NovelToon NovelToon

One Night Love Moana

Moana: One Night Love

"Turunkan saya, Tuan!"

Suara teriakkan dari seseorang yang meronta-ronta meminta diturunkan dari gendongan seorang pria. Walaupun tak dihiraukan, ia terus memberontak meminta dilepaskan, hingga akhirnya tubuhnya dijatuhkan begitu saja diatas kasur.

BUKKK!

"DIAM DAN PATUH LAH!" bentak seorang pria pada wanita bernama Moana.

Moana yang mendengar bentakan dari pria yang berada di hadapannya saat ini pun seketika tersentak kaget hingga membuatnya terdiam. Moana selama ini tidak pernah mendapatkan sebuah bentakan keras dari siapa pun, untuk pertama kalinya ini ia mendapatkan sebuah bentakan, dan itu diberikan pertama kali oleh seorang Keandra Narendra Galaxy. Pria tampan yang memiliki paras sempurna, dengan bola mata berwarna hitam pekat, postur tubuh yang besar, garis mata yang tajam setajam elang, garis hidung yang mancung bak perosotan, disertai bibir yang mempesona. Dikatakan semuanya sempurna namun mines nya adalah sisi kejam serta sifat arogannya yang ia miliki.

Moana ingin bicara, tapi lidahnya kaku. Di hadapan Keandra, keberaniannya mati duluan. "Sadarlah Tuan..." lirih Moana pelan dengan ketakutan setengah mati, melihat sisi buas Keandra yang tidak sadar akan perbuatannya saat ini pada dirinya.

"Bantu aku hilangkan obat sialan ini dari tubuhku, berapa pun yang kau inginkan, akan aku berikan asalkan kau bisa membantuku dari penderita ini." bisiknya dengan lembut.

Wajah Moana memucat, tapi matanya menyala. Kata-kata Keandra barusan menampar harga dirinya lebih keras dari tamparan fisik mana pun. Seketika, perkataan itu membakar telinganya. Tanpa pikir panjang, Moana mengayunkan tangannya. Tamparan itu mendarat telak di pipi Keandra, menggema di udara yang mendadak membeku.

"Saya bukan barang, Tuan," ucap Moana dengan suara bergetar, antara marah dan terluka. "Dan Anda baru saja melewati batas."

Wanita muda yang memiliki paras cantik dengan bola mata berwarna hijau, hidung yang mancung bak perosotan, bibir mungil yang ranum, alis yang terlukis cantik menyesuaikan wajah manisnya, di tambah lesung pipi dalam yang dimiliki, serta bulu mata yang panjang nan lentik tersebut pun mampu mendambakan dan meluluhkan banyak hati. Sayangnya tak ada satupun dari mereka yang mampu mendapatkan hati wanita cantik bernama Moana Xaviera itu.

Mendengar dirinya ditawarkan harga oleh pria yang tak dikenalinya, membuat hati Moana mendidih, apakah ia terlihat seperti wanita jalang seperti diluar sana? Pria tampan yang tiba-tiba membawanya paksa saat ini mungkinkah memiliki kelainan mental?! Atau memang karena faktor dirinya yang sedang mabuk sampai tidak sadar atas apa yang ia ucapkan.

"Tarik kembali kata-kata Anda. Tuan!"

Oh shit!

Keandra tak bergeming.

Pipi kirinya masih panas akibat tamparan Moana, tapi ia hanya menatap dingin, menusuk, seperti badai yang memilih diam sebelum menghancurkan. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, kuku nya hampir menembus telapak tangannya. Tetapi ia tetap menahan diri.

"Aku seharusnya marah, "bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. "Tapi melihatmu berani padaku seperti ini… jauh lebih memuaskan." Sorot matanya tajam, penuh bara yang ditahan, namun senyum miringnya kembali muncul.

Moana tertawa kecil, getir. "Lucu sekali. Anda pikir semua orang sepicik Anda, Tuan? Maaf, tapi saya bukan mainan yang bisa Anda beli dengan uang Anda. Dan Anda? Bukan pembeli yang pantas untuk harga diri saya."

"Munafik!"

"Bantu aku."

Keandra yang sudah di gelapkan oleh sebuah obat perangsang pun tidak memperdulikan pemberontakan Moana, serta isak tangis Moana. Sentuhan yang diberikan dirinya pada Moana pun di tepis kuat-kuat oleh wanita itu. Tetap saja Keandra lebih kuat lagi menginginkan Moana pada malam yang dipenuhi suara tangisan dan penuh pemberontakan tersebut.

Gaun cantik yang menutupi tubuh indah Moana dirobek hingga tak berbentuk kembali, jelas pemandangan yang ada di depan mata Keandra saat ini membuat hasrat Keandra lebih hebat bergemuruh lagi. Sampai tak segan lagi Keandra melakukan sesuatu yang tak seharusnya ia lakukan pada Moana, hal ini membuat Moana memekik penuh kesakitan karena permainan yang Keandra lakukan tak dimulai dengan pemanasan yang benar.

"ARGHHHHHH!"

*****

Pagi hari pun datang, membawa sinar lembut yang menyelinap lewat celah jendela. Udara segar mulai mengisi ruangan, mengusir gelap dan dingin malam. Dunia yang semula sunyi mulai berdenyut perlahan, burung berkicau, dedaunan bergoyang, dan harapan baru mulai tumbuh bersama cahaya pagi.

Keandra mengerang sakit pada kepalanya yang terasa berat, ia bangkit dari tidurnya dan kemudian bayang-bayang semalam menghantui dirinya saat ini. Matanya mulai mencari-cari dimana keberadaan wanita semalam, Moana. Namun ia tak kunjung menemukan wanita tersebut.

ia mendesah pelan, dan rasa bersalah menyelimuti dirinya sekarang. Sungguh ironis, ia telah menghancurkan masa depan seorang wanita yang tak dikenalnya. Dan itu semua karena alkohol berisi obat perangsang di dalamnya.

"Bastard!"

"Aku terkena jebakan dari si brengsek Nathaniel." geram Keandra mengumpat kasar pada salah satu sahabatnya.

Flashback

Galaxy Hotel

Lampu-lampu neon berpendar dalam warna ungu dan merah, menyapu ruangan dengan kilau memabukkan. Dentuman bass mengguncang lantai, menyatu dengan suara gelas beradu dan tawa yang mengambang di udara. Asap tipis mengepul di bawah cahaya, menyelimuti tubuh-tubuh yang menari tanpa henti. Aroma parfum mahal, alkohol, dan ambisi mengisi setiap sudut club. Tempat di mana malam terasa abadi, dan dunia luar seolah tak pernah ada.

Keandra berada di dalam sebuah club yang terdapat disalah satu hotel miliknya, bersama dengan kedua sahabatnya. Pikirannya kacau, jadi ia datang kedalam club tersebut.

"Kau ingin minum Keandra?" tawarnya dengan bertanya, Adam salah satu sahabat Keandra yang barusan menawarkan alkohol.

"Tidak."

"Bagaimana mungkin kau menawarkan minuman alkohol kepada sahabat kuno kita ini Adam? Kau tahu bukan, jika ia ini tidak pernah lagi menyentuh alkohol semenjak kepergiannya--" celetuk Nathaniel terpotong cepat oleh Keandra lebih dahulu, karena tidak ingin mendengar ucapan satu sahabatnya yang ngeselin itu.

"Diam!"

"Sekali lagi kau membahas tentang wanita itu, maka aku tidak akan segan-segan mencekik dirimu saat ini juga Aniel!" ancam Keandra dengan tajam.

"Mengapa? Lagi pula aku benar bukan? Semenjak kepergian wanita itu kau tidak pernah lagi menyentuh wanita dan juga alkohol, bukankah begitu Adam? Dimana salahku dalam menjelaskan." Nathaniel dengan santainya melemparkan pertanyaan tersebut pada Adam, yang sejak tadi memberikannya tatapan kode bearti diam dan berhenti memprovokasi Keandra.

Bughhh

"Damn it! Keandra." rintih Nathaniel merasa sakit sebab mendapatkan sebuah pukulan keras pada wajahnya secara tiba-tiba dari Keandra.

"Aku tak ikutan." sahut Adam dengan cepat mencari aman untuk dirinya sendiri, karena ia tidak ingin Keandra memukul juga.

"Adam berikan botol itu padaku, mulai malam ini dan seterusnya aku akan kembali seperti dulu! Seperti yang kalian inginkan."

"Kau yakin Keandra?" tanya Adam dengan nada sedikit tak percaya untuk memberikan salah satu botol alkohol yang terdapat dihadapannya ini.

"Hmm..."

"Sudahlah Adam, berikan saja botol alkohol itu padanya. Lagi pula ia lebih bagus seperti dulu dari pada seperti orang kuno."

"Kau diam lah Nathaniel! Lebih baik kau tutup mulutmu itu. Kau sudah seperti perempuan yang suka berbicara, sangat cerewet." geramnya.

"Woh woh, santai bro!"

"Berisik!" Keandra merampas salah satu botol alkohol dari tangan Nathaniel, setelah satu botol alkohol yang diberikan oleh Adam tadi sudah habis diminumnya. Kini dilanjutkan dengan botol alkohol yang di genggam Nathaniel tanpa bertanya kasar dosis alkohol tersebut.

"Keandra tung--, sialan!" Karena merasa kesal dengan tingkah sembrono Keandra saat ini, tanpa sadar tangan Nathaniel memukul kepala Keandra dengan keras. Dan hal itu membuat Keandra menatap tajam wajah tanpa dosa Nathaniel saat ini, biasanya Nathaniel tidak akan berani memukul Keandra namun saat ini berbeda.

"Oh shit! Keandra bodoh." umpatnya kembali.

"Fuck! Beraninya kau memukul kepalaku!"

"Ada apa Nathaniel?" tanya Adam, menatap lekat wajah cemas Nathaniel. "Lihatlah karena matanya yang buta ini, ia salah mengambil botol alkohol! Botol kedua yang ia ambil adalah milikku!" sungut Nathaniel tak terima.

"Memangnya apa yang salah? apa bedanya botol ini dengan botol milikmu? Bukankah sama saja..."

Lagi dan lagi, Nathaniel kembali memukul kepala sahabatnya, hanya saja kali ini ia memukul kepala Adam dan bukan Keandra. Karena tingkah kebodohan keduanya saat ini tengah menerjang otak keduanya, jadi Nathaniel memukulnya secara bergantian.

"Kau bahkan ikut bodoh dalam semalam Adam! Kau tahu bukan setiap botol alkohol yang aku bawa berisi apa? hah?!"

Ah ia ingat! Nathaniel itu senang sekali membawa alkohol berdosis obat perangsang. Mengapa juga Adam sampai melupakan hal itu? Jika sudah begini, bukankah sebentar lagi Keandra akan membuat kerusuhan? Jadi bagaimana ini, dan apa yang harus segera mereka lakukan...

"Cepat kita bawa Keandra ke kamar hotelnya, sebelum obat perangsang itu merangsang tubuhnya." pinta Adam meminta bantuan kepada Nathaniel untuk membawa pergi Keandra saat ini juga.

"Aku akan mencari seorang wanita untuknya." ujar Nathaniel berniat pergi mencari seorang wanita yang mana nantinya akan menemani Keandra bermalam sekaligus menjadi obat penawar untuk tubuh Keandra saat ini.

"Bodoh! Bawa Keandra terlebih dahulu, setelah itu baru kita mencari wanita untuk menemaninya. Dasar payah!"

"Oh baiklah."

Bukan Keandra tidak bisa membedakan mana alkohol berdosis obat mana alkohol berdosis biasa, hanya saja hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Makanya ia bertindak sembrono dengan mengambil botol alkohol yang terdapat di salah satu tangan Nathaniel.

"Karena kebodohan mu aku harus repot-repot menggotong tubuhmu ini, Keandra sialan!" maki Nathaniel.

"Jika bukan karena dirimu memancing Keandra untuk kembali minum alkohol seperti dahulu. Mungkin kita tak akan seperti ini. Ini karena mu sialan!" balas Adam menatap geram wajah Nathaniel.

*****

Dua wanita muda berdiri di depan pintu kamar hotel dengan aura memikat yang tak bisa diabaikan. Moana, dengan rambut panjang tergerai dan gaun indah pas badan, memancarkan ketenangan dan keanggunan. Di sampingnya, Kayla sahabatnya itu tampak kontras namun serasi, rambut yang terikat kepang kesamping, dengan gaun indah pas badan menambah kesan mahal dan keanggunan. Keduanya seperti magnet dalam malam yang dingin, berdiri di depan pintu kamar hotel seolah tengah menanti sesuatu.

"Apakah disini kamar hotelmu, yang kau sewa mendadak itu, Kayla?" tanya Moana, pada sahabatnya bernama Kayla yang baru saja ia antar pulang selepas jam kerjanya habis.

"Benar disini... Moana, terimakasih sudah mengantarkan diriku sampai ke depan pintu kamar hotelku, seharusnya kau tidak perlu repot-repot seperti ini" jawabnya Kayla.

"Jangan sungkan denganku Kayla, aku senang dapat membantu dirimu kembali dengan selamat."

"Oh ayolah... mengapa ini terlihat seperti kau adalah tukang ojek yang baru saja mengantarkan pelanggannya yang tak lain adalah aku, menuju tempat tujuannya dengan selamat."

"Ya, kau bisa menganggap seperti itu."

"Sudahlah..."

"Kayla, berhati-hatilah selama kau disini. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu, seperti hal-hal yang tidak pernah terbayangkan."

"Hey! Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu. Berhati-hatilah dijalan saat kau akan keluar dari hotel ini, jangan sampai kau kenapa-kenapa selama di perjalanan. Kau mengerti kan Moana ku sayang."

"Ya-ya baiklah... Kayla ku sayang, kalau begitu aku pamit dahulu. Sampai jumpa kembali, Kayla!"

"Ya Moana, berhati-hatilah lah dan kabari aku jika kau sudah sampai rumah." Moana mengangguk, selepas itu pergi dengan melambaikan tangannya pada Kayla sebagai tanda perpisahan. Melihat Moana yang sudah pergi, Kayla pun masuk.

Dan baru saja Kayla masuk kedalam kamar hotelnya, Moana yang baru saja melangkahkan kakinya sedikit tidak jauh dari kamar Kayla, tiba-tiba saja merasakan tarikan dari lengannya oleh seseorang secara kasar. Yang mana orang tersebut adalah Keandra. Bukankah Keandra bersama dengan Adam dan Nathaniel? Jawabnya mereka berdua memang sudah mengantarkan Keandra pergi kedalam kamar hotel, tapi selepas mereka berdua pergi, Keandra justru ikut keluar beberapa langkah dan tak sengaja melihat Moana pada saat itu juga.

Ketika Moana ingin berteriak, Keandra lebih dahulu membungkam mulut Moana dengan bibirnya itu. Dan memberikan sebuah bisikan yang menakutkan di telinga Moana hingga membuat Moana menjadi patuh di dalam ketakutan.

"Jangan berteriak atau kau akan tau akibatnya, sayang." bisik Keandra pada Moana, dan Moana yang mendengar bisikan tersebut menjadi patuh seketika. Karena ia tidak ingin terluka jika dirinya memberontak pada saat itu, jadi ia memilih untuk tidak memberontak dan mematuhi permintaan Keandra lebih dahulu.

Flashback off

Moana: Sebuah Keinginan

Air hangat mengguyur tubuh Moana, mengalir deras dari shower yang tak henti-hentinya memukul kulitnya. Ia menggosok tubuhnya dengan keras, seolah ingin menghapus sesuatu yang tak terlihat rasa jijik, marah, dan perasaan tak berdaya yang melekat erat. Setiap tarikan napasnya berat, setiap gerakan tangannya kasar dan terburu-buru. Tapi tak peduli seberapa keras ia menyeka, perasaan itu tetap tertinggal, mengendap dalam dada yang mulai terasa sesak. Shower terus menyala, tapi bukan untuk membersihkan tubuhnya, melainkan mencoba meredam luka yang tak terlihat.

"Mengapa ini tidak bisa hilang! Menjijikkan. Mengapa aku sangat lemah hingga tak mampu untuk memberontak dari pria itu..."

Moana membisu, rahangnya mengeras, matanya merah namun tetap menolak membiarkan air mata jatuh begitu saja. Tangannya terus menggosok kasar tubuhnya, gemetar menahan amarah yang mendidih dan kesedihan yang menyayat. Isak tangisnya tertahan di tenggorokan, bergetar, nyaris meledak namun ia paksa diam. Ia tidak ingin terlihat rapuh, bahkan saat tak ada seorang pun yang melihat. Di bawah guyuran air itu, ia bertarung dengan amarah, dengan luka, dan dengan dirinya sendiri.

"MENGAPA TIDAK BISA HILANG!!" teriak Moana penuh frustasi, menahan isak tangis dimana ia kini tengah berusaha keras menghilangkan jejak yang di ciptakan oleh Keandra, namun jejak tersebut tak kunjung menghilang juga.

"Moana." panggil Kayla, dari luar pintu kamar mandinya. Dengan suara penuh kekhwatiran karena tak kunjung mendapat balasan dari Moana yang berada di dalam.

"Moana apa kau berada di dalam? Tolong jawab suaraku." Moana panik, kemudian ia buru-buru menyelesaikan mandinya.

Sedangkan disisi Kayla, ia terus bergumam dan bertanya-tanya apa yang Moana lakukan dan apa yang telah terjadi. "Mengapa Moana tidak menjawab ku?"

"Moana?"

"I--iyaaa Kayla... aku sedang mandi, tunggu aku sebentar lagi aku akan keluar dengan segera." jawab Moana dengan sedikit berteriak dari dalam kamar mandi.

"Ohhh baiklah..."

"Syukurlah kau baik-baik saja, Moana cepatlah... aku menunggumu. Kau baik-baik saja bukan?"

Moana tidak menjawab pertanyaannya. Tapi Kayla tidak memperdulikan itu, ia berfikir mungkin Moana baik-baik saja dan tadi tidak mendengar pertanyaan terakhir darinya karena suara air yang begitu keras masih bisa dia dengar. Walaupun nyatanya Moana mendengar pertanyaannya itu.

"Ahh sudahlah... mungkin shower nya terlalu keras hingga membuat Moana tidak mendengar pertanyaanku, sebaiknya aku membantunya untuk memilih pakaian yang akan ia kenakan saja, untuk bekerja hari ini" ujar Kayla tersenyum kecil.

Beberapa menit kemudian....

Pintu kamar mandi Moana pun akhirnya terbuka, kemudian menampakkan wajah Moana yang lembab seperti habis menangis. Sekaligus menampakkan tubuhnya yang sangat merah itu.

"Kau sud--" Kayla hendak bertanya namun kemudian di urungkan setelah melihat bagaimana kondisi Moana saat ini, tubuh yang memerah, banyaknya kiss mark, dan mata yang sembab. Ia tau telah terjadi sesuatu pada Moana saat ini.

"Aku sudah selesai, tunggulah aku sebentar lagi. Setelah itu kita baru akan berangkat bekerja bersama." Moana tersenyum manis seolah menutupi kesedihannya dengan keras tentang apa yang telah terjadi padanya dari Kayla, namun Kayla tidak bodoh! Kayla tak bisa dibodohi, Kayla tau apa yang telah terjadi. Namun ia masih tidak bergeming sedikitpun saat ini sebab matanya masih tertuju pada tiap-tiap bagian tubuh Moana. Bahkan dari cara jalan Moana pun berbeda dan Kayla bertambah yakin dengan pemikirannya saat ini.

"Siapa yang melakukan semua ini padamu?!"

"Ak--aku akan memakai pakaianku sekarang, bisa kau menunggu aku di luar kamarku sebentar kan, Kayla?" Moana gelagapan ketika Kayla benar-benar menyadari perubahan dirinya.

"Katakan padaku. Moana!"

"Kayla aku ingin menggunakan pakaianku, kau sebaiknya tung--"

"MOANA!" bentak Kayla, menitikkan air matanya setelah melihat tingkah Moana yang kian menahan tangisnya sebisa mungkin dari dirinya.

Ia benci keadaan Moana seperti ini.

Ia terluka melihatnya dan sangat membenci melihatnya, tapi bukan Moana yang ia benci. Melainkan dirinya sendiri dan seseorang yang telah lancang mengotori Moana.

Moana akhirnya tak mampu lagi menahan semuanya. Bahunya bergetar, dan air mata yang sejak tadi ditahannya luruh begitu saja. Di hadapan Kayla, topeng kuat yang selama ini ia pakai runtuh dalam sekejap. "Maafkan aku, Kayla..." suaranya pecah, nyaris tak terdengar. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangan, tapi tangisnya tetap terdengar jelas. Kayla tak berkata apa-apa, hanya mendekapnya erat memberi ruang bagi Moana untuk hancur sejenak tanpa takut dihakimi.

"Maafkan aku.. Ini semua terjadi begitu saja, ak-aku..."

"Moana." lirih Kayla.

Air mata Moana mengalir begitu deras, dan Kayla hanya bisa terpaku hatinya mencengkeram pelan, seolah ikut hancur bersama setiap isakan sahabatnya. Ia menggigit bibir, menahan emosi yang ikut membuncah, tapi tak mampu. Matanya mulai basah, dan dalam diam, air matanya jatuh juga. Bukan karena lemah, tapi karena melihat seseorang sekuat Moana akhirnya roboh di hadapannya. Kayla menarik Moana ke dalam pelukannya, dengan erat, seakan ingin memeluk semua luka yang tak bisa ia sembuhkan. "Maafkan aku, seharusnya aku biz melindungi mu, Moana." bisiknya lirih, suara yang ikut bergetar bersama tangisnya.

"Tolong jangan memelukku terlalu lama Kayla... aku kotor, sangat kotor dan kau tak pantas memelukku yang motor ini. Pria itu memaksaku, ia mengancam ku dan aku tidak bisa melawannya..."

"Tidak! Tidak... jangan berkata seperti itu. Jangan berbicara lagi Moana" Kayla menggelengkan kepalanya karena merasa tidak setuju dengan apa yang dibicarakan oleh Moana barusan.

Moana sangat malu ketika sahabatnya melihat tubuhnya yang begitu amat menjijikkan saat ini yang sangat terekspos jelas di kedua pandang mata Kayla, tapi Kayla justru malah tidak merasakan seperti apa yang Moana rasakan. Kayla justru terus memeluk tubuh Moana dengan erat seakan tidak berniat melepaskannya.

"Maafkan aku, sebagai sahabatmu aku tidak bisa menjagamu... Moana maafkan aku, maafkan aku. Ini semua salahku..."

"Tidak!"

"Kau tidak salah Kayla... tapi aku lah yang tidak becus menjaga diriku sendiri, aku terlalu lemah untuk bertahan diri. Jadi jangan meminta maaf atas apa yang bukan kesalahan mu." elak Moana menggelengkan kepalanya cepat.

"Bagaimana bisa seperti ini..."

"Ini semua berawal dari tadi malam, semalam...."

Moana menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat sedikitpun, dan Kayla menyimaknya dengan sangat baik. Ada pancaran amarah dari Kayla ketika mendengar penjelasan dari Moana, namun ia tidak menunjukkan itu semua di hadapan Moana.

"Sudah benar seharusnya aku melarang mu untuk tidak mengantarkan diriku sampai kedepan pintu kamar hotelku semalam... Moana ini semua salahku! Jika bukan karena kau mengant--"

"Cukup Kayla! Jangan menyalahkan dirimu atas apa yang terjadi padaku. Biarlah berlalu, anggaplah aku tidak apa-apa..." ucap Moana pelan.

"Tapi seharusnya memang--"

"Kayla."

"Maaf."

"Tidak apa, sudahlah... sebaiknya kau keluar sekarang karena aku akan berganti pakaian. Tunggulah aku 10 menit dari sekarang."

"Kau tidak perlu bekerja saja Moana, kau pasti--"

"Aku akan tetap bekerja! Bagaimanapun juga aku butuh biaya untuk hidupku ini Kayla, aku tidak mau bergantung hidup padamu. Karena kau sendiri memiliki biaya hidup yang tinggi! Izinkan aku bekerja."

"Apa kau tidak merasa sakit Moana? Maksudku, kau habis..."

"Aku mengoleskan salep pereda nyari pada bagian milikku, aku sempat melewati tokoh obat saat aku pulang. Aku awalnya malu untuk bertanya apakah ada pereda nyeri untuk bagian itu, ada atau tidak, namun ternyata ada... lalu aku membelinya dan mengoleskannya sesuai apa yang di anjurkan disana, itulah mengapa aku tidak merasakan sakit yang teramat dalam seperti yang aku dengar dari kebanyakan orang di luar sana."

"Jangan khawatir, Kayla. Aku sungguh tidak apa." Walaupun sudah di oleskan salep pereda nyeri, tentu tidak hilang sepenuhnya rasa sakit itu. Tapi walaupun begitu Moana tetap akan memaksa untuk berjalan dengan normal, sambil menahan sedikit rasa sakit yang tersisa dan membenarkan cara jalan yang terlihat berbeda nantinya.

"Ah ya aku tau salep itu, baguslah setidaknya kau bisa membantu menghilangkan sedikit rasa sakit pada dirimu sendiri. Padahal kau bisa saja mengambil cuti untuk beberapa minggu kedepan."

"Sayangnya aku tidak mau dan tidak bisa, karena ada pekerjaan yang sangat penting untuk aku kerjakan."

"Kau memang wanita gila kerja!" Setelah bersedih, Kayla pun di buat kesal oleh Moana. Begitupun Moana yang kian menepis kuat-kuat rasa sedihnya saat ini, karena ia tak ingin berlarut-larut akan kesedihan. Walaupun sebenarnya itu menyakitkan, terapi ia harus terlihat kuat dihadapan Kayla.

Sebab ia tak ingin mengajak seseorang untuk ikut berlarut dalam kesedihannya.

*****

Galaxy Group

"Kau ingin mencari wanita itu Keandra?" Nathaniel bingung mengapa Keandra sangat ingin mencari keberadaan Moana, padahal biasanya Keandra tidak seperti ini.

Keandra biasanya tidak pernah perduli pada siapapun.

Namun kali ini berbeda. Mungkin saja karena Moana spesial dan berbeda dari semua orang yang Keandra temui.

"Jika kalian sudah menemukannya, bawa ia ketempat yang sudah aku persiapkan. Kalian mengerti?!" ujar Keandra kepada anak buahnya, yang memerintahkan mereka untuk mencari keberadaan Moana.

Keandra tidak menjawab pertanyaan Nathaniel karena dirinya masih merasa kesal, ia telah merusak hidup seorang yang bukan dari kalangan wanita malam. Jika pada saat itu wanita yang menemaninya adalah wanita malam, maka ia tidak akan pernah repot-repot menyuruh para anak buahnya untuk mencari keberadaan Moana saat ini, karena dengan uang ia pasti akan langsung bisa menyelesaikan masalahnya.

Tapi saat ini berbeda, ia berfikir wanita yang semalam bersamanya pasti akan menolak pemberian uang darinya. Semalam saja ia ditampar, oleh sebab itu ia akan mencari keberadaan wanita yang bersamanya semalam dan akan bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.

"Aku tidak akan pernah merusak kehidupan seseorang jika bukan karena alkohol milikmu." sinis Keandra.

"Mengapa kau ingin mencari nya?" tanya Adam penasaran.

"Wanita itu berbeda dari wanita malam yang selalu aku jumpai, ketika setengah kesadaranku tadi malam masih ada, aku mengatakan bahwa aku akan membayarnya jika ia membantuku. Berapapun yang ia inginkan akan aku berikan, tetapi ia justru malah menampar wajahku dengan begitu keras" jelas Keandra, lagi-lagi mengingat kejadian semalam.

"Apa?! Seorang Keandra pewaris tunggal dari Galaxy Group ditampar oleh seorang wanita? Hey... dimana Keandra yang kejam dan dingin yang ku kenal itu. Biasanya kau tidak akan pernah terima dengan apa yang orang lain lakukan padamu, apa lagi itu seorang wanita." terkejut Nathaniel tak habis pikir.

"Diam atau ku bunuh!"

"Nathaniel, sebaiknya kau diam untuk saat ini. Jangan banyak bicara, itu akan lebih bagus untuk nyawamu."

"Padahal yang salah dirinya sendiri, siapa suruh otaknya semalam tak berfungsi dengan baik." gerutu Nathaniel pelan yang ternyata masih bisa di dengar baik oleh Keandra maupun Adam.

BUGHHH

Sebuah barang yang bernilai tinggi terlempar dari tempatnya, dan tepat mengenai sebuah kening seseorang, yang melempar adalah Keandra dan yang ia lempar adalah sebuah hiasan meja kantornya. Untuk yang ia targetkan adalah Nathaniel, bidikannya pun meleset cepat dan tepat mengenai kening Nathaniel saat itu juga.

"Argh!"

"Aku tidak tuli, aku dapat mendengarkan gerutuan yang tidak bermutu dari mulutmu yang busuk itu" Keandra menatap tajam wajah Nathaniel yang hendak protes. Suasana dalam ruangan Keandra pun menjadi dingin seketika, bukan karena AC namun karena perubahan sikap pada aura tubuh Keandra.

Hal itu mampu membuat Adam dan Nathaniel terdiam.

"Tak perduli siapa dirimu, yang jelas kau adalah milikku mulai sekarang. Karena kau, kau mampu meluluhkan aku dalam sekali pertemuan, dan aku langsung menginginkan mu kembali. Sayang... kau sudah menjadi milikku, tak perduli siapa kau, apa statusmu, dan apa pendapatmu mengenai aku, tetap saja aku menginginkan mu. Moana Xaviera... aku menginginkanmu, sayang." batin Keandra.

Moana: Pertemuan Tak Terduga

Cermin besar di kamar memantulkan bayangan dua wanita muda yang tengah berhias dalam keheningan yang akrab. Moana duduk di depan meja rias, wajahnya tenang tapi matanya sedikit gelisah. Di belakangnya, Kayla berdiri dengan concealer di tangan, jarinya ringan menyentuh leher sahabatnya menyamarkan bekas kemerahan yang tertinggal dari malam sebelumnya. "Dia keterlaluan," gumam Kayla pelan, nyaris seperti protes. Moana tak menjawab, hanya menatap bayangannya sendiri dengan bibir terkatup rapat. Sentuhan Kayla lembut, tapi sorot matanya tajam, seolah berusaha menghapus bukan hanya jejak di kulit, tapi juga luka yang diam-diam tertinggal di hati sahabatnya.

"Apa benar-benar sudah tertutup semua, Kayla?"

"Kau tenang saja Moana, ini akan benar-benar menutupi semua jejak-jejak binatang itu. Jangan takut jika nanti lehermu terkena air, oke... karena pada dasarnya aku sudah membuat ini tahan air, tapi ada kelemahannya" jelas Kayla meyakinkan Moana.

"Apa itu?"

"Jika sudah 3 jam maka ini akan luntur dengan sendirinya, maka dari itu jangan biarkan ia luntur sampai kau kembali pulang ke rumah. Kau mengerti bukan? Kau harus ingat Moana, bahwa hari ini Tuan besar pemilik perusahaan akan datang mengunjungi perusahan kita, jangan sampai kau melupakan itu." Ingat Kayla, pada sahabatnya yang mana suka lupa akan sesuatu berbaur hal penting.

"Baiklah, terimakasih sudah mengingatkan diriku." ucap Moana tersenyum manis membalas Kayla.

"Ini sudah selesai, baiklah mari kita berangkat sebelum terlambat. Ayo Moana." Moana mengangguk, kemudian mengambil tas kecilnya bersamaan dengan Kayla. Dan setelahnya merekapun pergi untuk bekerja bersama.

Moana dan Kayla memang satu perusahaan dalam bekerja, tetapi dalam bidang pekerjaan nya mereka memiliki tugas yang berbeda, bahkan jabatan mereka juga berbeda. Jika Kayla menjabat sebagai kepala HRD maka Moana hanya menjabat sebagai staf biasa di perusahaan anak cabang Galaxy Group. Yaa... Galaxy Group perusahan milik Keandra. Keandra Narendra Galaxy.

Moana tidak mengenali Keandra karena memang pada dasarnya selama ini ia tidak pernah melihat langsung pemilik asli perusahaan yang ia tempatkan untuk mencari nafkah tersebut, dan lagi. Keandra juga belum pernah menunjukkan wajahnya dihadapan karyawan anak cabang perusahannya tanpa terkecuali perusahan pusat nya yaitu Galaxy Group. Jadi tidak heran jika pada malam tadi, Keandra dan Moana sama-sama tidak saling mengenali antara Tuan dan karyawan.

"Haaaahh..."

Setelah sampai perusahaan yang jaraknya memang tak jauh dari rumah Moana, keduanya langsung berpisah dan langsung bekerja sesuai pekerjaan masing-masing. Sesampainya Moana pada meja kerjanya, ia langsung sibuk mengerjakan tumpukan kertas yang terdapat di mejanya, tapi setelahnya ia terdiam dan entah mengapa dan entah karena apa Moana tiba-tiba saja menghela nafasnya begitu dalam, Moana bukan tidak sedih telah kehilangan mahkota hidupnya. Hanya saja ia lebih menutupi kesedihannya itu lewat tersenyum, karena jika ia terlihat sedih maka sahabatnya itu juga akan ikut merasa sedih seperti yang ia rasakan nantinya, jadi lebih baik ia terlihat baik-baik saja untuk menutupi kesedihannya itu dari pada ia harus mengutarakan kesedihannya.

"Masa depanku telah hancur, tak ada lagi yang harus aku banggakan pada diriku sendiri! Aku harus bagaimana kedepannya nanti..." lirih Moana pelan.

"Moana." Panggil seseorang, mengejutkan Moana yang sedikit melamun itu.

"Ah iya? Ada apa..."

"Bisa kau bantu aku mengantarkan dokumen ini pada kepala HRD? Bu Kayla... hari ini tugasku ternyata sangat banyak dari biasanya, boleh aku meminta bantuanmu? Aku lihat kau seperti tidak terlalu sibuk." tanya rekan kerja Moana, dengan sopan.

"Oh baiklah, aku akan membantumu. Kau benar, tugasku sedang tidak banyak hari ini, berikan dokumen itu padaku." balas Moana, tersenyum manis pada rekan kerjanya karena merasa senang membantu rekan kerjanya.

"Terimakasih, Moana. Kau memang sangat baik."

"Ya, sama-sama."

Setelah menerima dokumen tersebut, Moana dengan cepat pergi menuju ke ruangan Kayla karena memang dokumen tersebut akan dibutuhkan oleh Kayla nantinya segera mungkin. Hingga di pertengahan jalan menuju ruangan Kayla, tiba-tiba Moana tak sengaja menabrak dada bidang seseorang, itu membuatnya hampir terjatuh namun dokumen penting yang ia genggam tadi telah terjatuh dengan cepat. Moana terlalu asik melamun ketika berjalan hingga tak sadar bahwa ia telah menabrak seseorang yang ada di hadapannya, hal hasil iapun menabrak seseorang secara tak sengaja.

"Ah maaf, maafkan saya Tuan."

"Maaf sekali lagi, saya tidak hati-hati sehingga saya menabr--"

Deghhh

Napasnya tercekat. Di hadapannya, berdiri sosok yang paling ingin ia hindari, Keandra. Tatapan pria itu tenang, seolah malam tadi tak pernah terjadi. Sementara Moana? Tubuhnya menegang, jari-jarinya mengepal tanpa sadar. Rasa malu, marah, dan bingung berbaur menjadi satu, menghantam dadanya dengan keras. Lidahnya kelu, mulutnya nyaris terbuka untuk bicara, tapi tak ada kata yang berhasil keluar. Ia hanya menatap Keandra, mata yang semalam sempat membuatnya runtuh, kini membuatnya ingin lari sejauh mungkin.

Wangi tubuh, postur tubuh, tatapan tajam, dan aura dingin yang mengintimidasi menyelimuti dirinya. Ketika Moana meminta maaf sambil terburu-buru membereskan kembali dokumen yang terjatuh di lantai tadi, Moana pun dibuat diam mematung setelah melihat siapa yang ia tabrak barusan selepas merapihkan dokumen yang berserakan tadi. Tubuh Moana tidak dapat bergerak, jantungnya bahkan seketika berhenti sejenak, dan nafasnya menjadi tak beraturan.

"Pria ini..." lirih Moana.

"Nona, apa Anda baik-baik saja?" Adam pun bertanya pada Moana karena melihat Moana bergetar tiba-tiba setelah melihat Keandra. Ia bingung, tapi jauh lebih kebingungan setelah melihat respon Keandra yang menyeringai kecil dan terlihat samar barusan.

"Saya permisi, Tuan..." Moana yang gugup langsung segera mungkin pergi begitu cepat meninggalkan Keandra serta Adam, Keandra melihat jelas dari tatapan tajamnya bahwa kepergian Moana diiringi air matanya, bahkan terlihat jelas bahwa wanita itu menghindarinya.

"Bawa ia padaku" titah Keandra, pada anak buahnya dengan wajah tak berekspresi.

"Baik, Tuan."

"Kita bertemu lagi, sayang." batin Keandra.

*****

Pintu ruang kerja Kayla terbuka dengan kasar, hampir terbanting. Moana masuk begitu saja, napasnya memburu dan rambutnya berantakan, sebagian menempel di wajah yang basah oleh keringat dan entah itu air mata atau sisa ketegangan yang belum reda. Matanya liar, gelisah, seolah baru lari dari sesuatu yang menghantuinya. "Moana?" suara Kayla nyaris tak terdengar, terkejut melihat sahabatnya dalam keadaan kacau seperti itu. Moana tidak menjawab. Ia berdiri di tengah ruangan, tubuhnya gemetar, tangannya meremas kain bajunya sendiri, dan pandangannya kosong tapi penuh ketakutan. Tatapannya sesekali melirik ke belakang, seakan bayangan Keandra masih membuntutinya.

"Tidak mungkin."

"Moana ada apa? Mengapa kau terlihat takut hingga bergetar seperti ini. Moana ada apa denganmu, tolong jawab aku. Mengapa kau datang dengan menangis? Katakan padaku siapa yang membuatmu ketakutan seperti ini." panik Kayla hingga melontarkan begitu banyaknya pertanyaan pada Moana.

"Kayla... dia, berada disini." Kayla menarik Moana kedalam dekapannya, setelah melihat raut wajah ketakutan Moana. Ia tak mengerti apa yang telah terjadi, namun sebisa mungkin ia memutar otaknya untuk mencerna setiap kata yang Moana keluarkan.

Moana memeluk erat tubuh Kayla, tak berniat untuk dilepaskan. Ia benar-benar takut akan Keandra. Ia teringat kejadian semalam bagaimana Keandra memaksanya dan mengancamnya.

"Siapa? Siapa yang ada disini... Moana?"

"Pria malam itu... dia ada disini, Kayla. Ba--barusan aku tak senga-ja menabraknya. Kayla ak--" ujarnya terbata.

"Dimana dia? Katakan padaku dimana kau bertemu dengannya?! Biarkan aku bertemu dengannya." Marah Kayla seketika emosi dalam jiwanya menyelimuti.

"Tidak! Kayla... jangan tinggalkan aku... ak-aku.. aku takut. Ba--bagaimana, bagaimana jika ia datang padaku klau kembali mengancam ku? Jika kau tidak ada disisku, mungkin saja... mungkin saja ia--"

"Aku ada bersamamu, Moana. jangan takut! Biarkan aku bertemu dengan pria brengsek itu, bagaimana pun juga kau telah di lecehkan olehnya! Maka ia harus bertanggung jawab atas dirimu Moana."

"Tidak! Kayla--"

Suara ketukan di pintu membuat mereka berdua tersentak. Kayla spontan menoleh, sementara Moana membeku di tempatnya, jantungnya langsung berpacu tak karuan. Suasana yang semula berisik berubah sunyi dan tegang dalam sekejap. Mereka saling menatap tak perlu kata-kata, karena ketukan itu cukup untuk memunculkan berbagai nama di dalam benak mereka. Bertanya-tanya siapa yang datang dan mengetuk pintu saat ini.

"Dengarkan aku! Moana," kata Kayla memegang kedua bahu Moana. "Bangkitlah dan hapus air matamu, jangan terlihat lemah hadapan orang lain selain diriku. Kau dengar barusan ada seseorang yang datang bukan? Jadi bersikap lah bahwa kau baik-baik saja." bisik Kayla pelan, membantu menyeka air mata Moana yang sempat jatuh diatas pipinya.

Setelah Moana sedikit lebih tenang dan tak menangis kembali, Kayla kemudian membuka pintu ruangannya. Terdapat seseorang di depan pintu masuk ruangan miliknya itu yang kian menunggu dirinya. Bukan satu orang, namun terdapat dua.

"Siapa kalian?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!