NovelToon NovelToon

Scandal (Queen And King Drama)

Scandal (1)

Seorang pria dan wanita tampak sedang berpelukan. Tak lama pelukan terlepas dan keduanya berciuman mesra.

"Cut! Kerja bagus, Bora dan Joff. Kalian bisa istirahat dan lanjut syuting adegan berikutnya besok pagi." kata sutradara.

Ternyata pemandangan romantis tadi adalah salah satu adegan drama yang dibintangi aktris dan aktor top dalam industri perfilman.

Sang Aktris bernama Deborah. Wanita cantik ini unggul dalam segala hal, selain berakting di depan kamera. Ia lahir dari keluarga super star. Papa dan Mamanya merupakan Aktor dan Aktris senior yang sudah pensiun dari dunia hiburan. Deborah juga memiliki Kakak laki-laki yang juga merupakan seorang aktor.

Sang Aktor bernama Jofferson. Pria tampan misterius ini adalah adalah Aktor pendatang dari luar negeri. Ia memiliki identitas tersembunyi yang hanya diketahui sang Manager.

Deborah dan Jofferson saling mengenal satu sama lain karena mereka dulunya adalah teman satu sekolah. Dan juga musuh bebuyutan. Saat berpindah agensi, Deborah dan Jofferson bertemu, mereka ternyata tidak hanya bernaung di agensi yang sama, tetapi juga bermain film bersama.

Tidak ada yang tahu, apakah takdir turut serta ikut campur. Dalam setiap drama yang dimainkan Deborah dan Jofferson, mereka selalu berpesan sebagai pasangan. Entah itu pasangan kekasih, dua orang yang sedang jatuh cinta, bahkan sampai pasangan suami dan istri. Anehnya, meski bermusuhan mereka tetap profesional dalam pekerjaan. Bahkan karena keduanya sering beradu akting mesra, dan tampak cocok satu sama lain, para fans pun menobatkan keduanya sebagai Queen and King Drama.

Semenjak itu banyak sekali situs unggahan yang ramai membahas Queen and King Drama. Bahkan banyak dari para  fans yang mengira, jika Deborah dan Jofferson adalah pasangan sungguhan. Semakin lama nama keduanya semakin melejit bersamaan dengan karir mereka.

***

Malam penghargaan tiba. Semua Aktor dan Aktris yang namanya masuk nominasi hadir dan berjalan melintasi karpet merah.

Tiba kedatangan Jofferson. Baru saja ia keluar dari dalam mobil, para fans sudah langsung berteriak heboh seperti orang yang sedanv kerasukan. Jofferson tersenyum menyapa para fans dan para wartaman yang ada.

Baru setengah jalan Jofferson melangkah, mobil yang ditumpangi Deborah tiba. Deborah turun dari dalam mobil. Dan tak disangka warna pakaian Jofferson dan Deborah senada. Para fans semakin menggila begifu melihat Queen and King mereka memakai pakaian pasangan.

Deborah terkejut, tetapi ia dengan cepat mengubah ekspresi wajah dan tersenyum. Ia berjalan perlahan mendekati Jofferson.

Jofferson juga kaget. Ia tak sangka tuxedo pilihannya warnanya akan senada dengan gaun yang dikenakan Deborah.

Deborah tersenyum cantik menatap Jofferson, "Dasar sialan!" gumamnya mengumpati Jofferson

Jofferson tersenyum lebar, "Siapa yang sialan, hah? Dasar rubah ekor sembilan! gumam Jofferson.

Mereka bergumam saling mengatai satu sama lain sambil terus tersenyum. Tidak ada satupun orang yang akan mengira kalau kedua orang itu saling membenci. Karena di mata orang yang melihat mereka tampak mesra dan harmonis.

***

Deborah dan Jofferson dipandu ke tempat duduk mereka. Lagi-lagi mereka disandingkan. Benar-benar mengusar emosi dan kesabaran seorang Deborah.

"Hihh... sialan! Bahkan aku tak bisa duduk tenang. Kenapa aku harus duduk bersebelahan dengan badak?" batin Deborah kesal.

Seperti halnya Deborah. Jofferson juga merasa kesal. Ia tidak mengerti bagaimana bisa dari sekian banyaknya kursi yang ada, ia dan Deborah di sandingkan.

"Kenapa si rubah ini harus duduk disampingku? Membuatku kesal saja," batin Jofferson.

Satu per satu kursi dalam ruangan mulai terisi penuh. Masing-masing duduk sesuai nama yang tertempel di kursi masing-masing. Dan acara pun dimulai. Dibuka dengan penampilan idol-idol baru yang cukup mengesankan dan menghibur.

***

Satu per satu nominasi dari setiap kategori sudah dipanggil dan mendapatkan piala penghargaan. Kini tiba pembacaan nominasi pemenang untuk kategori Aktor terbaik.

"Selamat untuk ... Jofferson Lewigh ...."

Nama Jofferson terpanggil. Sang pemilik nama langsung berdiri dan berjalan maju naik ke panggung. Ia menerima penghargaan dan memberikan sepatah dua patah kata untuk para fansnya.

"Pertama-tama saya mengucapkan banyak terima kasih pada para fans saya. Karena kalian semua saya yang merupakan pendatang baru ini bisa naik ke panggunh dan menerima penghargaan. Saya juga mengucapkan banyak terima kasih untuk agensi, manager, sutradara dan para penulis naskah yang saya bintangi. Semuanya, terima kasih." kata Jofferson menyampaikan rasa terima kasihnya.

Di tempat duduknya Deborah mengamati Jofferson. Ia terdiam dan memikirkan sesuatu. Jofferson yang dulu saat disekolah, dan yang sekarang memang sangat jauh berbeda. Yang tak berubah hanya wajah tampan bak badak.

Acara dilanjutkan. Kali ini pembacaan nominasi pemenang dari kategori Aktris terbaik. Deborah berdebar. Jantungnya berdegup kencang. I berharap ia bisa mendapatkan penghargaan yang ia impikan itu.

"Selamat untuk Deborah Smith .... yeaahh!"

Suara riuh tepuk tangan memenuhi ruangan. Debor terharu sampai matanya berkaca-kaca. Ia berdiri dan berjalan perlahan maju ke depan panggung. Deborah menerima penghargaan dan lanjut menyampaikan rasa terima kasihnya.

"Terima kasih untuk semua fans. Untuk Pak CEO, manager, Pak sutradara dan para penulis naskah yang sudah mengantar saja sampai ke tempat ini. Pengahargaan ini, saya dedikasikan Untuk Papa, Mama dan Kakak saya. Terima kasih, Pa, Ma, dan Kakak." kata Deborah tersenyum cantik.

Sambutan Deborah djawag dengan tepuk tangan meriah oleh seluruh orang di sana.

Jantung Deborah berdebar kencang. Ia merasa puas, bahagia dan terharu. Ini adalah piala penghargaan pertamanya dan yang lebih mengesankan, ia dinobatkan sebagai Aktris terbaik.

Ternyata tak hanya aktris dan aktor terbaik. Deborah dan Jofferson kembali mendapatkan penghargaan sebagai pasangan terpanas sepanjang tahun. Juga film mereka masuk sebagai film terfavorit.

CEO Agensi tempat Deborah dan Jofferson bernaung tampak bangga. Aktris dan aktor dari agensinya dapat bersinar terak bak mentari dan bulan purnama. Diam-diam ia menangis haru. Ini adalah kemenangan terbaik sepanjang ia menjabat sebagai CEO.

"Ahh ... ini benar-benar hadiah kejutan ulang tahun, ya. Hoho ... aku akan berikan mereka bonus nanti. Sepertinya mereka berdua juga perlu diberi libur agae bisa menikmati sedikit ketenangan. Apa aku kirim saja mereka ke luar negeri, ya?" batin Pak CEO berpikir.

***

Deborah datang ke rumah orang tuanya. Ia langsung disambut dengan pesta dan ucapan selamat oleh Papa, Mama dan Kakaknya.

"Selamat, sayang." kata Lydia, Mama Deborah.

"Mama ... aku merindukan Mama. Huhu ..." kata Deborah manja memeluk sang Mama erat-erat.

Tak lama ia melepas pelukan, lalu memeluk sang Papa. Adams Smith mengucapkan selamat pada putrinya dan mengatakan ia bangga atas pencapaian putri kecilnya itu.

"Selamat ya, Adikku yang jelek." kata Damian, Kakak Deborah.

"Kakak ... selamat juga untukmu. Setidaknya Kakak masuk ke dalam nominasi pilihan juga, kan." kata Deborah.

"Ya, memang masuk. Tapi posisiku tergeser oleh pria itu. Huh ... " gumam Damian.

Damian cukup kesal, sbab posisinya digeser oleh Jofferson. Meski Damia juga salah satu aktor top, tapi Jofferson sedikit lebih populer dibanding Damian.

Scandal (2)

Jofferson baru tiba di apartemennya. Ia masuk dan duduk di sofa ruang tamu menyandarkan tubuhnya yang terasa lelah. Tidak lama ponselnya berdering, ia mendapatkan panggilan dari managernya.

Sang Manager bertanya, apakah Jofferson butuh sesuatu? jika "Ya" maka dia akan mampir ke apartemen dan membawakan sesuatu yang diminta, jika "tidak" maka dia akan langsung pulang. Jofferson langsung menjawab, jika ia tidak membutuhkan apapun. Ia mengeluh lelah, dan mau istirahat. Jofferson berterima kasih untuk perhatian sang Manager.

Panggilan berakhir. Jofferson bangkit dari duduknya dan berjalan pergi ke kamar tidurnya. Ia mandi dan akan beristirahat setelahnya.

***

Jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Meski sudah hampir tengah malam, Jofferson tak kunjung bisa tidur. Ia sudah berusaha menutup mata, tapi matanya seakan tetap ingin terbuka dan taknada rasa kantuk sama sekali.

"Apa ini karena aku tak pernah tidur secepat ini, ya? biasanya aku tidur selalu menjelang dini hari atau pagi karena sepanjang malam terus syuting. Ahhh ... padahal aku lelah sekali." batin Jofferson.

Karena bosan hanya terus memandang langit-langit kamar, Jofferson memutuskan bangun dan pergi mencari angin segar. Ia berpikir untuk pergi ke supermarket dan berbelanja sesuatu.

***

Di tempat lain. Di apartemen Deborah. Baru saja ia membuka pintu apartemennya, ia menemukan sebuah amplop cokelat aneh di lantai dekat rak sepatu.

Deborah langsung memungut amplop itu dan berpikir kenapa bisa ada amplop masuk dalam apartemennya. Mata Deborah melebar setelah membuka amplop tersebut. Amplop itu berisikan semua foto-fotonya.

"A-apa ini?" gumam Deborah.

Ia merasa takut. Deborah tak pernah mendapatkan hal-hal aneh seperti ini sebelumnya, dan ini kali pertamanya. Deborah segera pergi dari apartemen membawa amplop cokelat itu. Padahal ia malas mengemudi, tapi karena tidak mau merepotkan managernya lagi dan tidak mau managernya itu khawatir, ia terpaksa pergi mengemudi sendiri.

Deborah dengan cepat melangkah menuju parkiran. Anehnya seperti ada seseorang yang mengikutinya. Karena panik Deborah pun berlari dan buru-buru masuk ke dalam mobilnya. Ia segera mengunci pintu mobil dan mengamati sekitaran parkiran. Ia tidak menemukam sesuatu apapun yang mencurigakan.

"Siapa yang berani melakukan ini? dia pasti penguntit, atau dia seseorang yang tak menyukaiku. Diantara orang-orang yang tak menyukaiku, siapa orangnya? Ahh ... bisa jadi ini perbuatan si badak. Lihat saja, aku akan membuat perhitungan denganmu." batin Deborah.

Deborah mengenakan sabuk pengaman dan mengemudikan mobilnya pergi meninggalkan parkiran. Ia menghubungi Managernya untuk bertanya alamat tempat tinggal Jofferson. Awalnya Managernya bingung, kenapa Deborah bertanya tentang alamat Jofferson. Deborah pun beralasan, karena ada hal yang bersifat pribadi yang ingin disampaikan secara langsung.

"Kalian tidak akan bertengkar, kan?" kata Ryan, Manager Deborah.

"Kak, Kakak tak percaya padaku?" tanya Deborah.

"Bukan begitu, Bora. Aku hanya khawatir saja. Saat ini kamu sedang berada di puncak karirmu. Jangan sampai ada skandal ataupun berita-berita negatif terkait apapun denganmu. Mengerti?" kata Ryan khawatir.

Deborah terdiam, lalu menjawab. Ia mengerti akan kekhawatiran Ryan yang adalah Kakak sepupunya dari pihak Mamanya. Karena keduaya dekat sejak kecil, maka Deborah pun menjadikan Ryan orang kepercayaannya dan Managernya.

Deborah mengatakan kalau ia hanya akan bertanya, lalu pulang. Tidak akan melakukan hal lebih dari itu. Ia berjani tak akan menciptakan skandal apapun. Meminta Ryan agar tak cemas ataupun khawatir.

Setelah dibujuk Ryan pun meminta Deborah menunggu. Ryan akan menghubungi Manager Jofferson dan bertanya. Deborah mengiakan, dan panggilan pun berakhir.

Tidak beberapa lama, Deborah mendapatkan pesan dari Ryan. Pesan itu berisikan alamat rumah apartemen Jofferson dan peringatan Ryan, kalau Deborah harus tetap waspada dan hati-hati dengan hal sekecil apapun. Deborah dengan cepat membalas pesan Ryan, mengatakan terima kasih dan kembali meminta Ryan agar tak khawatir.

Debora melihat alamat tempat tinggal Jofferson. Ia pun langsung mengemudikam mobilnya pergi ke alamat   yang tertulis dipesan Ryan.

***

Jofferson kembali ke apartemennya setelah berbelanja. Saat sampai di kamar apartemennya. Ia melihat seseorang beridiri di depan pintu. Mengenakam mantel, kaca mata, masker dan topi.

"Siapa?" tanya Jofferson mendekati seseorang itu.

Deborah kaget, ia melihat sekitaran, lalu membuka kacamatanya. Ia mengeluh, pantas saja setelah bell ditekan berulang-ulang tak ada jawaban. Ternyata Jofferson pergi.

"Kenapa yang Mulia ratu rubah datang ke rumahku? Ada urusan apa?" tanya Jofferson.

Deborah berpikir, apakah pelakunya benar Jofferson? ia pun ingat, seharusnya ia mengecek kamera pengawas lebih dulu, sebelum terburu-buru datang menemui Jofferson.

"Apa yang aku pikirkan tadi? Gila! Bisa-bisanya aku langsung pergi menemui badak ini. Lagipula badan ini mungkin saja bukan pelakunya. Meski aku dan dia bermusuhan, tapi dia tak pernah sekalipun mencelakaiku sejak saat disekolah." batin Deborah.

"Ah, tidak apa-apa. Aku berubah pikiran. Kamu masuk saja sana, aku mau pulang." kata Deborah yang langsung beranjak pergi.

"Tunggu ... " kata Jofferson memegang tangan Deborah. Membuat Deborah menghentikan langkah.

Deborah memalingkan wajah, "Ada apa?" tanyanya.

"Katakan saja apa tujuanmu datang. Jangan buat aku penasaran," kata Jofferson.

"Aku sudah bilang bukan apa-apa. Aku hanya tak berpikir saja tiba-tiba ke sini. Maaf kalau aku membuatmu tak nyaman. Lepaskan tanganku, aku mau pulang." kata Deborah.

Jofferson mengeratkan pegangannya, dan menarik Deborah ke arahnya. Deborah kaget, jarak antara ia dan Jofferson sangat dekat.

"A-apa yang kamu lakukan, badak? le-lepaskan aku!" Kata Deborah panik.

Jofferson memojokkan Deborah ke dinding, "Mudah sekali kamu berkata seperti itu, ya. Setelah kamu membuatku terkejut sekaligus penasaran dengan kedatanganku ke apartemenku ini. Mana bisa aku biarkan kamu pergi begitu saja. Cepat katakan atau aku akan ... " kata Jofferson mengangkat tangan.

Deborah langsung menutup mata dan melepaskan amplop cokelat yang dipegangnya, sehingga amplop itu jatuh dan isinya keluar. Ia mengira Jofferson akan memukulnya. Tubuh Deborah langsung gemetar ketakutan.

Jofferson terkejut, melihat reaksi Bedorah yang terlihat ketakutan. Padahal ia tidak berniat apa-apa. Jofferson mengangkat tangan karena ia ingin mengusap telinganya yang terasa gatal. Dan oada saat Jofferson melihat ke lantai, ia melihat amplop yang terbuka dan beberapa lebar foto di dalamnya keluar. Jofferson segera memungut semua foto dan menhambil amplop itu.

"A-apa ini?" batin Jofferson kaget.

Ia menatap Deborah yang terlihat sedih dan murimung yang hanya menunduk diam. Jofferson menarik tangan Deborah, dan membawa Deborah masuk ke dalam apartemennya.

"A-apa yang kamu lalukan? a-aku mau mau pulang." kata Deborah.

"Apa karena ini kamu datang menemuiku? apa kamu kira aku yang melakukannya?" tanya Jofferson menatap tajam ke arah Deborah.

Deborah kaget, ia langsung menunduk dan menganggukkan kepala. Tanpa bsrsuara. Jofferson mengusap wajahnya kasar, dan membanting amplop ke atas meja. Semakin membuat Deborah ketakutan.

Scandal (3)

Deborah kaget, karena tiba-tiba tangannya ditarik Jofferson dan ia dibawa ke rumah Jofferson. Ia terkejut saat Jofferson tahu apa isi pikirannya dan menatapnya tajam. Tatapan elang Jofferson langsung nenusuk.

"Aku salah. Tak seharusnya aku datang ke sini. Dia pasti sangat marah karena aku menuduhnya, kan?" batin Deborah.

"Aku minta maaf," kata Deborah lirih.

Jofferson meminta Deborah duduk. Ia pun tak butuh permintaan maaf dari Deborah.

"Aku pulang saja," kata Deborah menolak untuk duduk.

"Di mana kamu menemukan ini?" tanya Jofferson.

"Di lantai kamar apartemenku. Di dekat rak sepatu," jawab Deborah jujur.

Jofferson mengerutkan dahi, "Selain kamu, siapa yang tinggal di tempatmu. Atau orang-orang yang tahu sandi apartemenmu?" tanya Jofferson.

Deborah menjawab dan menyebutkan satu per satu siapa saja yang tahu sandi rumahnya. Dan itu hanya anggota keluarga, dan managernya saja. Tak ada orang lain yang tahu selain itu. Deborah juga menjawab, jika ia hanya tinggal sendiri. Ia memang jarang tidur di apartemen karena selama ini sibuk syuting. Dan sebelumnya pun tak pernah ada masalah apapun dengan apartemennya.

Jofferson mencurigai, ada seseorang yang diam-diam mengamati setiap gerak-gerik Deborah di apartemennya. Ia pun meminta Deborah untuk menginap dulu di apartemennya dan besok akan membantu Deborah menyelidiki.

"Besok tidak ada jadwal, kan?" Tanya Jofferson.

Deborah menganggukkan kepala, "Ya, lusa baru ada syuting." jawab Deborah.

"Menginaplah di sini. Besok kita sama-sama memeriksa rekaman kamera pengawas dah melihat dalam apartemenmu. Kamu harus memeriksa, siapa tahu ada barangmu yang hilang atau ada petunjuk yang bisa mengungkap pelakunya." kata Jofferson.

Deborah melebarkan mata, "Apa? me-menginap? Di sini? Di tempatmu?" tanya deborah.

"Kenapa? tidak mau? atau mau aku antar ke hotel? tak jauh dari sini ada Hotel. Bukankah kalau kita ke sana, akan langsung ada berita esok hari? Di laman utama, muncul foto kita dan tertulis kalau kita tengah malam mengunjungi hotel. Bukankah pikiran orang-orang langsung tertuju pada hal itu?" kata Jofferson menjelaskan.

Deborah mengerutkan dahi, "Benar juga, tapi ... aku tak mau di sini. Aku akan hubungi Managerku saja. Aku akan tidur di rumahnya," jawab Deborah.

"Bukankah butuh waktu untuk Managermu istrirahat? jangan jadi aktris yang kejam pada Managernya. Kamu tidak kasian, dia sepanjang waktu mengikutimu ke sana-sini dan selalu sibuk menyapa para kru?" jawab Jofferson.

Deborah menatap Jofferson, "Sial! Kenap kata-kata yang dia katakan benar semua? apa dia tak memberiku cela sama sekali? aaahh ... aku bisa gila. Si badak ini memang tak terkalahkan, ya." batin Deborah.

"Apa kamu sengaja begini? sengaja untuk membuatku tidur di sini? tanya Deborah.

Jofferson menatap Deborah, ia berdiri dari duduknya dan mendekati Deborah yang berdiri di sisi sofa. Perlahan Jofferson melangkah mendekati Deborah. Membuat Deborah ketakutan dan melangkah mundur tanpa disadarinya.

"Kenapa kamu menatapku begitu? ja-jangan mendekat, Joff!" sentak Deborah.

Jofferson tersenyum, "Ternyata kamu bisa memanggil namaku dengan benar, ya. Aku kira kamu hanya bisa memanggilku badak." kata Jofferson.

Dahi Deborah berkerut, "Dasar badak gila. Kamu mempermainkanku, ya. Sialan!" Kata Deborah memukul bahu Jofferson.

"Ouch ... sakit!" kata Jofferson memegangi bahunya.

Deborah panik, "Ada apa? aku tak memukul sekeras itu," kata Deborah.

Tiba-tiba kaus putih Jofferson berubah warna menjadi merah diarea bahu dan lengan. Jofferson berkata, kalau saat syuting ia mengalami kecelakaan kecil yang membuat bahunya cidera dan terluka. Dan karena dirumah, Jofferson tak memasang perban, jadi begitu dipukul Deborah, lukanya kembali terbuka dan berdarah.

Deborah kaget, "Apa ini yang dimaksud Kak Ryan kemarin ada keributan di lokasi syuting?" batin Deborah.

Sehari sebelumnya, Deborah memang mendengar dari Ryan perihal kecelakaan di lokasi syuting. Hanya saja saat itu ia tidak fokus mendengar ucapan Ryan karena sedang memikirkan hal lain.

Deborah merasa bersalah, ia pun meminta maaf pada Jofferson. Ia tidak tahu kalau bahu Jofferson terluka sebelumnya.

"Maafkan aku, Joff. Di mana kotak obatmu? aku akan membersihkan lukanya," kata Deborah panik.

"Di lemari dapur," kata Jofferson.

Deborah langsung membuka mantel, masker dan topinya. Ia meletakkan semua barangnya di sofa, lalu ia berjalan menuju dapur. Debora mencari keberadaan kotak obat Jofferson.

Setelah menemukan apa yang dicari, Deborah pun segera kembali menemui Jofferson. Deborah meminta Jofferson membuka pakaian.

"Buka pakaiamu. Bisa tidak?" tanya Deborah.

Saat tangan kiri Jofferson dinaikkan ke atas, terasa sakit dan nyeri. Sehingga membuat Jofferson merintih kesakitan.

"Ahhh ... sedikit sakit. Sepertinya aku tak bisa membukanya. Gunting saja," kata Jofferson.

Deborah segera mengangkat tangan Jofferson pelan-pelan dan membantu Jofferson melepas pakaian.

"Aku tahu kamu punya banyak uang, tapi tidak perlu juga menggunting pakaia kalau bisa dibantu, kan. Dasar badak!" omel Deborah.

"Di saat seperti ini pun ucapanmu tetap terdengar pedas, ya." Kata Jofferson.

Deborah melihat luka Jofferson. Ia segera membersihkan darah pada luka dan sekitarnya. Deborah merasa ngeri, tapi ia tidak bisa mengabaikan seseorang yang terluka dihadapannya.

"Uhhh ... " lengkuh Jofferson. Saat kain kasa yang sudah direndam alkohol menempel di lukanya.

"Maaf ... " kata Deborah kaget. Karena tiba-tiba Jofferson melengkuh dan bergerak.

Deborah mendekatkan wajahnya dan meniup-niup luka agar tidak perih. Saat wajah Deborah berpaling, pandanganya bertemu dengan pandangan Jofferson. Tiba-tiba Deborah memalingkan pandangan ke arah lain.

"Aku akan segera obati. Jangan bergerak," kata Deborah.

Segera Deborah mengobati luka Jofferson. Ia meniup lebih keras karena kali ini yang dioleh obat, dan pasti akan terasa lebih menyakitkan. Jofferson menahan agar tak melengkuh atau bersuara. Ia mengerutkan dahinya menahan rasa perih.

Jofferson memalingkan pandangan menatap bahunya yang terluka, ia melihat Deborah begitu serius mengobati sampai-sampai tak sadar kalau Jofferson terus memandanginya.

"Kamu tidak berubah, Bora." batin Jofferson tersenyum.

Deborah menghela napas panjang dan menyeka keringatnya. Panik karena tak ingin ketahuan sudah memandagi Deborah, Jofferson berdehem untuk berdalih.

"Ehemm ... terima kasih," kata Jofferson.

"Bodoh sekali, hampir saja aku ketahuan." batin Jofferson.

Deborah memandangi luka Jofferson, "Sepertinya kamu harus kembali ke rumah sakit, Joff. Yang aku lakukan ini hanya penanganan biasa agar lukamu tak infeksi." kata Deborah.

"Kalau begitu, besok kamu yang harus mengantarku ke rumah sakit. Lukaku terbuka kan karena pukulanmu," goda Jofferson.

"Dia pasti langsung menolak," batin Jofferson.

"Baiklah. Aku akan mengantarmu besok dan menemanimu sampai selesai pemeriksaan. Karena aku yang berbuat, aku pula harus bertanggung jawab, kan?" kata Deborah.

Jofferson kaget. Sungguh, ia tidak bisa menebak pasti isi pikiran Deborah.  Ia merasa Deborah semakin menarik.

Karena tidak punya pilihan lain, malam itu pun ia menginap di apartemen Jofferson. Deborah diminta Jofferson tidur di kamarnya, dan ia sendiri tidur di sofa. Deborah menolak, ia meminta sebaliknya. Perdebatan diantara keduanya pun dimulai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!