DUA TAHUN YANG LALU
"Baiklah anak-anak untuk ujian praktek semester kedua kenaikan kelas dalam pelajaran olahraga tahun ini adalah badminton. Maka dari itu sebelum ujian dimulai Bapak akan memberikan waktu dua minggu pada kalian untuk berlatih karena ujian ini juga akan menentukan kalian naik kelas atau tidak." ucap Pak Handy selaku guru olahraga kelas tujuh SMP ADIPUTRA.
Tak lama kemudian bel istirahatpun berbunyi. Beberapa siswa ada yang pergi kekantin atau lapangan tapi ada juga yang lebih memilih untuk tetap tinggal di kelas baik itu hanya untuk tidur ataupun sekedar bermain games bersama.
"Kenapa?" ucap Clara pelan.
Cassie mengernyitkan dahinya saat mendengar Clara berbicara tak jelas disampingnya karena mereka memang duduk beesebelahan.
"Kenapa ini harus terjadi?!!!! Matilah kau Clara!!!!!" teriak Clara tiba-tiba sambil mengacak-acak rambutnya.
Cassie hampir saja terjatuh karena terkejut dengan teriakan Clara. Ia mengusap dadanya berkali-kali dan juga mengusap telinganya yang berdenging.
"Ya ampun Clara!! Kau ingin membuatku tuli ya? Ckck.. Kau ini terlalu mendramatisir keadaan. Ayolah,dunia tidak akan kiamat hanya karena ujian praktek olahraga tahun ini adalah badminton. Jangan khawatir. Oke." ucap Cassie sambil menggelengkan kepalanya.
Clara mendelik kearah Cassie.
"Kau tidak mengerti!! Aku tidak mendramatisir keadaan Cassie. Ini memang fakta. Ini statusnya sudah gawat darurat. Kau tahu sendirikan,aku ini sama sekali tidak bisa bermain badminton. Apa kau lupa kejadian waktu itu?" keluh Clara lalu meletakkan kepalanya diatas meja.
"Hah?" Cassie berusaha mengingat kejadian yang sudah lampau. Dimana kejadian itu menjadi kejadian yang bersejarah yang tidak akan pernah bisa ia lupakan. Sungguh Cassie tidak bisa lagi menahan tawanya saat ia mengingat kejadian itu.
"Bwahaahhahahhahahaha." tawa Cassiepun memenuhi seisi ruangan kelas membuat ia mendapat tatapan tajam dari Clara dan teman-teman sekelasnya yang ada disana.
"ha..ha..ha. Maaf. Maaf." ucap Cassie mengangkat kedua jarinya tanda perdamaian disertai cengiran lebarnya. Ia lalu mengalihkan pandangannya pada Clara yang masih menatapnya tajam dengan bibir yang sudah maju lima sentimeter.
"Hehehe aku sangat sangat sangat ingat Clara bahkan aku sangat yakin jika seisi sekolah inipun pasti ingat dengan kejadian itu. Kejadian bersejarah yang harus diapresiasi. Aku rasa tidak ada seorangpun yang berani melakukannya kecuali kau. Bukannya cock yang kau lempar tapi justru raketnya yang kau lempar dan parahnya kau melempar tepat ke.."
Cassie menutup mulutnya menahan tawa dengan kedua tangannya. Sungguh ia tidak sanggup melanjutkan ucapannya.
"Ke..hihihi..ke..ke kepala botak kepala sekolah!! Bwahahhahahahha.." tawa yang sudah ia coba tahanpun akhirnya meledak juga tidak peduli seberapa kesal teman-temannya pada dirinya.
Clara mendengus. Ia menangkupkan wajahnya dan tangannya diatas meja. Itu adalah kejadian yang sangat memalukan baginya.
"hhh..teganya kau malah meledekku. Aku benar-benar malu tahu. Rasanya waktu itu aku ingin sekali menenggelamkan diriku di sungai Amazon dan sekarang aku benar-benar bingung. Aku ingin menyerah saja." keluh Clara.
Cassie menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia harusnya tahu jika Clara menganggap itu adalah kenangan buruk baginya.
"Ekhm.." Cassie berdehem.
"Maaf. Maaf. Jangan marah. Maafkan aku ya. Aku tadi hanya bercanda. Ayolah,jangan putus asa seperti itu lagipula kau harus ingat jika kau ini murid yang pintar. Kau selalu mendapat peringkat tiga besar sejak dari sekolah dasar. Jadi kau tenang saja,tidak mungkin hanya karena pelajaran olahragamu jelek kau tidak bisa naik kelas. Itu tidak mungkin dan jangan lupa ada aku yang akan selalu membantumu. Oke." ucap Cassie sambil mengusap punggung Clara.
Clara mendongak menatap kedua mata Cassie haru. Ia langsung memeluk Cassie erat membuat Cassie hampir terjungkal.
"Terima kasih. Terima kasih banyak Cassie. Kau adalah sahabat terbaikku. Aku sangat menyayangimu!"
Cassie terkekeh mendengarnya tapi lama- kelamaan pelukan Clara semakin erat.
"Cla..Ra..lep..pas..a..aku..ti..dak bi..sa..ber..na..fas." ucap Cassie terputus-putus.
Clara yang mendengarnya langsung melepas pelukannya sambil memamerkan deretan giginya.
"Hehehe maaf. Aku terlalu bahagia. Eh? kau tadi belum membalas ucapanku. Tadi akukan mengatakan jika aku sangat menyayangimu. Kau tidak ingin mengucapkan hal yang sama pada sahabatmu ini?" tanya Clara.
Cassie memutar bola matanya malas.
"Iya iya. Aku juga sangat menyayangimu Clara."
Clara tersenyum sambil memegang kedua pipinya.
"Ahhhh senangnyaaa.hahhaha." tawa Clara. Cassiepun ikut tertawa melihatnya.
Mereka tidak menyadari jika dari tadi ada yang memperhatikan mereka dari balik pintu. Tersenyum hangat kearah mereka berdua.
"Aku sangat berharap bisa selalu ingat senyum dan tawamu itu Clara.." gumam orang itu dan pergi berlalu.
****
Hari ini pelajaran olahraga. Murid-murid kelas tujuh sedang berlatih badminton bersama di lapangan tanpa didampingi Pak Handy selaku guru olahraga mereka karena semua kelas tujuh tidak ada kegiatan belajar mengajar selama dua minggu. Itu terjadi karena ada ujian untuk kelas sembilan. Dan ini adalah hari keempat mereka berlatih,sebenarnya tidak semua murid berlatih hanya beberapa murid saja karena sebagian murid lebih memilih untuk santai dan berlari-larian kesana kemari.
"Hhhhh..lelahnyaaaa. Sudah cukup latihannya Cassie. Aku menyerah. Aku sudah tidak ingin berlatih lagi. Aku sudah berlatih dengan sungguh-sungguh selama empat hari ini tapi tetap saja aku tidak bisa.hhhh.. " keluh Clara lalu membaringkan tubuhnya dirumput pinggir lapangan.
"Ishhh kau ini! Jangan menyerah begitu saja ini baru permulaan. Ayolah semangat,kau pasti bisa Clara!" ucap Cassie menyemangati tapi tak digubris oleh Clara.
"Hhh.. ya sudahlah. Sekarang kau istirahat saja. Aku akan membeli minuman dingin untuk kita berdua di kantin."
Cassiepun pergi. Clara tak menyahut sama sekali. Ia hanya diam dengan tatapan kosong menatap langit cerah dengan pikiran yang menerawang jauh meratapi nasibnya kini. Tiba-tiba langit berubah gelap,ah tidak tapi tiba-tiba ada seseorang yang menutupi arah pandangnya sedang tersenyum hangat padanya. Selama beberapa detik Clara terpaku dengan senyuman orang itu tapi tak lama kemudian ia mengerjapkan matanya dan terkejut melihat orang itu lalu bangkit dan terduduk.
"Yak!! Siapa kau?!! Apa yang sudah kau lakukan barusan,hah?! Kau menghalangiku saat menatap indahnya langit cerah,tahu!!" teriak Clara pada orang itu,anak lelaki bertopi yang entah sejak kapan sudah duduk disampingnya tapi anak lelaki itu tidak menjawab ia hanya tersenyum lembut kearahnya.
Clara lagi-lagi terpaku melihatnya tapi ia mengenyahkan segala pikirannya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yak! Kau tidak sopan! Mengacuhkan orang yang mengajakmu berbicara!" teriak Clara lagi.
Anak bertopi itu tersenyum. Lalu tak lama kemudian anak bertopi itupun tertawa terbahak-bahak.
"Hahahhaha. Kau lucu sekali apalagi saat cemberut seperti itu. Sungguh wajahmu sangat lucu..hahhahahaha."
Clara mendengus kesal.
"Kau menyebalkan!!!" teriak Clara dan bangkit dari duduknya. Baru saja ia akan melangkah pergi tapi anak bertopi itu sudah menarik tangannya sampai Clara terduduk kembali.
"Hehehe maaf jangan marah. Aku hanya bercanda. Sebagai gantinya bagaimana jika kau ku ajari bermain badminton?" tawar anak lelaki bertopi itu sambil tersenyum.
"Ck. Memangnya kau siapa? Aku bahkan tidak mengenalmu." jawab Clara kesal.
"M. Kau bisa memanggilku M." ucap anak bertopi itu tak lepas dari senyum hangatnya.
"Hah? M?? Itukan hanya inisial?!! Ishhh,Kau ini sebenarnya siapa?!" kesal Clara.
Anak bertopi itu mendekatkan diri kearah telinga Clara dan membisikan sesuatu.
"M itu artinya malaikat pelindung. Aku adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk melindungi makhluk manis dihadapanku ini.."
DEG DEG DEG
"Kenapa kau diam? Ahh,wajahmu merah? Apa kau demam?" tanya anak bertopi itu sambil menggoda dan mengedipkan sebelah matanya.
PLETAKK!
"Awww! Sakittttt! Kenapa kau kasar sekali.." ringis anak bertopi itu sambil mengusap kepalanya yang terkena pukulan Clara.
"Kau menyebalkan! Aku tidak demam! Aku hanya ma.." Clara menggantungkan ucapannya.
"Ma apa?" goda anak bertopi itu.
"Ma..ma.."
Clara terlihat gugup. Bagaimana bisa ia tidak gugup jika jarak ia dan anak bertopi itu sedekat ini bahkan Clara bisa merasakan hembusan nafas anak bertopi itu. Wajahnya memanas,ia yakin saat ini wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.
Anak bertopi itu tersenyum sambil memiringkan kepalanya.
"Ma apa? Apa maksudmu kau mau jadi pacarku ya..hehe."
Lagi dan lagi anak bertopi itu menggoda Clara.
PLAKK!
"Awww!!" ringis anak bertopi itu,sekarang wajahnyalah yang menjadi sasaran tamparan Clara.
"Jangan aneh-aneh. Kita bahkan tidak saling kenal!" teriak Clara marah.
"Kita kan su.." belum selesai anak bertopi itu berbicara tiba-tiba ada anak lelaki yang datang mendekati kami.
"Ayo pulang."
Anak bertopi itu mengangguk lalu bangkit berdiri mengiyakan ajakan temannya.
"Hhhh.. padahal aku ingin sekali mengobrol denganmu lebih lama lagi tapi tenang saja Malaikat pelindungmu akan datang menemui bidadari kembali besok." ucap anak bertopi itu lalu pergi bersama temannya itu sambil sesekali menoleh kearahnya dan melambaikan tangannya.
Clara terdiam tak membalas lambaian tangan anak bertopi itu. Ia terus menatap punggung anak bertopi itu sampai menghilang ditelan jarak. Ia memegang dadanya yang berdegup kencang tak beraturan.
"Aku kenapa?" gumam Clara.
Tiba-tiba ada yang memegang pundaknya dari belakang.
"AAAAAAAAAAAAA!!!" teriak Clara dan langsung berbalik ke belakang.
Cassie mengernyitkan dahinya bingung. Clara melebarkan matanya.
"Yak! Apa-apaan kau Cassie?! Kau mengagetkanku!! Bagaimana jika aku terkena serangan jantung,hah?!!" teriak Clara sambil mengusap dadanya.
Cassie memutarkan bola matanya malas.
"Drama. Sudahlah. Ini cepat minum sebelum minumannya tidak dingin lagi." ucap Cassie sambil menyodorkan sebotol minuman pada Clara. Clara mengambilnya dan langsung meneguk minumannya.
"Ahhhhhh.. segarnyaa..Terima kasih." ucap Clara.
Cassie mengangguk. Lalu tiba-tiba suasana menjadi hening.Clara terdiam kembali.
"Siapa dia sebenarnya?" batin Clara.
Cassie lagi-lagi mengernyitkan dahinya bingung melihat Clara yang melamun.
"Kau kenapa?" tanya Cassie tapi tak kunjung mendapat jawaban. Cassiepun menyenggol bahu Clara.
Clara kaget dan melotot kearah Cassie.
"Apa yang kau lakukan?!" kesal Clara.
Cassie memutar bola matanya malas.
"Jangan melamun. Memangnya kau mau bertanggung jawab jika ada ayam tetangga yang mati."
Clara mengedikan bahunya acuh.
"Aku tidak peduli." jawab Clara. Sungguh ia merasa pikirannya saat ini benar-benar dipenuhi oleh anak bertopi itu.
****
Keesokan harinya mereka berlatih kembali.
"Yak! Clara bukan seperti itu!!" teriak Cassie karena lagi-lagi Clara salah dalam bermain.
"Ayo ulangi lagi!" perintah Cassie.
Clara memajukan bibirnya.
"Ayolahh.." ucap Clara. Ia berusaha dengan keras tapi justru raketnyalah yang terlempar jauh dan naasnya raketnya terlempar kearah teman sekelasnya dan mengenai kepalanya hingga temannyapun ambruk dan pingsan.
BRUKKK!
"Alca!!!" teriak orang-orang disekelilingnya. Merekapun membawa Alca ke ruang kesehatan.
Sesampainya disana sekitar lima menit kemudian Alcapun tersadar dari pingsannya.
"Maaf..maaf..hikshiks.. maafkan aku Alca.." Clara terus mengucapkan kata maaf sambil terisak.
Alca tersenyum.
"Sudahlah Clara. Aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu khawatir. Tidak ada luka serius yang terjadi padaku. Jadi kau tidak usah meminta maaf lagi ya dan berhentilah menangis. Lihatlah hidungmu sudah memerah." ucap Alca menenangkan.
Clara menggelengkan kepalanya.
"Maafkan kebodohanku..hikshikshiks." Ucap Clara sambil terus menangis. Alca jadi tak tega melihatnya.
"A..aku tidak apa-apa Clara. Sudahlah,A.." belum selesai Alca berbicara Clara sudah berlari keluar ruangan sambil terisak hebat.
"Yak! Clara! Kau mau kemana?!" panggil Cassie. Baru saja ia akan pergi menyusul Clara tapi tangan Alca sudah menahannya.
"Jangan pergi. Biarkan dia sendiri. Dia butuh waktu untuk menenangkan diri."
Cassie menggigit bibir bawahnya.
"Tapi...Aku takut dia.." belum selesai Cassie berbicara Alca sudah memotongnya.
"Tidak apa-apa,tenanglah. Aku yakin Clara akan baik-baik saja." ucap Alca menenangkan. Cassie mengangguk.
Sementara itu Clara terus saja berlari sambil menangis di sepanjang koridor sekolah. Ia berlari kearah halaman belakang sekolah. Iapun berhenti dan duduk di bangku panjang yang ada disana.
"Bodoh! Bodoh! Bodohhhhh!!!" teriak Clara.
"hikshiks..Clara bodohhhh!! hikshikshiks." Clara terus merutuki dirinya sendiri sambil menangis dan memukul kepalanya dengan tangannya.
Tiba-tiba ada yang menghentikan tangannya yang terus memukul kepalanya sendiri. Clara langsung menengok kebelakang dan ternyata lagi-lagi anak bertopi itu yang sedang tersenyum hangat kearahnya.
"Jangan sakiti dirimu sendiri. Aku tidak suka." ucap anak bertopi itu lalu melepas tangannya yang memegang tangan Clara. Lalu tangan anak bertopi itu beralih kearah kepala Clara dan mengusap kepala Clara pelan.
Clara menatap anak lelaki itu dalam diam dengan air mata yang masih mengalir membasahi wajahnya. Anak bertopi itu tersenyum lalu duduk didampingnya.
"Sudahlah jangan menyalahkan dirimu sendiri. Itu tidak baik." ucap anak bertopi itu sambil mengusap air mata di pipi Clara.
"Tapi...aku sudah..membuat Alca pingsan..hikshiks." ucap Clara masih terisak.
"Tapi kan kau tidak sengaja. Lagi pula yang terpenting sekarang adalah Alca baik-baik saja kan? Sudahlah jangan menangis lagi. Ayo semangat! Sekarang ayo kita ke lapangan, akan ku ajarkan kau bermain badminton dengan baik dan benar."
Anak bertopi itu menarik tangan Clara dan membawanya ke lapangan.
"Kita sampai!!" teriak anak bertopi itu kegirangan.
Clara ikut tersenyum melihatnya. Entah mengapa anak bertopi itu membawa hal positif baginya.
"Pertama-tama kau pegang raketnya dengan kuat seperti ini jangan sampai lepas. Lalu arahkan matamu untuk fokus melihat cock yang akan kau lempar dan kau pukul maka tanganmu akan mengikuti arah gerakan matamu. Mengerti."
Clara mengangguk.
"Jangan lupa berdoa ya."
Clara lagi-lagi mengangguk. Iapun berdoa dalam hati.
"Yak bagus Clara!! Teruss! Semangat!" teriak anak bertopi itu menyemangatinya.
Akhirnya merekapun terus berlatih sampai bel pulangpun berbunyi.
"Wahh..kau hebat sekali Clara!! Aku sangat bangga padamu." teriak Anak bertopi itu.
"Yeayyyyy. Akhirnya aku bisa!!!" teriak Clara senang.
"Hahhahaha.." anak bertopi itupun tertawa, turut senang melihat keberhasilan Clara.
Mereka berdua lalu duduk di kursi yang ada dipinggir lapangan. Clara menoleh kearah anak bertopi.
"Terima kasih banyak.." ucap Clara sambil tersenyum manis kearah anak bertopi itu.
Anak bertopi itu terpaku melihatnya.
Deg deg deg deg
Anak bertopi itu memegang dadanya yang berdetak tak karuan.
"Eh? Kau kenapa?" tanya Clara khawatir.
Anak bertopi itu menggelengkan kepalanya.
"Nikmat mana lagi yang kau dustakan." ucap anak bertopi itu tak nyambung.
"Hah? Apa?" tanya Clara bingung.
"Eh?Ah tidak-tidak! tidak ada apa-apa. Lupakan saja..hhahahha. Oh ya tadi kau bilang terima kasih ya,Sama-sama. Ini semua karena perjuanganmu sendiri Clara." ucap anak bertopi itu gugup.
Clara tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.
"Tapi aku tidak akan bisa melakukannya tanpa bantuanmu M. Sekali lagi terima kasih ya." ucap Clara dengan senyumannya.
Sepertinya senyum yang selalu ada di wajah anak bertopi itu menular padanya.
Anak bertopi itupun ikut tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah sekarang ayo kita pulang. Sebelum pak satpam menutup pintu gerbang dan kita tidak bisa pulang sampai besok pagi.hehehe. Besok akan kuajarkan lagi kau bermain badminton agar kita sama-sama lulus ujian praktek badminton dan naik kelas bersama-sama." ucap Anak bertopi itu dan bangkit dari duduknya. Clara juga ikut bangkit.
"Tunggu! Tunggu! Jadi kau murid kelas tujuh juga?" tanya Clara kaget.
Anak bertopi itu mengangguk.
"Iya. Memangnya kau pikir aku kelas berapa? Apa aku terlihat seperti kakak kelasmu?" tanya anak bertopi itu.
"Tidak juga sih hanya saja aku jarang sekali melihatmu disekolah." heran Clara.
"Benarkah? Padahal aku sangat terkenal disekolah ini." ucap anak bertopi itu bangga.
"Ck. Sombong." dengus Clara.
"Hahhaha. Ya sudah kalau begitu aku duluan ya, saudaraku sudah datang menjemput." ucap anak bertopi itu setelah mengecek pesan di ponselnya.
Clara mengangguk. Anak bertopi itupun berlari setelah melewati kelas Clara.
"Hati-hati M!!" teriak Clara sambil melambaikan tangannya yang dibalas acungan jempol dari anak bertopi itu.
"Dia benar-benar baik." ucap Clara sambil tersenyum.
"Iya iya aku memang baik. Menunggu teman berlatih badminton dengan sang pujaan hati,sampai dirikupun terlupakan." ucap Cassie memajukan bibirnya lima sentimeter.
Clara menoleh.
"Eh.. a..apa maksudmu..ha..ha..ha?" tanya Clara sambil memamerkan giginya disertai wajahnya yang bersemu.
"Pura-pura tidak mengerti." ucap Cassie sambil menyenggol bahu Clara pelan.
"A..a..aku memang tidak..mengerti." elak Clara menggelengkan kepalanya dengan wajah yang semakin memerah.
"Hahhahaha wajahmu merah..hahhahaha" Cassie terus tertawa sambil sesekali menjulurkan lidahnya dan berlari.
"Yak!!Cassie! Awas kau ya!! Berhenti meledekku!!" teriak Clara lalu mengejar Cassie.
"Temanku sudah dewasa..hahahaha." ledek Cassie.
"Berhenti meledekku!!" teriak Clara.
"Hahhahaha."
Mereka tidak tahu jika anak bertopi itu belumlah pulang. Ia masih bersembunyi dibalik tembok sana sedari tadi melihat dan mendengar Clara dan Cassie yang bercanda.
Ia mengepalkan tangannya erat dengan air mata yang sudah meluruh.
"Tuhan..tolong ijinkan aku melihat tawanya lebih lama lagi.." ucapnya lirih lalu berlalu menuju seseorang yang sudah cukup lama menunggunya.
BERSAMBUNG..
Hari terakhir untuk latihanpun tiba. Clara masih terus berlatih dengan anak bertopi itu tetapi latihan kali ini mereka berdua ditemani oleh Cassie dan Alca.
"Yak terus semangat Clara!!! Semangat!!!" teriak Cassie menyemangati.
"Yak bagus-bagus Clara!!" teriak Alca ikut menyemangati.
"Hehhh..hhhh..hhh..kau semakin hebat Clara.." anak bertopi itu terengah-engah dan mendudukan dirinya dipinggir lapangan.
Clara tersenyum sambil terengah-engah juga,iapun ikut duduk disamping anak bertopi itu.
"Ini berkatmu M,tanpamu aku tidak mungkin bisa melakukannya. Terima kasih banyak. Kau sangat baik. Aku berhutang budi padamu." ucap Clara sambil tersenyum.
Anak bertopi itu menggelengkan kepalanya.
"Ini semua berkat usahamu sendiri,aku hanya sedikit membantu. Jadi tidak ada kata hutang budi. oke. Emmm..tapi kau bisa.." anak bertopi itu menggantungkan ucapannya.
"Bisa apa?" tanya Clara penasaran.
"Penasaran ya?" tanya anak bertopi itu sambil terkekeh.
"Ishhh. Kau ini! Cepat katakan!"
"Kau bisa memberikan cintamu untukku." goda anak bertopi itu sambil mengedipkan sebelah matanya.
Mata Clara membola.
"Kau ini!! Aku serius tahu!!" kesal Clara lalu memukul lengan anak bertopi itu berulang kali tapi anak bertopi itu hanya menanggapinya dengan tertawa tapi tak lama kemudian anak bertopi itu menahan tangan Clara dan menatap Clara lekat.
"Aku serius. Aku serius Clara. Aku sangat mencintaimu. Sejak pertama aku melihatmu aku sudah menyukaimu. Mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama seperti yang orang-orang katakan."
Clara menatap kedua mata anak bertopi itu lekat. Tak ada kebohongan yang ia temukan disana.
"Entahlah. Aku sendiri tidak tahu kenapa ini terjadi tapi.. aku selalu senang saat melihatmu tersenyum,bercanda dan tertawa bahagia."
Clara tertegun mendengarnya.
"Kau pasti tidak tahu jika aku diam-diam selalu memperhatikanmu?" tanya anak bertopi itu.
Clara menggelengkan kepalanya pelan. Ia memang sama sekali tidak tahu menahu tentang itu.
"Aku tahu pasti itu jawabannya. Bahkan kau saja tidak menyangka jika aku juga kelas tujuh sama sepertimu. Tapi tidak apa-apa. Itu tidak terlalu penting bagiku. Yang terpenting bagiku adalah melihatmu selalu bahagia itu saja sudah cukup."
Clara terenyuh. Sungguh ia benar-benar terharu mendengarnya.
"Maka dari itu aku tidak bisa diam saja saat terjadi sesuatu padamu. Aku tidak bisa melihatmu terus bersedih,aku tidak bisa membiarkanmu dalam kesulitan apalagi sampai kau menangis. Tidak. Aku tidak bisa. Maka dari itu aku berusaha membantumu sebisaku. Aku tahu ini bukan apa-apa tapi memang hanya ini yang bisa kulakukan untukmu."
Clara rasanya ingin menangis saat ini juga. Entah kenapa kata-kata yang diucapkan anak bertopi itu membuatnya bahagia sekaligus sedih. Entahlah Clara tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya.
"Maka dari itu,kau harus selalu tersenyum,selalu tertawa,jangan pernah menyerah,intinya kau harus selalu semangat karena kau harus ingat seberapa besarpun kesulitan yang menghadangmu Allah pasti akan memberikan kemudahan jadi kau pasti bisa mengatasinya. Kau mengerti?"
Clara mengangguk. Matanya sudah berkaca-kaca sekarang tapi ia berusaha menahannya agar anak bertopi itu tak menyadarinya.
"Bagus. Anak pintar." puji anak bertopi itu sambil mengusap kepala Clara pelan.
Clara tersenyum bahagia. Baginya perlakuan sederhana yang anak bertopi itu lakukan sudah sangat membuatnya bahagia.
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu bel pulangpun sudah berbunyi. Cassie dan Alcapun datang menghampiri mereka berdua.
"Ayo kita siap-siap pulang." ajak Cassie pada Clara dan anak bertopi itu yang diangguki oleh Alca.
Clara mengangguk lalu melirik kearah anak bertopi itu yang justru terdiam menunduk.
"M?" panggil Clara.
Anak bertopi itu lalu membuang nafasnya pelan lalu mendongak dan tersenyum.
"Baiklah.. sudah saatnya ya.." ucap anak bertopi itu ambigu.
Clara,Cassie dan Alca mengernyit bingung.
"Aku sangat senang bisa dekat denganmu Clara. Aku juga senang bisa mengenal kau Cassie dan kau juga Alca. Ku harap kita bisa bertemu lagi.hhh.."
Lagi dan lagi anak bertopi itu membuang nafasnya.
"Baiklah. Aku duluan ya. Jaga diri kalian baik-baik terutama kau Clara,ingat kata-kataku ya. Semangat!"
Anak bertopi itupun pergi sambil melambaikan tangannya. Clara,Cassie dan Alcapun membalasnya dengan melambaikan tangannya. Setelah anak bertopi itu pergi dan tak terlihat lagi dari pandangan mereka bertiga suasanapun berubah hening,tak ada satupun yang beranjak dari sana. Entahlah, mereka merasa ada sesuatu yang hilang apalagi mendengar perkataan-perkataan yang keluar dari mulut anak bertopi itu. Rasanya aneh. Alcapun berdehem.
"Ekhm.. kalau begitu ayo kita juga segera pulang sebelum pintu gerbang ditutup."
Cassie mengangguk.
"Ayo Clara." ajak Cassie sambil menarik tangan Clara yang hanya terdiam mengikutinya dari belakang.
****
Clara terus saja mondar mandir sambil merematkan kedua tangannya erat. Cassie yang melihatnya menjadi pusing sendiri.
"Clara bisakah kau berhenti? Aku pusing melihatnya." ucap Cassie lebih terkesan perintah,sebenarnya.
"Ya jangan dilihat. Begitu saja repot." ucap Clara.
Cassie memutar bola matanya malas. Berbicara dengan Clara yang sedang gugup itu memang percuma tidak akan menghasilkan apa-apa.
Hari ini adalah ujian praktek badminton untuk kelas Clara. Hari yang sudah dinantikan oleh Clarapun tiba, sebenarnya ia lebih memilih jika ujian ini ditiadakan saja tapi tentu saja itu tidak mungkin terjadi karena semua murid kelas tujuh harus melakukannya. Semua kelas tujuh mendapatkan giliran dari kelas tujuh satu sampai dengan kelas tujuh sepuluh dan hari ini adalah giliran kelas Clara yaitu kelas tujuh tiga.
"Ayo Clara kau pasti bisa!!" teriak Cassie menyemangati.
Clara melihat kesekeliling tapi orang yang ia cari tidak terlihat batang hidungnya.
"Kau kemana?" batin Clara bertanya-tanya. Clarapun memfokuskan pikirannya kembali.
"Bismillah." Clara berdoa dalam hati agar ia bisa lulus ujian praktek kali ini.
Clara akhirnya bisa melakukannya dengan baik seperti yang sudah anak bertopi itu ajarkan. Bel istirahatpun berbunyi. Clara dan Cassie langsung menuju kantin dan sekarang mereka sudah selesai makan.
"Cassie hari ini tidak ada jam pelajaran lagikan?" tanya Clara.
Cassie mengangguk.
"Iya. Memangnya kenapa?" tanya Cassie balik.
"Emmm..bantu aku mencari kelas M ya?" ucap Clara.
Cassie mengernyitkan dahinya bingung.
"Tapi kan kita tidak tahu dimana kelasnya dan kita juga hanya tau nama panggilannya saja sedangkan nama lengkapnya kita tidak tahu?"
Clara terdiam sambil berpikir.
"Kita tanyakan saja pada Alca. Kemarin aku lihat Alca begitu akrab dengan M dan aku juga pernah melihat Alca sedang mengobrol dengan teman M yang waktu itu mengajak M pulang. Jadi kita tanyakan saja pada dia,bagaimana?" tanya Clara meminta persetujuan.
Cassie mengangguk setuju. Akhirnya merekapun mencari Alca terlebih dahulu dan kebetulan sekali mereka menemukan Alca sedang mengobrol bersama dengan teman M yang waktu itu mengajak M pulang.
"Alca!!!" panggil Clara dan Cassie bersamaan sambil menghampiri keduanya.
"Eh? Cassie,Clara. Ada apa?" tanya Alca tapi Clara justru menghampiri orang yang berada disamping Alca.
"Kau temannya M yang waktu itukan? Kau pasti tahu dimana kelas M?" tanya Clara tapi orang itu tidak peduli ia justru melangkahkan kakinya dengan wajah datar.
"Aku tidak tahu." ucapnya singkat dan terkesan dingin lalu pergi meninggalkan mereka.
"Eh?! Kau belum jawab pertanyaanku?!" panggil Clara tapi sama sekali tak digubris oleh orang itu.
"Yak apa-apaan dia itu!! Dingin sekali jadi manusia. Dasar manusia es!" kesal Cassie lalu beralih pada Alca.
"Kau kenal dia kan?" tanya Cassie.
Alca mengangguk.
"Iya. Namanya Hayden, aku pernah satu kelas dengannya saat SD. " jawab Alca.
"Berarti kau tahukan dimana kelas M berada?" tanya Clara.
Alca menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak tahu. Aku saja baru mengenalnya kemarin saat ia melatihmu tapi yang aku tahu dia itu tetangganya Hayden. Kau mencari kelas M ya?" tanya Alca yang di jawab anggukan oleh Clara.
"Bagaimana kalau kita kekelas Hayden saja,siapa tahu M itu sekelas dengan Hayden?" usul Alca.
Clara dan Cassie mengangguk. Merekapun bertiga pergi kekelas tujuh satu dimana itu adalah kelas Hayden. Alca menghampiri salah seorang murid laki-laki yang sedang berdiri didepan pintu kelas tujuh satu.
"Ini kelas tujuh satu kan?" tanya Alca basa basi.
"Kau tahu Hayden ada dimana?" tanya Alca.
"Tidak tahu. Tadi dia keluar entah kemana dan belum kembali." jawab anak lelaki itu.
"Kau kenal M? kau tahu dia dimana?" tanya Clara.
"Aku tidak kenal." jawab anak lelaki itu.
"Benarkah? tapi ia selalu bersama dengan Hayden. "ucap Clara lagi.
"Mana aku tahu. Memangnya aku siapanya? Ibu nya? bukan kan!" jawab anak lelaki itu ketus.
" Biasa saja. Tidak perlu marah-marah."ucap Cassie kesal.
Clara masuk kekelas dan bertanya pada murid perempuan yang ada disana.
"Permisi,apa kalian tahu anak lelaki yang bernama M,dia selalu memakai topi disekolah dan Dia itu temannya Hayden?" tanya Clara.
"Maaf kami tidak tahu. Disini tidak ada anak seperti itu."
Clara mengernyit bingung.
"Tapi.." belum selesai Clara berbicara, mereka sudah pergi meninggalkan ruang kelas.
"Ayo kita cari lagi." ucap Cassie sambil tersenyum. Ia tidak suka melihat Clara sedih seperti ini.
"Iya ayo. Aku bantu cari." ucap Alca ikut menyemangati.
Mereka terus mencari bahkan sampai keseluruh kelas tapi tetap saja semua siswa mengatakan bahwa mereka tidak mengenal anak bertopi itu dan juga Hayden. Mereka tak menyadari jika dari tadi Hayden terus mengawasi mereka. Hayden lalu mengambil ponsel dari saku celananya dan menelepon seseorang disana.
"Mereka terus mencarimu. Aku jadi kasihan pada mereka tapi kau tenang saja semua murid disini sudah kuperintahkan agar tutup mulut." ucap Hayden.
"Terima kasih.." jawab seseorang disana pelan.
"Tapi..apa tidak sebaiknya kau berterus terang saja pada mereka. Aku ka.." belum selesai Hayden berbicara. Orang diseberang sana sudah memotong pembicaraannya.
"Tidak..aku tidak bisa mengatakannya pada mereka..aku.. tidak ingin mereka tahu..hhh..Kau kan sudah tahu alasannya. Aku harap kau mengerti Hayden.." jelas orang itu.
Hayden mengangguk,meskipun ia sadar jika orang diseberang telepon sana tidak akan bisa melihatnya.
"Hmm aku mengerti..sudah jangan kau pikirkan lagi..semua baik-baik saja disini.. " ucap Hayden.
"Terima kasih.." jawab orang diseberang telepon pelan lalu memutuskan sambungan teleponnya.
PIP !
****
Hari demi hari telah berlalu bahkan pengumuman nilai ujian praktek kenaikan kelaspun sudah keluar. Clara akhirnya bisa mendapatkan nilai yang cukup baik yaitu delapan puluh. Cassie dan Alca yang mengetahui perjuangan Clara selama ini tentu sangat senang mendengarnya,Clarapun begitu tapi kebahagiaannya terasa kurang tanpa kehadiran orang yang sudah berjasa baginya.
"Kau masih memikirkan dia?" tanya Cassie.
Clara mengangguk.
"Hhh..sudahlah lupakan saja dia. Dia dan si Hayden itu makhluk misterius yang hilang dari bumi jadi lupakan saja mereka,bisa gila kita jika memikirkan mereka terus." jelas Cassie.
Clara menggelengkan kepalanya.
"Tidak bisa. Tidak semudah itu Cassie..hhh Apa memang M itu malaikat yang menjelma menjadi manusia yang datang untuk menolongku ya?" ucap Clara.
"Melantur! Dia itu bukan malaikat tapi alien yang akhirnya kembali ke planet lain meninggalkan bumi. Itu faktanya."
Clara mendelik mendengarnya.
****
TAP TAP TAP !!!!
Suara langkah kaki seorang anak lelaki menggema di lorong rumah sakit. Ia terus berlari tak peduli pada orang-orang disekitarnya yang merasa terganggu oleh ulahnya. Iapun berhenti saat ia melihat seseorang yang ia kenal duduk sambil menangis disana.
"Hehhh..hhhh..hhhh.. Bunda..apa yang sudah..terjadi..? Bagaimana keadaannya? hhh..hhhh.." tanya anak lelaki itu yang sudah bercucuran keringat.
Seorang wanita berusia tiga puluh lima tahunan menoleh pada anaknya yang terlihat sangat berantakan. Ia tersenyum pada anaknya meskipun air mata tak kunjung berhenti dan membasahi pipinya.
"Tadi..dia mimisan lagi..bunda langsung membawanya kerumah sakit..hikshiks..tapi..ia pingsan selama dalam perjalanan..hikshiks.." wanita itu mengambil oksigen sebentar saat ia merasakan sesak didadanya lalu melanjutkan ucapannya.
"Keadaannya kritis..kita harus segera membawanya ke Singapura untuk melakukan operasi..hikshiks. "
DEG DEG DEG
Anak lelaki itu menggeleng ribut.
"Tidak..Tidak bun! Aku tidak mau! Aku tidak siap dilupakan! Aku tidak siap bunda..hikshiks."
Pecah sudah semuanya. Tangisan yang coba ia pertahankan akhirnya jatuh juga.
"Bunda juga tidak siap tapi..hikshiks ini lebih baik dari pada kita harus kehilangannya kan..? hikshiks.."
Anak dan ibu itu berpelukan saling menguatkan satu sama lain.
****
Semilir angin berhembus menerpa tubuh Clara yang duduk di halaman belakang rumahnya seorang diri. Ia menatap kosong kedepan memikirkan seseorang yang pernah datang dihidupnya.
"Kau kemana..?"
"Kenapa kau harus datang jika untuk pergi.."
"Kau harus bertanggung jawab M. Kau yang sudah membuatku seperti ini..hikshiks."
"Apa semua ini hanya ilusi semata? Apa semua ini hanya halusinasiku saja? Apa aku sedang bermimpi? hikshiks."
"Apa...apa kau memang bukan manusia? Apa kau memang malaikat? hikshiks."
"Apa kau alien yang seperti Cassie bilang?" Clara terkekeh saat mengatakan itu meskipun air matanya tak kunjung berhenti.
"Aku benci seperti ini. Aku benci! Aku benci jika aku harus mengakui jika kau sudah mengisi hatiku M..hikshiks."
"Clara.."
Sayup sayup terdengar suara yang ia kenal memanggilnya.
Deg..
"M? Kau kah itu?" panggil Clara lalu bangkit berdiri dan berjalan mencari suara itu kesekeliling tapi tak ada apapun disana.
"M??" Panggilnya,tapi karena ia tak melihat ke jalan kakinyapun tersandung batu dan iapun terjatuh.
BRUK!
"Argh.."
Lututnya berdarah. Clara semakin menangis dibuatnya,ia tak berniat untuk bangkit dari sana..
"Hiks..hiks..kau dimana..hikshiks..aku meridukanmu M.. aku menyukaimu..kembalilah..hikshiks kumohon.."
"Kau cinta pertamaku M..hikshiks.. kembalilah padaku..kumohon.."
Tapi tak ada sahutan hanya suara hembusan angin yang terdengar membuat suasana tak lagi tenang.
BERSAMBUNG..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!