NovelToon NovelToon

Dipaksa Menikahi Si Culun Lumpuh

Ini salah Laura

"Dasar konyol! Bagaimana bisa keluarga Pria Culun itu mengajukan pernikahan sebagai sebagai pertanggung jawaban. Lakukan sesuatu Dad." Laura menatap manik ayahnya penuh harap, hanya ayahnya yang dapat menyelamatkannya dari pernikah yang berusaha Darren kalungkan padanya.

Ya pria culun itu bernama Darren Suhendi anak tunggal dari pengusaha kaya raya di negrinya Regantara Suhendi. Sungguh Laura tak menyangka jika Darren pria sederhana dan terkesan Culun adalah seorang anak tunggal dari orang berpengaruh. Menyesal selama ini ia selalu menghina dan merundung pria pintar itu.

Nasi sudah menjadi bubur itulah pepatah yang tepat. Karna ke jahilannya menggeser sebuah kursi yang hendak di duduki Darren sampai pria culun itu jatus terjungkal dengan tulang ekor menyentuh lantai dengan sangat keras. Nahas syarafnya kena dan itu menyebabkan Darren menderita lumpuh dari area panggul kebawah, dengan waktu yang tidak bisa di tentukan. Sungguh Laura menyesal.

"Lau, ini salahmu. Harusnya kau tidak berbuat seperti itu bahkan kau kerap kali merundungnya hampir tiga tahun Laura. Daddy tak menyangka gadis manis, putri kecil Daddy berbuat demikian pada orang lain. Kau harus bertanggung jawab Laura!" Kenan sudah kebingungan menjelaskan masalahnya pada putrinya yang keras kepala.

"Tanggung jawab seperti pernikahan begitu? Dad umurku bahkan baru dua puluh tahun begitu juga dengan umurnya. Kita bisa menawarkan dan mengajukan pengobatan terbaik di luar negri sebagai bentuk pertanggung jawabanku, atau kita bisa membayar perawat untuk mengurusnya, tapi jangan aku yang harus menjadi istrinya. Aku tidak mau Dad." Laura berteriak histeris sungguh ia tak mau menikah muda apa lagi dengan pria Culun juga Lumpuh. Iuhh ini benar-benar mimpi buruk untuknya.

"Lalu menurutmu siapa yang harus menjadi istri pemuda itu Liora begitu? Kau tega menumbalkan adik kembarmu karna kesalahan yang kau lakukan?" Kenan terlihat murka pada putri sulungnya jangan sampai apa yang terjadi di masa lalunya terulang oleh putri-putrinya.

Laura menunduk, bukan itu maksudnya. Ia juga tak ingin mengkambing hitamkan adiknya dalam masalah yang menimpanya.

"Bukan itu maksud Laura Dad."

"Kau ingin lari dari tanggung jawab. Dan mendekam di balik jeruji besi paling sedikit lima belas tahun penjara Laura. Karna tindakanmu sudah termasuk kriminal dan di rencanakan, bahkan ada saksi dan barang bukti. Kau tidak bisa mengelak lagi Laura." Kenan sudah meremat rambutnya sendiri dengan frustasi.

Kenan sedang menghakimi anaknya sendiri, tanpa istrinya dan tanpa anaknya yang lain, cukup ia dan sang terdakwa saja yang berada di ruangannya.

"Aku tidak sengaja Dad. Aku tak sengaja membuatnya cacat Dad." Laura sudah menangis sesegukan.

"Kau tau karna ulahmu ini Mommymu sampai tak makan dan tak tidur, Mommymu takut masa depanmu hancur. Turuti permintaan Darren dan keluarganya untuk menjadi pengantinnya. Setidaknya sampai Darren sembuh. Kasihanilah Mom dan Daddy Nak." Kenan menangkup wajah putrinya.

"Tapi sampai kapan Dad, kita tak tau Darren sembuhnya kapan. Aku merasa di tumbalkan."

"Berhenti berkata seperti itu. Sungguh Daddy tak berpengaruh jika kau menolak, tapi ini demi dirimu sendiri Laura. Terimalah ajuan pernikahan darinya."

"Dad. Apa aku akan sanggup hidup di neraka yang berkedok pernikahan dengannya. Aku yakin Darren akan balas dendam padaku." Laura sudah ketakutan sendiri membayangkan Darren berbuat kejam padanya, sama seperti apa yang ia lakukan pada pria itu selama ini.

"Entahlah. Keluarga Darren tak ingin melakukan penawaran lain jalan damainya berupa pernikahan." Kenan juga tak tega melihat putrinya seperti ini.

"Maafkan Laura Dad. Ini salah Laura." gadis itu menunduk dengan air mata yang semakin membanjiri pipinya.

Syarat Laura

"Fana berat bagiku untuk melepaskan Laura pada pemuda lumpuh itu." Kenan terisak di pelukan istrinya. Sejak tadi dirinya menyembunyikan ketakutan juga air matanya di hadapan putrinya. Hanya agar Laura tidak khawatir padanya.

"Aku gagal melindungi putriku sendiri Fana." Kenan semakin erat meneluk istrinya menenggelamkan wajahnya di antara perpotongan leher istrinya.

"Hey. Ken. Jangan seperti ini, kau ayah yang hebat untuk ketiga anak-anak kita. Apa yang terjadi bukan kesalahanmu, ini takdir semesta. Laura masih akan menjadi putrimu sampai kapanpun." Fana membalas pelukan suaminya.

"Aku tidak masalah jika putriku akan menyayangi pria lain selain aku. Tapi yang ku khawatirkan adalah aku takut putriku di siksa oleh pemuda itu. Aku takut apa yang kulakukan dulu padamu terjadi pada Laura. Aku sangat takut Fana." Kenan bahkan bergetar saat mengatakan itu. Katakan ayah mana yang sudi dan rela mendengar putrinya akan di nikahi orang lain hanya karna dendam sungguh Kenan merasa menjadi ayah yang paling buruk sepanjang jaman karna tak bisa menyelamatkan putrinya.

Fana hanya diam sedangkan ketakutannya sendiri membabi buta dalam diri wanita itu. Fana berfikir pernikahan paksa itu tidak baik dalam sebuah hubungan, bagai mana hubungannya di masa lalu itu sangat buruk.

Lalu bagaimana dengan hubungan putrinya yang menjadi pelaku tindak kejahatan pada calon suaminya sendiri.

Pernikah ini hanya alibi keluarga Darren untuk menghukum dan menghakimi putrinya.

"Ken aku jangan takut Laura sehat, sedangkan suaminya cacat. Laura bisa lari dan menghindar saat suaminya hendak memukulnya." Hibur Fana.

"Tapi Fana, Pemuda itu berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya di negri ini bisa saja ia menyuruh orang lain untuk menyiksa putri kita. Dan lagi orang tua Darren sangat membenci Laura karna tindakan anak kita yang membully putra mereka." Kenan melepas pelukannya dan meremas rambutnya frustasi, ia tak pernah merasa tak seberdaya ini. Kenan kalah tak ada penawaran lain dari keluarga Darren. Regantara Ayah Darren bahkan menolak saham yang di tawarkan Kenan pada pria itu sebagai tanda damai. Dan justru ingin tetap menikahkan putranya agar Laura bisa bertanggung jawab pada perbuatannya.

"Hiks ... Hiks ..."

Sekuat mungkin Fana menahan air matanya, nyatanya ia tak setangguh itu, bagai manapuin ia seorang ibu, mendengar kabar jika putrinya akan menikah denan latar belakan dendam, sukses membuat hati Fana tercabik-cabik. Terlepas dari putrinya yang bersalah, naluri ke ibuannya tetap bekerja dengan baik.

"Apa yang harus kita lakukan Ken,? Sangat tidak mungkin jika pemuda itu akan berbaik hati pada putri kita!" Fana lebih parah menangis dari pada Kenan. Ayolah ia seorang ibu, yang airmatanya sangat dangkal jika menyangkut putrinya.

"Putraku telah cacat, tidak ada wanita yang akan mau menjadi pasangannya, maka dari itu aku dan Darren memutuskan putrimu harus menjadi pengantin anakku."

"Itulah yang Regantara ucapkan padaku Fana."

.

Laura mencuri dengar perbincangan orang tuanya. Ia terluka saat mendengar harus bertanggung jawab dengan cara menikahi pria culun itu. Tapi percayalah hatinya lebih terluka saat ayah ibunya dangat menghawatirkannya.

"Aku anak Bodoh. Maafkan Lau Mom, Dad." Laura bersandar di balik dinding dengan badan yang merosot ke bawah, kakinya tak mampu menahan berat badannya sendiri.

Laura sedikit tak percaya bahwa tindakannya menggeser kursi yang akan di duduki Darren membawanya pada neraka di dunia.

Akhirnya Laura menyeret langkahnya ke sebuah rumah sakit tempat Darren di rawat.

Ya Laura harus menemui Darren ia ingin mengajukan satu syarat untuk pria itu demi Mommy dan Daddynya.

.

"Mau apa kau ke sini?" Laura di sambut oleh peranyaan sinis dari ibu sambung Darren yang bernama Nadhira.

"A-aku, aku." Laura gugup, kalimat yang sudah ia rangkai kini tertelan habis oleh pertanyaan ibu Darren itu.

"Kau ingin mencelakai putraku kembali!" Nadhira semakin tajam menatap calon istri dari putra sambungnya, ia tak setuju jika Darren di nikahkan dengan gadis jahat seperti Laura, meskipun ia bukan ibu kandung Darren tapi ia membesarkan pemuda itu sudah delapab belas tahun lamanya, dari Darren berusia dua tahun.

"Ma. Tenang." Rega mengingatkan istrinya agar tetap menjaga emodinya.

"Gadis jahat itu penyebab putra kita cacat Pa." Dhira masih menatap tak suka calon istri putranya.

"Maaf Tante. Laura ingin berbicara sebentar dengan Darren." Laura menunduk, ia tak enak dengan tatapan wanita cantik di usia tak mudanya.

Tanpa bertanya mau berkata apapun Rega dan Dhira meninggalkan Laura dan Darren di kamar inapnya.

"Ada apa?" tanya Darren tak semangat.

Laura menatap wajah teman kampusnya. Ia tampan tanpa kacamata tebal dan kemeja yang ia kancing sampai ke lehernya pikir Laura dalam hati.

"Darren jika kau tetap ingin menikah denganku aku mempunyai syarat untukmu." Luara berbicara tanpa sungkan.

"Ck. Kupikir kau kemari ingin meminta maaf padaku. Aku di sini sudah delapan hari, dua belas jam, tiga puluh empat menit. Dan kau belum meminta maaf langsung padaku. Hanya Ayah, ibu dan saudarimu Liora yang meminta maaf padaku dan keluargaku. Sedangkan dirimu?" Darren tersenyum sinis pada gadis angkuh yang pernah ia temui.

Aneh pikir Darren, Laura dan Liora adalah saudari kembar tapi tingkahnya benar-benar berbeda seperti malaikat dan jelmaan iblis pikir Darren.

"Maaf." Cicit Laura.

"Katakan syaratmu!" Darren tak menanggapi ucapan maaf dari Laura. Baginya sudah terlambat.

"Aku tidak tau tujuanmu ingin menikahiku. Tapi aku minta bersikap baiklah padaku di hadapan keluargaku, terutama Mommy dan Daddyku. Selebihnya aku tidak menuntut apapun darimu. Apa kau bersedia?" Laura langsung berbicara pada intinya.

"Ya aku bersedia." ujar Darren datar. Lagian siapa juga yang akan menjatuhkan harga dirinya sendiri di hadapan calon mertuanya.

Bukan Seorang Impoten

Hanya sepuluh menit waktu yang di berikan Regantara dan istrinya untuk Laura menyampaikan sesuat pada Darren putra nya setelah itu. Rega dan Nadhira memasuki ruangan itu untuk melanjutkan menjaga putranya.

"Kalian sudah selesai membahas sesuatu?" Tanya Regantara tanpa beban.

Darren hanya mengangguk sedangkan Laura hanya diam, mematung di tempat berdirinya sejak tadi.

"Darren katakan seperti apa kansep pernikahan yang kau inginkan?" Rega bertanya. Tadinya Darren ingin pernikahsnnya tertutup tapi karna ia ingin mempermalukan Laura maka ia akan menyelenggarakan pernikahan yang mewah dan besar-besaran. Ia juga ingin Laura di putuskan oleh kekasihnya yang juga sering merundung dirinya.

"Aku ingin pernikahanku, di selenggaran dengan sangat mewah." ujar Darren datar.

Laura langsung membolakan kedua mayanya, ia tak percaya jika acara yang akan di gelar akan sangat mewah saat mendengar sahutan calon ayah serta ibu mertuanya.

"Darren apa tidak sebaiknya kita membicarakan ini dengan keluargaku." tanya Laura takut-takut.

"Tidak, apapun yang ku inginkan itu adalah keputusan yang mutlak. Kau tidak berhak mrngaturku. Ingat kau hanya seorang pengantis pelunas tanggung jawab." Darren menatap sengit Laura.

"Darren kitakan bisa menikah diam-diam kau bisa memperlakukan aku layaknya pelayan." usul Laura, semoga saja kali ini Darren berbaik hati.

"Tidak, aku ingin semua orang di negri ini tau jika kau istriku. Istri dari seorang Darren Suhendi. Bahkan aku ingin melihat reaksi teman-teman dan kekasihmu saat kau bersanding dengan pria culun dan lumpuh di pelaminan." Darren tersenyum kecut, karna ulah gadis itu mimpi indahnya lenyap seketika bergantikan dengan mimpi buruk sejak delapan hari ini.

"Darren." Suara Laura tercekat.

Ini tak adil untuknya, bukan hanya dirinya saja yang membuli pemuda itu tapi kenapa hanya dia yang kena imbasnya. Bahkan Liora juga marah padanya. Adik kembarnya tak mau berbicara dengannya sejak kejadian naas yang menimpa Darren.

Laura tau ia sangat salah. Liora bahkan memakinya habis-habisan, adik kembarnya juga mengaku menyukai Darren, tapi karna ulahnya pria yang di sukai adik kembarnya jadi lumpuh. Apa kalian tau Laura juga menyalahkan dirinya sendiri.

"Laura undang seluruh teman-teman kita di kampus beserta guru-gurunya juga semua orang yang kita kenal, aku ingin kau berbagi penderitaan dengan mereka." Darren menyeringai.

"Dasar pria culun, lumpuh banyak tingkah pula." Laura mengepalkan tangannya erat.

Dalam keadaan normal saja Laura mit-amit nikah sama Darren ini lagi Darren lumpuh, benar-benar sudah jatuh tertimpa tangga pula setelah itu tertimpa bangunan rubuh, benar-benar sial nasib hidupnya.

Pria pasrah dan pendiam kini bertranformasi menjadi pria kejam menyebalkan dan semaunya, sepertinya Darren memang benar-benar dendam padanya.

"Terserah kau saja Darren. Itu saja jika aku masih hidup sampai hari pernikahan." ucap Laura datar. Laura hendak duduk tapi tangannya di cekal Darren.

Satu pertanyaan muncul di benak pemuda lumpuh baru itu. Jangan-jangan Laura mau mengakhiri hidupnya karna tak ingin menikah dengannya. Tidak mungkinkan wanita searogant Laura sangat lemah seperti ini.

"Awas saja jika kau menyakiti dirimu sendiri. Hanya aku! Akulah yang berhak berlaku kejam padamu kau di takdirkan untuk menjadi penebus dari setiap penderitaan yang kau berikan padaku." Darren semakin kasar mencengkram tangan Laura hingga kuku pemuda itu menembus kulit putih Laura hingga darah segar itu mulai merembes di antara cengkraman tangan Darren.

"Lepas Darren, Sakit." Laura mengaduh pelan.

"Sakit?" ledeknya. "Ya, ini memang tujuanku membuatmu sakit dan berdarah. Sehingga tak ada yang bisa menyembuhkan lukamu." Daren kembali menyeringai.

"Aww,." Naura merintih saat tangannya di lepaskan Darren ia juga meniup lukanya beberapa kali.

"Kau bakhan membuat kakiku kehilangan pungsinya dengan tangan iblismu itu. Harusnya aku melakukan hal sama pada tangan mungilmu. Memotongnya mungkin." Ujar Darren kembali.

Laura merasa sedikit terpropokasi oleh kalimat Darren ia langsung menyembunyikan tangannya yang terluka di belakang tubuhnya.

"Jangan Darren. Jangan memotong tangannya." ujar Nadhira. Laura merasa tersanjung saat calon ibu mertuanya melaran Darren melakukan hal itu padanya.

"Maksud Mama, nanti saja kau memotong tangannya setelah ia membayar setiap perbuatannya." Laura semakin ketakutan dengan wajah yang semakin pucat, ia tak perduli lagi dengan tangannya yang terasa perih.

Sebenarnya Laura bisa saja pergi dan melarikan diri tapi ia takut jika itu malah akan menjadi kehancuran keluarganya. Ia juga tak tega jika harus menumbalkan Liora, seperti tantenya yang menumbalkan Mommynya.

"Pa, aku ingin seminggu dari sekarang pernikahanku di lakukan!" tekan Darren kembali.

"Seperti yang kau inginkan Darren." ujar Papanya.

"Bersiaplah Laura kau akan menjadi pengantin Si Culun yang Lumpuh." Darren menelisik tubuh calon istrinya yang ketakutan.

"Aku tidak sabar bagai mana malam pertama kita?" tanpa canggung Darren berkata.

Laura melotot hingga biji bola matanya nyaris keluar.

"Dasar sinting. Kau lumpuh Darren bagai mana kau berpikir sejauh itu?"

"Ya, Laura aku lumpuh, tapi aku pria normal bukan seorang impoten."

"Dasar Gilaa." Laura pergi dan membanting pintu kamar inap calon suaminya.

"Kau yakin akan melakukan malam pertama dengan gadis itu? Dengan kondisimu yang seperti ini." Rega akhirnya bisa membuka suara setelah calon menantunya pergi.

"Entahlah Pa, aku hanya senang mengerjainya." Darren juga tertawa sembari menelisik jemari yang tadi melukai Laura.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!