NovelToon NovelToon

Dilema Cinta Arsitek Muda

My Coffee

“Yuki!” teriak Yuri memanggil saudari kembarnya yang masih mandi sambil menggedor pintu kamar mandi.

“Aku duluan ya, Mau cari tempak duduk paling depan biar jelas ngeliat ketampanan Abang Ozzie!” lanjutnya lagi.

Yuri Amanda, mahasiswi teknik di Bartlett School of Architecture memang sudah lama mengagumi Arsitek Muda ternama yang bernama Ozzie Spahic. Bukan hanya mengagumi hasil karyanya saja, Yuri juga sering memandangi foto Ozzie yang tampak begitu tampan di usianya yang menginjak 30 tahun.

Bahkan Yuri juga menjadikan foto Ozzie sebagai wallpaper di ponselnya. Menurut Yuri, tidak ada lagi lelaki tampan selain Ozzie Spahic, idola hatinya.

“Oke!” balas Yuki sambil berteriak. “Aku nanti nyusul, duduk belakangan juga gak masalah!”

Yuki Aurora, saudari kembar Yuri yang sifatnya bertolak belakang 180 derajat dengan Yuri. Jika Yuri sedikit pendiam, bertutur kata dengan lembut dan sopan, dan jago memasak, maka Yuki tidak memiliki semua itu.

Yuki terkenal jago berkelahi, cerewet, dan bicaranya blak blakkan. Tidak hanya itu, Yuki juga sedikit ceroboh sehingga sering kali menimbulkan masalah dibandingkan dengan Yuri. Meskipun begitu, keduanya tetap memiliki persamaan. Selain paras mereka yang kembar identik, keduanya juga sama-sama mahasiswi berprestasi yang pandai dalam hal pelajaran.

Lima menit kemudian, Yuki menyudahi mandinya dan bergegas mengenakan pakaian yang sudah ia siapkan sebelumnya. Matanya membulat sempurna saat melihat lima menit lagi pembelajaran dari arsitek muda ternama itu dimulai.

“Lima menit lagi aku pastikan akan tiba di Auditorium!” gumam Yuki yang sudah meraih tas punggungnya dan siap untuk berlari.

Namun saat hendak membuka handel pintu, matanya terhenti pada cup coffee buatan Yuri yang terletak di atas meja. Secepat kilat tangannya meraih cup tersebut dan keluar dari kamarnya sambil menikmati kopi karamel yang masih hangat.

‘Lebih baik aku menikmati ini dulu sebelum mengeluarkan tenagaku untuk berlari!’ gumam Yuki sambil mempercepat langkahnya menuruni anak tangga.

Jarak antara asrama dengan auditorium yang hendak ia tuju cukup jauh, sekitar 500 meter. Menurut Yuki, ia dapat tiba di tempat tersebut dalam waktu 3 menit dengan berlari menggunakan kecepatan tinggi.

Yuki sengaja menyisakan kopinya setengah cup dan mulai berlari menuju ke auditorium, dengan harapan sesampainya di sana, baru ia akan kembali menikmati kopinya.

Sayangnya harapan Yuki buyar seketika saat ia menabrak seseorang di depan auditorium dan menyebabkan kopinya tumpah tak bersisa.

“My Coffee!” pekik Yuki kecewa.

Sedangkan pria yang ada di depan Yuki dengan gusar langsung mengibaskan gulungan kertas sketsanya yang tersiram sisa kopi milik Yuki.

“Kau sudah membuat sketsaku hancur berantakan!” semprot Ozzie sambil menatap tajam ke arah Yuki.

“Dan kau juga sudah membuat kopiku habis tak bersisa!” balas Yuki yang tidak kalah garangnya dengan Ozzie.

Yuki yang tampak ngos-ngosan karena habis berlari pun memperlihatkan tampang kesalnya di depan Ozzie.

“Harusnya aku masih bisa menikmati kopiku setelah berlari. Tapi karena kau tidak menggunakan matamu dengan baik saat berjalan, kopiku jadi tumpah!”

Ozzie langsung mengerutkan dahinya melihat Yuki justru lebih galak terhadapnya. Seharusnya dia lah yang pantas untuk marah dengan Yuki karena sketsa bangunan yang hendak ia presentasikan kini terlihat sangat berantakan karena tumpahan kopi dari gadis yang ada di hadapannya.

Tidak hanya Ozzie, asistennya yang bernama Leo pun terhenyak melihat bos yang juga sahabatnya itu terpaku saat digertak dengan seorang gadis belia yang jika ditaksir usianya masih terpaut jauh dengan mereka.

“Sudahlah, lupakan saja! Karena aku sedang terburu-buru, aku tidak akan meminta ganti rugi denganmu!” ucap Yuki lagi sambil merogoh saku celananya dan memberikan uang ke arah Ozzie.

“Anggap saja ini sebagai ganti rugi dariku atas sketsamu yang terkena tumpahan kopi milikku. Yah meskipun sebenarnya bukan aku yang salah!”

“What?! Kamu tidak merasa bersalah setelah melakukan kekacauan ini?!” balas Ozzie geram.

“Ikut denganku dan aku sama sekali tidak butuh uangmu sepeser pun!”

Ozzie langsung memegang pergelangan tangan Yuki dan menariknya menuju ke ruangan khusus yang memang sudah dipersiapkan untuknya.

“Tapi aku harus segera mengisi absen kelas. Jika tidak maka aku akan dicap sebagai mahasiswa badung karena terlambat di acara besar seperti ini!” protes Yuki sambil mengikuti langkah Ozzie.

“Justru seharusnya kampus besar ini mengeluarkan mahasiswa tengil sepertimu yang sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang kamu perbuat!”

Sesampainya di dalam ruangan, Leo langsung mengunci pintu ruangan untuk memastikan Yuki tidak kabur kali ini dan mempertanggung jawabkan apa yang sudah ia perbuat. Sedangkan Yuki justru menelan ludahnya kasar saat melihat nama yang tertera di meja ruangan.

“Apa anda Tuan Ozzie Spahic, arsitek muda ternama yang akan me...”

“Ya, Aku Ozzie Spahic!” jawab Ozzie memotong ucapan Yuki.

‘Oh My God! Mati aku kali ini!’ rutuk Yuki dalam hati.

“Maafkan saya, Tuan. Saya benar-benar tidak sengaja karena terburu-buru. Saya mohon jangan laporkan hal ini dengan dosen pembimbing saya!” pinta Yuki sungguh-sungguh sambil menangkupkan kedua tangannya.

“Aku akan memaafkanmu dengan syarat, kembalikan sketsa gambarku seperti sedia kala!” jawab Ozzie sambil membuka gulungan kertas di atas meja.

Mata Yuki terbelalak sempurna melihat tumpahan kopi membekas di kertas tersebut dan menimbulkan bercak yang sangat buruk. Sketsa indah yang telah dibuat Ozzie kini benar-benar terlihat sangat hancur karena ulahnya.

“Ta-tapi, bagaimana saya bisa mengembalikan sketsa tersebut seperti semula?” tanya Yuki mulai ketakutan.

Matanya mulai melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan jika waktu Ozzie presentasi sudah hampir dekat.

“Aku tidak mau tahu! Yang jelas kau harus bertanggung jawab atas semua yang kau perbuat pagi ini!” gertak Ozzie geram.

Tak lama kemudian terdengar pintu ruangan terbuka dan tampak Nachya, sahabat Yuki yang terpilih sebagai mahasiswa magang yang menemani Ozzie datang dengan membawa gulungan kertas di tangannya.

“Hai Yuki!” sapa Nachya yang langsung memeluk sahabatnya. “Apa kau tengah menunggu kedatanganku?” tanya Nachya kemudian yang langsung dijawab Yuki dengan gelengan kepalanya.

“Tidak Nach! Tapi aku baru saja membuat masalah yang besar!” jawab Yuki lirih.

“Haish, aku tidak asing lagi dengan kalimat ini! Bukankah sahabatku yang satu ini memang suka membuat masalah?” timpal Nachya menggoda Yuki sambil melepas pelukannya.

“Memangnya masalah apa yang saat ini kau buat, Yuki sayang?” tanya Nachya.

Yuki tidak menjawab pertanyaan sahabatnya dan hanya menunjuk ke arah sketsa yang terbentang di atas meja. Nachya pun melihat sketsa tersebut dan langsung menyungingkan senyumannya.

“Jadi kau sudah menumpahkan kopi di sketsa buatan Mr Ozzie?” tanya Nachya dan Yuki langsung menganggukkan kepalanya.

“Jangan khawatir! Aku akan mengatasi ini!”

“Hai Mr. Ozzie! Maaf aku sedikit terlambat karena suamiku sedikit ada kendala tadi!” ucap Nachya sambil mendekat ke arah Ozzie.

“Ini sketsa yang anda minta sudah jadi, model dan bentuknya aku buat sama persis!” Nachya membentangkan sketsa buatannya berdampingan dengan sketsa buatan Ozzie.

“Mungkin karena sketsa yang satunya sedikit ada bercak, ini bisa menjadi contoh saat pembelajaran nanti bagaimana kita menyikapi akan hal ini!” jelas Nachya yang tentunya membuat Yuki bernafas lega.

“Bagaimana mengatasinya?” tanya Ozzie kemudian.

Nachya pun langsung mengambil pensil gambar di tasnya dan mulai melukis di setiap tepi bercak kopi yang ditinggalkan Yuki. Baru sedikit saja, sketsa buatan Ozzie tidak tampak seburuk tadi.

“Kau memang sangat genius, Nachya!” puji Ozzie kagum.

“Nachya, kau memang bidadari penyelamatku pagi ini!” Yuki langsung memeluk Nachya dengan erat.

“Heh! Urusanmu tetap saja belum selesai, Yuki!” gertak Ozzie seketika. “Kau tetap harus aku hukum karena jika tidak, aku akan melaporkan ini semua kepada dosen pembimbing!” ancam Ozzie.

“Baik, Tuan! Kalau begitu saya permisi!”

“Bye, Nachya. Aku masuk duluan yaa!” Yuki melambaikan tangannya ke arah Nachya dan segera keluar dari ruangan Ozzie.

💕💕💕

Visual

Yuki Aurora

Yuri Amanda

Ozzie Spahic (Arsitek Muda Ternama)

Leo Ferdinand (Asisten Ozzie)

Kecerobohan Yuki

Yuki langsung masuk ke dalam auditorium dan menuliskan absennya di depan dosen pembimbing.

“Yuki Aurora, terlambat tujuh menit!” tegur dosen pembimbing Yuki.

“Maaf sebelumnya pak. Saya sudah tiba bersama Yuri, tetapi tadi saya menemui Nachya dengan Mr Ozzie terlebih dahulu. Berarti saya gak terlambat dong pak!” kilah Yuki membuat alasan.

Mendengar nama Ozzie dan Nachya disebutkan oleh Yuki membuat dosen pembimbingnya percaya begitu saja. Akhirnya Yuki pun selamat dari kata terlambat karena alasan yang ia buat tadi.

“Baiklah, cepat duduk dan ikuti pembelajaran kali ini dengan baik!”

“Siap, Pak!”

Senyum Yuki pun merekah lebar sambil melangkahkan kakinya ke kursi yang paling belakang. Tak lama kemudian, Ozzie dan Nachya masuk ke dalam auditorium untuk memulai pembelajaran mereka.

Satu jam berlalu, penjelasan dari Ozzie dan Nachya tentunya membuat para mahasiswa teknik semakin bersemangat menggapai cita cita mereka sebagai seorang arsitek muda. 

Namun tidak bagi Yuki yang kini justru tengah mendengarkan musik menggunakan headset yang menempel di telinganya.

Setelah mendengarkan penjelasan dari Ozzie dan Nachya, kini tiba saatnya para mahasiswa berlatih membuat sketsa dengan kertas yang disediakan. Yuki dengan santainya langsung membuat sketsa yang sebelumnya sempat ia pelajari. 

Sedangkan Ozzie, Leo, dan kru arsitek yang lain pun mulai berkeliling mengecek hasil karya para mahasiswa satu persatu.

“Temui aku setelah ini di ruang yang tadi!” titah Ozzie sambil melewati Yuki.

Sayangnya Yuki yang sedang fokus membuat sketsa sambil mendengarkan musik sama sekali tidak mendengarkan apa yang baru saja diperintahkan oleh Ozzie. Hingga saat pembelajaran usai, Yuki bergegas keluar dari auditorium dan melenggang pergi.

Tiba-tiba dari arah belakang ada yang menarik bahu Yuki hingga Yuki hampir saja terjatuh ke belakang. Untung saja Yuki cepat berkelit dan berbalik hendak meninju orang yang kini sedang menarik bahunya.

Bugh! Pukulan Yuki mendarat tepat di perut Leo.

“Argh!” pekik Leo kesakitan.

“Makanya jangan macem-macem!” Yuki menepuk kepalan tangannya sambil menatap sinis ke arah Leo.

“Eh, bukannya kamu itu yang tadi ada di ruangan Mr Ozzie ya?” tanya Yuki sambil mengingat ingat siapa sebenarnya lelaki yang baru saja menahannya agar tidak pergi.

“Yap, aku Leo. Asisten Mr Ozzie. Aku diperintahkan untuk membawamu ke ruangan yang tadi.”

“Ck, bukankah masalah yang tadi pagi sudah bisa diatasi?!” balas Yuki sambil mengerutkan dahinya.

“Tapi kau tetap harus menemui Mr Ozzie sekarang juga! Karena jika tidak, ia akan melaporkan kesalahan mu kepada dosen pembimbing dan tentunya akan membuatmu berurusan dengan peraturan yang ada di kampus!”

Dengan kesal Yuki pun mengikuti langkah Leo menuju ke ruangan yang digunakan oleh Ozzie sambil menghentakkan kakinya. Sesampainya di ruangan, tampak Ozzie sudah berdiri menunggu kedatangan Yuki sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Jangan berusaha untuk kabur dan tidak bertanggung setelah apa yang kamu perbuat denganku, Yuki!”

“Memangnya aku harus bertanggung jawab seperti apa lagi?” tanya Yuki dengan santainya.

“Presentasi udah berjalan dengan lancar, sketsa yang terkena tumpahan kopi juga masih bisa dimanfaatkan bahkan tampilannya terlihat lebih aesthetik. Trus sekarang aku harus ngapain lagi coba?”

“Kamu harus membantuku membuat beberapa sketsa yang baru dengan ikut serta denganku kembali ke Mansion. Setelah sketsa itu selesai, maka aku anggap kau telah bertanggung jawab atas kesalahanmu tadi pagi!” jawab Ozzie.

“Apaa?! Ini sama sekali tidak adil dan aku tidak setuju. Mana bisa aku harus membuat beberapa sketsa baru untuk mengganti satu lembar sketsa yang terkena tumpahan kopi?”

“Jangan konyol Mr Ozzie!” protes Yuki secara terang-terangan.

“Mudah saja jika kau memang tidak setuju. Aku akan menghubungi pihak kampus dan melaporkan kesalahanmu tadi pagi!” ancam Ozzie.

“Cih, ancaman basi! Aku akan membantu membuat 3 sketsa baru dan setelah itu aku pulang kembali ke asrama.”

“Aku butuh 20 sketsa. Dan jika kau membantuku menyelesaikan ini, maka aku anggap masalah ini selesai!”

“Aaarrrggghhh! Menyebalkan!” gerutu Yuki kesal. “Ini namanya penindasan!”

“Sepertinya kau lebih suka dihukum oleh dosen pembimbing ya?” Ozzie langsung mengambil ponselnya dan bersiap untuk menghubungi  dosen pembimbing Yuki.

Cepat-cepat Yuki mendekat ke arah Ozzie dan merebut ponsel yang ada di tangan Ozzie. Sayangnya Yuki justru tersandung karpet dan membuat tubuhnya limbung menabrak Ozzie.

Ozzie yang tidak seimbang pun akhirnya jatuh dan tanpa sengaja ponsel yang ia pegang terlempar mengenai maket akrilik buatannya.

Pyar! Maket akrilik buatan Ozzie kini hancur berantakan.

Posisi Yuki yang kini tengah menindih tubuh Mr Ozzie membuat Leo tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia pun mengambil ponselnya dan membidik pose mereka yang tampak begitu intim.

Tidak hanya itu, Leo juga mengambil gambar hancurnya maket akrilik Ozzie sebagai barang bukti jika Yuki telah menghancurkan karya Ozzie untuk kedua kalinya.

‘Oh My God! Aku benar-benar sial hari ini!’ rutuk Yuki dalam hati sambil menyingkir dari atas tubuh Ozzie.

“Aku akan menuruti perintah Mr Ozzie mulai hari ini!” tutur Yuki sambil menundukkan kepalanya.

“Dasar wanita pembawa sial! Kamu tahu gak berapa lama aku menyusun maket akrilik itu dan berapa banyak biaya yang aku keluarkan?!” gertak Ozzie.

“Maaf, Mr!” ucap Yuki yang kini tidak berani lagi mengangkat kepalanya. Ia paham betul betapa mahalnya maket akrilik buatan Mr Ozzie itu.

Dan ia juga sadar diri jika uang sakunya tentu saja tidak cukup jika digunakan untuk membayar ganti rugi atas kecerobohan yang ia buat.

Sedangkan Ozzie langsung bangkit dan mengecek seberapa parah kerusakan maket akriliknya kali ini. Ia menghela nafasnya lega saat mendapati kerusakan maketnya tidak begitu parah.

“Kerusakannya sama sekali tidak parah, tapi hal ini bisa kita gunakan untuk memberi pelajaran anak badung ini!” bisik Leo.

“Good idea, Leo! Aku akan membuatnya menyesal sudah berurusan denganku!” balas Ozzie lirih.

“Segera kemasi semua pakaian dan barang-barangmu di asrama. Aku beri waktu selama tiga puluh menit dari sekarang!” titah Ozzie dengan geram.

“Tepat jam 11 siang, kau harus sudah berdiri lagi di ruangan ini dan aku akan membawamu ke Mansion!”

“Siap, Mr. Ozzie!”

Yuki langsung berbalik meninggalkan ruangan Ozzie. Secepat kilat ia berlari menuju ke asramanya tanpa memperdulikan tatapan mahasiswa yang tengah memperhatikannya berlari terbirit-birit.

“Yuriiii!” teriak Yuki saat melihat saudari kembarnya membuka pintu kamar asramanya.

Betapa terkejutnya Yuri saat mendapati saudarinya sudah dibanjiri keringat dan penampilan yang awut-awutan.

“Ya Ampun Yuki, apa yang sudah terjadi denganmu?” tanya Yuri yang mulai panik melihat keadaan Yuki.

“Bantu aku berkemas, dan aku akan menceritakan semuanya denganmu!” pinta Yuki.

“Berkemas? Memangnya kamu mau ke mana?”

Yuki pun akhirnya menceritakan semua yang terjadi padanya hari ini sambil mengemasi kopernya. Mulai saat ia menumpahkan kopi pada sketsa milik Ozzie sampai ia menghancurkan maket akriliknya.

“Yuki, kali ini aku sangat iri mendengarkan kecerobohan yang kamu buat.”

“Bukankah kita berdua ini kembar identik? Bagaimana jika kali ini kau menggantikan aku untuk bertanggung jawab atas kecerobohan yang aku perbuat?” tanya Yuki menawarkan ide gilanya kepada Yuri.

“Ini adalah tawaran yang tidak dapat aku tolak, Yuki. Siapa yang tidak mau jika ditawari untuk tinggal bersama idolanya sendiri.”

“Tapi menurutku, kau tetap harus bertanggung jawab atas apa yang kau perbuat! Jika suatu saat nanti kamu merasa lelah, maka aku siap untuk menggantikan posisimu!” timpal Yuri.

“Kau memang paling pengertian denganku, Yuri! Aku akan terus menghubungimu setiap waktu!”

“Aku pamit yaaa!” Yuki langsung menarik kopernya dan siap untuk kembali ke ruangan Ozzie yang ada di auditorium.

Tiba di Mansion

Kini Yuki sudah berada di Mansion milik Ozzie. Halaman parkir yang sangat luas dan dipenuhi dengan aneka tanaman bunga di tepinya membuat siapapun yang melihatnya pasti akan suka.

Tatanan bangunan Mansion dengan tipe Victoria yang sangat terkenal di negara tersebut, membuat Yuki takjub sampai tidak mengedipkan matanya sedikit pun. Biasanya ia hanya melihat di foto dan kini Yuki justru akan menapakkan kakinya di Mansion terkenal ini.

“Apa kau menyukai bunga?” tanya Ozzie saat melihat Yuki sedang mengagumi tatanan halaman Mansionnya.

Pertanyaan Ozzie kali ini langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Yuki. “I like it so much!” jawab Yuki sambil membuka pintu mobil Ozzie.

“Kalau begitu, tugas pertamamu di sini adalah menyiram seluruh tanaman yang ada di sini!” titah Ozzie membuat Yuki membulatkan matanya dengan sempurna.

“Jangan lupa untuk tidak merusak sedikit pun tanamanku. Jika ada satu tangkai yang terpetik saja, maka aku akan minta ganti rugi one poundsterling ...”

“Just one poundsterling?” tanya Yuki meremehkan ancaman Ozzie.

“Yap, one poundsterling dalam setiap kelopak bunga yang terpetik!” jelas Ozzie membuat Yuki menelan ludahnya kasar.

‘Sial, belum juga masuk Mansion udah langsung jadi babu aja! Andai aja tadi aku gak mecahin maket akrilik itu, udah pasti aku tolak perintah dia!’ gerutu Yuki dalam hati.

“Ck, hanya menyiram tanaman bukan?”

“Itu hal yang mudah, Mr Ozzie. Aku pastikan tanaman bunga anda pasti akan lebih segar setelah aku siram!”

Tanpa menunggu lama, Yuki langsung menuju ke arah selang yang digunakan untuk menyiram tanaman dan menyalakan kerannya.

Namun, Yuki langsung menyalakan keran tersebut tanpa memegang ujung selangnya. Walhasil karena tekanan air yang sangat besar, membuat selang tersebut berputar dan air mengenai Ozzie dan Leo yang baru saja keluar dari mobil.

Yuki yang menyadari kesalahannya pun langsung memutar kerannya kembali dan langsung memegang ujung selangnya yang sudah membuat Ozzie dan Leo basah kuyup.

“Yukiiii!” gertak Ozzie sambil membelalakkan matanya.

“Ups, maaf Mr! Aku beneran gak sengaja!” ucap Yuki sambil menundukkan kepalanya menahan tawa.

‘Rasain lu, emang enak kena semprot ama selang air!’ umpat Yuki dalam hati.

“Setelah ini, temui aku di ruang kerja! Aku akan membuat perhitungan denganmu!” hardik Ozzie sambil mengibaskan pakaiannya yang basah karena ulah Yuki.

“Dasar wanita pembawa sial!” umpat Ozzie lagi sambil melewat Yuki begitu saja.

Setelah Ozzie dan asistennya masuk ke dalam Mansion, Yuki langsung mengangkat kepalanya dan mulai menyirami tanaman.

“Salah siapa jadi orang bossy banget. Baru juga nyampe, bukan ditawarin masuk dulu kek, atau paling gak makan dulu. Ini malah disuruh nyiram tanaman!”

“Emang enak, kesiram ama selang tanaman!”

Yuki terus saja mengumpat Ozzie sambil menyiram tanaman. Setengah jam kemudian, Yuki selesai menyiram tanaman dan mulai menginjakkan dirinya masuk ke dalam Mansion sambil menarik kopernya.

“Waaaah, Mr Ozzie bener-bener sultan ya,” gumam Yuki sambil mengedarkan pandangannya menyapu ke sekeliling Mansion Mr Ozzie.

“Semua yang ada di sini barang antik yang super duper mahal. Eh, ini ada patung kucing keberuntungan juga dari China!”

Tangan Yuki terulur memegang ke tangan patung kucing yang terus saja bergerak seperti memanggilnya. Sayangnya suara bariton Ozzie yang menggelegar membuatnya mengurungkan niatnya.

“Jangan sentuh barang apa pun di dalam Mansionku!”

Yuki langsung berbalik dan kembali menundukkan kepalanya. “Baik, Mr!”

Ozzie dan Leo yang tampak sudah mengganti pakaiannya pun langsung menuruni anak tangga dan mendekat ke arah Yuki.

“Kamarmu ada di situ!” Ozzie menunjuk ke arah kamar tamu yang ada di dekat pantry. “Segera masukkan kopermu dan setelah itu kau harus memasak untuk makan siangku!” titah Ozzie.

“Hah? Memasak?!” pekik Yuki sambil mengerutkan dahinya.

“Iya! Aku ingin makan grilled tuna siang ini!” titah Ozzie.

Yuki langsung menghela nafasnya panjang sambil menganggukkan kepalanya.

“Baik Mr. Satu jam lagi aku akan menyajikan grilled tuna steak untukmu!” jawab Yuki.

Dengan langkah gontai Yuki menarik kopernya menuju ke kamar yang ditunjukkan oleh Ozzie. Sedangkan Ozzie langsung mengajak Leo menuju ke ruang kerjanya sambil menunggu makan siangnya selesai dibuat.

“Apa kau tidak takut keracunan menikmati makanan buatan Yuki?” tanya Leo saat mereka sudah berada di dalam ruangan.

Ozzie hanya terkekeh pelan. “Sebenarnya aku sudah kenyang, tapi aku harus memberinya pelajaran karena sudah membuat baju kita basah!”

“Asal tidak keterlaluan saja, Ozzie. Apa kau tidak merasa kasihan padanya? Yuki belum makan loh. Bisa jadi sejak tadi pagi!” timpal Leo mengingatkan sahabatnya.

“I don’t care, Leo! Dia sudah makan atau belum, itu sama sekali bukan urusanku!”

“Yang terpenting sekarang, kita harus segera perbaiki maket akrilik yang hancur itu karena besok harus segera diserahkan kepada pemesannya.”

Ozzie dan Leo pun langsung memperbaiki maket akrilik yang rusak tanpa kembali membahas Yuki.

Satu jam berlalu, Leo yang sudah merasa lapar pun langsung mengajak Ozzie menuju ke pantry untuk menikmati masakan buatan Yuki.

☘️

☘️

☘️

Ozzie dan Leo langsung membuka penutup makanan yang sudah disiapkan untuk mereka. Tampilan grilled tuna steak buatan Yuki tampak begitu cantik, bahkan aromanya pun menggugah selera.

Tanpa aba-aba lagi, Ozzie dan Leo langsung menarik kursi mereka dan siap untuk menikmati masakan buatan Yuki.

Hueeek!

Keduanya serempak memuntahkan makanan mereka dan langsung meneguk air mineral yang ada di samping mereka.

“Makanan apa ini?” tanya Ozzie dengan geram sambil mengelap mulutnya dengan tissue.

Sedangkan Leo langsung membalik grilled tuna miliknya. Betapa terkejutnya ia saat mendapati grilled tunanya menghitam karena gosong.

“Anak itu sudah memberi kita makanan yang gosong. Ozzie!” tutur Leo memperlihatkan tuna gosong miliknya.

“Dasar sial!” umpat Ozzie sambil melemparkan garpu yang ia pegang.

“Yukiiiiii!” panggil Ozzie dengan suara kencang.

Tiga kali meneriakkan nama Yuki, sayangnya Yuki sama sekali tidak menyahut panggilan Ozzie dan tentunya membuat Ozzie semakin naik pitam.

“Di mana Maid Dera?!” Kali ini Ozzie memanggil kepala pelayan di Mansionnya.

Maid Dera pun dengan tergopoh-gopoh memenuhi panggilan Tuannya.

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan Ozzie?”

“Panggilkan Yuki di kamar tamu dan suruh dia datang kemari. Aku ingin memintanya untuk membuatkan grilled tuna yang baru!” titah Ozzie.

“Tapi Tuan, alat untuk memanggangnya sudah tidak bisa digunakan lagi karena tamu anda sudah merusaknya tadi sampai semuanya menghitam!” jawab Maid Dera dengan sangat hati-hati.

“Huft, menyusahkan!” gerutu Ozzie kesal.

“Kalau begitu, suruh dia untuk membuat tuna blackpepper untukku!”

“Tapi persediaan tuna sudah habis, Tuan!” lanjut Maid Dera mengingat Yuki telah menggosongkan 25 potong tuna yang tersedia. Bahkan hanya 2 yang tersisa.

“Aaaarrrrggghhh! Cepat panggil saja dia kemari!” titah Ozzie sambil mengusap wajahnya kasar.

Bayangannya menikmati ikan tuna siang ini harus buyar hanya karena ulah Yuki. Maid Dera pun bergegas menuju ke ruang tamu untuk memanggil Yuki.

Amukan Ozzie pun tak terelakkan lagi. Dia menuntut Yuki untuk segera mempertanggung jawabkan kesalahan yang telah diperbuat oleh Yuki.

Akhirnya, mau tidak mau Yuki pun memesankan Tuna Blackpepper untuk Ozzie dan juga Leo di Restoran ternama yang tentunya merogoh uang saku Yuki selama satu minggu.

“Huft, belum ada satu hari saja sudah sangat merepotkan!” keluh Yuki sambil melihat sisa uang di dalam dompetnya.

“Ck, uang jajan juga habis lagi. Aku harus mencari cara untuk bisa keluar dari penjara Mansion Mr. Ozzie.”

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!