebagai CFO keuangan. Di perusahaan The Emerald Food Company. Perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman.

Kesialan menimpa seorang Alya Sadira di hari Valentine.

Hari yang seharusnya menjadi hari terbaik dan kenangan terbaik dalam hidupnya. Ini malah menjadi hari yang di sesali Alya.

Ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan hidupnya selama ini di kota Antalya, Turki. Berubah seratus derajat Celcius di hari Valentine itu.

Hidupnya bak terjungkir balik. Memaksanya untuk kembali ke kehidupan nyatanya.

Hari Valentine.

Hari di mana ia merencanakan untuk menyatakan cinta nya ke pujaan hatinya. Tapi hari itu malah menjadi hari pengakuan bodoh lain yang ia lakukan. Sehingga karna kebodohan nya membuat dirinya berada dalam bahaya. Dan harus berurusan dengan pria yang seharusnya ia hindari dan jauhi dalam hidupnya, Reyyan Ferdinand.

CEO sekaligus pemimpin Group Flederick dan The Emerald Group. Perusahaan raksasa dan bisnis bisnis mereka yang merajalela di setiap belahan dunia.

Terkenal dingin dan kejam dan tidak kenal kata ampun jika melakukan kesalahan. Dan seorang Alya Sadira, harus berurusan dengannya.

Reyyan Ferdinand selalu menghindari yang namanya perjodohan bahkan dia membenci nya. Dan Alya, membuat pengakuan bodoh dengan mengaku mereka di jodohkan.

Flashback.

Valentine Day

Jam 12 siang.

Waktu di mana kantor istirahat sebentar sebelum kemudian kembali melakukan aktivitas masing masing.

Beberapa pegawai sudah keluar makan siang dan beberapa di antaranya ada yang masih bergelut dengan pekerjaan mereka yang belum selesai.

Alya yang hari ini berpenampilan cantik. Lain seperti hari biasa. Di mana biasa Alya hanya akan menggunakan celana dengan jas setelan kerja atau blus yang di padu dengan celana berbahan kain.

Hari ini, Alya memilih memakai dress berwarna biru dengan motif bunga di bawah dan berlengan panjang dan sedikit belahan dada yang terbuka.

Tidak ada yang tahu bahkan sahabat Alya sekalipun. Kenapa dia berpenampilan beda hari. Jika mereka tidak melihat isi paper bag yang di bawa Alya. Kado valentine untuk orang tersayang.

"Baiklah, kamu akan melakukannya hari ini?" Tanya seorang wanita yang berada di sebelah Alya dan masih melakukan pekerjaan nya.

"Hm!" Jawab Alya yakin sembari memoleskan bibirnya dengan lipstik berwarna merah muda.

"Di sini?" wanita tersebut kembali bertanya.

Alya sebentar melihat ke ruang kerja di mana target pernyataan cintanya hari ini. Sebelum kembali melihat wanita di sampingnya. Yang tidak lain adalah sahabatnya liana.

"Tentu saja. Tapi ketika semua sudah keluar,"

Liana menggelengkan kepalanya.

"Ku rasa kamu tadi sangat fokus menyelesaikan pekerjaan mu sehingga kamu melewatkan sesuatu yang penting untukmu hari ini. Bahkan kamu sudah menyiapkan semuanya! Termasuk mental mu," ujar Liana dengan nada irama di akhir kalimat.

"Apa maksudmu?" Tanya Alya yang tidak mengerti.

Liana menghela nafas dan menghentikan ketikan jarinya di layar segi empat di depannya. Dan beralih berhadapan dengan Alya sahabatnya. Yang sudah bertahun tahun bersamanya.

"Mungkin ini akan menjadi kabar mengejutkan untukmu hari ini. Tapi, Rendra sudah keluar sejak beberapa menit yang lalu."

Kedua bola mata Alya tentu saja seketika membulat lebar. Ia seketika memutar kepalanya melihat ke ruang kerja Rendra. Pria yang ia taksir hampir setengah abad.

"Kemana? Dengan siapa? Kok aku nggak lihat! "Alya tentu saja panik. Targetnya tiba tiba hilang dan rencananya bisa bisa lenyap seperti tahun kemarin.

Lagi lagi liana hanya bisa menggelengkan kepala.

"Bukankah sudah ku katakan tadi. Kamu terlalu fokus pada pekerjaan m... Kamu mau kemana?"

Liana yang terkejut dengan Alya yang tiba tiba berdiri sembari meraih tas dan paper bag yang isinya kado valentine.

"Tentu saja aku harus mengejarnya. Aku tidak bisa di sini. Jika ku kejar sekarang mungkin dia sekarang masih di tempat parkir. Aku pergi dulu," Pamit Alya terburu buru sebelum melenggang menghilang dari sana.

"Hei itu..." Ucapan liana terputus karna Alya hanya terlihat punggung nya dari jauh.

Di depan lift. Sembari menunggu pintu lift terbuka. Alya bertemu satu lagi sahabat nya Kendrick.

"Hai!" Sapa Kendrick yang baru menyelesaikan pekerjaan nya.

"Hai!" sapa balik Alya tanpa melihat Kendrick.

Kendrick menurunkan pandangan nya melihat ke paper bag Alya. Pakaian Alya? Dia sudah melihatnya sudah jauh hari. Karna Alya membelinya bersamanya.

"Apa hari ini hari itu?"

"Hari apa? Bicaralah yang jelas,"

"Menyatakan cinta?" Goda Kendrick dengan senyum jail nya.

"Aku lagi buru buru, jangan bercanda."

Ting.

Pintu lift terbuka. Alya segera masuk di ikuti Kendrick.

"Kamu mau kemana?" tanya Alya yang mulai curiga sesuatu.

"Mengikuti mu! Siapa tahu kamu membutuhkan bantuan bicara. Aku bisa,"

"Lupakan, pergilah. Aku bisa sendiri,"

Kendrick melihat ke no lift yang terus berganti. Dan dia pun tahu, Alya mau ke tempat parkir mengejar Rendra.

"Bagaimana jika kamu menundanya hari ini?"

Alya berbalik melihat Kendrick. Dengan pertanyaan. 'Apa kau gila? Aku sudah menantikan hari ini. Setelah hari Valentine tahun kemarin gagal'.

"Tidak, maksudku... Mungkin saja Rendra lagi terburu buru dan tentu saja tidak akan sempat mendengar kan curahan isi hatimu."

Alya mengerutkan kening. Menatap curiga ke sahabat nya. Saat mulutnya mau terbuka dan bertanya, pintu lift yang dari tadi ia tunggu terbuka.

"Aku pergi," Alya berlalu di hadapan Kendrick mengacuhkan sahabatnya tersebut. Pria yang rela ikut dengannya ke negara ini. Dengan alasan demi keamanannya.

Bab 2

Mengikuti.

Itulah yang seorang Alya lakukan sekarang. Mengikuti mobil pujaan hatinya.

Hingga sekarang mobilnya sudah terparkir indah di depan sebuah cafe yang cukup terkenal di kota tersebut.

Ia tidak mau kehilangan kesempatan lagi seperti tahun kemarin. Itu akan membuatnya tidak baik baik saja. was was jika jika Rendra sudah memiliki kekasih yang ternyata tidak. Marah dan kesal tidak jelas jika ada wanita yang dekat dekat dengan Rendra. Serta selalu menjadi penguntit setia Rendra. Jika Rendra dekat dekat dengan wanita meskipun itu karyawan kantor. Bahkan sahabatnya sendiri jika dekat dengan Rendra ia tidak suka. Takut Rendra akan jatuh cinta padanya.

Tapi tidak kali ini. Ia harus mengatakannya, kali ini harus. Dan jika pun nanti Rendra tidak menyukai nya atau hanya menganggap nya sebatas sahabat atau teman. Itu tidak apa apa, asalkan yang penting perasaan nya sudah tersampaikan ke Rendra.

Selama ini banyak yang ia pikirkan. Ia berpikir, bagaimana jika pertemanan yang mereka bangun hancur karna sikap egoisku. Bagaimana jika Rendra membenciku dan enggan untuk mereka berteman lagi. Bagaimana jika Rendra menjauhi Liana dan Kendrick karna kebodohan ku. Pikiran pikiran seperti itu terus terlintas di kepalaku. Karna itu selama ini ia memendamnya dan hanya mengaguminya dari jauh.

Namun, saat aku sadar akan satu kata.

'Mengungkapkan akan lebih baik daripada penyesalan datang,'

Itu yang membuatnya semakin ingin menyatakan nya dan ia sudah siap dengan jawaban Rendra.

Namun, itu hanya lah kata dari seorang wanita untuk menghindari dari kesakitan di hatinya. Nyatanya sekarang,

Alya berdiri mematung dengan kedua matanya melihat ke depan.

Pemandangan yang sama sekali tidak pernah terbayang kan bahkan terpikirkan oleh Alya.

Pria yang selama ini ada di hatinya. Bertahun tahun ia mengagumi nya. Bermimpi jadi kekasihnya suatu saat nanti. Akan tetapi,

Di depannya. Dengan jarak tidak kurang dari 5 meter. Rendra bersama seorang wanita dan mereka berpelukan. Pelukan yang siapapun melihat tentu akan mengetahui mereka pasangan kekasih.

Miris, itulah yang terjadi padanya sekarang.

Ia membuang wajahnya ke samping. Untuk meringankan cengkraman sakit di hatinya. Menarik nafas dan membuangnya, itulah yang ia lakukan berkali kali.

"Alya?"

Kedua mata Alya sontak saja melebar. Saat mendengar suara yang tidak asing di telinga nya.

Calia.

Alya yang tersentak terkejut dengan segera melihat Calia. Detik selanjutnya Alya panik tidak tahu harus menjawab apa. Jika satu pasangan di depannya ini. Menanyakan sedang apa ia di sini.

Ya, mereka lah pasangan yang di lihat Alya. Rendra sosok pujaan hatinya. Sedangkan Calia, musuh bebuyutan nya dari semenjak ia duduk di bangku menengah. Dan sekarang mereka pasangan kekasih yang saling mencintai. Sedangkan aku, hanya wanita yang di landa patah hati.

"Oh, hai!" balas sapaan Alya sembari dirinya tersenyum bodoh.

Diam diam Alya melihat ke sekeliling nya. Mencari jalan untuk bisa keluar tanpa di curigai Calia dan Rendra.

Alya menghindari melihat Rendra. Sedangkan Rendra yang pembawaan nya selalu diam dan selalu dingin ke Alya. Menatap Alya intens dan sorot kedua matanya terlihat dingin.

Alya yang merasa di tatap seperti itu oleh Rendra. Membuat jantung nya bersuara tidak karuan. Cemas dan panik tentu saja Alya rasakan sekarang. Dirinya takut Rendra mengetahui kalau ia mengikuti dia ke sini.

'Bisa bisa aku di pecat segera begitu masuk kantor besok,'

"Apa yang kamu lakukan di sini? Dan juga... "Calia menghentikan ucapannya melihat paper bag di tangan Alya.

Alya merapatkan kedua bibirnya.

'Akhirnya pertanyaan itu datang juga, Aishhh ... '

Alya bersikap biasa dan memberanikan diri menatap Calia. Yang juga sedang menatapnya dengan tatapan ke ingin tahuan yang besar.

Sial, aku tidak pernah seperti ini di hadapan wanita ini. Dan kenapa sekarang aku jadi lemah seperti ini. Tidak Alya, kamu harus bersikap sombong dan angkuh seperti biasa. Supaya wanita di depanmu saat ini tidak akan merendahkan mu.

Alya tersenyum seperti biasa. Senyum yang selalu Alya berikan ke Calia. Senyum percaya diri dan angkuh di saat bersamaan.

"Hari ini hari spesial buatku jadi... Seperti yang kamu lihat. Ini hadiah, dan aku mau memberikan untuk seseorang," apa yang kamu katakan Alya. Batin Alya mengumpat dirinya sendiri.

Tangan Calia yang sedari tadi melingkar indah di lengan Rendra. Semakin wanita itu rapatkan dengan berbicara mesra dengan Rendra.

"Oh benarkah? Lalu siapa pria sial itu? Yang berhasil mendapatkan paper bag dari seorang Alya? Aku sangat penasaran. Tapi sebelum itu, biar aku perkenalkan pria di samping ku ini."

"Oh tidak perlu. Melihat tanganmu menempel layaknya siput hutan. Hanya orang bodoh yang tidak tahu," Alya membalas tidak kalah dari Calia.

Calia yang geram melepaskan gandengan nya dan menatap geram Alya.

"Calia ayo kita kembali ke kantor. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan,"

"Apa kau sedang membela Alya, Rendra?"

"Ini tidak seperti... "

"Sudahlah, tunggu sebentar. Aku mau lihat siapa kekasih wanita sombong ini,"

Alya yang tadinya merasa terharu karna secara tidak langsung. Rendra membelanya dan itu, di depan kekasihnya. Meski situasi ini bisa di katakan buruk. Tapi entah kenapa ia senang. Ia rasa hatinya masih tertuju untuk pria ini. Apa ini yang di sebut, gagal move on.

Namun kesenangan Alya hanya sebentar. Dirinya seketika panik setelah mendengar kalimat Calia.

Dan di saat itu. Seorang pria yang lagi duduk sendirian. Dan sepertinya sedang menunggu teman semejanya. Dan itu tepat di sebelah Alya berdiri sekarang. Tanpa berpikir panjang atau pun melihat siapa pria itu sebenarnya.

Alya meletakkan paper bag yang dari tadi setia di tangannya ke meja pria di samping nya. Dan dengan senyum sinis dan menghina, Alya bersuara.

"Tentu saja kamu harus melihatnya. Supaya bobok mu nyenyak malam ini. Perkenalkan, ini pria yang mendapatkan paper bag ini. Dan pria ini yang di jodohkan dengan ku oleh keluarga ku. Bagaimana? Kamu masih penasaran? Nona muda Calia!"

Calia dan juga Rendra seketika melihat ke arah yang di maksud Alya.

Beda reaksi dengan Alya yang diam diam mengumpat dirinya sendiri. Sedang Calia dan Rendra terlihat terkejut. Sebelum kemudian keduanya melihat Alya dengan tatapan tidak percaya.

"Apa yang kau bicarakan? Dengan pria ini? Dan kau tahu siapa dia?"

"Bukankah aku sudah menjawab mu tadi? Dia pria yang di jodohkan dengan ku," Alya menjawab ucapan Calia.

"Maaf aku tahu ini pertemuan pertama kita. Tapi, bisakah anda menyapa teman saya. Mereka teman kantor saya. Yang tidak sengaja bertemu di sini. " Ucap Alya setelah bokongnya mendarat di kursi yang berlawanan arah dengan pria di hadapannya.

Pria yang di maksud Alya. Yang dari tadi bergelut dengan layar persegi empat di hadapannya, sebuah laptop. Setelah tadi tiba tiba mendengar pengakuan mengejutkan wanita bodoh di samping nya. Sebelum detik selanjutnya dia memilih tidak peduli dan melanjutkan pekerjaannya. Namun sekarang yang lebih mengejutkan baginya. Wanita ini berani duduk di hadapannya dan sekarang memerintahnya untuk membuat pengakuan gila yang sedang dia rencanakan.

Dengan wajah dingin dan juga datar. Pria itu melihat Rendra dan juga Calia. Tanpa menyapa atau memperkenalkan diri. Pria itu kembali melihat layar laptop di hadapannya.

Alya yang merasa bodoh dan sudah sedikit malu. Memilih tertawa bodoh.

"Maaf, ini pertemuan pertama kami. Bisakah,"

Rendra yang dari tadi diam dan memperhatikan pria di hadapannya. Apalagi saat pria itu melihat dirinya. Rendra semakin intens menatapnya. Saat melihat prilaku pria itu. Rendra bisa menyimpulkan satu kesimpulan.

"Calia? Tunggulah di mobil sebentar. Aku akan menyusul segera. Ada yang harus aku bicarakan dengan Alya," Rendra menatap dingin Alya.

Calia yang masih terkejut dengan pengakuan Alya hanya mengangguk patuh. Apalagi setelah mendapat kecupan manis dari Rendra di dahinya. Rendra memberikan kunci mobilnya ke Calia. Selanjutnya dia berjalan melewati Calia dan berdiri di samping Alya.

"Alya! Kita harus bicara. Ikuti aku," perintah Rendra dingin dan berlalu dari sana.

Bab 3

Mengatupkan bibirnya. Alya bangkit berdiri tanpa melihat siapa pria di hadapannya.

"Kau benar benar memalukan Alya!" Ejek Calia sebelum berlalu dari sana.

Alya hanya menatap punggung Calia yang menjauh. Tanpa bisa membalas ejekan wanita itu.

Lagian ia sendiri yang salah. Kenapa ia harus ngaku ngaku yang nggak nggak.

Menghela nafas lelah. Alya Meraih tasnya dan sekilas melihat pria. Yang ia ngaku ngaku sebagai pria yang di jodohkan untuknya.

Menyampirkan tas di bahunya. Alya berbalik dan berjalan menyusul Rendra.

"Pria dingin dan sombong. Apa susah nya sih! Mengaku sebentar. Lagian aku tidak jelek jelek amat buat jadi pasangan dia sebentar! Aku yakin sifatnya juga angkuh." Rutuk Alya dalam perjalanan nya menyusul Rendra.

Pria itu melihat jam tangannya. Beberapa detik kemudian dia bangkit berdiri dan berjalan ke meja kasir.

"Maaf sir! Anda meninggalkan barang anda," seorang pelayan pria mendekat ke pria tersebut dan memberinya paper bag yang di bawa Alya.

Melihat bingung ke paper bag yang di sodorkan ke arahnya. Pria tersebut melihat ke arah tempat duduknya tadi.

"Tapi itu bukan punyaku," jawabnya cepat dengan wajah datar.

"Benarkah? Tapi pelanggan di sana bilang, ini milik anda dari kekasih anda."

Pria tersebut sontak melihat ke seorang wanita paruh bawa yang di maksud pelayan tersebut. Dan meja dia bersebelahan dengan mejanya. Mungkin wanita paruh baya itu melihat adegan bodoh tadi.

Tidak mau berdebat. Pria tersebut mengangguk dan meraih paper bag tersebut dengan malas. Setelah membayar tagihan nya. Dia pun keluar dari cafe tersebut dengan dua tentengan. Satu tas laptop nya dan satu lagi paper bag.

Sampai di mobilnya dengan merek BMW hitam. Ia membuka pintu belakang dan melempar paper bag tersebut dengan kasar.

"Wanita bodoh," Ujarnya dingin.

Sebentar pria itu melihat ke spion mobilnya sebelah kanan. sebelum berlalu dari sana.

"Dia berani mencari gara gara denganku. Artinya dia sendiri yang cari mati," Ujarnya.

❤️❤️❤️❤️❤️

"Jadi... Selama ini... Kau tahu? A-aku.. Menyukaimu?" Suara Alya yang terbata menatap melihat wajah Rendra di hadapan nya. Dengan hatinya yang teriris sakit karna pengakuan pria ini.

Rendra mengakui kalau dia mengetahui perasaan Alya padanya. Dan menyuruh Alya untuk berhenti melakukan itu. Karna dia tidak menyukai Alya dan dia hanya mencintai Calia. Karna memikirkan perasaan Alya. Dia merahasiakan hubungan nya dengan Calia karna tidak mau Alya terluka.

Dan itu juga Rendra lakukan atas permintaan Calia.

Alya melihat ke segala arah yang bisa di lihat di sana. Untuk mereda air matanya yang mau jatuh. Ia tidak mau nangis di sini. Lebih lebih di hadapan Rendra.

"Itu sama sekali tidak penting sekarang Alya! karna aku memanggil mu ke sini bukan untuk itu. Melainkan untuk pria yang kamu akui sebagai calon tunangan mu di dalam sana. Kamu sadar tadi dengan apa yang kamu lakukan Alya? selain itu untuk membuat dirimu sendiri malu di hadapan Calia," Ujarnya sinis dan dingin Rendra kembali menyita perhatian Alya.

Alya menulikan telinganya dengan ucapan Rendra yang lain. Dirinya hanya fokus pada ucapan Rendra. ' Sama sekali tidak penting,'

"Maksud mu... Perasaan ku padamu sama sekali tidak penting?" Suara Alya yang tercekat dalam bertanya, karna cekraman sakit di hatinya.

Rendra diam menatap Alya. Dan dengan wajah dingin dan datarnya. Rendra menjawab,

"Ya, sama sekali tidak penting. Tadi kau sadar siapa pria ya...."

"Diam,"

"Alya! Dengarkan aku, sekarang itu sama sekali tidak penting. Kamu! pria tadi..."

"Aku bilang hentikan!" Alya berteriak tidak mau mendengar suara Rendra lagi. Bahkan itu semakin membuat hatinya sakit.

Alya yang tidak bisa menahan rasa sakit dan sesak di dadanya. Langsung menangis tanpa peduli keberadaan Rendra di sana.

"Bahkan tangis mu sekarang ini tidak berguna Alya!" Bentak Rendra kasar tanpa peduli tangisan Alya.

Sungguh, baginya ia sudah menganggap gadis ini seperti adik kecilnya. Tapi rasa suka yang dia miliki padanya. Membuat semua menjadi kacau. Ia harus menguburkan cita citanya. Jauh dari keluarga untuk menghindari nya.

"Alya! Kau sadar? Pria yang kamu akui tadi siapa?" Rendra bertanya dengan nada marah.

"...."

Rendra mengerang sebelum kembali melanjutkan ucapannya.

"Dia! Reyyan Ferdinand dari Keluarga Flederick. Dia CEO The Emerald Internasional Company Group, Alya!" Teriak Rendra emosi di ujung kalimat.

Ya, The Emerald Internasional Company Group. The Emerald Group merupakan nama sendiri perusahaan raksasa mereka. Sedangkan Flederick Group, di ambil dari nama belakang Mr Ferdinand yang sudah pensiun. Merupakan nama Group keluarga dalam bisnis mereka di seluruh dunia.

Setelah Mr Ferdinand memilih pensiun di usia yang masih sangat muda untuk seorang pebisnis. Kepemimpinan 2 Group di pegang oleh seorang Reyyan Zeki Ferdinand.

Selama dia menjabat sebagai CEO the Emerald Group dan memimpin Flederick Group. Banyak perusahaan yang tumbang karena nya. Dan banyak perusahaan besar yang pria itu akuisisi. Hingga membuatnya masuk ke dalam daftar 10 orang terkaya di benua Eropa tersebut.

Bahkan perusahaan mereka yang memproduksi makanan dan minuman ringan. Sudah pria ini akuisisi dan menjadikan miliknya. Perusahaan mereka termasuk salah satu dari tiga produsen coklat terbaik di negara ini, Turki.

Dan alasan dia mengakuisi perusahaan ini adalah. Karna ibunya menyukai coklat buatan perusahaan ini. Karna hal itu harus menjadi miliknya.

Perjodohan, dia pria yang tidak suka terikat apalagi menjalani hubungan dari perjodohan. Berita itu sudah tersebar di kalangan para pengusaha dan tidak ada yang berani bagi mereka untuk menawari atau mensponsori putri atau keponakan mereka. Untuk di jadikan istrinya.

Dan sekarang. Seorang Alya yang gadis biasa mengaku ngaku sebagai orang yang di jodohkan untuknya.

Alya sontak saja melihat Rendra dengan wajahnya yang di penuhi air mata.

'A... Apa?'

"Kenapa? kamu baru sadar sekarang?perjodohan? Alya! dia pria yang tidak mengenal kata itu!" Suara Rendra yang sudah lembut karna frustasi.

Flashback off.

❤️❤️❤️❤️❤️

"Hah," Alya mendesah.

"Aku dalam masalah sekarang,"

Dan di sini lah ia sekarang. Menyeret tubuh yang lelah karna serangan pekerjaan.

Hari yang ia pikirkan akan menjadi awal dari kebahagiaannya hari ini.

Dimana Hari yang di penuhi dengan kisah penuh warna bagi sepasang kekasih. Karna hari Valentine.

Tapi baginya hari ini menjadi warna kelam. Sekelam langit malam yang tanpa berbintang di atas kepalanya.

Alya menatap ke langit.

Menarik nafas dan berujar lemas.

"Bahkan satu bintang pun tidak ada," paling tidak untuk menghiburnya.

"Hah," Alya menghela nafas.

"Ternyata mengetahui lebih menyakitkan daripada tidak tahu sama sekali," ucap Alya ke dirinya sendiri.

Langkahnya berhenti dan menatap gedung apartemen di depannya.

Ia tinggal di gedung apartemen yang tidak jaun dari jalan besar. Sehingga begitu ia turun taksi. Ia bisa berjalan sedikit ke dalam. Memasuki kawasan tempat tinggalnya. Karna biaya sewanya juga murah dan sangat cocok dengan saldo rekening nya setiap bulan.

Ting...

Pintu lift tertutup. Membawa Alya ke lantai, di mana dirinya tinggal.

Lantai 12. Di situlah kediaman Alya.

Cklek.

Membuka pintu apartemen nya dan segera masuk ke dalam.

"Rumah memang yang terbaik." Ujarnya.

Menarik nafas, menghelanya. Itulah yang terus Alya lakukan beberapa kali.

Ia tidak mau mengingatnya lagi. Rasanya ia mau menghapus nya. Layaknya seseorang yang terkena amnesia akut.

Akan tetapi, ingatan ingatan itu terus muncul di pikiran nya. Layaknya film layar lebar yang muncul di dalam kepalanya. Dimana adegan setiap adegan akan di tampilkan.

"Hah," Desahnya frustasi.

Detik berikutnya.

Alya meloncat duduk dari rebahan nya. Saat ingatan sesuatu muncul di Pikirannya. Tentu saja selain dari hatinya yang patah. Kesialan juga menimpanya, lebih tepat kekonyolan yang membuatnya tidak tahu malu.

Kekhawatiran dan kecemasan tentu saja menyerangnya. Dimana Ia yang tiba tiba mengaku ikut perjodohan dan pria tadi adalah pria yang di jodohkan dengannya.

"Wanita itu tidak akan membuat masalah denganku besok kan?" Karna tadi Calia tidak di kantor.

Alya sudah dengan mudah melupakan inti masalahnya yang sebenarnya. Dimana dia sudah berani bermain main dengan pria yang tidak seharusnya dia sentuh sama sekali.

"Melihat sifat dia itu, tidak mungkin akan baik baik saja," gerutu Alya.

"Dia tentu sudah menyiapkan puluhan pertanyaan dan puluhan kata ejekan untukku bukan?" Alya terus berbicara sendiri.

"Lalu, dari puluhan wanita di dunia ini. Kenapa dia memilih wanita itu? Kenapa dia menyukai wanita itu? Kenapa dia... Aish," Alya menendang nendang kakinya tidak tentu arah.

Dan tentu yang pasti. Dalam dua hari ini ia tidak bertemu dengan wanita itu. Karna dia ada tugas di luar. Dan Rendra harus ke pabrik untuk pengecekan.

Dan besok, keduanya akan masuk.

"Dia tentu pasti akan mengejekku! dia tidak akan meninggalkan kesempatan!"

"Mana mungkin coba ada yang percaya. Tiba tiba ada pria yang di jodohkan denganku dan pria itu pun... Argh... " Alya mengerang frustasi sembari kedua tangannya menjambak rambut nya yang panjang. Saat baru teringat kembali. Inti masalahnya yang sebenarnya.

"Ternyata aku tidak punya waktu untuk memikirkan hatiku,"

"Patah hati? Yang ada kamu sangat memalukan Alya Sadira," Gerutu Alya mengumpat dirinya sendiri.

Ia sadar. Pria itu bukanlah pria sembarangan. Dia, pria yang terkenal berdarah dingin dan juga pemain wanita. Siapa yang tidak kenal dia. Mendengar namanya saja sudah merinding. Dan tadi ia dengan berani berani mengaku ngaku pasangan dia. Ia benar benar,

Di pikir beberapa kali pun. Aku benar benar sudah gila.

❤️❤️❤️❤️❤️

Ya, pria itu adalah Reyyan Zeki Ferdinand. Dari keturunan Flederick Group atau lebih di kenal dengan nama Reyyan Ferdinand.

Auranya yang dingin dan kejam. Tidak luput dari ketampanan nya. Tampan tapi mengerikan. Dua kata itulah dalam menilainya.

Begitu juga yang terlihat sekarang. Saat bokong nya mendarat di kursi kerjanya. Dan dengan tumpukan berkas di hadapannya.

Tok.

Tok.

Seseorang dari luar pintu kerjanya mengetuk. Meminta izin untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Masuk," instruksi nya tanpa melihat ke pintu.

Ckleck.

Pintu terbuka.

Arlan. Asisten pribadi Reyyan yang umurnya masih sangat muda masuk ke dalam. Dengan menenteng satu paper bag di tangannya.

"Tuan ini," Tak,

Arlan meletakkan di atas meja paper bag yang dia bawa. Tepat di depan mata Reyyan dan di depan pekerjaan Reyyan.

Reyyan melihat paper bag lalu melihat Arlan.

'Bukankah ini paper bag yang aku bawa?'

"Apa ini?"

"Anda meninggalkan nya di mobil, Tuan! Jadi saya membawanya kemari,"

Reyyan menghela nafas lelah.

"Lebih tepat aku membuangnya Arlan! Singkirkan dari ku," Ujarnya dingin.

Arlan melihat paper bag di depannya lalu melihat Reyyan.

"Anda tidak mau melihatnya dulu? Seperti nya itu hadiah Valentine, "

Reyyan melihat Arlan.

"Lalu?" Tanyanya tidak peduli.

"Anda harus menghargai pemberian. Minimal anda harus mencobanya sedikit," Ujarnya tanpa rasa takut.

Di antara beberapa asisten Reyyan. Hanya Arlan lah yang berani membantah dan memarahi Reyyan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!