NovelToon NovelToon

Suami Samaran

1. WAJAH YANG SAMA

Yura menerima setiap ancaman dari anggota rapat pemegang saham yang terus saja mendesaknya menanyakan keberadaan suaminya.

"Apakah kamu tidak bisa memberikan alasan yang cukup masuk akal atas hilangnya suamimu?" Tanya tuan Luky menahan geram melihat sikap diamnya Yura yang tetap tenang walaupun mendapatkan cercaan dari berbagai arah.

"Saya sedang mencari keberadaannya. Tolong jangan terlalu memaksakan kehendak kalian untuk mengambil alih perusahaan ini!" Sahut Yura.

"Baiklah. Kami hanya memberikan waktu untukmu tiga hari untuk menemukan suamimu atau perusahaan ini akan kami ambil alih!" Ancam beberapa anggota pemegang saham itu yang tidak lain adalah kerabat dan sahabat dari suaminya sendiri.

"Baik. Aku terima tantangan kalian dan silahkan keluar dari ruangan ini!"

Usir Yura tanpa memperdulikan cibiran dan hinaan yang ditujukan pada dirinya yang selama ini merupakan istri Riandra yang hanya seorang guru vokal di salah satu sekolah internasional di Jakarta.

Asisten suaminya Riky, terlihat diam karena dia juga merasa sudah lelah untuk mencari keberadaan bosnya itu.

"Nona Yura! Kenapa anda sangat berani sekali menantang mereka untuk menerima tantangan mereka itu?" Sesal Riky.

"Terus aku harus bagaimana?"

"Setidaknya jangan memberikan janji apapun pada mereka nona. Apakah nona tidak tahu bisa jadi mereka sendiri yang telah melakukan konspirasi untuk menculik tuan Riandra dan berpura-pura datang untuk mendesak Nona agar menghadirkan tuan Riandra di sini." Imbuh asisten Riky.

"Tenang saja! Aku tahu permainan mereka tapi aku percaya Tuhan bersama kita yang tidak berhenti berharap memohon pertolongannya." Ungkap Yura pasrah.

"Baiklah. Ini sudah malam. Sebaiknya nona Yura pulang. Aku akan mengantarmu pulang." Ucap Riky.

"Tidak usah. Aku bawa mobil sendiri tadi, Riky. Biar aku bawa mobilku sendiri."

"Tapi, nona dalam keadaan tertekan. Aku tidak mau terjadi apa-apa pada Anda nona. Nona adalah tanggung jawab saya setelah tuan. Riandra." Ucap Riky yang sangat menghormati Yura.

"Insya Allah. Aku bisa menjaga diriku sendiri Riky. Aku ijin pulang duluan ya. Aku percayakan kepadamu perusahaan ini." Ucap Yura begitu santun.

"Baik nona Yura. Tolong bawa mobilnya hati-hati karena sebentar lagi akan turun hujan." Ungkap Riky lalu mengantar Yura sampai ke lobi hotel.

Yura adalah perempuan berusia 25 tahun yang sudah hidup berumahtangga dengan Riandra suaminya selama empat tahun. Dua tahun pertama pernikahan mereka terlihat harmonis dan sangat menyenangkan. Yura adalah istrinya Riandra yang saat ini menghilang begitu saja selama dua tahun.

Sekitar pukul delapan malam, tiba-tiba saja angin berhembus kencang menerbangkan apa saja yang ada di jalanan di susul petir dengan intensitas hujan ringan hingga lebat membuat jarang pandang Yura mulai terganggu.

Karena jalanan sepi, Yura segera menambah laju kendaraannya hingga tidak memperhatikan seseorang yang sedang menyebrang jalan di jalur cepat itu. Naas bagi Yura yang terlambat menginjak remnya hingga akhirnya ia menabrak seseorang hingga terpental beberapa meter dari mobilnya.

Merasa sangat ketakutan, akhirnya Yura mengangkat wajahnya hati-hati dan melihat tubuh orang itu sudah terlungkup dari kejauhan. Yura hati-hati turun dari mobilnya dengan payung yang siap ia buka. Dengan jalan hati-hati mendekati korban.

"Ya Allah. Aku mohon jangan sampai orang ini mati." Yura menyentuh nadi orang itu ternyata masih hidup.

Ia memberanikan diri untuk membalikkan tubuh korban itu untuk melihat wajahnya. Seketika mata Yura terbelalak ketika melihat wajah korban itu ternyata mirip suaminya.

"Riandra ..?" Sentak Yura gugup.

...----------------...

Di kamar pribadinya, Yura sedang menunggu pria yang belum ia ketahui identitasnya itu di dalam kamarnya. Yura sengaja menjadikan pria itu sebagai suaminya yang sudah ia temukan. Ia berharap pria ini bisa amnesia agar ia bisa mengerjai pria ini.

Walaupun pria ini sangat mirip dengan suaminya, namun ia tidak menemukan tanda lahir yang sama seperti suaminya yang terdapat di paha kirinya.

Tidak lama kemudian pria itu mulai mengerjapkan matanya dan melihat sekitarnya. Pria itu berusaha bangun namun kepalanya terasa sangat pusing.

"Di mana aku? Akhhhhkkk...!" Desis pria itu sambil memegang keningnya.

"Tenanglah...! Anda berada di rumahku." Ucap Yura sembari menyerahkan segelas minum air putih pada pria itu.

Pria itu buru-buru meneguk minumnya karena ia merasa sangat haus. Sekilas ia menatap wajah cantik Yura. Hatinya tergelitik untuk bertanya pada Yura yang terlihat gelisah menatapnya segan.

"Ape kamu yang telah menabrak aku? Mengapa kamu membawaku ke sini dan bukan ke rumah sakit? apakah kamu takut aku menuntut mu masuk ke penjara?"

"A...aku minta maaf karena tidak melihatmu menyebarang jalan semalam karena jarak pandang ku terlihat kabur saking derasnya hujan semalam. Aku memang tidak membawamu ke rumah sakit karena lukamu tidak terlalu parah." Ucap Yura gugup.

"Baiklah. Kalau begitu aku harus pergi dari sini." Ucap pria itu segera beranjak pergi namun di cegah oleh Yura.

"Aku mohon, tolong jangan pergi dari sini. Tinggal lah sebentar di sini karena aku membutuhkan pertolonganmu." Ucap Yura membuat pria itu mengangkat satu alisnya.

"Apakah kamu punya kepentingan yang mendesak hingga ingin meminta pertolonganku?"

"Begitulah. Aku akan membayarmu berapa saja yang kamu inginkan asalkan kamu mau membantuku. Aku mohon pertolonganmu." Pinta Yura terlihat sungguh-sungguh.

"Baiklah. Apa yang kamu inginkan dariku. Aku tidak ingin kamu memanfaatkan aku dalam tindakan kriminal karena aku adalah laki-laki baik-baik."

"Aku tidak memintamu untuk membunuh siapapun. Aku hanya ingin kamu menyamar sebagai suamiku. Apakah kamu mau?"

"Jadi kamu ingin aku jadi simpanan mu untuk memuaskan kamu di ranjang?"

"Tidak...tidak seperti yang kamu pikirkan. Ini lebih kepada urusan bisnis. Aku akan menjelaskan tugasmu dalam penyamaran sebagai suamiku. Setelah itu aku akan membayarmu dan aku akan mendapatkan kembali bisnis suamiku yang saat ini sedang di incar oleh para pesaing bisnisnya. Aku tidak terlalu pintar mengelola perusahaan karena profesi ku hanya sebagai guru vokal di salah satu sekolah internasional." Ucap Yura penuh harap pada pria tampan itu.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan membantumu. Berikan informasi apapun yang berkaitan dengan suamimu. Aku akan melakukan yang terbaik sesuai yang kamu inginkan.

Tapi, apakah kita akan tinggal sekamar sebagai suami istri untuk menyempurnakan penyamaran ku?" Tanya pria tampan itu.

"Apakah kamu keberatan jika kita tidur di kamar yang sama?" Tanya Yura.

"Sama sekali tidak keberatan jika kamu juga ingin aku menggantikan posisi suamimu di ranjang ini? untuk memuaskan kamu. Aku dengan senang hati akan memenuhinya. Bagaimana? Apakah kamu juga ingin melakukannya?"

Seringai pria tampan itu membuat Yura mengepalkan kedua tangannya ingin menghajar pria berengsek yang ada di hadapannya saat ini.

"Dasar pria keparat...! Kalau aku tidak butuh bantuan mu, sudah dari semalam ku biarkan kamu mati di jalanan." Batin Yura menahan gemuruh di dadanya.

2. Melatih Berperan

"Apa yang kamu ingin aku lakukan untukmu?" Tanya Evan saat mereka sudah saling berkenalan satu sama lain.

"Menjadi suamiku. Kamu harus seperti Riandra. Aku akan memberi tahukan kebiasaannya dan tugas serta kedudukannya di perusahaan." Ucap Yura.

"Kalau itu aku bisa melakukannya. Tapi, apakah kamu tidak memintaku melatih bagaimana caraku untuk bersikap mesra di hadapan para kolega suamimu saat kita tampil bersama?" Pancing Evan makin membuat Yura panas dingin.

"Aku dan suamiku bukan pasangan romantis. Jadi, kami tidak pernah mengumbar kemesraan di hadapan publik. Jadi aku harap jangan terlalu memaksakan diri untuk menggantikan posisinya di hatiku.

Tugasmu di sini hanya sebagai suami pengganti, bukan gantikan perannya di dalam kehidupan rumah tanggaku." Ungkap Yura tegas membuat Evan mengulum senyum pelitnya.

"Apakah kamu yakin tidak tertarik denganku, Yura?" Goda Evan sengaja membuat Yura salah tingkah padanya.

"Kamu kira aku wanita kesepian yang sekarang jadi jablai?"

"Aku tidak bicara seperti itu. Masalahnya kita tinggal dalam satu kamar yang sama. Apakah kamu tidak terpancing suatu saat nanti tiba-tiba melihat aku telanjang?"

"Aku percaya kamu pria baik-baik dan akalmu masih sehat dan sangat waras. Kamu tahu menjaga batasan mu di dalam rumahku ini walaupun tidak ada pemiliknya. Waktumu hanya satu tahun berada di rumahku setelah itu kamu boleh pergi dengan bayaran yang sudah kita sepakati bersama. Kamu mengerti?"

"Ok. Baby! Kalau begitu aku tidak memaksamu lagi. Tapi aku berani bertaruh suatu saat nanti aku akan membuatmu jatuh cinta padaku dan membuat kamu bisa melupakan suamimu yang kurangajar itu yang meninggalkan kamu dengan seribu masalah." Imbuh Evan.

Evan lalu keluar dari kamarnya Yura menuju meja makan karena ia sangat lapar sekali. Pelayan yang melihat Evan dan mengira itu tuan mereka segera berbaris dengan wajah tertunduk.

Melihat para pelayan itu, Evan bisa menilai siapa itu Riandra. Karena tidak ingin perannya setengah hati, Evan benar-benar totalitas memainkan perannya dalam kehidupan sebagai suami dari Yura.

Tidak lama Yura turun dengan berpenampilan menarik dan sangat cantik seperti ibu guru. Ia menenteng tasnya dan duduk di sebelah suaminya.

Hidangan di atas meja semuanya kesukaan Riandra. Yura melayani Evan sama halnya ia melayani suaminya Riandra.

Keduanya menikmati sarapan mereka tanpa banyak basa-basi di meja makan. Tidak lama asisten Riky datang menjemput Evan. Hanya Riky yang mengetahui siapa Riandra palsu ini.

Karena takut orang curiga membuat asisten Riandra ini memperlakukan Evan sama persis saat ia melayani bosnya Riandra.

"Apakah kamu mau aku jemput kamu pulang sekolah nanti, hmm?"

"Seperti biasa kita mengurus urusan kita sendiri-sendiri, Riandra. Jadi fokus saja pada pekerjaanmu." Ucap Yura datar.

Evan menarik nafas dalam. Dengan cara Yura membalas ucapannya, ia bisa menarik kesimpulan kalau Riandra tidak pernah bersikap manis pada Yura.

"Ya Tuhan...! Kehidupan seperti apa yang di jalankan oleh keduanya. Apakah Yura selalu bersikap datar pada istrinya? Apakah pernikahan mereka hanya di atas kertas tanpa ada cinta?"

Nafas Evan terasa sangat sesak saat ini. Iapun berniat untuk mengetahui bagaimana kehidupan rumah tangga Yura dan Riandra pada asisten Riky.

Riky membuka pintu mobil untuk Evan. Keduanya segera meninggalkan kediaman Riandra setelah Yura lebih dulu berangkat menuju sekolah.

"Seperti kehidupan pernikahan bos mu itu, Riky?"

"Maksudnya apa tuan?"

"Yura dan suaminya."

"Oh itu? Mereka menikah karena perjodohan kedua orangtuanya mereka berdasarkan bisnis. Tuan Riandra sama sekali tidak mencintai nona Yura. Walaupun begitu, mereka tetap bersikap manis di hadapan orang-orang walaupun tidak memperlihatkan sisi keromantisan mereka apalagi mesra." Ucap Riky.

"Pantesan...! Yura menjadi terbawa saat bersamaku. Ia menjadi sangat ketus namun aku bisa melihat nona Yura tetap tampil sebagai istri yang sempurna untuk suaminya itu." Ujar Evan.

"Nona Yura termasuk gadis yang sangat sabar. Walaupun tidak diperlakukan baik oleh tuan Riandra, sedikitpun ia tidak menuntut keadilan apapun pada tuan Riandra." Ujar Riky.

Evan menjadi lebih tertarik dengan kisah pernikahan Yura daripada bisnis milik Riandra. Tapi demi permintaan Yura, ia bersedia melakukan perannya untuk bisa mendapatkan haknya sebagai istri tuan Riandra di perusahaan itu.

"Ngomong-ngomong, kami belum tahu banyak siapa dirimu dan dari mana asalmu. Apakah kamu mau menceritakan siapa anda tuan Evan?"

Tanya Riky penasaran.

"Aku hanya orang yang kampung yang sedang mencari pekerjaan di kota, tuan Riky. Tanpa di duga aku bisa mendapatkan pekerjaan secepat ini." Sahut Evan.

"Apakah kamu tidak punya identitas yang bisa aku jadikan jaminan, tuan Evan?"

"Aku habis dirampok. Itulah sebabnya aku kehilangan identitas pribadiku. Kamu tidak usah kuatir karena aku bisa jamin tidak akan berniat untuk menipu kalian." Tutur Evan meyakinkan asisten Riky tentang dirinya.

"Baiklah. Kalau begitu aku pegang janjimu sebagai lelaki." Ucap Riky.

Tidak lama kemudian mobil mewah itu sudah memasuki area perusahaan. Asisten Riky mengingatkan lagi apa peran Evan dalam perusahaan itu dan jangan sampai lupa dengan nama-nama para pemegang saham yang ada di perusahaan itu.

"Evan...! Aku harap kamu tidak membuat kesalahan sedikitpun seperti yang aku dan nona Yura melatih dirimu. Jika kamu melakukan kesalahan, kami tidak akan membayarmu sepeserpun." Ucap Riky lalu turun lebih dulu membuka pintu mobil untuk Evan yang sekarang menjadi Riandra.

Semua karyawan begitu syok melihat kedatangan tuan Riandra. Yang awalnya mereka terlihat malas melakukan tugas mereka kini tidak bisa lagi bersantai. Tiap lantai sudah di konfirmasi oleh yang lain kalau Riandra sudah kembali.

"Apa...? Tuan Riandra sudah kembali lagi? Yang benar saja hilang dua tahun tiba-tiba muncul." Ucap Gahral.

"Kalau kamu ingin di pecat, bersiaplah. Lihat saja nanti, sebentar lagi kamu akan melihat monster itu sudah ada ada lagi di perusahaan ini siap untuk memakan mu hidup-hidup." Seru David.

Benar saja, baru saja mereka bicara, tuan Riandra melewati mereka dengan wajah datar seakan habis bertapa di kutub es selama dua tahun.

"Astaga...! Apakah benar Monster itu sudah datang lagi di perusahaan ini, ku kira dia sudah mampus karena kedinginan bertapa di kutub Utara." Ucap Naina hampir mati kehabisan nafas.

Meeting yang sedari tadi berjalan alot karena heboh memilih pengganti tuan Riandra untuk memimpin perusahaan itu tiba-tiba menghangat saat Evan masuk ke ruangan itu. Mereka saling menatap satu sama lain karena tidak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini.

"Apakah kalian sudah melakukan konspirasi ingin menyingkirkan aku secepatnya?" Suara bariton itu terdengar dingin bahkan terasa mencekam membekukan tubuh mereka seketika.

"Tuan Riandra...!" Gumam mereka secara bersamaan membuat Riky bersorak puas melihat tampang pucat para pemegang saham itu.

"Mampus kalian!" Umpat Riky.

3. Mulai Tenang

Wajah-wajah itu tampak tegang lagi pucat menatap wajah angker mematikan milik Rindra yang merupakan Evan. Entah apa yang dimiliki Evan hingga membuat anggota pemegang saham itu tidak mampu berkata-kata.

"Apakah kalian sedang kompak untuk menyingkirkan aku? jawab..!" Bentak Evan dengan suara menggelegar disertai tatapan intimidasi seakan menyihir mereka menjadi batuan beku.

"Kami hanya ingin mengisi kepemimpinan perusahaan ini yang sudah kosong selama dua tahun tanpa kehadiran anda tuan !" Ucap tuan Devino menjelaskan permasalahannya.

"Apakah perusahaan ini milik kalian? Apakah saham kalian lebih besar di bandingkan dengan saham ku di perusahaan ini?" Tanya Evan makin menyudutkan mereka.

"Saham punya anda lebih besar tuan daripada milik kami."

"Harusnya kalian cukup tahu diri posisi kalian dengan kepemilikan saham minim dan loyalitas kalian yang tidak pantas mengambil alih perusahaan ku. Bahkan aku tidak pernah berutang pada kalian. Aku sanggup mengembalikan saham kalian sekarang juga agar tidak ada niat busuk kalian ingin merebut perusahaan ini. Aku memiliki asisten, sekertaris dan istriku Yura.

Jika istriku mau, dia bisa menyingkirkan kalian. Tapi, kalian memanfaatkan keluguannya hanya karena dia tidak bisa melakukan apapun di perusahaan ini. Ingat, perusahaan ini juga miliknya karena kedua ayah kami yang telah membangun perusahaan ini." Lanjut Evan membuat mereka tidak lagi membantah dengan dalih apapun.

"Syukurlah. Kalau anda sudah kembali Tuan. Kalau begitu kami permisi dulu. Kami harap anda tidak serius dengan ancaman anda untuk mengembalikan saham kami dari perusahaan ini." Ujar tuan Sahid.

"Keluarlah dari sini! Aku tidak ingin mendengar omong kosong kalian atau ancaman dariku akan berlaku mulai hari ini dan siapa diantara kalian yang telah mengancam istriku? dia yang pertama aku singkirkan dari perusahaan ku!" Bentak Evan seakan mengetahui segalanya seluk beluk perusahaan milik Riandra itu.

Asisten Riky sangat puas dengan peran Evan barusan. Ia merasa Evan cocok jadi seorang aktor karena bisa menjiwai watak Riandra lebih dari ekspektasi nya.

"Tuan...! Aku tidak menyangka anda bisa membungkam mulut mereka dan membuat mereka lari kocar-kacir hanya melihat tampang angker anda."

Asisten Riky menyalami Evan, namun wajah Evan terlihat tidak begitu menyukai apreasiasi berlebihan dari asisten pribadinya Riandra itu. Riky menarik lagi tangannya dan menyerahkan beberapa berkas laporan untuk diperiksa oleh Evan.

Dalam hati Riky, ia melihat Evan bukan seperti orang awam dengan hal bisnis. Sepertinya orang ini punya sesuatu yang ia sembunyikan. Tidak mungkin hanya dengan berlatih memerankan Riandra, ia bisa mengusai segalanya dalam waktu singkat.

"Apakah orang ini jelmaan dari tuan Riandra ataukah dia memang tuan Riandra yang pura-pura menyamar menjadi Evan untuk mengelabuhi aku dan nona, Yura." Batin Riky sambil meneliti wajah Evan yang sama persis dengan Riandra.

"Aku melakukannya untuk nona Yura, bukan untuk perusahaan ini apa lagi untuk Tuan mu yang berengsek itu." Sahut Evan kemudian.

"Apakah anda jatuh cinta pada nona Yura?" Tanya Riky hati-hati.

"Jika tuan mu itu menyia-nyiakan gadis selembut Yura, aku tidak segan untuk merebut dia dari tuan mu itu." Ujar Evan tanpa rasa bersalah dan segan sedikitpun pada Riky yang hanya menelan salivanya dengan kasar.

"Itu urusan kalian berdua dan siapa diantara kalian yang akan dipilih oleh Nona Yura." Ucap asisten Riky terlihat tidak memihak siapapun.

Tapi Riky yakin kalau Evan mampu menaklukkan hati Yura karena Riandra sama sekali tidak mencintai nona Yura.

...----------------...

Yura tiba di mansion terlebih dahulu. Ia segera mandi dan berganti pakaian santai dengan dress longgar. Wajahnya dibiarkan polos dengan memakai lipgloss.

Evan mengetuk pintu kamar itu. Yura menyambutnya sebagai sahabat bagi Evan." Selamat sore Yura!"

"Sore Evan! Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu. Mandilah. Aku ingin kita makan cemilan yang di buat pelayan untuk kita."

Yura mengambil tas kerja milik Evan. Evan memperhatikan wajah cantik Yura yang terlihat sangat segar sore ini.

"Kamu sangat cantik Yura!" Puji Evan membuat Yura tersentak.

"Apa ada yang salah dengan perkataanku, Yura?"

"Tidak ada. Hanya kaget saja." Sahut Yura. Masalahnya selama ini, Riandra tidak pernah memuji dirinya.

"Apakah suamimu tidak pernah memuji kamu?"

"Karena suamiku selalu memujiku, makanya aku agak kaget mendengar kamu memujiku seakan Riandra sedang bersamaku saat ini."

Yura sengaja menutupi malunya dan tidak ingin Evan mengetahui banyak tentang kehidupan rumah tangganya yang hambar bahkan seakan kamar itu seakan membuat hidupnya mati rasa.

Ditambah lagi Riandra menghilang begitu saja dari hidupnya, membuat Yura tidak merasa kehilangan sama sekali suaminya itu.

"Baiklah. Kalau begitu aku mau mandi dulu." Evan masuk ke kamar mandi sambil memikirkan Yura yang terlihat sangat kesepian.

"Jangan-jangan Yura masih perawan sampai saat ini?" Gumam Evan saat berendam di dalam bathtub.

Saking nikmatnya merasakan air hangat dengan wangi aromaterapi membuat Evan ia mengantuk hingga tertidur. Merasa sangat lama, Yura akhirnya memanggil Evan namun tidak ada sahutan dari dalam sana.

"Apakah Evan tenggelam..?" Panik Yura spontan membuka pintu itu dengan cepat.

"Astaga...! Dia tidur..! Lirih Yura lalu mendekati tubuh Evan.

"Evan...! Evan...!" Panggil Yura sambil mengguncangkan bahu Evan.

Evan segera mengerjapkan matanya dan melihat wajah Yura." Maaf aku ketiduran Yura. Apakah kamu sedang menungguku? Tanya Evan spontan berdiri tanpa menyadari kalau ia dalam keadaan telanjang.

"Aaakkk!" Pekik Yura sambil membalikkan tubuhnya. Ia segera keluar dari kamar mandi dengan nafas tersengal membuat Evan tersenyum.

"Berarti Yura masih perawan." Senyum Evan mengembang sempurna. Ia membalut tubuhnya dengan handuk dan keluar dari kamar mandi berjalan santai menuju kamar ganti.

Sementara itu Yura ternyata sudah kabur duduk di balkon dengan kudapan yang sudah hampir dingin karena terlalu lama menunggu Evan muncul.

"Apakah ini makanannya?" Tanya Evan yang sudah ada di samping Yura.

"A..iya! Silahkan dimakan!" Yura membuka penutup makanan itu agar Evan segera menikmatinya.

Keduanya menikmati kudapan itu tanpa banyak bicara. Dalam pikiran Yura saat ini hanya kebayang benda pusaka milik Evan yang sangat besar. Ia terlihat gelisah karena ia sendiri belum pernah melihat milik Riandra begitu pula Riandra belum pernah melihat miliknya hingga lelaki itu menghilang entah ke mana.

"Kamu masih memikirkan junior ku?" Goda Evan.

Yura kembali ke mode wajah datarnya sambil menekan perasaannya sebagai wanita yang sangat kesepian bahkan ingin merasakan bagaimana itu kehidupan pernikahan sesungguhnya.

"Jangan ngaco kamu. Kita berdua hanya pasangan palsu saat ini. Jadi ku harap kamu bisa menjaga sikapmu." Ketus Yura seperti biasanya.

"Apa bedanya dengan pernikahanmu bukankah sama palsunya dengan yang kita jalani saat ini? Bukankah kamu sudah terbiasa dengan peranmu itu hingga bagimu semuanya terlihat sama." Sarkas Evan membuat Yura menelan salivanya gugup.

Deggggg...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!