NovelToon NovelToon

PREMAN JALANAN PUTRA KONGLOMERAT

EPISODE PERTAMA

KESETIAAN.

Salam jumpa dengan saya Wisnu Arca. Teman-teman setia pembaca novel yang di terbitan kan Novel Toon. Novel yang saya buat ini adalah Novel yang pernah saya tulis dahulu sampai episode 111 dan akan saya lanjutkan ke episode berikutnya dengan mulainya dari episode pertama. Sebab, akun saya telah berganti dan banyak kalimat akan saya revisi. Mudah-mudahan tulisan saya ini dapat mengisi waktu luang dan istirahat kakak semua.

❤️❤️Kisah Pertama ❤️❤️

💐KESETIAAN💐

PULANG KE INDONESIA.

Sebuah pesawat Singapure air lines mendarat di bandara Soekarno Hatta.

Roman melangkah dengan tenang, di barisan penumpang yang baru turun dari pesawat.

Tatapan matanya lurus ke depan dan tak perduli dengan cuitan centil, gadis-gadis cantik yang menggoda.

Setiap mata, terpana kagum melihat ketampanannya.

Sesekali bibirnya tersenyum, saat matanya berpapasan dengan wajah ramah menyapanya.

Dalam hati dia berdoa, semoga kepulangannya hari ini tidak diketahui oleh kedua orang tuanya, hanya Hadi dan Nadira saja yang dikabarkan.

Hadi adalah sopir pribadi nya sekaligus sahabatnya yang masih muda, usianya tidak berbeda jauh darinya.

Sedang Nadira adalah gadis Turki yang ditolong dan diselamatkan dari buruan Polisi Amerika FBI.

Roman di paksa kuliah oleh ibunya di Amerika karena hubungan asmaranya dengan Morrin tidak disetujui.

Rasa rindu yang di pendam selama kuliah sangat menyiksanya. Chat kangen ingin jumpa dari Morrin kekasih Hatinya. Membuatnya harus berjuang keras dalam membujuk Morrin. Agar kuat dan tabah menjalani cobaan hidup ini.

Lewat kata dan ucapan tulusnya, dia berharap. Dapat menghapus air mata Morrin yang setia menunggunya.

Cinta jarak jauh antara benua Amerika dan Indonesia, tidak meruntuhkan cinta dan kasih sayang mereka berdua.

Hari ini dia pulang membawa cinta yang telah dibawa pergi, dengan kerinduan yang dalam

Didalam hati, dia bertekad akan meminang kekasih, agar ibunya tidak punya alasan untuk memisahkannya.

Sedang kan Hadi yang diminta menunggunya untuk menjemputnya di bandara Soekarno-Hatta sudah stand by ditempat penjemputan.

Roman pun memberi salam menyapanya, begitu tiba.

"Assalamualaikum!" Seru Roman dari kejauhan mendorong koper dorongnya nyamperin Hadi.

"Wa Alaikum salam!" Jawab Hadi menyambut bosnya yang masih beberapa langkah lagi tiba ditempatnya menunggu.

"Lama? Nunggunya!" tanya Roman.

"Enggak juga? Tuh! Untung saja aku lebih cepat tiba!" sahut Hadi mengambil koper Roman.

"Tadinya kupikir kamu masih di Singapura!" lanjut Hadi merasa lega tidak terlambat menjemput bosnya.

Setelah memasukkan koper dan barang-barang bawaannya, Roman dan Hadi segera meninggalkan bandara.

"Gimana kabarmu?!" kata Roman menoleh sebentar kearah Hadi, sambil mendorong sandaran kursi jok mobilnya kebelakang.

Mobil bergerak perlahan meninggalkan bandara Soekarno-Hatta, mata Roman memandang jalan raya yang tidak terlalu padat. Karena hari masih pagi.

"Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja," sahut Hadi menancap gas mempercepat laju mobilnya.

"Alhamdulillah!" ucap Roman singkat.

"Kamu tampak lelah! Sebaiknya istirahat!" pinta Hadi yang melihat mata Roman sayu.

Roman sejenak terdiam, Hatinya membayangkan ekspresi wajah Morrin yang akan dijumpainya.

Terbayang dimatanya, kalau Morrin pasti terkejut dengan kedatangannya. Hadi dan Nadira memang dikabari kepulangannya. Tapi, tidak diceritakan kalau kepulangannya karena kerinduannya untuk menemui Morrin.

"Aku merindukan kalian semua!" ucap Roman melanjutkan pembicaraan.

Hadi menoleh kearah Roman sebentar dan kembali pokus kejalan raya.

"Nadira selalu menanyakan kamu!" tatap Hadi kembali kepada Roman.

"Apa..., dia betah di Indonesia?" tanya Roman.

"Kurasa dia enjoi di Indonesia!" jawab Hadi.

Percakapan berlanjut di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan rata-rata dan saling menceritakan pengalamannya.

"Kegiatan apa saja yang kamu lakukan selama aku di Amerika!" tanya Roman.

Hadi tersenyum dengan tetap pokus pada jalan raya. "Ya..., memperbaiki bacaanku membaca Alquran dan menghapal ayat-ayat pendek." timbal Hadi.

"Aku senang mendengarnya!" kata Roman.Mobil yang mereka kendarai terus melaju memecahkan keheningan pagi. Mereka terdiam larut dalam pikiran masing-masing.

"Terima kasih Rom..., kamu masih memperkerjakan aku sampai sekarang. Gaji tetap kamu berikan tiap bulan masuk dalam rekeningku!" ucap Hadi. Mulut dan lidahnya terasa berat untuk mengucapkannya.

Roman menarik napas menoleh perlahan kearah Hadi, "Seharusnya aku yang berterima kasih kepadamu juga pada Nadira. Karena kalian berdua yang telah meyakinkan Morrin!" timbal Roman pelan sambil menatap Hadi.

Roman terus berbincang-bincang padahal dia tampak lelah.

Saking asiknya ngobrol, Roman lupa memberitahu Hadi agar tidak mengarahkan mobilnya kerumah

"Di, kita tidak usah kerumah!" cegah Roman.

Hadi mengurangi kecepatannya seraya berujar, " Terus kita hendak kemana?" pinta Hadi.

"Ke Restauran!" sahut Roman.

Hadi Pun mengarahkan mobilnya kearah restauran terdekat. Bersamaan dengan munculnya fajar mobil yang mereka kendarai telah masuk kedalam restoran mewah dikawasan Jakarta Selatan.

Pada jam yang sama saat keduanya akan duduk untuk sarapan direstauran yang mereka masuki, kedua orang tua Roman juga sedang duduk santai menikmati santapan pagi dirumah.

Bu Marisa dan pak Rifky ditemani dengan setia oleh BI Minah asisten rumah tangga yang cukup lama bekerja di rumah mereka.

Hand phone Bu Marisa berdering. Bu Marisa segera mengangkat handphone, "Halo...!" ucap Bu Marisa perlahan.

"Iya halo..., selamat pagi Bu?!" timbal seorang laki-laki.

"Ini siapa?!" tanya Bu Marisa.

"Saya Restu, maa...," jawab Restu santun.

"Hey Restu senang sekali aku mendengar mu. Gimana kabarmu di Amerika!" spontan Bu Marisa kegirangan.

"Alhamdulillah aku baik-baik saja Bu!" timbal Restu.

"Roman juga kan...?" tanya Bu Marisa bersemangat.

"Lo..., Roman kan udah ke Indonesia? Kemarin...," ucap Restu terdengar bingung.

"What..., Roman ke Indonesia?" spontan Bu Marisa berdiri tersentak kaget.

Restu terkejut dan baru tahu kalau Roman tidak mengabari kepulangannya kepada orang tuanya.

"Mungkin dia mau beri surfrise!" kata Restu mengingatkan Bu Marisa.

Bu Marisa tetap merasa kecewa. Berbagai dugaan negatif menggeroti otaknya.

"Ya, dah Restu! Nanti saya coba hubungi Roman!" ucap Bu Marisa mengakhiri percakapannya setelah cukup lama bercakap- cakap dengan Restu.

Restu merasa menyesal, mengapa dia tidak menghubungi Roman terlebih dahulu. Dia khawatir Roman kecewa kepadanya.

"Roman ke Indonesia ya? Ma...," tanya pak Rifky. Usai melihat Bu Marisa mengakhiri percakapannya.

"Iya, pak! Tak ngabarin kita?" gerutu bu Marisa kesal.

"Mungkin dia mau buat kejutan buat kita!" timbal pak Rifky tenang. Tapi, hatinya rindu juga ingin jumpa dengan putranya.

Roman yang sedang menikmati sarapan paginya bersama Hadi tidak menyadari kalau kedua orang tuanya telah mengetahui kepulangan nya.

Usai menikmati sarapan pagi, merekapun meninggalkan restauran. "Kita tidak usah kerumah!" kata Roman setelah menyelesaikan pembayaran di kasir.

"Aku mau menjumpai Morrin," lanjutnya datar melangkah bersama menuju mobil.

Sekarang keduanya telah berada ditengah jalan raya menuju rumah Morrin. Hadi mengarahkan mobilnya kearah jalan Satrio Karet Kuningan.

Pada perempatan jalan dia belok kiri lewat jalan Sudirman melalui gelora bung Karno menuju rumahnya Morrin.

Begitu tiba, Roman meminta Hadi parkir diluar untuk memberikan surfrise.

Dari dalam mobil, Roman dan Hadi melihat Morrin keluar dari rumah dengan langkah cepat. Tampak seorang pria juga keluar melangkah menghadang Morrin.

"Rin... Dengar dulu penjelasanku!" ucap Toni mendahului langkah Morrin.

"Kamu tidak boleh begitu saja menolak ku!" pinta Toni menghiba.

Morrin menatap Toni dengan mata sinis tidak berkedip.

"Ton, kamu tidak perlu memaksaku, aku tidak bersedia jadi pacarmu!" tolak Morrin tegas.

"Laki-laki yang seperti apa sih yang kamu cari! Kurang apa aku coba!" paksa Toni terus berharap agar diterima.

"Kau kan tahu! Aku tak akan menyintai pria lain selain Roman.

"Hey... No no no," Toni geleng-geleng kepala.

"Percuma kamu setia, Roman sudah punya pacar di sana! Buat apa menderita menanggung rindu seorang diri," ejek Toni menyinggung hati Morrin.

Toni bukannya meluluh hati Morrin. Tetapi, membuat berang perasaannya.

"Ngaca bang! Ngaca..., Kamu pikir kamu pria baik-baik! Temanku saja kamu hamili... Dan kamu tidak mau bertanggung jawab. Laki-laki seperti apa kamu hah!" bentak Morrin menatap tajam wajah Toni dengan muka merah.

"Heh, agar kamu tahu ya? Itu kulakukan karena kamu menolak ku dan wanita itu cuman kekesalanku terhadap kamu!" tangan Toni memegang kerah baju Morrin dengan gigi gemeretak sangat marah mendengar jawabannya.

Roman yang melihat peristiwa yang sangat memalukan ini, segera melompat turun dengan dada sesak menahan amarah.

Hadi yang tak kalah tegang melihat keadaan didepan matanya, dengan ringan menurunkan kakinya keluar dari dalam mobil.

"Lepaskan tanganmu! Lepaskan...!" teriak Roman melangkah dengan telunjuk jari mengarah ke wajah Toni.

Wajah Roman tegang, darahnya mendidih melihat Morrin dicengkeram kerah leher bajunya. Demikian pula Morrin yang melihat Roman tiba-tiba sudah berdiri didepannya.

"Sudahlah bos, sudah... Tanganmu nanti kotor dengan laki-laki yang hanya bisa memaksa wanita!" Pinta Hadi berusaha mencegah Roman yang sudah gelap mata.

Nah, gays ikuti kelanjutan ceritanya pada episode berikutnya. Jangan lupa like, share dan hadiahnya.

Terimakasih.

Episode Ke dua Melepaskan rindu

Roman menyambut Morrin yang berlari memeluknya setelah Toni melepaskan cengkeramannya.

"Biar orang ini, aku yang tangani. Kamu baru saja dari perjalanan jauh, sebaiknya bawa Morrin kedalam!" seru Hadi sambil menatap Toni.

"Hay, sopir...! Tau apa kamu, hah...!" bentak Toni.

"O'hoe... seorang laki-laki memaksakan seorang wanita untuk mencintainya," ejek Hadi tersenyum kecut menoleh kearah Yayan yang memperhatikan mereka.

Muka Toni tampak masam menahan amarah, "Diam...! Kamu Sopir, kamu cari muka? kan didepan bosmu?!" balas Toni menyembunyikan rasa malunya.

"Sebaiknya kamu segera tinggalkan tempat ini!" usir Hadi.

Mata Toni melebar geram mendengar Hadi mengusirnya. "Brengsek! berani sekali kamu mengusirku!" teriak Toni bergerak maju menyerang Hadi.

Hiyaaat...!

Toni menerjang Hadi tak kuasa menahan kemarahannya.

Mula-mula Hadi melayani Toni dengan serius dan Hati-hati. Tetapi, tampaknya Toni tidak pandai bela diri.

Toni melakukan serangan dengan membabi buta. Semua serangan yang dilepaskan luput, tak ada yang mengarah ke sasaran titik vital.

Melihat Toni yang tak pandai bela diri Hadi tak mau berlama-lama meladeninya. Dia segera menyelesaikan pertarungan dengan melepaskan pukulan telak kearah rahang belakang bawah telinga Toni.

Plaaak...!

Aack...! Toni terkejut kesakitan akhirnya lengah dan,

Buuuk...!

Kaki kanan Hadi melayang keras kearah perut Toni,

Aaaech...!

Toni terjungkal jatuh melayang kebelakang beberapa langkah.

Bruuuk.... Toni tersungkur.

Melihat bosnya jatuh, Yayan yang menyaksikan pertarungan segera turun keluar dari dalam mobil mengangkat Toni. Namun, rupanya pukulan yang dilepaskan Hadi sungguh telak membuatnya tak bisa berdiri.

Toni yang merasakan kerasnya pukulan Hadi, coba berdiri dibantu Yayan. Dia terhuyung-huyung menatap Hadi penuh dendam.

"Sekarang pergilah! Sebelum kamu tambah parah," kata Hadi datar.

"Kau telah membuat urusan denganku, urusan ini belum selesai!" ancam Toni meninggalkan Hadi berjalan tertatih-tatih menuju mobilnya.

Bersamaan dengan perginya Toni, Marisa Ibunya Roman yang sudah mengetahui kepulangan putranya, telah menemukan daftar pesawat yang tiba di bandara Soekarno-Hatta lewat hand phonenya di online.

"Nah, ini dia pak! pesawat yang ditumpangi putramu. Tiba di bandara pukul lima tiga puluh, seharusnya dia sudah dirumah? Dong pak!" tatap Bu Marisa kepada pak Rifky.

"Kita tunggu saja, dia pasti kesini?!" jawab pak Rifky meyakinkan Marisa santai menyaksikan berita disalah satu televisi swasta.

"Gimana ni, pak anakmu... Bikin panik saya." gerutu bu Marisa resah.

"Kutanya Hadi!" lanjut bu Marisa langsung menghubungi Hadi. Marisa terlihat resah sekali, putranya pulang dari Amerika tidak mengabarinya .

Hadi yang mendapat panggilan telpon dari Bu Marisa bersamaan dengan perginya mobil Toni, dengan tenang menjawab ibu Marisa.

"Halo, ma...!" jawab Hadi sambil menatap lenyapnya mobil Toni dari pandangan matanya.

"Hadi... ! Roman mana!" bentak Bu Marisa.

Hadi sedikit tersentak! Hampir saja hand phonenya terlepas.

"Halo... halo ma! Suara mama kurang jelas!" timbal Hadi, dengan cerdas membuat alasan pada saat dia kebingungan menjawab.

Waduh! gawat pikir Hadi dalam hati. Moga Bu Marisa tidak tahu Roman dirumah Morrin.

Hadi mematikan hand phonenya setelah memberi alasan, hand phonenya eror.

Ingin Hadi memberitahu Roman tapi dia tidak tega. Sebab mereka baru saja bertemu setelah hampir tiga tahun terpisah.

Bu Marisa melarang putranya menjalin cinta dengan Morrin karena tidak menyukai penampilan gaya hidupnya yang sederhana.

Bu Marisa merasa malu melihat putranya yang tampan dan pinter harus berpacaran wanita miskin.

Bu Marisa tidak ingin Roman membuat malu keluarga, dia menginginkan Roman harus bisa membedakan mana gadis yang pantas dibawa ke keluarganya.

Menurut Bu Marisa Morrin bukanlah gadis yang pantas buat putranya. Morrin cuman ingin memanfaatkan kekayaannya saja.

Bersambung

EPISODE KE TIGA: TIGA TAHUN TERPISAH.

Inilah yang terjadi pada Roman dan Morrin. Hubungan mereka tidak direstui oleh Bu Marisa karena Morrin dari keluarga biasa dan orang tuanya hanya pegawai rendahan.

Berbeda dengan Roman yang berasal dari keluarga konglomerat. Orang tuanya memiliki aset kekayaan triliunan. Perusahaannya ada didalam dan luar negeri.

Hadi merasa pertemuan Roman dan Morrin sudah cukup. Maka diapun terpaksa harus masuk memberi tahu Roman kalau ibunya sudah tahu kepulangannya.

"Sorri Rom aku mengganggu, tadi Bu Marisa menanyakan kamu!" ucap Hadi. Lalu pergi meninggal kan mereka berdua setelah terlebih dahulu ijin.

Roman merasa berat meninggalkan Morrin. Tapi, apa boleh buat demi menjaga hati Morrin. Roman harus pergi juga. sebab Morrin pasti takut kalau Bu Marisa tahu Roman ada menemuinya.

"Rin...," ucap Roman menatap wajah Morrin yang terlihat sedih. Perlahan Roman kembali duduk dengan tatapan tidak berkedip.

"Pasti mamamu tahu kamu disini!" ucap Morrin lirih.

"Entahlah! Mohon jangan pikirkan!" bisik Roman lembut menatap Morrin.

Morrin memandang Roman penuh arti dan Roman paham kalau Morrin terlihat takut.

"Kamu tidak perlu takut, akan ku usahakan Mama tidak menghalangi hubungan kita." ucap Roman pelan, matanya menatap iba Morrin yang telah menantinya cukup lama.

Morrin tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia hanya berusaha tegar dan menyembunyikan perasaan nya.

"Bagaimanapun juga, Bu Marisa itu adalah ibumu. Seharusnya kamu mengabari kepulanganmu." kata Morrin.

Roman meremas tangan Morin dengan lembut, seraya berucap lirih.

"Rin..., betapa kecil dan lemahnya aku dihadapan Allah. Ketika diberikan ujian untuk memilih dua diantara satu wanita yang kucintai yaitu kamu dan ibuku." tatap Roman.

Morrin menarik tangannya perlahan, dengan lembut jari-jarinya menyentuh mata dan pipi Roman.

Roman merasakan sentuhan tangan Morrin yang hampir tiga tahun tidak pernah dirasakannya.

Mereka kembali tenggelam dalam kesedihan yang tak dapat diukir dengan tulisan. Morrin memeluk Roman dengan erat.

Demikian pula dengan Roman, dia perlihatkan perhatian dan kasih sayangnya yang tulus.

"Pulanglah, aku tak mau mamamu gelisah!" bisik Morrin perlahan dengan mata sayu memandang Roman.

"Masih banyak waktu untuk kita dan aku janji tak akan meninggalkan kamu." timbal Roman menguatkan hati Morrin juga dirinya sendiri.

Roman beruasaha menguatkan perasaannya, diapun berdiri diikuti Morrin melangkah bersama keluar.

"Mama dan Papa dikantor ya?" tanya Roman sambil melangkah perlahan yang di ikuti Morrin disampingnya.

"Ya, adik-adik juga semuanya sekolah!" jawab Morrin.

"Berarti sekolah sudah diaktipkan?" timbal Roman menoleh Morrin.

"Tidak semua, masih ada sekolah yang masih meliburkan siswanya!" jawab Morrin.

"Semoga covid ini segera berakhir!" ucap Roman berharap.

Sangat berat rasanya Roman meninggalkan Morrin. Begitu sampai diluar kakinya seperti sulit untuk diangkat.

"Jaga dirimu baik-baik, jika Toni kembali datang mengganggumu segera telpon aku!" pinta Roman

Morrin menganggukan kepalanya mengiyakan. Roman mencium tangan Morrin lalu melangkah menuju Hadi yang menunggunya.

Perlahan mobil meninggalkan Morrin yang masih berdiri mematung memandangnya.

Roman melambaikan tangannya yang dibalas pula oleh Morrin.

Pertemuan singkat yang tidak memuaskan dua anak manusia yang sedang kasmaran.

Mereka terpisah selama hampir tiga tahun karena Roman harus dipaksa kuliah di Amerika oleh ibunya.

Perpisahan selama hampir tiga tahun tidak melunturkan perjalanan cinta mereka berdua.

Roman menyandarkan tubuhnya diatas jok mobil yang lembut dengan lesu. Sambil berpikir kenapa ibu tahu dia pulang ke Indonesia.

"Dari mana mama tahu aku di Indonesia!" tanya Roman menggerutu.

Mendengar Roman menggerutu dan kesal, Hadi berujar.

"Pasti ada yang kasih tahu," ujar Hadi.

"Tak ada yang tahu kepulanganku kecuali kamu dan Nadira," kata Roman heran.

Hadi berpikir keras untuk tahu siapa yang memberitahu kepulangan bosnya ini.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!