NovelToon NovelToon

REMAJA HALU

[1]

Seorang perempuan remaja yang sedang berbaring di kasur kesayangannya. Remaja ini, seperti biasa, berhalusinasi. Jangan katakan remaja ini malas; tidak, ia tidak malas. Hanya saja, remaja ini sedang libur sekolah.

Jika remaja lain akan berjalan-jalan dengan pacar atau, kata anak jaman sekarang, "hiling", atau apa lah itu. Tetapi, berbeda dengan remaja yang sedang berbaring di atas kasur kesayangannya ini. Ia lebih suka berhalusinasi daripada jalan-jalan keluar. Lagian, ia berpikir keluar rumah hanya akan menghabiskan uang, terus badan capek, ngak guna banget, kan? Mending dirumah rebahan dan menghayal. Walaupun menghayal hanya bersifat sesaat dan tidak nyata, setidaknya tidak menguras uangnya yang seberapa ini.

Mungkin orang lain akan mengira dia ini anak rumahan dan tidak punya pergaulan. Tapi, tidak jarang pula, tetangganya memujinya karena walaupun mandi kesiangan, remaja ini cukup rajin. Ia selalu melakukan kewajibannya, yaitu berberes rumah. Sebenarnya, bisa saja ia tidak berberes rumah, tapi nanti akibatnya... kupingnya bisa pecah, dan rumahnya tidak berbentuk lagi karena adanya "sunami" yang dibuat oleh ibunya. Kalian pasti taulah apa itu. Yang pasti, kalian pasti sering mengalaminya.

Sejak tadi, Mira hanya berhalu di dalam pikirannya, dipenuhi dengan halusinasi yang diluar nalar. Misalnya, ia menghayal bahwa ia sedang membantu tukang ojek yang sedang berhenti karena kehabisan minyak bensin. Nah, si Mira ini merasa bingung, mau menolong atau tidak, soalnya uang Mira ini tinggal Rp 20.000, dan ini pun untuk ia pulang. Lalu, Mira pun bertanya, "Kenapa ngak beli minyak bensin, soalnya tinggal dorong sedikit sudah ditokoh penjual minyak bensin?" Terus, bapaknya pun menjawab, "Ia belum mendapatkan penumpang, dan ia lupa mengecek minyak bensin, dan berakhir lah motornya mogok."

Tapi, karena Mira ini baik, Mira pun memberikan uang kepada tukang ojek itu. Sebenarnya, tukang ojek ngak enak ngambil uangnya, tapi Mira memaksa, karena kasihan. Padahal, dirinya lebih kasihan, soalnya dirinya tidak punya uang untuk kembali. Nah, terus, bapaknya ini memberi saran, "Nanti, bapaknya antar, Mira." Mira pun berpikir, "Bapak ini sama sekali belum mendapatkan penumpang, dan ini sudah sore, ngak mungkin, kan? Demi menolong Mira, bapak ini mau mengantarnya, sama aja, dong, Mira ngak bantu bapak ini, lagian, kan, kosan Mira jauh, karena Mira sedang kuliah." Mira pun menolak tawaran bapak itu, dan bapak pun membeli minyak bensin, dan tak lupa berterima kasih kepada Mira.

Selepas itu, Mira duduk di tempat, saat ia menunggu ojek pesanan nya. Masalah uang, mah, nanti ia bisa bayar dikossannya nanti. Mira pun menunggu, lalu, kakak angkat yang ngekos bareng Mira menelpon, katanya, "Kenapa belum pulang? Ini, kan, sudah sore?" Mira pun menceritakan kisahnya tadi kepada kakak angkat kosan nya ini. Selagi Mira berteleponan, Mira tidak memperhatikan orang yang dari tadi melihat Mira, dari menolong bapak tadi hingga sekarang sedang duduk berteleponan. Laki-laki itu menghampiri Mira, dan mengucapkan salam. Mira pun membalas salamnya. Tiba-tiba, laki-laki itu memberikan tumpangan kepada Mira untuk pulang. Awalnya, Mira merasa curiga, tapi kakak angkatnya Mira ini memberikan saran untuk memberikan hpnya kepada orang yang menawarinya tadi. Sebenarnya, Mira agak ragu memberikan hp, bagaimana kalau orang dihadapannya ini pencuri, kan bisa hilang hpnya? Kakak angkat Mira pun meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Dengan ragu, Mira memberikan hpnya kepada orang yang di depannya ini.

Laki-laki itu pun bingung, kan ia memberikan tawaran untuk pulang, kenapa malah memberikan hpnya? Apa perempuan yang ada di hadapannya ini mengira ia pencopet? Ia pun bertanya, "Kenapa memberikan hpnya?" Mira pun menjawab, "Ini saran kakaknya, jadi terima saja, soalnya kakaknya ingin berbicara."

Laki-laki itu pun mengambil hp Mira dan berteleponan. Ia menjawab semuanya yang kakaknya bicarakan. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya kakaknya serius berbicara dengan laki-laki itu. Setelah itu, laki-laki tadi memberikan hpnya kepada Mira dan ia berbicara bahwa ia akan memberikan tumpangan kepada Mira dan berjanji tidak akan terjadi apa-apa karena ia telah berjanji kepada kakaknya tadi. Mira pun percaya, dan pulang dengan selamat.

Sampai nya di kossan, kakak kosannya ini sudah menunggu di depan kossan. "Aku pun mengucap salam," kata Mira. Kakaknya pun menjawabnya. Setelah itu, kakaknya menyuruh Mira untuk masuk dan mandi. Mira pun menuruti nya. Setelahnya, Mira masuk, kakaknya berbicara kepada laki-laki yang mengantar Mira tadi. Entah apa yang mereka bicarakan.

Setelah kejadian itu, Mira pun tidak pernah lagi bertemu dengan pria yang sudah menolongnya. Hingga suatu hari, Mira tidak mengenalnya lagi dan mengingat nya lagi. Tapi, pada suatu hari, ada seorang pria melamar Mira. Kalian tau siapa yang melamar? Ya, itu pria yang sudah menolong Mira saat ingin pulang, tapi mengapa Mira tidak mengingat, dan entah mengapa Mira menerima lamarannya, walaupun Mira masih kuliah. Dan, Mira pun menikah dengan pria ini. Tapi, ketika pria ini ingin mengucap "Kobul, sayang, ibu rumah tangga yang cerewet itu membuyarkan hayalanku," alias "Ibu ku sendiri," berteriak ke kamar Mira, hingga rasanya kepalanya ini hampir pecah rasanya. Karena ibu Mira pula, hayalan Mira punah, entah kemana.

"Miraaaa, kamu ini bukannya mandi, malah di atas kasur tiduran? Mandi sana, badan sudah sangat bau dari luar, ibu sudah kebauan karena kamu belum mandi!" omelnya ibu Mira.

"Cak elah, ibu ini lebay banget, sih! Mana udah mau nikah, eh, malah hancur karena ibu!" kesalnya Mira.

"Apanya yang menikah? Kamu dari pagi cuma di kasur, makanya jangan kebanyakan halu! Mandi sana, biar otakmu ngak cuma diisi dengan halu! Heran, anak orang lain pada keluar jalan-jalan, biar ngak bosan. Lah, kamu tiduran aja di kasur, untung pintar, kalau ngak, mana mau ibu lihat anak gadis yang belum mandi, padahal sudah jam sepuluh, han?"

"Udah deh, bu, ini Mira mau mandi. Pergi sana, pusing ini, dengerin ibu ngoceh!" usirnya Mira.

"Heh, malah ngusir ni anak! Sudah mandi sana, jangan ngehalu lagi, awas kalau masih ngehalu!"

"Iya, ibu, iya, sana pergi, aku mau mandi!" Mira pun mendorong ibunya keluar dari kamar dan langsung menutup pintunya dengan keras, hingga ibunya mengoceh lagi.

"Miraaaa, awas ya kamu kalau keluar! Ibu jewer itu kuping biar panjang!"

"Biarin, nanti Mira diem-diem keluar, biar ibu ngak tau, wleee!"

"Awas kamu, ya, Mira!" Ibu Mira pun turun dan melanjutkan aktivitasnya, sementara Mira mengikuti kata ibunya tadi, yaitu mandi-mandi cantik.

Hhehe, ada-ada aja deh, gua mandi cantik, padahal mah mandi nya asal-asalan aja. Kalian jangan salah paham, ya, entar kalian bilang gua mandinya ngak bersih. Bersilah, gua mandi mah tenang aja, selain itu gua itu ingin menghemat air, ya, ngak iyalah, hhehehe!

HAY SEMUA, GIMANA NI CERITANYA? KALAU SEMISALNYA ADA TYPO, BILANG AJA YA DI KOLOM KOMENTAR, DAN JANGAN LUPA LIKE! NANTI KALAU ADA YANG LIKE, PASTI SENENG DEH, DAN AKUNYA SEMANGAT MAU BUAT CERITA! BAGI YANG UDAH LIKE, MAKASI! BAGI YANG BELOM, NGA PAPA KOK?

[2]

Sementara ibunya sedang berberes rumah, itulah aktivitas ibunya Mira setiap hari, selain itu, ibunya memiliki toko baju, sedangkan ayahnya Mira bekerja di kantor.

Tiba-tiba, ibunya Mira mendengar sepertinya ada orang yang mengetuk pintu rumahnya. Ia pun menghampirinya untuk melihat siapa yang datang.

"Tok-tok," terdengar suara ketukan pintu.

"Ia, sebentar ya," jawabnya ibu Mira, hingga pintu pun terbuka.

"Assalamualaikum, Tante," ucapnya dengan sopan.

"Iya, waalaikumsalam. Kamu temannya Mira, ya?" tanya ibu Mira.

"Iya, Tante. Miranya ada ngak?" tanya tamu tersebut.

"Ada kok, sebentar, Tante panggilkan. Sementara itu, kamu ayok masuk, tunggu di ruang tengah aja, ya," jawab ibu Mira.

"Iya, Tante, makasih," ucap tamu tersebut.

"Iya, silakan duduk. Tante panggil dulu," kata ibu Mira.

🌼🌼🌼

"Miraaa, dibawah ada teman kamu, cepat keluar!" panggilnya sambil mengetok pintu. Sementara Mira merasa kesal lagi-lagi, ibunya menganggu halu nya lagi.

"Ish, ibu ganggu Mulu perasaan. Siapa si yang datang hari libur gini? Biasanya juga ngak ada," gumamnya Mira.

"Miraaa, udah ngehalu nya, teman kamu dibawah udah lama nunggu," ulangnya ibu Mira.

Ceklek! Pintu kamar Mira pun terbuka. "Lama banget kamu buka pintu itu, dibawah teman kamu udah lama nunggu," omelnya ibu Mira.

"Iya, bu, maaf. Biasa Mira tadi ngehalu, ketemu pangeran impian Mira," jawab Mira.

"Ngehalu Mulu ni bocah, yaudah sana turun, teman kamu udah nunggu lama," kata ibu Mira.

"Eh, siapa ya, bu? Biasanya kan ngak ada yang datang, kok ini ada ya?" tanya Mira ke ibunya.

"Yo, ndak tau kok, nanya ibu," jawab ibu Mira.

"Ihh, ibu ngeselin deh," kata Mira.

Ibu Mira tidak menjawab, malah turun meninggalkan Mira, hingga membuat Mira semakin kesal.

Sesampainya di bawah, Mira langsung ke ruang tamu. Ternyata benar kata ibunya, ada temannya. Kirain Mira itu cuma akal-akalan ibunya supaya tidak dikamar terus.

"Astaghfirullah, Mira, makanya jangan suuzan sama ibu sendiri, dosa kan?" gumamnya Mira.

Mira pun menghampiri temannya itu, tapi dengan isengnya, Mira malah mengagetkan temannya.

"Door, door!" ucapnya Mira dari belakang temannya, tapi sayangnya temannya tidak kaget sedikit pun.

"Ya, kok ngak kaget si?" ucapnya Mira sambil duduk berseberangan dengan temannya itu, yang pasti Mira tidak akan duduk bersebelahan, duduknya karena kata ibu dan ayahnya, jangan terlalu dekat dengan laki-laki, soalnya bukan mahram.

"Enggak lah, kaget orang bayangan loh aja keliatan," jawab temannya.

"Oh, iya, btw, tumben datang ke rumah, Lo ganggu gue ngehalu, tau," kata Mira.

"Ngehalu Mulu, Lo ingat, Senin depan kita ulangan, masa lembar ulangan diisi sama halu lo. Kalau masalah gue datang kesini, lah, gue gabut aja, ngak ada kerjaan gue dirumah, lagian, kenapa sih ngak suka gue datang kesini?" balasnya temannya dengan nyolotnya.

"Idih, kok nyolot sih, Lo? Pake bawa-bawa ulangan lagi, gue ngak mau pusing mikirin ulangan, lagian, kan teman cowok Lo yang lain ada, kenapa harus ke rumah gue?" Mira balik bertanya.

"Gue nga mau, Hasbi lagi liburan sama orang tuanya, kalau teman gue yang lainnya, gue ngak terlalu dekat, jadi ngak bolehlah, kalau Lo, kan Lo teman perempuan yang paling gue dekat," jelasnya temannya.

"Masya Allah, jelas banget, Lo, ngomong, padahal katanya cowok yang di depan gue ini cuek, dingin kayak kulkas, ternyata, eh, ternyata bawel banget, ey," kata Mira.

Tiba-tiba, ibunya Mira datang dengan membawa air minum beserta cemilannya.

"Nih, dimakan, cemilanya, btw, nak, Kok mau ke rumahnya Mira? Mira ini baru selesai mandi, sukanya cuma ngehalu," kata ibu Mira.

"Benaran, tante," ucapnya temannya, seperti orang kaget, padahal mah biasa aja, soalnya bulan sering chettan dengan Mira, hanya saja baru kali ini bulan datang ke rumah Mira, jadi semua tentang Mira, bulan tau. Soalnya bulan sering gabut bertanya kepada Mira, misalnya, udah mandi belum, udah sholat belum. Benar-benar gabut, kan, ni orang.

"Iyalah, tu rambutnya masih basah, dan yang pasti disuruh berhijab, ngak mau. Tapi pengennya punya suami yang Soleh, sabar, tampan, dianya nya aja belum memantaskan diri, tapi banyak maunya," omongnya ibu, kira kebulan, padahal mah anaknya disampingnya, seolah Mira tidak ada.

"Gitu ya, tante, benar-benar Mira ini ya, tan banyak maunya, tapi ngak sadar diri," balasnya bulan.

"Teros, teros, omonggin terus, orangnya ngak ada, kok. Anggap aja anak yang disampingnya ini hanya kertas yang terhempas dan jatuh kelumpur," kata ibu Mira.

"Eh, ada orangnya, ternyata, bhahahh!" Ibu Mira dan bulan pun tertawa.

"Udah dari jaman purba, Mira disini, kale," kata ibu Mira.

"Hus, mulutnya ngak boleh gitu," kata Mira.

"Hehe, maaf, bu, abisnya ibu si," jawab bulan.

"Apa udah diem?" ibu Mira sambil menatap kajam ke Mira, sedangkan Mira hanya mengelus dadanya.

"Btw, nama kamu siapa, nak? Dari tadi ngomong, tante belum juga tau nama kamu," lanjutnya ibu Mira.

"Bulan, tante, nama saya," jawab bulan.

"Oh, bulan, yaudah, tante mau ke belakang, berberes lagi, sambil mau nyiram tanaman," kata ibu Mira.

"I..." Belum sempat bulan menjawab, Mira sudah menjawab duluan.

"Yaudah, pergi sana, ibu, nganggu aja dari tadi," usirnya Mira, sedangkan Mira langsung menunduk karena tidak mau mendengar omelan ibunya.

"Tuh, tu ngak sopan, Mira ini, tapi tenang aja, soalnya Mira anak kesayangan tante banget, lo," ucapnya ibu Mira dengan ekspresi tak terduga.

"Iya, tante, udah tau, lagian, siapa si yang ngak sayang sama anaknya?" kata Mira.

Setelah itu, ibu Mira pun tersenyum dan langsung kembali ke dapur.

"Eh, kita ngapain ya?" sedangkan bukan hanya mengerakkan bahunya, pertanda tidak tau apa yang dilakukan.

"Owh, gini aja, tadi gue liat video masak-masak simple. Nah, tapi sebelum itu, lo mau ngak beli bahan, terus gue masaknya, lo juga bantuin masaknya, mau enggak? Tenang aja, nanti beli bahannya, gue temenin deh," ajaknya Mira.

Mira ini bagaimana, si masa ngajak laki-laki masak? Bayangin laki-laki yang katanya sangat dingin ini diajak masak. Why? Tapi tidak disangka, bulan mau. Langkah banget, kan? Momen ini hanya dengan Mira. Coba dari semua cewek yang ngajaknya, cuma Mira yang ia mau. Bah, ada gerangan, apakah ini?

Karena bulan mau, Mira dan bulan akan berangkat sekarang, tanpa harus menunggu Mira ber-make up, yang pastinya Mira ngak pernah make up, karena Mira beda dari yang lain, dan satu sifat inilah yang membuat bulan suka sama Mira. Eit, bukan suka, yaitu jatuh cinta, ya? Tapi suka sebagai adeknya bulan, karena bulan sudah menganggap Mira sebagai adeknya.

🌼🌼🌼

"Bulan, ini minimarket, tumben banget ada kaca, ya?"

"Ngak tau, gue juga baru kali ini ke minimarket," ucapnya bulan dengan jujur, karena bulan memang kali ini ke minimarket.

"Eh, lucu banget kacanya, bulat-bulat gitu, bulan, sini deh," ajaknya Mira. Bulan mendekat dengan gaya cool dan super dinginnya itu.

"Yok, kita potret," merekapun berpotret, tapi disini bulan hanya bergerak jika Mira menyuruh, jadi kalau tidak disuruh, maka gaya potonya hanya berdiri dengan wajah datarnya.

Sesudah berpotret dan bahan-bahan juga sudah dibeli, mereka pun ke kasir.

"Embak, coba itung semuanya," kata bulan kepada embaknya.

"Ini semua totalnya 350.000, mas," Bulan pun membayarnya tanpa menjawab apa-apa, sedangkan mbak kasir memberikan belanjaannya kepada Mira.

"Dek, kakaknya ganteng banget, cool lagi, boleh lah, nanti jadi calon suami mbak," adu-adu gimana ini, simbak kasir udah jelas, temannya ini ngak suka sama cewek modelan genit.

"Boleh kok, mbak, tapi tergantung sama kakak saya, si mau atau ngaknya sama mbak," jawabnya Mira, sedangkan mbak kasir sudah seyam-senyum, diberi lampu hijau.

"Gimana, kak, mau ngak sama mbaknya?"

"Ogah," jawabnya bulan, hingga membuat mbaknya sakit hati, dan tatapan mbaknya langsung judes seketika kepada bulan. Bulan pun langsung menarik pergelangan tangan Mira yang memakai baju panjang itu untuk pergi dari minimarket tersebut.

"Cie, digodain mbak kasir, cikiwiw!"

"Udah, ngak usah ngeledekin."

"Ihiw."

"Miraaa!" Bulan pun menatap Mira dengan tajam, sedangkan yang ditatap hanya cengengesan.

"Iya-iya, baperan banget, si!"

Sampai di rumah.

"Assalamualaikum, bu."

"Waalaikumsalam, kok cepet banget, jalan-jalannya?" kata ibu Mira, sedangkan Mira dan bulan langsung menyalaminya.

"Bukan jalan-jalan, bu, tapi beli bahan."

"Mira-mira, kamu ini ambil kesempatan aja, jadi orang, pengen banget yang geratisan."

"Nga papa, kok, tan, ngak masalah, kok."

"Dih, ibu, orang, kakaknya juga ngak keberatan."

"Ciee, pake segala, manggil, kakak, ni, ye."

"Ih, ibu, udah, deh."

"Yaudah, iya, terus, bahan-bahan ini, mau diapain?"

"Ini, tan, katanya, Mira, mau masak."

"Dih, Mira, belagu, pake segala, pengen masak, padahal, mah, Mira, jarang banget, lan, masak."

Mira pun kesal dan langsung menarik tangan bulan untuk langsung ke dapur, tapi sebelum ke dapur, bulan menoleh ke belakang, lalu ngomong.

"Tante, kami ke dapur, ya."

"Iya, omonggin sama Mira, jangan hancurin dapur, tante."

"Siap, tan."

Disini, didapur, Mira dan bulan sudah bersiap untuk bermasak. Mira pun menyiapkan kan peralatan nya, sedangkan bulan mengeluarkan bahan yang dibeli nya bersama Mira tadi.

"Terus, ini, gimana, ni?" tanya nya bulan.

"Bentar, kita bukak hp dulu."

"Lah, kirain, udah bisa, ternyata, eh, ternyata."

"Udah, diem, deh."

Sembari Mira melihat video nya, bulan dengan isengnya mengambil tepung dan dioleskan ke wajah Mira, hingga wajah Mira menjadi putih.

"Ih, bulan, putih semua ini wajah, udah kayak hantu gini," kasian banget sihantu dinistahkan Mira. "Jhhhh, lucu banget muka Lo," bulan pun tertawa terbahak-bahak. Mungkin untuk orang lain, tertawa nya bulan ini sangat langkah, tapi bagi Mira, ini mah biasa saja.

"Ihh, jangan ketawa, nanti Mira ngambek ni," bulan pun langsung menutup mulutnya. "Yaudah-yaudah, maaf deh, yok kita buat apa yang pengen dibuat," bujuknya bulan.

"Yaudah, ayok kita buat kue dulu," jawab Mira dengan bibir mengerucut.

"Mira-mira, mudah banget si bujuk Lo, padahal muka Lo aja belum dibersihkan, ini aja gue lagi nahan ketawa," ucapnya bulan dalam hati.

"Ok, yok kita buat kue." Mereka membuat kue hingga selesai, dan tak lupa bulan masih saja tertawa, sedangkan Mira hanya terus menghiasi kue tanpa mau tau apa yang ditertawakan bulan.

Tiba-tiba, ayahnya Mira yang sudah kembali bekerja pulang, dan disambut lah istri tercintanya. "Buk, itu didapur, siapa kok ada orang ketawa?"

"Owh, itu anak kamu sama temannya lagi masak, btw, kok papa cepet banget pulang?"

"Pengen pulang cepet aja, rindu sama putri kita, buk," kata ayah Mira.

"Sama putri nya aja, rindu, ibu ngak ni?"

"Nggaklah, buk, papa juga rindu sama ibu," ibu Mira pun tersenyum.

"Yaudah, buk, kita ke dapur, kita lihat, apasih yang membuat temannya tertawa terbahak-bahak seperti itu."

Sampai di dapur. "Putri papa, lagi ngapain ni? Astaghfirullah, siapa ini? Kenapa muka nya jadi putih semua?" sedangkan ibu Mira dan bulan sudah tertawa terbahak-bahak.

"Ini anak papa lah," kata Mira.

"Masya Allah, anak papa, kenapa jadi begini?"

"Tu pa, orangnya yang bikin muka Mira jadi begini," tunjuknya Mira ke bulan. Papanya Mira langsung menoleh ke arah yang Mira tunjuk, tapi melihat laki-laki tersebut, papa Mira teringat sesuatu.

"Kamu anaknya Juan, ya?"

"Iya, om."

"Yaampun, kamu sudah besar, ternyata."

"Iya, om."

"Ibu kamu pasti seneng banget lihat anaknya tambah ganteng gini."

"Pa," ucap ibu Mira menghentikan pembicaraan sambil berbisik kepada papanya, Mira.

Papa Mira seketika mengingat bahwa ibu bulan ini...

Papa Mira merasa tidak enak kepada bulan, soalnya ibunya bulan meninggal saat bulan dilahirkan.

"Ingat ngak, pa? Mira ingat?" papa Mira merasa tidak enak kepada bulan.

"Ingat, kok, bu, ya udah deh, kak bulan, Mira pengen peluk."

Mira pun langsung memeluk bulan, dan dengan senang hati, bulan pun membalas pelukan Mira.

Sekarang bulan bisa merasakan kasih sayang seperti keluarga yang lengkap, dan ia sangat bahagia. Sebenarnya, bulan dulu tidak pernah sedingin apa yang dikatakan orang-orang. Sifatnya berubah karena ayahnya bulan menikah lagi, dan ibu tirinya ini sangat membenci dirinya, entah apa sebabnya, ibu tiri bulan sangat membenci nya, hingga bulan diusir dari rumah nya sendiri.

"O ya, bulan, katanya kamu diusir dar..." ucapnya papa Mira terputus karena tidak merasa enak jika membicarakan nya dengan bulan, apalagi disini ada Mira.

"Iya, om."

"Om sungguh tidak percaya dengan keputusan ayah mu itu, bisa-bisanya mengusir anak nya sendiri, kalau begitu, kamu sekarang tinggal dimana? Kalau masih tidur dengan teman, mending tidur disini saja, sama Mira, ibu juga pasti senang."

"Enggak, om, bulan udah ada usaha dan bulan juga ada rumah, tapi ya itu, bulan merasa kesepian dirumah sendirian."

"Om bangga sama kamu, dalam usia muda, kamu sudah sukses."

"Makasih, om."

"Pa, kak bulan, tinggal disini aja, ya, hari ini?"

"Ya, kalau papa si terserah kebulannya."

"Gimana, bulan, mau ngak nginap disini? Itu adek kamu yang nyuruh Lo."

Sekarang ibunya ikut gabung dalam pembicaraan nya.

"Yaudah, kalau ini kemauan adek tersayang ku."

"Yaudah, kak, kita main lagi diruang tengah," Mira sambil menarik tangan bulan.

"Mira-mira, mentang-mentang kakak nya mau nginap, papa dilupain, tapi ngomong-ngomong, papa kasihan kepada bulan, ya, Bu."

"Iya, pa, ibu juga sedih, dengar papa tadi ngomong, kalau bulan diusir dari rumah nya sendiri."

"Ya, semoga saja, ayahnya bulan sadar, bahwa wanita yang ia nikahi tidak benar."

"Semoga aja, ya, pa."

HALO-HALO SEMUANYA! PADA SEHAT SEMUA KAN. OKE, INI SAJA, SEKIAN, TERIMAKASIH....

EITS, BELUM SELESAI DONG! MASIH PENGEN NGOMONG.

READER: "APAAN SIH, AUTHOR GABUT BANGET NI?"

HHHHHHH, IYAP, INI AUTHOR LAGI GABUT + PENGEN DISEMANGAT TIN SAMA READER NI. BIAR AUTHOR YA SEMANGAT TERUS, BISA BUAT CERITA INI SAMPAI SELESAI, DAN BISA NGEHIBUR KALIAN YANG MUNGKIN LAGI GABUT JUGA. DAN JANGAN LUPA LIKE SAMA KOMENNYA, BIAR SEMANGAT BERTAMBAH SEPERTI AIR LAUTAN YANG TIADA HENTINYA! HEHE (⁠◠⁠‿⁠◕⁠**).

[3]

Pada malam ini, Bulan dan Mira beserta ibu dan papanya Mira sedang menonton TV. Disini, posisinya papa dan ibunya Mira berdekatan, sedangkan Mira disamping ibu, dan disamping Mira ada kakaknya, yaitu Bulan.

Dari tadi, Mira tidak pernah diam, selalu saja menganggu Bulan. Namun, hal itu tidak membuat Bulan terganggu, malahan Bulan merasa senang. Sejak dulu, waktu berpisah dengan Mira karena Mira pindah rumah, Bulan sangat sedih. Namun, sekarang Mira sudah ada, membuat Bulan menjadi sangat bahagia.

Papa memperhatikan Mira yang selalu menganggu Bulan. Misalnya, Mira bersandar di bahu Bulan, kemudian berpindah menjadi berbaring di paha Bulan, kembali duduk lagi memainkan rambut Bulan. Padahal, Mira di sekolah sangat cuek, sama dengan sikap Bulan. Tapi, jika sudah ada Bulan, beda lagi sifatnya.

"Mira, sudah, dong! Bulan mau nonton, masa kamu ganggu terus?" ucapnya sang ayah.

"Hehehe, maaf, pa, tapi kan kakak ngak marah," jawabnya Mira dengan wajah imutnya, membuat Bulan menjadi gemas. Sedangkan ibunya malah ingin muntah melihat Mira yang sok imut.

"Idih, Mira, sok imut banget kamu!" jawabnya ibu Mira.

"Lah, kok ngamok, sih, ibu? Kalau iri, bilang sama papa, kan disamping ibu ada papa," kata Mira.

"Siapa juga yang iri?" ibu pun memutar mata malasnya.

Bulan hanya tersenyum. Inilah yang ia butuhkan: mempunyai keluarga harmonis, dimana orang-orang menganggapnya tidak dengan keluarga nya sendiri, karena ibu tirinya dan ayahnya hanya memperhatikan saudara tirinya.

"Sudah, sana tidur, ini sudah malam," suruhnya ibu kepada Mira dan Bulan.

"Ngak mau," jawabnya Mira dengan muka mengembung, menghadap ke arah ibunya.

"Oh, ngak mau, ya? Ok, kalau gitu, ibu punya tantangan. Kalau Mira kalah, maka kamu tidur. Kalau ibu kalah, maka kamu boleh kasih hukuman ke ibu. Bagaimana?"

Mira berpikir hingga ia memutuskan untuk menerima tantangannya. Dan kalian tau apa tantangannya? Pasti kalian akan menebak truth or dare, kan? Tapi, nyatanya, yang dimainkannya hanya gunting, batu, kertas. Hhhh, lucu banget, sih, keluarga ini.

Kini, mereka sedang melakukannya, dan yang menang adalah ibu Mira. Mira pun kesal.

"Makanya, ibu sendiri, kok dilawan, malu, boss, kalau kalah," ucapnya ibu Mira sombong.

"Halah, ibu baru menang sekali, udah sombong aja," kata Mira yang tidak terima dengan kekalahannya.

"Sudah, sana tidur, sudah kalah, masih aja nyolot," kata ibu Mira.

"Ih, i...." Belum sempat Mira bicara, Bulan sudah memotongnya.

"Baik, Bu, kami tidur. Good night, ibu, om," kata Bulan.

"Good night, sayang," jawab ibu Mira.

"Ibu, apa-apaan, sih? Sayang-sayang, ngak boleh tau, ini kakaknya Mira," ucapnya Mira sambil memeluk Bulan, seolah tidak mau kehilangan Bulan.

"Makanya, tidur sana," kata ibu Mira.

"Iya-iya."

Oke, sampai disini pasti kalian mulai bertanya-tanya. Kok Mira bisa ya tidur kayak gitu ke Bulan, kok bisa ya Bulan ada dirumah Mira, kok bisa ya Mama dan Papa Mira nggak marah Bulan ada dirumah Mira. Ok, tenang semuanya ya, pertanyaan yang ada dipikiran kalian akan dijawab satu persatu disini.

Waktu Bulan dilahirkan, ibunya Bulan meninggal. Dan pada saat itu, Ibu dan Papanya Mira sedang ada dirumah sakit karena adiknya Papa Mira sedang sakit. Dalam perjalanan menuju ruangan adiknya Papa Mira, Ibu Mira melihat seorang ayah bayi yang kebingungan karena anak ini tak henti-hentinya menangis. Namun, sang ayah tidak mengerti apa yang harus ia lakukan.

Kemudian, Ibu Mira bertanya pada perawat yang lewat, "Kenapa ayah dari bayi tersebut tidak ada ibunya diruangan bayi tersebut?" Sang perawat menjawab bahwa ibu dari bayi tersebut telah meninggal dunia sesudah melahirkan bayi tersebut. Dan ibu dari bayi tersebut akan dimakamkan besok karena ini sudah malam.

Si Ibu Mira merasa kasihan, kemudian mendekati ayah dari bayi tersebut dan berbicara kepada ayah bayi tersebut untuk mengizinkannya menyusui bayi tersebut karena nyatanya bayi tersebut sedang lapar. Dan keputusan tersebut sama sekali tidak membuat Papanya Mira marah, karena ia tau hal yang dilakukan Ibu Mira wajar karena itu merupakan perasaan sang ibu. Kalian pasti mengertilah perasaan sang ibu.

Ayahnya bayi tersebut awalnya ragu, namun ini demi kebaikan anaknya, dan akhirnya ayah bayi tersebut mengizinkan Ibu Mira untuk menyusui bayi tersebut. Jadi, disini sudah jelas ya bahwa Bulan adalah saudara sepersusuan Mira.

🌼🌼🌼

Pagi ini, Mira dan Bulan beserta Papa dan Ibu Mira sedang sarapan. Tidak ada yang bicara, soalnya kalau sarapan, Ibu melarang bicara. Kalian juga pasti begitu, kan? Selesai makan, Ibu mengantar Mira, Bulan, beserta Papa. Setelah itu, Papa berpamitan dengan Ibu, kemudian Mira dan Bulan.

"Mira, berangkat, Bu!" "Bulan juga, Bu, Om berangkat!" "Eh, kok Om, si Papa juga, dong, Bulan?" "Eh, iya, Pa!" "Iya, hati-hati kalian, jangan lupa, Bulan, jagain adeknya," jawab Ibu kepada Bulan sambil tersenyum. "Iya, Bu, tentu!"

Kemudian, Papa berangkat naik mobilnya, sedangkan Mira bonceng Bulan. Mungkin bagi orang, mereka pacaran karena mereka terlihat bukan saudara, padahal kan saudara.

Sampainya di sekolah, orang-orang melihat Mira dan Bulan. Ada yang kaget dan ada juga yang benci kepada Mira karena melihat Mira dibonceng Bulan. Ya, maklum saja, kan Bulan laki-laki tertampan, terpintar, dan terdingin di sekolahnya ini, membuatnya banyak disukai kaum wanita.

"Eh, itu Mira, kan? Anak IPA adek kelasnya Bulan?" "Iya, benar, itu Mira. Kalau dilihat-lihat, cocok, sih. Lihat aja, Mira pinter, cantik, berbakat, cocoklah sama Bulan." "Iya juga, sih, tapi emang Mira ngak takut sama Nek Lampir, kan bisa dilabrak kalau ada Nek Lampir?" "Iya, itu mah urusan mereka..... Eh, itu Nek Lampir ngelihat Bulan sama Mira, yok, kita lihat, pasti adu bacok ni mereka."

"Bulan, kok kamu datang sama adek kelas yang jelek ini, sih? Oh, atau jangan-jangan cewek ini godain kamu, ya?" ucap Siska sambil menunjuk Mira, sedangkan Bulan masih menahan emosinya untuk tidak memukul gadis di depannya ini. Begitu pun Mira, hanya menampilkan muka datarnya saja.

Suasana pun semakin ramai melihat tingkah Siska beserta sahabat-sahabatnya Siska. "Kayaknya bener deh, sis, cewek ini deh yang godain, kasihan, mana masih kelas 11, udah genit aja sama kakak kelas?" ucap sahabatnya Siska. "Iya, ini mana yang katanya anak paling berprestasi, kok ngambil pacar orang, ngak malu apa?" ucapnya sahabat Siska yang lain.

Mira tidak membalas. Bagi Mira, itu tidak masalah, lagian mereka tidak ada bukti. Tapi kalau mereka main tangan, jangan tanya lagi, maka Mira akan membalasnya lebih para. Karena Mira merasa bosan sama omongan Siska ini, Mira pun menarik tangan Bulan untuk pergi, namun Siska memutuskan tangan Bulan dan Mira, membuat Bulan semakin marah dan ingin memukul gadis di depannya ini. Namun, Mira memberikan kode mata agar jangan gegabah.

Tapi seketika Siska menampar Mira. Pakkkkkk! Siska menampar wajah Mira hingga membuat wajahnya Mira memerah. Mira memegang wajahnya, ada rasa perih di sana, lalu ia melihat Siska dengan tatapan tajam. Itu membuat Siska sedikit ketakutan, namun Siska menutupi ketakutan nya.

"Heh, berani Lo ngelihat gue kek gitu, hah?" ucapnya Siska. "Loh, dari tadi udah gue diemin, tapi masih aja berulah, mau loh apa, hah?" ucapnya sambil mendekat ke arah Siska. "Ngapain loh dekat-dekat gue?" ucapnya Siska

"Loh, dari tadi udah gue diemin, tapi masih aja berulah, mau loh apa, hah?" ucapnya sambil mendekat ke arah Siska.

"Ngapain loh dekat-dekat gue?" ucapnya Siska sambil ketakutan dan Mira pun memegang kerah baju Siska.

"Loh, jangan macam-macam sama gue, loh, paham?" ucapnya Mira sambil menatap Siska, Bulan pun melihat itu tersenyum tipis, sangat tipis hingga tak terlihat oleh siapa pun.

"Heh, jangan ngancam, Lo, gue ngak takut sama Lo," ucapnya Siska sambil mendorong Mira. Mira pun tersenyum miring.

Dan lagi-lagi Siska ingin menampar Mira, namun tangan kalah cepat karena tangan Mira kemudian Mira melintir tangan Siska, membuat Siska kesakitan. Kemudian Mira kembali menggunakan tangan kirinya, namun itu sia-sia dan berakhirlah Siska yang kesakitan.

"Lepasin gue, anjing!" ucapnya Siska marah sambil menahan kesakitan. "Ngak punya sopan santun, loh, ya emangnya orang tua loh ngak ngajarin bicara yang benar, hah?"

"Serah, gue, his... lepasin!" ucapnya Siska sambil menahan sakitnya karena Mira makin mengencangkan pelintiran nya.

"Bosan gue banyak bacot, loh... ya udah, pergi sana!" ucap Mira sambil mendorong Siska, membuat Siska jatuh mengenaskan sambil menahan sakit.

Kemudian Mira dan Bulan pergi tanpa menghiraukan Siska yang kesakitan.

"Anjing, loh, jangan pergi, lihat aja pembalasan gue, Mira, ingat, jangan seneng dulu, gue juga akan rebut Bulan dari loh!" ucapnya Siska sambil berteriak. Mira mendengar, namun Mira tidak menghiraukannya.

"Sis, loh, ngak papa, kan?" ucapnya teman Siska.

"Menurut loh, lagian loh kenapa diam aja dari tadi, hah?" ucapnya Siska sambil marah.

"Gue takut lihat tatapan tajamnya Mira, sis," ucapnya teman Siska.

"Alah, bacot, Lo, semua, bantuin gue cepat!" Teman Siska pun langsung membantu nya.

"Kalian semua ngapain masih lihat disini, ngak ada pertunjukan, pergi sana!" ucap Siska kepada para siswa lainnya.

"Huh, bukannya tobat, malah makin para?" "Iya, nih, rasain tuh tangannya dipelintir Mira, habisnya kepedean banget, sih, Bulan sukanya sama Lo." "Diam, loh, berani loh sama gue, hah?" "Udah, ngak usah diladeni, Nek Lampir itu, yok, kita pergi!" "Heh, siapa yang kalian bilang Nek Lampir, gue bukan Nek Lampir!" "Huh!" soraknya siswa. "Huh!" "Awas, kalian, gue balas, kalian, ingat, ucapan gue!" ucapnya Siska sambil marah dan matanya pun sudah memerah dengan dendam yang sudah membara.

Sampai nya di kelas... "Cie, yang punya pacar!" ucap Marisa ketika melihat Mira di dalam kelas. "Iya, nih, mana kakak kelas ganteng banget lagi?" tambahnya Nara. "Bacot!" ucap Mira. "Mending Lo lihat Sinta, diem, ngak ribet sama urusan orang," tambahnya Mira.

"Idih, sensian amat sih, Lo Mira, dan jangan samain kita sama Sintalah, kan Sinta orangnya memang pendiam," kata Marisa.

"Serah," ucap Mira.

"Dih, memang cocok loh sama kakak kelas itu, orang sama-sama cuek," tambah Marisa. Mira hanya diam, tidak membalas ucapan mereka.

"Tapi ganteng banget, Mar," kata Marisa, dan Marisa pun melototkan matanya, pasalnya ia tidak suka dipanggil "Mar", emangnya namanya sama dengan nama ibu-ibu di pasar.

"Mar-Mar, nama gue bukan Mar, tapi Marisa," ucap Marisa sambil menaikkan suaranya 2 oktaf, sedangkan Nara hanya menyengir.

"Kuat amat dah suara loh, sangkit kuatnya, gue pengen buang gas," ucap Nara.

"Jorok," ucap Mira.

Tringgg... Kini Mira beserta temannya sedang belajar. Mana pelajaran yang kesukaan Mira lagi, padahal teman Mira sangat membencinya. Ngak juga, sih, ada temannya yang juga suka pelajaran itu, yaitu Sinta. Kalian tahu apa pelajaran itu? Yap, Matematika, cinta pertama anak bangsa, caeklah, hhhahh.

"Anak-anak, Ibu ada kuis, kalian jawabnya, siapa yang Ibu suruh, silakan isi, maju ke depan," ucap guru.

"Baik, Bu," jawab serempak sekelas.

"Et, dah, ini mah cuma Mira sama Sinta yang bisa, kalau gue maju, bisa disorakin ni, gue bukan karena gue bisa, yang udah pasti gue ngak bisa jawab," batin Nara dan Marisa. Hahahh, bisa kompak juga ya mereka membatin.

"Mira, silakan, maju ke depan," ucap guru.

"Baik, Bu." Mira pun maju ke depan dan mengisi jawabannya.

"Huh, untung bukan gue yang dipanggil," ucap Marisa.

"Cak, elah, pede amat, nama Lo dipanggil, kayak bisa aja, Lo," ucap Nara.

"Diam, Lo," ucap Marisa.

"Yang dibangku kedua, diam," ucap guru kepada Marisa dan Nara.

"Iya, Bu," jawab mereka.

"Buk, sudah," ucap Mira.

"Sebentar, Ibu periksa," ucap guru. Guru itu pun meriksa jawaban Mira.

"Benar, silahkan duduk, Mira," ucap guru.

"Baik, Bu," jawab Mira.

"Selanjutnya, saya panggil Sinta, silakan, maju ke depan, Sinta," ucap guru.

"Baik, Bu." Sinta pun menulis jawabannya.

"Sudah, Bu," ucap Sinta.

"Guru pun meneliti nya," ucap guru. "Apa sudah yakin ini jawabannya, Sinta?"

Sinta kembali melihat jawabannya, ternyata ada angka yang Sinta salah hitung.

"Maaf, Bu, boleh saya perbaiki?" tanya Sinta.

"Silahkan," jawab guru.

"Sudah, Bu," ucap Sinta.

"Ok, jawaban kamu benar, Sinta, silahkan duduk," ucap guru. Sinta pun kembali ke tempat duduk, tapi ketika duduk, Marisa memegang bahu Sinta sehingga Sinta menghadap ke belakang.

"Selamat, loh, Sin, kirain gue loh kena jewer tadi," ucap Marisa.

"Ngak," ucap Sinta.

"Hahaha, iya deh, iya," ucap Marisa.

"Ok, sekarang giliran Marisa," ucap guru. Marisa pun kaget dan tidak sengaja mengeluarkan kata kotor.

"What the fuck, eh..." Marisa pun langsung menutup mulutnya.

"Aduh, gimana sih ni mulut," batin Marisa.

"Marisa, kenapa kamu ngomong kotor, kamu mau ngatain saya, hah?" tanya guru.

"Ngak, kok, Bu, ya udah, saya maju ni," ucap Marisa.

"Cepat maju, awas aja kalau jawaban kamu salah," ucap guru.

"Iya, Bu," jawab Marisa.

"Iya, Allah, bantulah hamba-Mu ini, istirahat kanlah, biar hamba tidak dihukum nanti, kalau Allah bantu, nanti saya sedekah ke masjid, seribu, aamiin," batin Marisa.

"Marisa, cepat isi," ucap guru.

"Iya, Bu, maaf tadi Marisa berdoa dulu, biar jawabannya benar," ucap Marisa.

"Alasan kamu cepat isi," ucap guru.

"Baik, Bu," jawab Marisa.

Triiing...

"Buk, istirahat, jadi ngak usah ya dijawab," ucap Marisa.

"Baiklah, Marisa, silahkan duduk, dan untuk kalian semua, kerjakan PR tadi dirumah, sampai sini saja, saya akhiri, waalaikumsalam," ucap guru.

"Waalaikumsalam, Bu," jawab sekelas.

"Huh, selamat," ucap Marisa.

"Makanya belajar," ucap Nara.

"Kayak Lo belajar aja," jawab Marisa sambil nyolot, sedangkan Nara hanya menyengir.

"Dua-duanya belajar, jangan saling salahin," ucap Mira.

"Iya, deh, iya, yok, kantin, Mira, Sinta, dan Marisa," ucap Nara agak malas mengajak Marisa.

"Idih, pakai bahasa alien segala, Lo," ucap Marisa.

"Udah, ayo kita ke kantin," ucap Nara.

"Siap, komandan," ucap Marisa dan Nara, sedangkan Sinta sudah berjalan mengikuti Mira.

"HAI LAGI SEMUANYA! GIMANA NI CERITA? JANGAN LUPA LIKE, KOMENTAR, DAN BAGIKAN YA, BIAR MAKIN BANYAK YANG BACA CERITA AKU. BTW, MAKASIH JUGA YANG UDAH LIKE DAN YANG BELUM LIKE, NGAKPAPA, TAPI NANTI DILIKE YA, BABAY!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!