NovelToon NovelToon

TAKDIR

Bab 1. Mantan Wanita Penghibur

Wisely tersenyum simpul masih menatap pantulan bayangannya di dalam cermin lebar yang terbentang di kamar hotel yang baru saja dia masuki.

Tentu saja saat itu dia sangat mirip seperti putri dalam dongeng dengan balutan busana mewah dengan kain sutera terbaik sebagai pilihan bahan.

Tubuh tinggi semampai bak model itu terbalut gaun indah berwarna putih dengan riasan wajah natural. Sungguh penampilannya saat itu sangat anggun dan mengagumkan, tapi sayangnya semua orang yang hadir pada saat itu seolah tidak melihat dirinya di atas altar pernikahan.

Ya, wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu baru saja melangsungkan pemberkatan pernikahan dengan seorang lelaki tampan yang menjabat sebagai CEO di perusahaan Januar Group, sebagai mana diketahui bahwa perusahaan yang terdiri dari berbagai sumber bidang itu adalah salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.

Pernikahan yang hanya di hadirkan oleh kerabat dari pihak mempelai laki-laki. Pernikahan yang hanya dilakukan secara tertutup, tidak ada resepsi maupun hanya sekedar makan bersama ataupun acara lainnya setelah itu.

Bahkan keluarga dari Wisely satupun tidak ada yang menghadiri karena dirinya mengaku sebagai anak yatim-piatu.

"Apakah aku harus bahagia?" gumamnya dengan bibir sedikit melengkung, namun senyuman yang teramat tidak baik-baik saja. Bahkan wanita cantik yang berstatus baru itu merosot ke lantai dengan memeluk ke dua lututnya. Status baru yang dia sadang tiga puluh menit yang lalu. "Ya, aku puas karena sudah berhasil menikahinya!" sambungnya dengan tertawa lepas seperti orang yang sedang frustasi level tinggi.

Bunyi bel kamar hotel menyadarkan Wisely dari lamunannya. Dengan cepat dia mengusap bulir-bulir bening yang sejak tadi membanjiri ke-dua pipi mulusnya tapi tidak melunturkan riasan di wajahnya.

Kemudian wanita rapuh itu berusaha berdiri masih mengenakan gaun mewah tersebut. Merasa sudah baik-baik saja ia beranjak berjalan menuju pintu, ia tau bahwa yang memencet bel adalah para pelayan yang memang di perintahkan.

Dalam beberapa detik kemudian, pintu pun dibuka. Dan benar saja dua sosok yang tengah berdiri dengan kepala menunduk adalah pelayan.

"Maafkan kami Nona bola sedang menganggu masa istirahat Nona. Kami datang karena mendapat perintah," ucap salah satu wanita tersebut.

"Tidak, aku sama sekali tak merasa terganggu. Ada apa?" dengan tenang Wisely menjawabnya. Tentu saja kedatangan pelayan tersebut sangat membantu dirinya untuk membuka gaun yang masih membalut tubuhnya.

"Sebaiknya Nona segera berkemas. Nona akan segera berangkat ke villa Tuan malam ini juga." Ya, yang dimaksudkan Tuan adalah suaminya sendiri.

Wisely mengangguk lemah, ia sudah tau bahwa kapanpun ini akan terjadi. Wisely melangkah masuk ke dalam dan di ikuti oleh ke-dua pelayan tersebut.

"Bisa bantu aku bukakan gaun ini? Dari tadi mencoba namun kesulitan," ucap Wisely sembari menarik-narik sudut lengan gaun itu. Ya, untuk membuka resleting bagian belakang tentu saja itu butuh bantuan orang.

"Tentu saja Nona," sahut mereka dengan serentak. Kemudian sama-sama melepaskan gaun indah nan mewah.

Dalam beberapa detik, gaun itu juga berhasil lepas dari tubuh Wisely.

Andai saja pernikahan itu terjadi didasari dengan rasa cinta yang lengkap, lengkap yang dimaksudkan adalah saling cinta dan mengharapkan, tentu saja hari ini adalah momen yang bersejarah yang tidak akan terlupakan dan ia merasa adalah wanita yang paling beruntung di dunia ini. Menikah dengan lelaki tampan, kaya raya dan memiliki segalanya, dan tentunya idola setiap wanita, bahkan ia mampu mengalahkan seluruh wanita di muka bumi ini, khususnya wanita-wanita dari kalangan atas.

Tapi itu tak berlaku bagi pernikahan mereka. Ini baru awal, dan ke depannya Wisely harus siap menerima konsekuensinya yang ia gali sendiri.

Bahkan ke-dua mertuanya begitu dingin kepada dirinya. Bukan hanya mertua namun seluruh anggota keluarga Januar, kecuali ada sosok gadis manis yang dapat menerima kehadirannya. Sayangnya gadis itu menetap di luar negeri. Tidak ada kehangatan atau kebahagiaan yang terpancar di mata mereka atas pernikahan putra satu-satunya.

Sedih, kecewa tentu saja mencabik hatinya dengan sebuah kenyataan ini. Namun apa daya karena semua dirinya lah yang menciptakan.

Entah apa yang akan terjadi, ia harus siap. Belum lagi dengan status yang pernah ia sandang. Status yang mampu merendahkan dan menjadi perbincangan publik untuk keluarga besar Januar.

Bab 2. Villa Di Pinggir Kota

Butuh waktu hampir satu jam menempuh perjalanan ke villa. Villa yang letaknya jauh dari pusat kota. Dan kini kendaraan roda empat itu memasuki villa dan berhenti tepat di depan garasi.

Masih berada di dalam mobil pandangan Wisely menyapu halaman villa yang begitu luas dengan pikiran di tumbuhi pepohonan hingga pandangannya berpusat pada pintu utama lewat jendela mobil.

"Nona, kita sudah tiba. Mari silakan—"

"Aku bisa turun sendiri," tangan pelayan yang tadinya hampir saja membuka pintu mobil spontan saja di urungkan karena mendengar penolakan dari Wisely. Ya, Wisely tidak ingin besar hati atas apa yang telah tercapai. Baginya Wisely ya Wisely, tidak ada perubahan atas statusnya sekarang.

Usai menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan, Wisely turun dengan pikiran berkecamuk.

Ia tidak dapat berpikir jernih kenapa ia di bawa ke villa dengan kondisi sepi seperti ini. Seharusnya wanita itu sudah bisa menebak alasan terbesarnya, namun karena isi kepalanya begitu penuh sehingga tidak dapat memahaminya.

"Nona, kami hanya bisa sampai di sini mengantar Nona. Seperti yang diperintahkan Tuan, kami akan segera kembali," ucap salah satu pelayan yang mewakili.

"Apakah tidak ada satupun orang yang berada di sini? Maksudku yang tinggal di sini?"

Dengan kepala menunduk dua pelayan itu menggeleng. Karena Wisely keliatan bingung salah satu dari mereka menjelaskan.

"Tidak ada Nona. Paling petugas kebersihan yang akan datang tiga kali dalam seminggu."

Mata Wisely melebar, bagaimana mungkin ia tinggal di tempat ini seorang diri. Dengan letak villa yang jauh dari pemukiman.

Villa mewah terletak di pikir kota.

Villa yang tengah berada di hadapan Wisely itu memiliki tiga lantai. Villa itu adalah milik suaminya secara pribadi.

"Nona, jangan khawatir mengenai bahan makanan karena semuanya sudah di sediakan untuk persediaan satu bulan. Setiap bulannya akan disediakan lagi."

Dengan lamunan Wisely mengigit bibir bawahnya. Itu artinya ia akan di kurung di villa ini. Tidak lama kemudian lamunannya seketika sirna karena ingat sesuatu yang paling penting dalam hidupnya. Bagaimana mungkin ia akan berada di sini setiap saat.

"Ini kunci kamar Nona yang terletak di lantai dasar. Jika tidak ada lagi yang Nona butuhkan, kami—"

"Terima kasih, kalian bisa pergi sekarang." Dengan senyuman terpaksa Wisely meraih kunci kamar yang di sodorkan oleh pelayan bernama Yuli. Tidak butuh waktu lama mereka pun kembali menaiki mobil.

Tanpa ingin memandangi kendaraan roda empat yang meninggalkan villa, Wisely meraih kopernya dan segera menyeretnya memasuki villa.

Tidak butuh waktu lama untuk Wisely menemukan kamar yang di maksudkan karena kamar itu terletak di lantai dasar, di lantai dasar hanya terdapat satu kamar.

Wisely menghela nafas di depan kamar sebelum tangannya menjangkau kenop pintu. Ternyata kamar itu bersekat dengan dapur, itu cukup keberuntungan bagi Wisely karena tidak perlu menghabiskan waktu untuk ke dapur.

Karena cukup kelelahan, Wisely bergegas membukakan pintu. Pandangannya menyapu seluruh kamar. Tidak begitu luas seperti kamar orang kaya, itu cukup sederhana.

Dengan langkah kaki gontai sembari tersenyum sumbing, menertawakan dirinya sendiri. Bahkan wanita rapuh itu dapat menebak bahwa kamar ini dulunya pasti di tempati oleh pelayan.

Sebuah kasur yang mampu menampung dua orang dengan sofa panjang di sisinya. Ada kelegaan karena kasur, sofa, lemari dan semuanya yang ada di kamar itu kelihatan baru.

Wisely meletakkan kopernya dengan asal, lalu berjalan mendekati gorden dan kemudian menyibaknya. Tak lama cahaya terang di luar pun membuat kamar itu bertambah terang.

Mata Wisely tertuju pada pintu kaca yang masih tertutup gorden, ternyata itu adalah balkon dasar untuk bersantai dan menikmati keindahan taman kecil yang bersatu dengan kolam renang.

Karena merasa lelah dan juga tubuhnya lengket, Wisely bergegas memasuki kamar mandi. Ingin merendamkan tubuhnya sejenak agar ribuan beban pikiran yang bersarang di kepalanya sedikit demi sedikit menghilang untuk sesaat.

Bab 3. Keinginan Tercapai

Tiga hari berlalu, itu artinya Wisely sudah tiga hari menempati villa tanpa bisa pergi ke manapun selain berjalan-jalan di sekitar villa. Sungguh hal yang membuat dirinya semakin stres dan membuatnya terjebak. Rasa jenuh dan marah mendera dirinya, ingin protes namun kepada siapa.

Pagi itu seperti biasanya ia membuat sarapan pagi dalam hening dengan raut wajah muram. Apa yang dikatakan oleh para pelayan waktu itu benar. Persediaan makanan lengkap dan dapat bertahan lama karena ia termasuk orang malas makan.

Roti panggang dengan olesan srikaya, telur rebus dan segelas susu tertata di atas meja makan. Itu adalah hasil dari olahan tangannya pagi itu.

Dengan wajah datar Wisely menikmati sarapan itu. Pikiran selalu berpusat pada seseorang, pikiran yang sejak tiga hari ia berada di sana.

"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana cara untuk aku keluar dari villa ini?" Wisely bergumam kepada dirinya sendiri. Ya, tidak ada kendaraan yang dapat membawanya ke manapun. Mobil, sepeda motor sama sekali tidak ada.

Sungguh suaminya itu membatasi akses untuk dirinya. Bahkan jaringan untuk berkomunikasi saja sengaja di putuskan. Benar masalah ini tidak adil, Wisely ingin protes ketika suaminya atau siapapun yang akan berkunjung ke villa.

Dengan helaan nafas kasar ia menyandarkan punggungnya usai menyesap segelas susu hingga tak bersisa, hingga menyisakan warna putih di ujung ke-dua bibirnya.

Brak!

Bunyi dentuman cukup keras yang berasal di atas meja tepat di depannya spontan saja membuat lamunan level tinggi Wisely membuyar. Ia sungguh kaget karena terjadi begitu saja. Kedatangan sosok itu sama sekali tak ia sadari.

"Kau puas! Menghancurkan segala-galanya!" suara lantang dan penuh penekanan itu membuat Wisely menadah ke atas.

Deg!

Matanya melebar setelah tau siapa sosok yang tengah berdiri dengan ke-dua tangan di masukan ke kantong celana dengan tatapan tajam dan rahang mengeras seperti ingin menelannya bulat-bulat.

Karena tidak sanggup membalas tatapan mengerikan itu, ia segera membuang muka sembari mengigit bibir bawahnya, memandang sebuah map yang baru saja di lemparkan tepat di atas meja yang hampir saja mengenai gelas bekas susunya.

"Aku sangat membencimu!" usai melemparkan kalimat kejam di ikuti rasa jijik itu, lelaki berwajah tampan tersebut bergegas dengan langkah lebar meninggalkan meja makan menuju tangga.

Wisely yang dilemparkan dengan kalimat kejam dengan mimik jijik itu hanya bisa terdiam dengan tatapan kosong masih memusatkan pandangannya di sebuah map. Apa yang dikatakan oleh lelaki itu yang tak lain adalah suaminya sama sekali tak membuatnya marah.

Tangan Wisely meraih map tersebut, dalam diam ia sudah dapat memastikan isi dalam map yang sudah berada di tangannya.

Sebelum membukakannya, Wisely mengatur nafasnya untuk sedikit tenang terlebih dahulu. Mulai merasa tenang, map itupun di buka dengan perlahan. Kemudian mulai membaca setiap tulisan yang tertera di sana. Di sana juga terdapat beberapa kartu dan sebuah kunci brankas.

Dengan mata terpejam Wisely menyudahi. Ternyata beberapa dokumen penting itu adalah salah satunya pemindahan kepemilikan perusahaan dan juga harta kekayaan Januar menjadi atas namanya, sesuai keinginan Wisely dari awal.

Seharusnya Wisely senang menerima semua ini, namun itu tak berlaku bagi wanita yang baru tiga hari itu menyandang status menantu keluarga Januar.

Masih dengan wajah datar Wisely merapikan dokumen-dokumen itu kembali seusai mencerna semuanya. Karena perasaannya menjadi kacau membuatnya berniat mengurungkan diri ke dalam kamar.

Di dalam kamar Wisely mendudukkan tubuhnya di sofa panjang dengan raut wajah penuh salah. Mengingat dokumen-dokumen itu membuatnya teringat pada kejadian yang menyatukan mereka dalam pernikahan.

"Hiks....hiks....!"

Sejak beberapa jam wanita itu menangis dengan posisi duduk di sebelah seorang lelaki yang tengah tertidur pulas. Wanita itu membalut seluruh tubuhnya hingga leher dengan sebuah selimut tebal. Ia terus saja menangis seakan sesuatu besar yang terjadi kepada dirinya dengan lelaki tersebut.

Sementara lelaki itu sama sekali tak merasa terganggu. Deru nafas halus masih saja terdengar tenang menemani tidur yang begitu pulas.

Tiga puluh menit kemudian tiba-tiba tidurnya terusik usai wanita itu menangis sejadi-jadinya begitu nyaring. Dengan mata berat lelaki itu berusaha membuka matanya.

Samar-samar pandangannya berpusat pada wanita yang terduduk di sebelahnya sembari menangis tersedu-sedu.

Karena tak habis pikir, lelaki itupun memperhatikan penampilannya. Matanya melebar setelah mendapati dirinya yang hanya mengenakan pakaian dalam.

Seketika kepalanya bertambah semakin pusing. Berusaha mengingat bagaimana bisa dia berada di dalam kamar asing tersebut. Dan lebih mencengangkan lagi ada wanita asing di sebelahnya dengan keadaan kacau.

Wanita itu pun mencecar dirinya hingga mengancam yang berhasil membuatnya tak bisa berkata-kata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!