NovelToon NovelToon

Aku Menyebutnya, Cinta

Episode 1-Prolog

Eliana Cordely, seorang gadis berusia 17 tahun yang duduk di bangku SMA. Ia tinggal di sebuah perumahan kecil yang setiap bulannya membayar dengan harga murah. Gadis yang kerap dipanggil dengan sebutan Eliana ini hidup bersama dengan ayah, ibu dan seorang kakak perempuan yang dua tahun lebih tua darinya.

Kakaknya bernama Irena Cordely, tidak seperti Eliana yang terbilang bodoh, Irena adalah anak yang pintar. Ia selalu didambakan oleh ibunya.

Walaupun begitu, Irena tak sepintar ataupun sebaik kelihatannya, ia yang sudah usai bersekolah selalu memanfaatkan waktunya dengan cara bermain-main di Club malam bersama para pria asing.

Eliana bersekolah di sebuah SMA yang bernama SMA Kongjae. Sekolah yang lokasinya tak jauh dari rumah membuat Eliana lebih mudah sampai ke sekolahnya walaupun terlambat bangun.

Kehidupan nya yang serba kekurangan juga dengan kondisi keluarga yang berantakan selalu membuat Eliana putus asa, ia seringkali pulang malam untuk menenangkan diri dari rumah yang dirasa seperti neraka baginya.

*Grrrrr!!!***Ngraung!!**

Eliana menghentikan langkah kakinya, setelah mendapati seekor kucing dan seekor anjing yang tengah berkelahi di jalan pulang menuju rumahnya.

Tak tau harus berbuat apa untuk menyelamatkan kucing yang sedang diganggu oleh anjing, membuatnya hanya melempar sebuah ranting yang bisa memancing anjing tersebut agar pergi.

Begitu anjing hitam itu pergi mengejar ranting yang dilempar nya, Eliana pun menghampiri seekor kucing yang berbulu tebal dengan warna putih kebiruan.

Baru beberapa langkah ia mendekati kucing yang tengah merapikan bulunya, kucing itu seketika berlari terbirit-birit.

"Haih, dasar kucing tidak tau terima kasih! Padahal aku juga takut dengan anjing hitam itu, tapi aku tetap menolong mu," keluh nya dengan raut wajah kesal.

Selang beberapa waktu, akhirnya perjalanan pulang menuju rumahnya pun sampai setelah ia melewati sungai kecil. Ia merebahkan tubuhnya di sebuah kasur lantai yang nampak usang.

*Dok! Dok! Dok!!*

Suara ketukan pintu yang terdengar menggema di seluruh ruangan membuat Eliana segera membukakan pintu untuk orang yang berada di luar kamarnya. Ia mendapati sosok wanita yang begitu dikenal nya tengah berdiri sembari menatapnya dengan tatapan arrogant.

"Ada apa, Kak?" tanya Eliana sembari menunduk kan kepalanya.

"Kenapa kau hanya bersantai santai di kamar?! Apa kau masih belum paham apa pekerjaan mu setelah pulang sekolah?" lontar wanita itu yang tak lain adalah Irena, kakaknya sendiri.

"Maafkan aku, Kak. Tapi aku sangat lelah, apa tidak bisa aku beristirahat sebentar saja?" pinta Eliana dengan ragu.

*Plak!!!!**

Tangan ringan mendarat tepat di pipinya. Tubuhnya seketika bergetar hebat begitu mendapat tamparan yang sudah biasa ia rasakan dari anggota keluarganya, baik kakak, ibu maupun ayahnya.

"Apa kau masih berani membantah ku?!" teriak Irena sambil menatap adiknya dengan tatapan tajam.

Tak merespon perkataan kakaknya, Eliana segera mengambil beberapa perlengkapan bersih bersih untuk membersihkan sisa kotoran yang dihasilkan dari pertengkaran antara ibu dan ayahnya.

Kejadian itu sudah berlangsung cukup lama sejak Eliana duduk di bangku SMP kelas 3. Itu artinya, sampai saat ini sudah lebih dari 3 tahun ia hidup dengan beban yang tak sanggup ditanggung nya. Walaupun begitu, ia tetap berusaha keras agar bisa meraih mimpinya dan pergi dari kehidupan yang penuh akan kekacauan.

...****************...

Semburat mentari pagi memanjakan mata Eliana melihat panorama alam yang indah. Ia berjalan mengikuti irama langkah kakinya menuju sekolah yang lokasinya tak jauh dari rumahnya.

"Aku harap sekolah ku hari ini berjalan dengan baik dan menyenangkan," Gumam nya dengan penuh semangat menatap jalanan yang bersih tanpa sampah sedikitpun.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit dari rumah, Eliana pun sampai di sekolahnya tepat waktu. Ia kemudian berjalan dengan anggun menuju kelasnya yang berada di lantai 2 gedung sekolah.

"Eliana!!" teriak seorang gadis berambut merah panjang yang cukup dekat dengan nya.

"Ada apa, Clau?" tanya Eliana pada gadis bernama Clau tersebut.

"Hosh ... hosh ... apa kau belum tau? Pagi ini sekolah kita dibuat heboh karena Bomi dan Riu berpacaran!!! Riu mengungkapkan perasaan nya di taman belakang sekolah tadi," ungkap Clau dengan nafas yang tidak teratur.

Mendengar Clau mengatakan bahwa Riu, sahabat masa kecil yang disukainya berpacaran dengan Bomi teman sekelasnya membuat Eliana seketika terdiam. Cukup lama ia menatap Clau yang masih heboh menceritakan kejadian yang baru saja terjadi di sekolah mereka.

"Sekarang mereka ada dimana?" tanya Eliana dengan raut wajah kecewa.

"Setahuku mereka masih berada di taman belakang sekolah. Tapi sekarang aku tidak tau dengan pasti," jawab Clau seadanya.

Ia kemudian menaruh ransel milik nya di samping bangku yang didudukinya selama semester pertama. Entah apa yang melayang dipikiran Eliana hingga membuatnya bertekad untuk menghampiri Riu juga Bomi yang baru saja menyebarkan rumor percintaan di sekolah mereka.

*DRAP! DRAP! DRAP!*

Eliana berlari sekencang mungkin menuju taman belakang sekolah. Hal itu tentu membuatnya terkejut saat ia melihat dengan kedua matanya sendiri. Sosok laki-laki yang dicintainya selama lebih dari 5 tahun ternyata berpacaran dengan teman sekelasnya yang duduk bersebelahan dengan nya.

"Hai, Eliana!" panggil Riu sembari melambaikan tangan pada Eliana.

"Ah, Riu? Selamat, yah ... aku tidak menyangka kau akan mempunyai pacar secepat ini," celetuk Eliana sambil berjalan mendekati Riu.

"Karena hari ini aku berpacaran dengan Bomi, bagaimana jika sepulang sekolah aku mentraktir mu makan?" tawar Riu seraya menarik tangan Bomi ke arahnya.

"Ah, ti-- tidak perlu. Sepulang sekolah nanti aku ada pelajaran tambahan," tolak nya dengan raut wajah kecewa.

"Heuh, sayang sekali, yah. Padahal aku ingin mentraktir mu makan di hari pertama aku berpacaran dengan Bomi. Kau kan sahabat ku yang paling spesial," cetus Riu yang terdengar kecewa mendengar penolakan dari Eliana.

Riu dan Eliana adalah sahabat yang sudah saling mengenal sejak masih bayi. Kedekatan kedua orang tua mereka tentu membuat mereka akrab dengan cepat. Kehidupan Eliana yang awalnya setara dengan keluarga Riu tiba-tiba saja berubah 180° begitu proyek ayahnya gagal.

Namun berlalunya waktu, membuat Riu yang dulu begitu dekat dengan Eliana sedikit demi sedikit mulai menjauh tanpa alasan. Dan kini alasan yang selalu dipertanyakan oleh Eliana akhirnya terjawab sudah.

"Ka-- kalau begitu, aku pergi dulu yah. Masih ada tugas yang belum ku selesaikan," kata Eliana beralasan.

"Eh, tunggu!!" teriak Riu namun tak dihiraukan oleh Eliana yang terus berlari menjauh darinya.

"Memangnya kalian ada tugas?" tanya Riu pada Bomi untuk memastikan bahwa Eliana tidak berbohong padanya.

"Tidak ada, toh biarkan saja dia pergi. Mungkin dia merasa tidak suka padaku karena berpacaran dengan mu," celoteh Bomi yang terdengar menyindir.

𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐....

𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛, 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚕𝚒𝚔𝚎, 𝚐𝚒𝚏𝚝, 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗, 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚍𝚊𝚗 𝚏𝚊𝚟𝚘𝚛𝚒𝚝! 𝚂𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚓𝚞𝚖𝚙𝚊 𝚍𝚒 𝚎𝚙𝚒𝚜𝚘𝚍𝚎 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊!!!𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊🍀

Episode 2-Kenyataan Yang Pahit

*KRING!!*

Bel istirahat berbunyi sangat nyaring hingga terdengar sampai ke lorong kelas. Para siswa-siswi yang masih di fokuskan oleh pelajaran mereka masing-masing hingga menahan lapar seketika saling menatap satu sama lain, lantaran bel istirahat telah menyelamatkan mereka dari ketidakpuasan.

Begitu juga dengan Eliana yang langsung merapikan buku serta alat tulis ke laci mejanya. Yun, teman laki-laki yang duduk sebangku dengan nya menatap heran sosok Eliana yang terlihat tak berenergi.

"Sebenarnya ada apa denganmu, Eliana? Sejak tadi pagi sepertinya kau terlihat lemas," cakap Yun pada Eliana yang tengah bersandar pada kursi.

"Aku tidak apa-apa, kau tidak perlu ikut campur urusan ku," seru Eliana dengan wajah datar.

Clau kemudian mendekat ke arahnya begitu mendengar percakapan antara Eliana dengan Yun yang terdengar ada masalah.

"Eliana," panggil Clau seraya menarik lengan Eliana yang terasa lemas.

"Kau tidak boleh terus seperti itu, ayo isi perutmu dengan makanan ... " ajak Clau penuh harapan bahwasanya Eliana akan bangkit dari keterpurukan nya.

"Kau duluan saja, aku tidak nafsu makan," lontar nya dengan nada rendah.

Mendengar penolakan dari temannya, Clau hanya mendengus kecewa. Kecewa karena ia telah memberitahukan pada Eliana bahwa Riu dan Bomi memulai hubungan percintaan mereka pagi ini.

......................

Langit oren ke orenan mulai nampak, siswa-siswi SMA Kongjae buyar keluar dari gedung sekolah mereka. Terlihat sosok Riu yang tak biasanya pulang bersama orang lain selain Eliana, kini lebih memilih berjalan bersama dengan kekasih nya.

Tentu hal itu membuat Eliana benar-benar putus asa, karena harapannya tak seindah kenyataan. Ia kemudian berjalan keluar gerbang sekolah menuju jalan yang mengarah ke taman dekat sekolah mereka.

Karena kesal, ia melempar sebuah batu yang cukup besar ke arah pohon rindang. Perlahan kedua bola matanya mengeluarkan cairan bening hingga membasahi pipi nya.

"Hiks ... hiks ... " suara tangisan nya mulai terdengar mengeras. Namun tak ada seorangpun yang mendengar tangisan nya.

"Kenapa hidupku sangat kacau! Aku tidak menyangka hidupku akan seburuk ini ... apa aku bunuh diri saja?" ucap Eliana pada diri nya sendiri.

Nampak sebuah tangan yang mengulurkan sapu tangan ke arahnya. Ia yang awalnya menangis sembari tertunduk seketika mendongak kan kepalanya untuk memastikan siapa orang tersebut.

Yang ia harapkan adalah Riu yang datang padanya di saat ia sedang terpuruk, namun ternyata seorang lelaki yang nampak asing baginya lah yang memberikan sapu tangan itu padanya.

"Jangan menangis, bersihkan air matamu dengan sapu tangan ini," seloroh lelaki itu masih dengan tangan nya yang mengulurkan sapu tangan.

"Te-- terima kasih, kak," ucap Eliana sembari menerima sapu tangan yang diberikan padanya.

Perlahan Eliana mengelap air mata yang membasahi pipi nya. Ia kemudian menatap ragu seorang lelaki yang terlihat seumuran dengan nya sedang memperhatikan nya. Tangan nya menepuk-nepuk sebuah ayunan yang kosong di sampingnya.

"Du-- duduklah, kak," ujar Eliana dengan nada rendah.

Lelaki itu kemudian duduk di ayunan yang kosong sambil terus menatap langit oren sore itu.

Keduanya saling terdiam tanpa mengatakan apapun selama kurang lebih sepuluh menit.

"Aku kira kau kuat, ternyata hatimu lemah juga ya," seloroh lelaki itu masih fokus menatap langit oren yang dihiasi oleh burung-burung yang tengah beterbangan.

"A-- apa maksudnya?" tanya Eliana sedikit terbata-bata.

"Sekarang kau tidak akan mengerti, tapi suatu hari nanti kau pasti akan mengerti apa maksud darin perkataan ku," imbuh lelaki tampan itu dengan wajah dingin bak es dalam freezer.

"Dia bahkan tidak menatap ku sama sekali, apa dia seorang penculik?" Gumam Eliana dalam hati hingga membuat sekujur tubuhnya bergetar hebat.

"A-- aku akan pulang, keluarga ku pasti sudah menunggu ku. Te-- terima kasih untuk sapu tangan nya. Besok akan aku kembalikan setelah dicuci," seru Eliana yang kemudian beranjak turun dari ayunan mengambil ranselnya yang beberapa waktu lalu ia taruh di rerumputan taman.

Ia membungkuk kan badannya sebagai rasa hormat dan terima kasih. Setelahnya ia langsung berjalan dengan langkah kaki yang cepat agar bisa menjauh dari sosok lelaki yang nampak asing baginya.

"Berbahagialah ... " ucap lelaki itu dengan nada rendah sembari tersenyum sinis.

...----------------...

Eliana merebahkan tubuhnya di kasur lantai yang setiap hari ia gunakan untuk tidur. Tentu ia bersantai setelah mengerjakan pekerjaan rumah yang hanya dilakukan olehnya setiap hari.

*PRANK!!!*

"Dasar wanita j*l*ng!! Mati saja kau!!" Teriak seseorang yang terdengar familiar di telinga Eliana. Ia hanya menutup telinga nya dengan bantal karena merasa terganggu.

"Seharusnya kau saja yang mati!! Dasar suami tidak berguna! Pekerjaan mu itu mencari uang untuk menafkahi keluarga, bukan malah minum minum setiap malam!!!" Kini teriakan seorang wanita yang Eliana dengar membuatnya menatap langit-langit kamar.

"Heuh, kapan drama ini akan segera berakhir? Rasanya keluarga ku memang sudah berantakan sejak dulu," Eliana mendengus. Ia perlahan membuka pintu kamarnya yang beberapa waktu lalu ia kunci rapat-rapat.

**CRAK!!*

Sebuah vas bunga mendarat tepat di kepalanya begitu ia keluar dari kamar. Sedikit demi sedikit darah mulai bercucuran membasahi wajahnya. Ibu serta ayah yang sedang bertengkar karena masalah mereka hanya terdiam saat mendapati Eliana yang tengah terluka karena perbuatan mereka.

Eliana memegangi kepalanya yang berdarah akibat vas bunga yang tak sengaja terlempar ke arahnya.

"Mau sampai kapan kalian akan terus bertengkar seperti ini? Ayah, kumohon berubah lah," lontar Eliana dengan kedua bola mata yang sudah membendung air mata.

"Jangan ikut campur masalah kami! Kau hanya anak kecil yang tak tau masalah keluarga! Enyah lah dari hadapanku!" bentak ayahnya yang sudah terbakar emosi.

Mendengar perkataan itu, tentu membuatnya memutuskan untuk keluar dari rumah hingga keadaan kembali membaik. Ia berjalan sepanjang malam tanpa tujuan yang jelas.

"Meong ... meong ... "

"Eh? Bukan kah kau kucing yang waktu itu?" pikir Eliana sembari mengelus bulu kucing di hadapannya.

"Kemarin kau berlari terbirit-birit, sekarang kau malah mendatangi ku seperti ini," lanjut ucap Eliana dengan nada kesal.

Kucing itu menarik lengan pakaian Eliana hingga membuatnya berjalan mengikuti kucing tersebut. Eliana hanya tersenyum lebar mendapati sosok kucing yang mampu menghibur nya.

"Dunia ini tak seindah harapan ku saat kecil, aku pikir aku akan hidup bahagia bersama dengan keluarga ku. Tapi takdir berkata lain, keluarga ku yang menjadi panutan ku malah membuat ku menangis," celoteh Eliana dengan tatapan mengarah pada kucing di hadapannya.

Perlahan ia mengangkat kucing berbulu putih kebiruan itu ke pangkuannya. Sembari mengelus dengan penuh kasih sayang.

𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐....

𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛, 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚕𝚒𝚔𝚎, 𝚐𝚒𝚏𝚝, 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗, 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚍𝚊𝚗 𝚏𝚊𝚟𝚘𝚛𝚒𝚝! 𝚂𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚓𝚞𝚖𝚙𝚊 𝚍𝚒 𝚎𝚙𝚒𝚜𝚘𝚍𝚎 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊!!!𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊🍀

Episode 3-Memulai Kehidupan Yang Baru

Hembusan angin sepoi-sepoi mulai merasuki tubuh Eliana yang tengah tertidur pulas di kasur lantai milik nya. Perlahan ia membuka kedua bola matanya setelah mendengar dering alarm yang berbunyi dari ponsel nya. Tangan nya merangkak mencari sumber suara untuk mematikan suara alarm tersebut dengan kedua mata yang masih sulit untuk terbuka lebar.

"Hoam ... " Eliana menguap, ia terduduk sebentar sembari melihat sekeliling ruangan kamar yang setiap harinya tetap sama.

Setelah rasa malasnya mulai berkurang, segera ia melangkahkan kakinya menuju sebuah ruang kamar mandi yang terletak di ujung rumah.Tentu saja untuk membersihkan tubuhnya sebelum berangkat ke sekolah.

Setelah cukup lama sibuk dengan sabun mandinya, Eliana pun keluar dari ruang kamar mandi menuju kamarnya. Satu persatu seperti pakaian juga sedikit bedak ia gunakan sebelum menuju sekolah.

Masih sibuk dengan persiapan nya sebelum berangkat, terdengar suara bising dari luar ruangan yang sudah biasa di dengan oleh nya. Hal itulah yang setiap pagi terjadi di rumahnya, namun ia menganggap semua itu seakan tidak pernah terjadi.

Ia berjalan keluar rumah tanpa sepatah katapun diucapkan pada anggota keluarganya yang tengah bertengkar. Ia memandangi sekeliling jalan dengan pemandangan yang indah. Ditambah dengan sepoi-sepoi angin pagi yang membuat udara terasa semakin sejuk.

"Heuh, sapu tangan ini masih belum ku kembalikan pada lelaki itu. Kenapa dia masih belum muncul juga, ya?" pikir Eliana sembari menatap sapu tangan di tangannya.

Selang beberapa waktu, akhirnya Eliana pun sampai di sekolahnya. Begitu memasuki ruangan kelas, ia langsung disambut oleh keromantisan antara Riu dan juga Bomi yang sudah 5 hari berpacaran dihitung sejak hari itu.

"Hei, Eliana! Kemari lah!" panggil Riu di tengah percakapan nya dengan Bomi.

"I-- iya? Ada apa?" tanya Eliana dengan gugup, sembari berjalan mendekati Riu.

"Apa kau benar-benar tidak mau ku traktir makanan? Jika memang mau, saat istirahat pertama aku akan mentraktir mu di kantin," tawar Riu setelah berkali-kali mendapat penolakan dari sahabatnya, Eliana.

"Kebetulan hari ini aku tidak diberi uang saku oleh kakak, apa aku harus menerima tawaran Riu? Tapi aku merasa tidak enak pada Bomi yang terus menatapku seperti itu," Pikir Eliana sembari bergumam.

**KRING!!!!***

Karena cukup lama terdiam, Riu yang berbeda kelas dengan Eliana pun menganggap bahwa Eliana menyetujui tawaran nya. Ia segera berlari keluar kelas Eliana menuju ruang kelasnya sendiri.

"Kenapa kau menerima tawaran Riu?" tanya Bomi dengan raut wajah yang tak enak dipandang.

Eliana hanya mengepalkan tangan nya karena kesal dengan Bomi yang bersikap kurang ajar pada nya. Ia tak menggubris perkataan Bomi dan segera kembali ke tempat duduknya sebelum guru di jam pelajaran pertama memasuki kelas.

"Apa kau kecewa karena Riu berpacaran dengan Bomi?" tanya Yun begitu Eliana duduk di bangkunya.

"Ti-- tidak! Jangan bercanda!" sanggah Eliana secara spontan.

...****************...

*KRING!!!***

Bel istirahat pertama berbunyi nyaring di setiap kelas, begitu juga dengan lorong yang sepi tanpa penghuni.

Eliana merapikan buku serta peralatan tulisnya ke dalam laci meja bangkunya.

Ia kemudian merenggangkan otot-otot tangan yang pegal lantaran banyak menulis.

"Riu!" panggil Bomi yang langsung berlari mendekati Riu yang baru saja masuk ke dalam kelas mereka.

"Ah, ada apa ini? Sepertinya kau sangat merindukan ku, padahal baru beberapa jam kita tidak bertemu," tutur Riu diiringi tawa kecil.

Eliana menatap keduanya dengan rasa pilu yang membakar seluruh tubuhnya.

"Sesuai janji, ayo kita pergi ke kantin!" ajak Riu pada Eliana yang tengah fokus memperhatikan nya.

"Eh? A-- apa kau yakin?" tanya nya memastikan.

"Tentu saja,"

Terpaksa Eliana menuruti perkataan Riu yang masih berstatus sahabat dengan nya. Sepanjang berjalan nya waktu, Eliana yang bergabung dengan sepasang kekasih yang baru 5 hari berpacaran itu membuatnya terdiam.

Ia tak tau harus berkata apa, lantaran suasana nya akan menjadi canggung jika diri nya ikut berbicara.

"Makan lah, Eliana,"

"Riu, sepertinya aku harus ke toilet dulu. Nanti akan aku habiskan makanan nya," cakap Eliana dengan pelan.

Belum mendapat respon dari Riu, ia langsung berjalan menjauh dari keduanya. Ia terpaksa berbohong pada Riu untuk pergi ke toilet, karena sebenarnya ia akan kembali ke kelas. Lantaran tatapan sinis dari siswa-siswi yang berada di kantin membuatnya risih.

...****************...

Seperti biasa, waktu yang menunjukkan pukul 15.00 WS menyatakan bahwa siswa-siswa SMA Kongjae akan segera pulang ke rumah mereka masing-masing.

Begitu bel berbunyi, Eliana juga teman-teman nya yang lain langsung berjalan keluar kelas seraya berebut pintu.

Eliana melihat ke sekeliling jalanan yang nampak lebih ramai dibandingkan biasanya. Ia berjalan dan terus berjalan tanpa melihat ke arah depan tentu membuatnya tak sengaja menabrak seseorang.

"Ma-- maafkan aku!! Aku tidak sengaja," ucap Eliana sambil beberapa kali membungkuk kan badannya.

"Lain kali hati-hati," tegur seseorang yang baru saja ditabrak nya. Suaranya yang terdengar familiar tentu membuat Eliana mendongak.

"Ka-- kakak?" sebut Eliana dengan membulatkan kedua bola matanya.

"I-- ini sapu tangan yang kakak berikan padaku, maaf aku baru bisa mengembalikan nya karena tidak berpapasan lagi dengan kakak," ucap Eliana merasa bersalah.

Kakak yang disebut nya itu sontak menarik lengan pakaian Eliana dan membawanya ke tempat yang sepi.

"Bicaralah di sini," ujar lelaki itu dengan raut wajah dingin. Perkataan yang baru saja di lontarkan olehnya tentu membuat suasana menjadi canggung.

"Ah, ini sapu tangan nya," Eliana kembali berucap seraya mengulurkan tangan untuk memberikan sapu tangan.

"Kau simpan saja sapu tangan itu, lagipula aku juga tidak membutuhkan nya," ketus lelaki itu yang sampai sekarang belum diketahui namanya oleh Eliana.

"Kalau boleh tau, nama kakak siapa? Sepertinya aku baru kedua kalinya melihat kakak," tanya Eliana dengan nada merendah.

"Nama, ya? Hmm ... panggil saja aku Lucas, yah ... kurang lebih seperti itu," lelaki di hadapan Eliana yang mengaku bernama Lucas kemudian memalingkan pandangan nya ke tempat lain.

"Oh, jadi nama kakak Lucas, ya? Perkenalkan nama ku Eliana Cordely, panggil saja aku Eliana," ujarnya memperkenalkan diri.

"Ngomong ngomong, sudah 5 hari berlalu sejak pertemuan pertama kita. Kenapa kakak tidak pernah muncul?" celetuk Eliana yang sontak membuat Lucas menatapnya heran.

"Apa kau bisa menghilangkan kata (Kakak) saat memanggil ku? Lagipula kita seumuran," seloroh Lucas yang merasa kaku.

"Sudah kuduga usia kita tidak berbeda jauh, tapi aku tidak berani memanggil namamu begitu saja," tandas Eliana seraya memperlihatkan senyuman tipis.

"Ah, aku harus pulang. Sepertinya keluarga ku sudah menunggu. Aku harap besok kita bertemu kembali," lontar Eliana yang kemudian beranjak dari kursinya.

"Biar ku antar," timpal Lucas dengan tatapan dingin mengarah pada Eliana.

"Yang benar saja?"

"Aku tidak pernah bercanda,"

Eliana ternganga mendengar perkataan Lucas yang mirip dengan seseorang. Namun aura tatapan nya yang berbeda membuatnya tidak berharap lebih.

𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐....

𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛, 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚕𝚒𝚔𝚎, 𝚐𝚒𝚏𝚝, 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗, 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚍𝚊𝚗 𝚏𝚊𝚟𝚘𝚛𝚒𝚝! 𝚂𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚓𝚞𝚖𝚙𝚊 𝚍𝚒 𝚎𝚙𝚒𝚜𝚘𝚍𝚎 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊!!!𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊🍀

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!