Namaku Riska aku sekolah baru kelas dua SMA, aku dua bersaudara, aku dari kalangan keluarga sederhana, tapi penuh cinta dan kasih sayang, adikku bernama Bimo masih sekolah PAUD, ayah ibu ku bernama pak Arip dan buk salmah
Ayahku seorang guru sekolah SMA, ayahku sangat ketat aku tidak boleh pacaran sebelum lulus sekolah SMA, tapi begitu penyayang dan sabar.
Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga, sambil menjaga adikku dan jualan online.
"Riska, cepat sayang, sarapan dulu, nanti telat, lihat adikmu sudah menunggu nih" anakmu itu bang lambat banget" bunda ku menggerutu.
"Sabar dek, dek namanya juga anak cewek, itu sudah keluar, nak jangan kebiasaan terus, selalu telat, lihat bundamu marah terus dari tadi" tunjuk pak Arif pada istrinya.
"Bunda ku sayang, maaf aku telat, tadi habis ke kamar mandi dulu" ujarnya.
"Ya sudah cepat sarapan, nanti telat" siap bunda.
"Kakak kelamaan dandan, biar dapat cowok ya" hus, siapa bilang, jawab Riska.
"Mulai deh, ribut di meja makan" maaf ayah, ucapnya serempak.
"Cepat habiskan, kita berangkat sama-sama" Ayah aku naik sepeda saja, dengan teman-teman ku.
"Bunda apa aku juga boleh? Bimo sudah besar, tidak usah di antar lagi" ujarnya, memohon.
"Tidak boleh, adik masih kecil, nanti jatuh, biar di antar ayah saja, pulangnya di jemput bunda" Bimo mendengar penjelasan ayahnya, jadi cemberut.
"Kakak saja boleh, kenapa adik tidak boleh? Ana saja bawa sepeda dari rumahnya" ucapnya merajuk.
"Makanya cepat besar seperti kakak dong biar bisa pergi sekolah sendiri" goda Riska, Bimo mengerutkan kening, sangat kesal.
"Ayo cepat sudah selesai belum? cepat! nanti ayah telat, hari ini ayah ada rapat di sekolah" ucap pak Arif buru-buru.
Mereka bertiga pamit, tinggal lah buk salmah di rumah, membereskan rumah sebelum menjemput Bimo ke sekolahnya.
"Ahh senangnya naik sepeda sendiri, tidak di antar ayah lagi, aku harus belajar mandiri, perjalanan ku masih panjang, tidak mungkin aku bergantung terus sama ayah dan bunda, aku harus buktikan, aku sanggup ke sekolah sendiri agar ayah sama bunda tak cemas lagi"
Sampainya di sekolah, di sambut ke dua sahabatnya, dengan tatapan heran.
"Wih, tumben banget kamu berangkat sendiri tanpa di antar lagi?" ucap Mia.
"Ya benar biasanya anak ayah bunda, sahut Rani" hahaha.
"Sudah selesai belum, kalian meledek ku? huh, kalian tidak tahu saja, penderitaan ku, harus di awasi terus" ujarnya, lesu.
"Sabarlah, nanti juga di bebasin kamu ke sekolah sendiri" hibur Rani, sambil menepuk pundak Riska.
"Hari ini, ayah bolehin aku, karena ayah buru-buru, ada rapat di sekolahnya"
"Oh pantas kamu jalan sendiri hari ini" ucap Mia.
"Ya udah ayo ke kelas, nanti pulang sekolah kita nongkrong bentar ya?" ajak Rani.
"Ya boleh juga" timpal Mia.
"Aku nggak ikut, takut ayah dan bunda marah"
"Ah, kamu nggak asik deh" ucap Mia cemberut.
"Mau gimana lagi, dari pada aku di marahin dan di hukum ayahku, memang kalian mau tanggung jawab?" kedua sahabatnya menggeleng.
Di ujung koridor sekolah, ada pemuda yang memperhatikan Riska dari jauh, sudah sangat lama menaruh hati diam-diam, tapi karena sudah tau aturan ayahnya Riska, jadi dia tidak pernah berani mendekat.
Tanpa dia sadari juga, salah satu teman kelasnya, sambil memperhatikan arah pandangnya, dan begitu kaget, gadis yang dia suka malah ada yang mengincarnya juga.
"Enak saja, kamu mau bersaing dengan ku? ayo, siapa yang menang di antara kita" ujarnya, sambil mencibir, saingannya itu.
BERSAMBUNG..
Setiap pagi buk salmah, akan mengomel,karena anak gadisnya keluar kamar selalu telat, entah apa yang di kerja kan. selalu buat kami menunggu saat sarapan.
"Ris..cepetan nak, nanti telat ke sekolah, kamu dandan lama banget sih" ibu salmah menggerutu sambil menyiapkan sarapan di meja makan.
"Selamat pagi semaunya hehehe, maaf ayah, bunda, dan adikku yang paling ganteng sedunia, umm wangi sekali nasi gorengnya bunda"
"Tidak usah merayu bunda, cepat sarapan" perintah buk salmah, dan Bimo tersenyum mengejek.
"Baik bunda ku tersayang, jangan marah-marah terus dong" buk Salmah mendelik mendengar ucapan putrinya.
"Kakak cantik sekali cuma mau sekolah, kayak bibir buk guru ku yg merah kayak cabe hihi" Bimo meledek kakaknya.
"Iis, anak kecil sok tau, bibir merah bibir merah lagi!" ucap Riska sambil mendelik, menatap adiknya.
"Sudah-sudah cepat habisin sarapannya, lihat ayah sudah selesai nih, kalian berdua masih aja berdebat"sela pak Arif.
"Bimo yang duluan yah" wele..makin Bimo menjulurkan lidahnya, membuat Riska makin kesal.
"Bimo, ayah tinggal nih" setelah di ancam di tinggalin baru Bimo berhenti menjahili kakaknya.
"Bunda temanku Dion, katanya bentar lagi punya adik, Bimo kapan bunda?"
hug hug, buk salmah tersedak mendengar pertanyaan anaknya.
"Kalian berdua saja bunda pusing! apa lagi nambah lagi" ucap buk Salmah, sambil menatap suaminya.
Pak Arif hanya tersenyum.
"Riska, kamu ikut ayah apa naek sepeda?" tanya pak Arif.
"Naek sepeda aja ayah"
ucap Riska sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
"Hati-hati di jalan nak" Riska berlalu sambil tersenyum melambaikan tangannya, dengan bahagia.
"Bunda sayang, kita berangkat dulu ya, hati-hati di rumah" pamit pak Arif.
"Ayah cepetan, adek ada janji sama teman hari ini" buk Salmah menaikkan sebelah alisnya, menatap Bimo.
"Awas ya Bimo! kamu macam-macam sama gadis-gadis di sekolah" ancam buk salmah.
pak Arif hanya hanya terkekeh geli.
"Beneran bunda, adek tidak macam-macam kok" kata Bimo sambil mengangkat dua jari nya.
"Anak bujangmu memang tampan bunda, makanya banyak anak gadis yang mengejarnya" ucap pak Arif,
buk salmah hanya memutar bola matanya mendengar ucapan suaminya.
"Pipis aja masih di celana, udah berani rayu ank gadis" Bimo hanya tersenyum, mendengar bundanya ngomel.
"Bunda jangan begitu dong, malu-maluin Bimo aja, lihat aku sudah dewasa, yang salah para gadis itu, yang selalu datang memberiku coklat dan bunga bunda" ucap Bimo sambil menepuk dadanya bangga.
"Sudah lah, pada jalan sana, nanti bunda yang jemput, jangan kemana-mana sebelum bunda datang ya"
"Ok bunda" ucap Bimo, sambil mencium tangan bundanya, dan buk Salmah mencium tangan suaminya.
Beberapa menit saja Riska dah sampai sekolahnya, karena memang dekat dengan rumahnya.
"Hai Rani, Mia, apa kabar?" sapa Riska.
"Baik Ris jawab ke dua sahabatnya"
"Bibir mu merona banget Ris" ucap Mia, Rani pun mengangguk.
"Lipstik baru kah, tanya Rani" kalian lama-lama kayak Bimo ledekin aku bibir merah, padahal aku hanya pake sedikit.
Hehehe "Jangan marah dong buk, gimana kalo nanti sepulang sekolah kita jalan?"
"lihat aja nanti, kalo bunda ijinkan aku ikut, kalo nggak di kasi, kalian ber dua aja deh" ucap Riska sambil jalan menuju kelas, sama teman-temanya.
"Ini masa remaja kita, buat senang-senang guys" Mia dari tengah merangkul pundak dua sahabatnya.
"Nggak gitu juga Mia, kita fokus belajar dulu lah, kita nggak tau masa depan kita kayak apa nanti, seperti kata ayah bunda ku" nasehatnya.
"Oke deh, kalo dah menyangkut bunda, pupus lah harapanku untuk jalan-jalan" haha, Riska dan Rani tertawa kenceng, mendengar ucapan Mia yang pasrah.
"Tenang nanti kita nge bakso aja, gimana?" ucap Rani.
"Oke idemu tak terlalu buruk Mia"
Bersambung...
seperti janji mereka sepulang sekolah, mereka ber tiga mampir di kedai bakso langganan mereka.
cuaca cukup terik, tapi bagi mereka yang masih enerjik tak masalah bagi mereka.
Mengayuh sepeda bareng ke tempat tujuan, tak lupa mereka mengabari orang tua mereka, kalo mau pulang telat.
"Wah panasnya, ayo cepat, kita ngadem dulu, beruntungnya nih kedai bagus bukan sembarang kedai" ucap Mia.
"Mia, kamu ngoceh terus dari tadi, kepala ku pusing karena pelajaran, tambah pusing lagi denger suaramu" ledek Rani, Riska hanya tersenyum geli.
"Sialan, huh, gitu aja marah" cibir Mia.
"Udah dong, pada duduk cepat" sela Riska, menyudahi perdebatan sahabatnya.
"Bang ganteng, bakso spesial tiga porsi,es jeruk tiga, banyakin esnya ya" ucap Mia, tersenyum menggoda.
"Sip, di tunggu ya, neng-neng cantik" ujarnya pemilik bakso, berlalu pergi.
"Lo kayak jablay aja bilang begitu, genit lagi, biasa aja napa?" Riska mendelik pada Mia.
"Sabar buk, jangan marah gitu, lagian abangnya memang ganteng banget jadi tukang bakso, hehe" gurau Mia.
"Eh, tau nggak, Reno nge chat aku, siapa yang, kasi nomor ku? aku risih tau, malem-malem chat terus, kalo bunda tau, ponselku bakal kena sita" geramnya Riska.
"Aku nggak tau" ucap Mia, aku juga nggak, bales Rini.
"Kira-kira siapa ya? yang tau nomor ku, kalian berdua dan teman kelompok kita, bunda sering periksa ponselku, katanya aku harus lulus dulu baru boleh pacaran.
"Kan kamu nggak pacaran Ris, kok takut banget bundamu tau" ucap Rini.
"Ya juga sih"
"Atau kamu harap jadian gitu" kata Mia.
Puk puk, Riska menepuk kencang pundak Mia karena kesel.
"Siapa juga yang mau pacaran" ucap Riska sambil melotot ke arah Mia.
"Sakit tau, gitu saja marah" sungut Mia, kesal.
Percakapan mereka terhenti saat pesanan mereka datang.
makan bakso sambil bercengkrama entah kemana arah pembicaraan mereka, tapi saat ngumpul adalah hal yang paling bahagia bagi mereka.
jam empat sore baru Riska sampe rumah, menaruh sepedanya, di tempat biasa dan berlalu masuk sambil mengucapkan salam.
"Kenapa sampe sore banget sih Nak, ngapain aja kalian di luar?" ucapan ayahnya, membuatnya nggak jadi masuk kamar.
"Hanya duduk bareng dan makan bakso aja yah, tidak lebih kok, tenang aja, putri cantik mu ini tidak nakal kok" sambil menepuk dadanya bangga.
"Baiklah ayah pegang ucapanmu, mandi sana dan istirahat"
"Baik ayah ku tersayang" ucap Riska sambil masuk kamarnya.
Baru saja merebahkan badanya di kasur, sambil kakinya bergelantungan di pinggir, notifikasi di ponselnya berbunyi, sambil malas-malasan mengambilnya dan mengecek siapa yang nge chat. terpampang lah poto profil Reno.
"Iss, ini orang nggak ada kerjaan deh, nge chat gue terus" gerutu Riska.
Reno (hay, lagi ngapain Ris, kenapa nggak ngajak-ngajak aku gabung makan bakso? tadi aku melihatmu dari jauh).
Sedangkan Riska hanya membaca saja, tanpa di balas.
Reno ( Riska, kenapa cuek banget sih? aku cuman mau berteman kok, nggak ada maksud lain ).
Riska ( Dari mana kamu dapat nomorku? jangan chat aku lagi! nanti ayah bunda aku marah).
Riska langsung membalasnya, dan mematikan ponselnya.
Reno di sebrang sana hanya menghela nafasnya "ini cewek jutek banget dah, susah sekali di deketin, untung aja kamu cantik, jadi aku akan sabar meluluhkan hatimu sayang" ujarnya, tersenyum sendiri.
"Ngeselin banget dasar playboy cap badak, udah punya cewek masih aja ganjen, dia mau aku di labrak ceweknya apa, huh, dasar" Riska ngedumel sendiri sambil menuju kamar mandi.
"Jangan sampai bunda lihat ada chat cowok, bisa ngamuk dan ponselku di sita deh" batinnya.
***
"Bentar lagi kamu dah naek kelas nak, kamu yang rajin belajarnya, bunda dan ayah lihat ada chat seseorang, apa kamu nggak niat sekolah?" tegur ayahnya.
"Itu teman kelas ku, nggak tau dapat nomorku dari siapa yah, aku nggak ada hubungan apa-apa dengan dia"
Iih,awas kamu Reno, gara-gara kamu aku di marahi ayah ku, geram Riska sambil mengepalkan tangannya.
Sampai sekolah Riska langsung mencari Reno.
"Beni, Reno mana?" teman-temannya, Reno menoleh, kala Riska menanyakan Reno.
"Eh, ternyata beneran tuh kampret, deketin nih cewek" bisik beni pada Riko.
"Nggak tau Ris, tuh anak kemana, mungkin di kantin sama pacarnya" kedip Beni pada Riko.
"Bilang tuh anak, suruh temuin aku, huh!" Riska pun berlalu pergi.
"Ni cewek galak banget, baru tau aku dia bar-bar juga" kata Riko sambil geleng-geleng.
"kenapa sih Ris, kamu kok terlihat sebal banget"
"Tau ah nih orang pagi-pagi dah tensi aja, ucap Mia.
"Gara-gara kampret si Reno, aku kena marah ayahku, setelah lihat chat Reno ke aku" ucap Riska sambil cemberut.
"Apa!" serempak mereka berdua.
Aku harus buat perhitungan sama tuh orang, awas aja, nanti aku buat babak belur.
Dengan khusuk mereka belajar, karena dua bulan lagi mereka harus semester kenaikan kelas, jadi harus belajar lebih giat lagi.
Sampai bel keluar main pun Riska tidak dapat ketemu Reno, hingga akhirnya ketemu pas pulang sekolah di depan gerbang.
"Reno, urusan kita belum selesai, apa teman-teman mu tidak memberi tahu mu aku mencari mu hah!" omel Riska sambil berkacak pinggang di samping sepedanya.
"Kenapa tiba-tiba mencari ku manis" ucap Reno, sambil tersenyum manis.
"Simpan, kata-kata manismu itu, kamu kira aku akan tergoda!" geram Riska.
Rani dan Mia mengelus bahu Riska sambil menenangkan sahabatnya "Sabar Ris" bujuk kedua sahabatnya.
"Gara-gara kamu kirim chat,aku di marahi ayah ku, sudah aku bilang, jangan chat aku lagi!" amuk Riska.
Reno dan teman-temannya kaget mendengar ucapan Riska, heran karena anak seumur Riska tidak boleh komunikasi atau pacaran.
"Maafkan aku Riska, bukan maksud aku membuat kamu di marahi ayah mu, aku tidak tau kalo kamu di larang berhubungan dekat dengan lawan jenis" sesal Reno, merasa bersalah.
" Dan jangan sampai aku di labrak sama cewek mu ya, awas aja kalo sampai itu terjadi, akan ku hajar kamu!" amuk Riska sambil melotot.
"Hah! aku nggak ada pacar Ris, tenang aja aku masih jomblo kok" ucap Reno sambil tersenyum lebar.
"Terserah, jangan chat aku lagi! Jagan sampai aku di keluarin dari sekolah sama ayahku" ancam Riska sambil mengacungkan kepalan tangannya ke arah Reno, yang di ancam hanya cengengesan aja.
"Tenang aja manis aku akan sabar menunggu kok, asal kamu tidak chat sama cowok lain juga, nggak masalah buat ku, aku bersyukur ayahmu menjagamu" ucap Reno sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Dasar playboy, awas lo" Riska langsung menaiki sepedanya dan pergi,bersama ke dua sahabatnya.
"Hati-hati manis, salam buat calon mertuaku" teriak Reno.
"Gila lo, kirain becanda, kamu mau deketin tuh cewek, ternyata beneran" kata Beni.
"Entahlah, aku tertarik banget sama dia, cantik dan manis, tentunya juga cewek baik-baik" moga aja aku berjodoh, batin Reno.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!