Saat itu Ronald berumur delapan tahun di mana ke dua orang tuanya sudah meninggal dunia. Hingga akhirnya Ronald kecil tinggal di panti asuhan sampai suatu ketika saat Ronald berumur sepuluh tahun Ronald di adopsi oleh pasangan suami istri.
Ronald sempat merasakan kasih sayang ke dua orang tua angkatnya namun ketika umur dua belas tahun Ibu angkatnya hamil. Rasa sayang pada Ronald semakin lama semakin pudar ketika Ibu angkatnya melahirkan anak kandung mereka.
Ronald sering dimarahin orang tuanya karena ke dua orang tua angkatnya beberapa kali di panggil ke sekolah waktu Ronald kelas dua SMP. Padahal Ronald sering mengatakan dengan jujur bahwa teman - temannya sering mencari masalah dengannya karena itulah Ronald melawan mereka.
Namun sayang ke dua orang tuanya lebih percaya dengan anak-anak nakal yang mencari masalah hingga akhirnya Ronald kabur dari rumah orang tua angkatnya.
Ronald yang beranjak remaja mencari pekerjaan asalkan halal karena Ronald diajarkan oleh panti asuhan untuk tidak mencuri. Ronald tidak melanjutkan sekolah karena saat itu gaji dari hasil dirinya bekerja hanya cukup untuk biaya sewa kontrakan dan makan.
Ronald sering di hina dan direndahkan oleh orang lain karena Ronald terlahir miskin. Mereka mengatakan hal itu karena mereka adalah para tetangga yang julid.
Ronald terdiam namun dalam hatinya berjanji jika ada orang yang menjadikan dirinya menjadi orang kaya maka Ronald akan menghormati dan merelakan nyawanya demi orang tersebut.
Empat tahun kemudian, Ronald berumur enam belas tahun. Ronald bekerja apa saja dan tinggal di rumah kontrakan yang kecil hingga suatu ketika Ronald berjalan kaki ke arah pasar di mana Ronald akan bekerja sebagai kuli panggul. Tiba - tiba langkahnya terhenti...
Bruk
Ronald terjatuh ketika seorang pria tiba - tiba berlari ke arah dirinya dan menabraknya. Selanjutnya pria tersebut menjatuhkan tas dan roti lalu pria tersebut langsung berlari ke arah gang sempit.
"Hei tunggu, tas dan rotinya jatuh!" Teriak Ronald sambil memunguti Roti dan tas tersebut sambil bersiap mengejar pria tersebut.
"BERHENTI!" teriak seorang pria sambil berlari ke arah Ronald dengan membawa senjata tajam.
"MALING!" Teriak pria lainnya secara bersamaan sambil berlari ke arah Ronald.
Ronald yang bingung dengan ucapan mereka ingin bertanya kalau dirinya bukan maling namun ....
Bugh
Bugh
"Akhhhhhhhh !" Teriak Ronald kesakitan.
Tanpa punya rasa empati sedikitpun Ronald di pukul oleh massa membuat Ronald berusaha melawan tapi karena perkelahian tidak seimbang satu lawan dua belas orang membuat Ronald menjadi bulan-bulanan mereka.
Ronald berteriak kesakitan sedangkan para massa yang tidak memukul Ronald sibuk mendokumentasikan kejadian tersebut tanpa memperdulikan teriakan kesakitan Ronald.
Di saat krisis seorang remaja tampan yang kebetulan melewati tersebut melihat orang berkumpul sambil berteriak menyebut maling harus mati, maling harus diberi pelajaran dan lain sebagainya dari balik jendela kaca mobil yang kebetulan terbuka.
"Berhenti!" Perintah remaja tampan tersebut.
Mobil itupun berhenti begitu pula mobil yang ada di belakang remaja tersebut. Remaja tampan tersebut turun dari mobil dengan diikuti oleh para anak buahnya.
Remaja tampan tersebut dengan mata elangnya melihat Ronald di keroyok langsung memerintahkan anak buahnya untuk membantu Ronald hingga akhirnya remaja tampan tersebut membayar sejumlah uang untuk pemilik toko roti yang menuduh Ronald sebagai pencuri.
"Bawa remaja itu ke dalam mobil!" Perintah Rico.
"Baik Tuan." Jawab salah satu anak buahnya.
Mereka pun meninggalkan tempat tersebut menuju ke rumah sakit milik ke dua orang tua Rico.
Ronald kini di rawat di rumah sakit dan entah kenapa Rico yang biasanya tidak begitu perduli kini benar-benar perduli dengan Ronald. Rico menunggu Ronald sadar, Rico bisa saja menyuruh anak buahnya yang menjaga tapi entah kenapa dirinya ingin melakukan hal itu.
Dua jam kemudian Ronald membuka matanya dan menatap sekeliling ruangan hingga dirinya menatap ke arah Rico.
"Aku di mana Tuan?" Tanya Ronald.
"Kamu di rumah sakit." Jawab Rico.
"Rumah sakit?" Tanya ulang Ronald sambil berusaha bangun namun tubuhnya sangat sakit.
"Kamu mau kemana?" Tanya Rico sambil menahan tubuh Ronald.
"Aku ingin keluar dari rumah sakit." Jawab Ronald.
"Kamu masih sakit nanti kalau sudah sembuh baru boleh keluar dari rumah sakit." ucap Rico.
"Tapi Tuan, jika saya lama di sini yang ada nanti bayar rumah sakit mahal dan saya hanya punya tabungan lima belas juta. Kalau saya lama di sini nanti tambah naik biayanya." Ucap Ronald menjelaskan kenapa dirinya ingin pulang.
"Kamu tenang saja, rumah sakit ini milik orang tuaku jadi kamu tidak usah memikirkan semua biayanya. Yang harus dipikirkan sekarang kamu harus segera sembuh dan bisa beraktifitas kembali." Ucap Rico.
"Bagaimana saya bisa membalas budi ke Tuan?" Tanya Ronald.
"Jika kamu sembuh, bekerjalah denganku sebagai orang kepercayaanku di perusahaan milik orang tuaku yang nantinya diwariskan untukku." Ucap Rico.
"Tuan tidak bercanda kan?" Tanya Ronald tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya.
"Apakah di wajahku terlihat bercanda?" Tanya Rico.
"Maaf Tuan, saya bicara seperti itu karena saya hanya sekolah sampai dua SMP itupun belum ada tiga bulan. Jadi apa mungkin saya bisa menjadi orang kepercayaan Tuan?" Tanya Ronald dengan wajah sendu.
"Kamu tenang saja, aku akan mengajarimu hingga kamu sampai mengerti terlebih aku bisa melihat kalau kamu mempunyai potensi." Ucap Rico.
"Terima kasih atas pujian Tuan dan maaf kenapa Tuan baik pada saya?" Tanya Ronald.
"Aku tidak tahu tapi yang pasti aku merasa kamu orang yang bisa aku percaya untuk menjadi orang kepercayaanku." Jawab Rico.
"Terima kasih atas kepercayaan Tuan, saya tidak akan mengecewakan Tuan." Ucap Ronald.
"Oh ya siapa namamu?" Tanya Rico.
"Nama saya Ronald, Tuan." Jawab Ronald memperkenalkan diri.
"Oh ya namaku Rico." Jawab Rico ikut memperkenalkan dirinya.
Waktu berlalu dengan cepatnya dan tiga hari kemudian Ronald sudah boleh keluar dari rumah sakit. Seorang dokter memeriksa keadaannya setelah selesai seorang perawat melepaskan jarum infus.
"Permisi Tuan." Pamit dokter dan perawat tersebut secara bersamaan.
Rico hanya menganggukkan kepalanya kemudian dokter dan perawat tersebut pergi meninggalkan mereka berdua.
"Tuan, sekarang aku sehat jadi saya boleh pulang kan?" Tanya Ronald sambil turun dari ranjang
"Tentu saja, oh ya kamu bisa mengendarai mobil?" Tanya Rico.
"Maaf Tuan, saya tidak bisa." Jawab Ronald sambil menundukkan kepalanya.
Hatinya sangat sedih karena dirinya tidak bisa melakukan sesuatu yang bisa dibanggakan.
"Tidak apa-apa, oh ya sekarang kita pergi ke butik." Ucap Rico sambil membalikkan badannya.
"Baik Tuan." Jawab Ronald patuh.
Mereka pun pergi meninggalkan rumah sakit tersebut menuju ke butik hingga dua puluh lima menit kemudian mereka sudah sampai di butik.
"Mulai besok kamu mulai kerja di perusahaan ku jadi pilihlah satu stell pakaianmu." Ucap Rico sambil duduk di sofa.
"Baik Tuan." Jawab Ronald patuh.
Ronald berjalan ke arah deretan kemeja pria hingga dirinya melihat kemeja warna biru langit. Mata Ronald membulat sempurna ketika mengambil kemeja tersebut.
'Astoge, harganya mahal banget.' Ucap Ronald dalam hati.
Ronald meletakkan kembali kemeja tersebut di gantungan pakaian kemudian mengambil kemeja satunya dan lagi-lagi matanya membulat sempurna.
'Harga satu kemeja bisa buat makan satu tahun.' Ucap Ronald dalam hati sambil meletakkan kembali kemeja tersebut.
Berkali-kali Ronald melakukan hal itu dan tanpa sepengetahuan Ronald kalau sejak tadi Rico memperhatikan apa yang dilakukan oleh Ronald.
Walau Rico sibuk mengotak atik ponselnya namun sesekali Rico melirik ke arah Ronald untuk melihat apa yang dilakukannya. Baik kemeja, celana panjang, gesper dan jas. Hingga satu setengah jam kemudian Ronald berjalan ke arah Rico.
"Maaf Tuan, saya belum menemukan pakaian yang cocok." Ucap Ronald berbohong.
"Ok." Jawab Rico singkat.
Selesai mengatakan itu, Rico berdiri kemudian menjentikkan jarinya. Seorang manager butik tiba-tiba datang kemudian menunduk hormat ke arah Rico.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" Tanya manager butik.
"Apa yang tadi di sentuhnya bawa ke apartemenku yang berada di Jalan Konoha nomer dua puluh lima." Ucap Rico.
"Baik Tuan." Jawab Manager butik tersebut.
Rico hanya menganggukkan kepalanya kemudian membalikkan badannya meninggalkan butik tersebut menuju ke arah parkiran dengan diikuti Ronald.
'Satu stell pakaian yang tadi aku sentuh harganya sangat mahal sedangkan tadi aku menyentuh semua pakaiannya kira - kira sekitar dua belas stell. Untuk apa Tuan membeli sebanyak itu? Apa jangan-jangan untuk diriku?' Tanya Ronald dalam hati.
'Ah mana mungkin Tuan membelikan pakaian mahal untuk diriku? Pasti untuk keluarganya atau untuk rekan bisnisnya. Tapi kalau memang benar untuk apa menyuruhku untuk memilih satu stell pakaian? Apa bermaksud untuk pamer? Ah tidak mungkin Tuan Rico seperti itu.' Sambung Ronald dalam hati.
'Sudahlah tidak usah aku pikirkan terlebih aku hanya seorang pria miskin jadi mana mungkin Tuan Rico membelikan pakaian untukku. Sudah lebih dari cukup Tuan Rico menolongku dan membayar perawatanku jadi aku tidak ingin serakah.' Sambung Ronald dalam hati.
'Yang pasti aku sangat menghormati Tuan Rico dan merelakan nyawaku demi keselamatan Tuan Rico karena aku berhutang nyawa. Seandainya Tuan Rico tidak menolongku dan membayar ganti rugi bisa dipastikan aku mati saat itu.' Ucap Ronald dalam hati.
"Ronald." Panggil Rico.
Hening
"Ronald." Panggil ulang Rico.
Hening
"Ronald." Panggil ulang Rico.
Plug
"Ronald." Panggil ulang Rico sambil memegang bahu Ronald.
"Astoge ... Maaf Tuan." Ucap Ronald dengan wajah terkejut.
"Sejak keluar dari butik hingga masuk ke toko perlengkapan tas dan jam tangan, kamu diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun hingga beberapa kali aku panggil kamu diam saja." Ucap Rico menjelaskan.
"Maaf Tuan, ada yang bisa saya bantu Tuan?" Tanya Ronald.
"Kamu pilihlah jam tangan dan sepatu setelah selesai memilih kita ke toko sebelah untuk mencari ponsel." Jawab Rico.
"Baik Tuan." Jawab Ronald dengan patuh.
Ronald melihat - lihat jam dan sepatu setelah beberapa saat melihat Ronald mengambil sepasang sepatu kemudian memakainya. Ronald sangat senang dengan sepatu itu selain enak di pakai oleh Ronald, Ronald suka dengan modelnya hingga Ronald mengintip harganya.
'Astoge, kenapa sepatu yang aku sukai mahal banget?' Tanya Ronald dalam hati sambil meletakkan sepatunya.
Ronald tidak terasa sudah mencoba sepatunya dan lagi-lagi tidak sesuai dengan kantongnya hingga Ronald tidak jadi beli sepatu dan beralih ke jam tangan ternyata sama saja.
Ronald menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian berjalan ke arah Rico.
'Tuan harganya mahal jadi saya tidak jadi beli.' Ucap Ronald.
"Baiklah kalau begitu kamu coba cari ponsel yang kamu suka di sebelah karena aku ada keperluan dengan toko ini." ucap Rico.
"Baik Tuan." Jawab Ronald patuh.
Ronald berjalan meninggalkan toko tersebut menuju ke toko sebelahnya yaitu counter hp. Ronald melihat - lihat handphone hingga dirinya melihat handphone yang sejak dulu ingin di belinya.
Ronald sering melihat orang-orang kaya memakai handphone tersebut membuat Ronald menunjuk handphone yang diinginkan.
"Aku mau lihat handphone ini." Ucap Ronald.
"Baik Tuan." Jawab pelayan toko.
Pelayan toko itupun mengambil ponsel tersebut kemudian diberikan ke Ronald. Ronald mengambil ponsel tersebut kemudian mulai mengotak atik.
'Ponselnya keren banget, semoga ngga mahal seperti harga pakaian, jas, kemeja, jam tangan dan sepatu.' Ucap Ronald dalam hati.
"Kamu suka Ronald?" Tanya Rico tiba - tiba datang.
"Suka Tuan." Jawab Ronald.
"Kalau begitu bungkus satu." ucap Rico.
"Baik Tuan." Jawab pelayan toko.
"Sekalian kartunya." Ucap Rico.
"Baik Tuan." Jawab pelayan toko.
Pelayan toko pun mengambil kotak ukuran sedang dan meletakkan di etalase.
"Ronald, pilihlah nomer yang kamu suka." Ucap Rico.
"Tapi Tuan ..." Ucapan Ronald terpotong oleh Rico.
"Pilihlah!" perintah Rico.
"Baik Tuan." Jawab Ronald patuh.
'Akukan tidak tahu berapa harga ponselnya.' Sambung Ronald dalam hati.
Ronald memilih kartu perdana hingga dua menit kemudian Ronald mengambil kartu perdana baru.
"Sudah Tuan." Ucap Ronald.
"Ok." Jawab Rico singkat.
"Pasangkan kartunya ke ponselnya dan sekalian isi pulsa agar bisa di pakai!" Perintah Rico pada pelayan toko.
"Baik Tuan." Jawab pelayan toko dengan patuh.
Pelayan toko pun mengikuti perintah Rico untuk memasang kartu perdana di ponsel barunya sedangkan Rico memberikan kartu hitam tanpa limit ke salah satu pelayan toko tersebut.
"Tuan, biar saya saja yang membayarnya." Ucap Ronald yang tidak enak ponselnya dibelikan oleh Rico.
"Biar aku saja yang membayarnya." Ucap Rico.
Ronald hanya diam namun dirinya sungguh tidak enak hati. Hingga lima menit kemudian pelayan toko sudah selesai kemudian ingin memberikan ponselnya ke Rico namun Rico menunjuk ke Ronald.
Setelah selesai mereka berjalan ke arah restoran untuk makan siang. Hingga lima belas menit kemudian mereka sudah selesai makan dan minum.
"Sekarang kita pergi lagi." Ucap Rico sambil berdiri.
"Baik Tuan." Jawab Ronald yang juga ikut berdiri.
Mereka berdua berjalan ke arah kasir kemudian Rico memberikan kartu hitam ke kasir untuk membayar makanan dan minuman yang tadi mereka makan dan minum.
Selesai membayar barulah mereka keluar menuju ke arah parkiran mobil. Ronald duduk di kursi depan pengemudi sedangkan Rico duduk di kursi belakang pengemudi.
"Ke apartemen yang berada di Jalan Konoha nomer dua puluh lima." Ucap Rico ke Bodyguard yang merangkap sebagai sopir.
"Baik Tuan." Jawab sopir tersebut.
Sopir itupun mengendarai mobil dengan kecepatan sedang hingga dua puluh dua menit kemudian mereka sudah sampai di apartemen yang berada di Jalan Konoha nomer dua puluh lima.
"Ronald, ingatlah pin apartemen ini." Ucap Rico ketika mereka berada tepat di depan apartemen sambil mengetik nomer pin.
"Baik Tuan." Jawab Ronald.
Ronald menatap tombol-tombol yang di tekan oleh Rico hingga terdengar suara klik barulah Rico mendorong pintu utama tersebut.
Rico masuk ke dalam apartemen dan diikuti oleh Ronald kemudian mereka berjalan ke arah ruang keluarga.
"Duduklah." Ucap Rico sambil duduk di sofa.
"Baik Tuan." Jawab Ronald patuh sambil duduk bersebrangan yang hanya di batas oleh meja.
Rico mengeluarkan kunci mobil, kunci apartemen, kartu kredit platinum dan kartu gold, semua diletakkan di meja tersebut.
"Ronald semua yang ada di meja ini milikmu dan untuk kartu kredit dan kartu debit nomer PINnya 654321. Oh ya lupa ini ada uang kas juga untuk pegangan siapa tahu kamu membutuhkannya. Jika kurang kamu bisa mengambil di kartu debit ini." Ucap Rico sambil mengeluarkan dua puluh lembar uang kemudian menunjuk kartu debit yang ada di atas meja.
"Apakah tidak terlalu banyak Tuan?" Tanya Ronald.
"Tidak." Jawab Rico singkat.
"Besok pagi, kamu sudah bangun karena anak buahku akan menjemputmu menuju ke perusahaan milik Daddy. Aku akan mengajarimu tentang bisnis selain itu kamu akan ikut program agar ada ijasah SMP hingga kamu kuliah serta belajar mengemudi." Ucap Rico.
"Tapi Tuan, saya hanya ada uang tidak terlalu banyak untuk membayar semuanya." Ucap Ronald jujur.
"Kamu tidak perlu kuatir semua di tanggung perusahaan." Jawab Rico.
"Tapi ini terlalu banyak Tuan, saya tidak enak hati terlebih saya bingung mau nyicilnya sampai kapan." Ucap Ronald jujur.
"Kamu tidak perlu nyicil, aku hanya minta satu tolong jangan kecewakan aku." Ucap Rico.
"Baik Tuan, aku tidak akan mengecewakan Tuan." Ucap Ronald.
"Bagus, sekarang aku mau pulang dan kamu tinggallah di sini." Ucap Rico sambil berdiri.
"Kalau begitu aku juga pulang dulu mau mengambil pakaianku." Ucap Ronald sambil ikut berdiri.
"Tidak perlu, semua kebutuhanmu ada di sini semua." Ucap Rico.
"Kamarku yang mana Tuan?" Tanya Ronald.
"Di lantai satu ada kamar satu dan di lantai dua ada kamar tiga. Terserah kamarmu yang mana karena yang pasti semua yang ada di apartemen ini adalah milikmu semuanya. Jadi kamu bebas menggunakan tanpa ada rasa takut atau merasa tidak enak hati." Jawab Rico panjang lebar.
"Itu kunci apartemen yang ada di atas meja jadi mulai sekarang dan seterusnya apartemen ini adalah milikmu." Sambung Rico sambil menunjuk kunci apartemen dengan menggunakan dagunya.
Ronald sangat terkejut dengan ucapan Rico sedangkan Rico hanya menggelengkan kepalanya kemudian pergi meninggalkan apartemen tersebut.
Ronald berjalan mengelilingi apartemen tersebut hingga dirinya berada di lantai dua. Ronald masuk ke dalam kamar dan melihat ranjang yang sudah rapi kemudian berjalan ke arah lemari.
"Beda ya orang kaya sama orang miskin seperti aku." Ucap Ronald sambil membuka pintu lemari.
Mata Ronald membulat sempurna ketika melihat isi lemarinya pasalnya semua barang yang dipilihnya berjejer manis di dalam lemari.
"Jadi semua barang yang aku sentuh itu di beli Tuan Rico untukku." Ucap Ronald tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Tuan, aku berjanji untuk belajar yang giat agar Tuan Rico tidak kecewa selain itu aku akan menjadikan tubuhku sebagai tameng Tuan." Ucap Ronald.
Ronald berbaring di ranjang untuk istirahat dan tidak membutuhkan waktu lama Ronald tidur dengan pulasnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!