"Nat!" seru Kimberly mengejar kakaknya.
"Hati-hati sayang!' peringat ibu panti.
Segerombolan anak tengah bermain di bukit. Metha mengawasi semua anak asuhnya yang tengah bermain.
Tentu saja semua anak senang. Ini pertama kalinya mereka keluar dari gedung tua yang menjadi tempat perlindungan mereka.
"Ayo jangan berlarian dekat tebing!' peringat sang ketua yayasan.
"Natasha ... jangan ke sana Nak!" peringatnya lagi.
"Sudah Bu, jangan terlalu khawatir. Mereka sudah besar!" Julie menahan ketua mereka.
Akhirnya semua pengurus anak-anak membiarkan. Natasha paling besar di sana. Gadis itu berusia delapan belas tahun. Ia memang sangat ceria dan juga pintar.
Gadis itu tinggal di panti semenjak usia sepuluh tahun. Ibunya sendiri yang menitipkan di sana. Hingga sebesar ini, sang ibu tak pernah kembali.
"Nat, aku membencimu!" teriak Kim kesal.
"Maaf, aku tak sengaja!' ujar Natasha yang memang tak sengaja.
Kim terjatuh akibat mengejarnya. Ia memang selalu tak menyukai Natasha yang lebih unggul darinya.
"Kim, kau jatuh sendiri kok," ujar Natasha.
Kim menepis tangan Natasha yang hendak membantunya berdiri. Kim menatap tajam Natasha.
"Aku berharap kau tidak pernah muncul di hadapanku Nat!' desis Kim.
Natasha terdiam. Dari seluruh kawan panti. Hanya Kim yang tidak menyukainya. Kim selalu merasa jika Natasha di anak emaskan.
'Kim," panggil Natasha sedih.
Kim berlari, kali ini Natasha yang mengejarnya. Kim sengaja berlari ke arah atas bukit. Beberapa pengurus panti memperingatkan mereka.
"Kim jangan ke sana!" teriak Natasha.
Kim nyaris tergelincir, Natasha melompat. Ia menarik tangan teman pantinya itu. Kim malah menarik keras tangan Nat dan malah bergantian Nat yang jatuh ke bawah.
Semua pengurus panti berteriak begitu juga anak-anak lainnya. Hanya Kim yang menyeringai puas.
Nat masih dapat melihat seringai teman satu kamarnya itu. Gadis itu menutup mata, menunggu tubuhnya hancur terhempas ke dasar jurang.
Gelap! Dingin!
Byur!
"Haappp!'
Natasha terkejut, wajah dan seluruh tubuhnya basah semua. Lalu terdengar kehebohan banyak orang. Netranya mengerjap lalu memindai satu persatu manusia di sana.
"Bagaimana? Apa dia masih hidup?" tanya salah satu wanita yang berpakaian aneh menurut Natasha.
Salah satu maid mendekati gadis yang baru saja mereka siram. Ia menjulurkan tangannya ke ara hidung Natasha. Gadis itu melihat tangan menjulur lalu ...
"Aaawww!" teriak maid itu karena Natasha mengigit jari telunjuknya.
"Lepaskan anak sialan!" makinya kasar.
"Apa yang kalian lakukan!' sebuah suara yang membuat semua maid menunduk takut.
Natasha melepas gigitannya. Maid yang digigit lalu pergi menjauh dengan kepala tertunduk.
Natasha mencoba bangkit. Tetapi, tubuhnya merasa lemas dan tak ada tenaga. Sosok pria berpakaian serba merah dengan rambut panjang warna keemasan diikat klimis.
"Kalian apakan putri raja?" tanyanya malas.
Sebenarnya, pria itu juga malas dengan putri raja yang tak pernah dianggap ini. Tetapi jabatannya sebagai kepala tata istana. Perlakuan para maid pada putri raja akan membuatnya dihukum berat.
Natasha berdiri lagi, kakinya yang gemetaran membuat para maid menahan tawa.
"Ehem!'' peringat Oliver, semua maid diam menunduk.
"Silahkan bersihkan diri anda Tuan ... emm maksud saya Yang Mulai Tuan Putri!" ujar Oliver.
Semua maid menunduk, mereka yakin jika gadis yang baru saja mereka perundung mengadu pada pihak atasan istana.
"Apa kita akan mati jika Yang Mulia Vorlome tau?" bisik salah satu maid.
"Sudah ... jangan khawatir. Kan ada Yang Mulia Putri Brigitta. Beliau pasti memihak kita!' sahut lainnya lagi menenangkan.
Natasha susah payah untuk berjalan. Kakinya benar-benar gemetaran, ia menahan perih di perutnya.
"Yang Mulia?!' seru Faul Vorlome.
Makin pucatlah para maid. Brigitta tak akan bisa melawan Faul jika pria itu sudah ikut campur.
Faul langsung merengkuh tubuh Natasha, gadis itu belum sadar sepenuhnya jika ia sudah bertukar tubuh.
"Kau siapa?" tanyanya lalu pandangannya gelap.
"Yang Mulia!" pekik Faul panik.
Pria itu menggendong Natasha. Ia melarikan ke kamar. Tidak ada maid yang ikut membantu karena pasti mereka akan dihukum cambuk sebentar lagi.
"Kau mendorongnya terlalu keras tadi!" sahut salah satu menyalahkan rekannya.
"Hei ... kenapa cuma aku. Kau juga mendorongnya!' elak maid yang dituduh.
"Ah ... kalian semua mendorongnya. Bersiaplah hukum cambuk," ujar Oliver santai.
Pria berambut klimis itu pergi meninggalkan maid yang masih ribut.
Natasha kembali mengerjapkan matanya. Gadis itu merasakan empuknya kasur.
"Nyaman sekali,"
"Selamat sore Yang Mulia!' Natasha membuka matanya.
"Apa?"
"Bangun Yang Mulia!' perintah Faul.
Natasha perlahan menggerakkan badannya. Satu meja kecil berisi makanan terhidang di depannya.
"Makanlah Yang Mulia. Aku baru dapat kabar jika kau diperlukan sangat buruk di sini! Aku akan melaporkan ini pada petinggi istana!' ujarnya lagi.
Perut Natasha yang perih tak bisa makan banyak. Bukan itu yang mestinya dimakan yang sudah naik asam lambungnya.
"Kau malah ingin membunuhku dengan makanan sebanyak ini Tuan!" ujarnya sangat ketus.
Faul terdiam, pria itu tak pernah mendengar suara ketus dari mulut anak perempuan dari mendiang rajanya itu.
Sang putri sangat lemah dan tak bisa melakukan apa-apa. Kelahirannya membawa petaka besar. Istana diserbu penyihir kelas atas dan memporak-porandakan istana juga membunuh sang raja.
Sang permaisuri jatuh sakit setelah kematian raja. Putri mahkota dituduh sebagai anak pembawa sial. Tetapi, karena tak ada lagi ahli waris dan masih banyak petinggi-petinggi penting. Kehadiran sang tuan putri ditangguhkan sampai sang tuan putri bisa membuktikan diri.
Brigitta hadir, sebagai adik raja merasa dirinya pantas jadi ratu di negara itu. Tetapi, semua menolak kehadiran wanita itu.
"Kau anak diluar nikah Madam Brigitta!" ujar salah satu perdana menteri istana.
"Masih beruntung kau mendapat gelar dan tak dibuang begitu saja! Jangan besar kepala!" sindir salah satu pejabat sinis.
"Tapi, Yang Mulia Tuan Putri belum cukup umur, sedangkan Yang Mulia Permaisuri juga sedang sakit. Kita harus mengangkat kepala negara secepatnya!" sahut salah satu petinggi cemas.
"Kita tidak boleh membuat masyarakat bergolak dan kerajaan lain menindas kita!' lanjutnya.
"Kita masih punya permaisuri, angkat beliau jadi ratu!" sahut lainnya.
Kehadiran Brigitta sama sekali tak digubris petinggi. Tetapi, wanita itu punya banyak cara. Sakitnya sang ratu dan pengukuhan dirinya sebagai juru bicara dan titah dari ratu yang sakit tak bisa dibantah.
"Aku akan jadi ratu selamanya di kerajaan ini!' tekadnya dalam hati.
Natasha memandang pria di depannya yang kaku. Gadis itu menatap satu gelas berisi air hangat. Ia juga melihat ada gula dan garam. Ia hanya sedikit mencampur keduanya dengan air dan meminumnya perlahan. Satu keping roti masuk dalam perutnya.
"Simpan ini semua. Nanti, aku akan memakannya!' perintah Natasha begitu berani.
Terdengar dengkusan kasar dari beberapa maid. Faul melirik pada pekerja istana itu. Rupanya hukuman cambuk pada beberapa rekannya tak membuat yang lain kapok.
"Cepat lakukan apa yang diperintahkan Yang Mulia Tuan Putri!" serunya tegas.
Semua maid bergerak mengerjakan tugas. Natasha ditinggal sendirian di kamarnya yang sedikit gelap.
"Siapa aku? Kenapa aku di sini?" tanyanya lirih.
Bersambung.
Hai ... ini karya baru Othor ... genre berbeda nih. Dukung ya makasih!
next?
Di sebuah jaman di mana kegelapan melanda. Di mana para penyihir mempunyai nama. Beberapa kerajaan memiliki penyihir terbaik mereka.
Kerajaan Hampers adalah kerajaan terbesar dan terkuat. Sang Raja Eduardo Hampers memiliki ilmu sihir yang begitu hebat. Tangannya mampu mengeluarkan sinar keperakan dan mampu membelah apapun yang menghadangnya.
Hingga pada suatu waktu setelah sepuluh hari kelahiran putri mahkota. Mendadak istana diserang banyak raksasa hasil sihir.
Banyak bola-bola api berterbangan untuk menghancurkan istana paling besar itu. Eduardo mampu menepis semua serangan. Kerajaannya juga memiliki ahli-ahli sihir yang handal.
"Yang Mulia, semua kebun diserang hama!" seru salah satu petinggi istana.
"Kurang ajar!" maki Eduardo murka.
Pria tampan itu memakai jubah sihirnya lalu berjalan. Beberapa perdana menteri yang juga ahli sihir mengikuti pria itu.
Eduardo mengerahkan semua ilmu sihirnya. Sinar terang warna perak keluar dari kedua tangannya bergantian. Seperti bilah pisau yang membelah apapun yang menyerang.
Raksasa-raksasa roboh terbelah. Beberapa penyihir tewas di tangan pria penguasa itu.
"Annihilate poctum!"
Pria itu mengangkat tangan dan keluarlah sinar terang berbentuk bola besar lalu menerangi seluruh alam yang gelap.
Teriakan-teriakan terdengar. Beberapa penyihir tewas terbakar. Hama di kebun juga mati berikut kebun-kebun yang sebentar lagi panen.
"Hoosshh!'
"Yang Mulia!" seru semua perdana menteri..
Raja Eduardo ambruk dan berlutut. Pria itu menyemburkan darah dari mulutnya.
"Bawa Yang Mulia ke dalam!" seru ajudan raja.
Solomon dan lainnya bergerak mengangkat tubuh besar itu. Eduardo di dudukkan ke singgasana.
Sosok pria mengepal erat, semua misi gagal. Tetapi melihat rajanya lemah, ia pun harus melakukannya.
"Sekarang atau tidak sama sekali!'
Pria berseragam ajudan menteri itu mengambil pisau dari dalam sakunya. Pria itu berpura-pura menolong sang raja yang hendak didudukkan.
"Matilah kau raja!" bisiknya lalu menekan pisau ke dada yang raja.
"Uhuk!" Eduardo muntah darah lagi.
Pria itu menyeringai, mencabut pisau yang ia tusuk dan hendak mengantunginya lagi. Tetapi Eduardo menahan lengannya.
"Yang Mulia?!" ujarnya mulai takut.
Eduardo mengeraskan genggamannya. Pria itu mulai meringis. Dengan sisa tenaganya. Eduardo mengeluarkan ilmu sihir untuk menghukum pria itu.
"Opeklina Fireutum!' bisik Eduardo dan membuat penusuk itu menjerit kesakitan.
Tangan pria itu hangus. Eduardo tewas, semua terkejut. Pria itu tentu langsung dipenggal saat itu juga oleh menteri pertahanan.
"Kenapa kau membunuhnya!" teriak salah satu menteri yang tak suka dengan perbuatan main hakim sendiri.
"Aku melakukan apa yang mesti kulakukan!" sahut menteri pertahanan membela diri.
"Semestinya kita menahannya. Ia pasti pria suruhan. Jika begini, aku yakin pembunuh sebenarnya masih ada dan tertawa puas di sini!' sahut menteri kestabilan keuangan kerajaan.
"Atau jangan-jangan dia takut dituduh karena itu anak buahnya?!' tuduh salah satu menteri.
"Jangan asal menuduh tanpa bukti!' sanggah perdana menteri pertahanan.
"Aku membunuhnya karena reflek dan itu tugasku!' lanjutnya membela diri.
"Aku sebagai perdana menteri tertinggi meminta menteri pertahanan ditangguhkan untuk sementara!"
"Jangan semena-mena!" teriak menteri pertahanan tak terima.
"Tahan dia! Aku selaku petinggi istana yang paling tinggi. Kali ini semua kuasa berada di dalam tanganku!" teriak pria itu.
"Oh, jangan-jangan kau lah yang menyuruh membunuh raja. Tapi malah memutar balik fakta!' tuduh perdana menteri lagi.
"Kau yang membunuh pelaku! Kenapa malah menuduhku?" sanggah perdana menteri tertinggi istana.
Semua ribut ingin mengajukan diri sebagai penguasa sementara.
Sementara sang permaisuri dan putri mahkota sudah diungsikan ke tempat yang lebih aman.
Pergolakan dalam istana masih terjadi. Kesimpang siaran dengan siapa yang memimpin masih diperdebatkan.
Raja dimakamkan dengan mengadakan upacara besar. Para rakyat yang mencintai raja tentu sangat sedih. Eduardo termasuk raja yang sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
Iring-iringan kereta kencana berhenti di pelataran makam para raja dan semua keturunannya. Raja Eduardo dimakamkan di sisi sang ayah. Raja terdahulu. Upacara dihadiri oleh para petinggi yang masih konflik berebut kekuasaan.
Usai mengubur raja mereka. Semua petinggi istana ribut lagi. Mereka merasa jadi bagian elemen penting di Istana.
Ketika keributan dalam internal istana terjadi. Brigitta datang dan langsung mengambil alih.
'Sebagai keturunan Raja Hampers. Aku berhak dan akan mengambil alih kekuasaan!' ujar wanita itu.
Brigitta berakting sedih ketika masuk. Ia memanggil kakaknya dan menjerit setelah mengetahui sang kakak telah tiada.
"Maaf Madam. Anda adalah anak di luar nikah. Anda tidak berhak atas ini!" ujar salah satu petinggi istana.
"Tapi aku keturunan dari Raja Hampers terdahulu!' sahut wanita itu emosi.
"Jika anda adalah laki-laki. Kamu mungkin bisa mengerti. Tetapi anda adalah perempuan, terlebih anak haram. Masih beruntung pihak kerajaan memberi gelar bangsawan pada anda Madam!' tekan menteri tertinggi.
Brigitta kesal bukan main. Wanita itu mengira akan mudah mendapat kekuasaan ketika sang kakak telah tiada. Tetapi, ternyata tidak semudah itu.
Akhirnya masalah internal diselesaikan oleh para petinggi istana. Mereka memacu pada undang-undang yang berlaku. Jika semua kekuasaan akan jatuh pada Putri mahkota.
Permaisuri menjadi ratu sementara untuk mengisi kekosongan pimpinan. Hanya saja sang ratu tak bisa berbuat banyak karena sakit di deritanya.
Brigitta kembali datang sebagai sosok penting di sisi ratunya. Wanita itu tentu punya segala cara untuk menikmati segalanya.
"Kakak, pokoknya percaya padaku ya. Kau pasti cepat sembuh. Biar, Putri mahkota bersamaku,"
"Maaf Brigitta. Aku yang akan merawat sendiri putriku,' ujar sang ratu.
"Baiklah, kalau begitu biar perintahmu kau berikan padaku. Aku akan membantumu,"
Sang ratu tersenyum, kehadiran dari adik ipar suaminya itu sangat membantu.
Putri mahkota diperkenalkan ke publik di acara pembaptisannya. Bayi cantik bermata hazel itu diangkat oleh pendeta. Banyak rakyat mengelu-elukannya!
"Hidup Tuan Putri Mahkota!'
Gegap gempita rakyat atas kehadiran ahli waris kerajaan membuat Brigitta kesal bukan main.
Wanita itu menghembuskan rumor jika putri mahkota membawa pengaruh buruk. Semua orang di masa itu sangat percaya dengan bulan baik dan bulan buruk.
"Putri mahkota Natasha Hampers lahir ketika bulan merah!"
Hasutan Brigitta mengenai beberapa petinggi istana. Namun, tidak bagi yang lain dan lebih berkuasa.
Natasha dilindungi undang-undang istana. Hal itu membuat Brigitta makin meradang. Wanita itu memecat nyaris separuh pekerja istana dan menggantinya dengan yang baru.
Maid-maid pengganti itulah yang memperundung Natasha. Seseorang yang mestinya mereka tunduk di bawah kakinya.
"Buat dia tak bisa melakukan apapun!' perintah Brigitta pada para pelayan.
"Baik Yang Mulia!" semua maid membungkuk hormat pada wanita atasan mereka.
Krieet! Bunyi pintu membuyarkan lamunan Natasha. Gadis itu kembali pada realita setelah kepingan memori pemilik tubuh melintas di ingatannya.
"Wah ... wah ... wah!" seorang maid bertepuk tangan dan memandang sinis pada keturunan raja.
"Enak sekali kau tidur gadis sial!' hinanya.
"Bangun, sudah saatnya kau bersihkan kotoran kuda!" hardiknya.
Maid itu menarik selimut Natasha, lalu tangan sang putri mahkota. Jiwa Natasha tentu menolak perlakuan kasar.
Grep! Ia mencekal lengan maid.
"Kau!"
Tak lama terdengar lolongan kesakitan dari mulut seorang perempuan.
Bersambung.
eh siapa tuh yang teriak? Nat kah?
next?
"Aarrggh!" pekik Maid yang tangannya dipelintir oleh Natasha.
"Jangan berani-berani menyentuhku!" tekan gadis itu.
Jiwa Natasha yang kuat langsung direspon semua syaraf. Tubuh dari jiwa Natasha sebenarnya memiliki kekuatan yang tak terkira. Hanya saja jiwa yang ditempati raga sangat lemah.
"Ingat aku adalah putri mahkota di sini!" tekannya lagi.
"Aa-ampun Yang Mulia!" rintih maid itu kesakitan.
"Pergi kau!" usir Natasha lalu menghempaskan lengan maid.
Maid itu jatuh berbarengan dengan masuknya Oliver, staf disipliner Istana. Pria itu terkejut melihat maid yang jatuh akibat dorongan kuat dari putri mahkota.
"Yang Mulia! Apa yang kau lakukan? Begini kah sikap seorang putri?!" hardiknya.
"Lalu apa sikap maid harus kurang ajar pada putri mahkota ...," Natasha menghentikan kalimatnya.
Pria itu diam, ia memang menyayangkan perlakuan para maid itu pada gadis yang mestinya mereka junjung tinggi itu.
"Saya hanya datang untuk meminta Yang Mulia bangun, karena waktunya mandi sore Sir!" ujar maid itu bohong.
Natasha berdecih mendengarnya, ia sudah lebih baik. Air gula yang ia minum sedikit menambah energinya. Gadis itu memakan roti yang ada di sana. Ia sedikit lapar.
Tak lama Faul datang, ia membawa maid dengan makanan baru. Ia terkejut melihat ada maid lain dan Oliver di sana.
"Mau apa kalian ada di sini?" tanyanya menyelidiki.
"Saya datang karena mendengar keributan di ruangan ini Tuan Vorlome!" kini yang Oliver berbohong.
Natasha tertawa mendengarnya. Semua menoleh pada gadis yang masih setia memakan roti yang dibawa tadi siang.
"Yang Mulia itu roti tadi siang. Aku membawakan dengan yang baru!" ujar Faul lalu menyuruh maid mengganti makanan yang tadi.
"Tidak masalah, ini masih bisa dimakan. Lain kali, bawa makanan yang tidak termakan jadi tidak dimakan semut!" ujar Natasha begitu tegas.
Semua terkaget-kaget dengan perubahan sikap Natasha. Gadis lemah dan penurut sudah tidak ada lagi. Natasha berubah seratus persen.
Setelah memakan makanan dengan lahap. Faul masih di sana menunggui, beberapa maid hanya menunduk sambil mencibir cara makan tuan putri mereka.
"Seperti tidak makan bertahun-tahun," bisik salah satu dari mereka. "Rakus sekali!"
Faul mendengarnya, tetapi pria itu menahan diri. Ia juga kurang menyukai putri mahkota. Jika bukan asli keturunan dari mendiang rajanya. Jujur ia tak mau berurusan dengan sosok yang membuat seluruh tatanan istana kacau.
"Apa hukuman bagi pelayan yang menghina putri mahkota Sir Vorlome?" tanya Natasha dingin.
Semua maid menunduk dalam-dalam. Oliver sudah pergi dari tadi. Pria itu pergi bersama maid yang ingin memperundung Natasha.
"Apa?" tanya Faul sedikit kaget.
"Sepertinya kau harus mengorek telingamu Sir!" ledek Natasha sangat berani.
"Jaga ucapanmu Natasha! Aku masih petinggi di istana ini!" sentak Faul tersinggung.
"Aku adalah putri mahkota! Apa kau lupa Faul Vorlome!" bentak Natasha balik.
Gadis itu sudah mendapat tenaganya. Ia menyampirkan selimut dan turun dari ranjang. Gadis itu berjalan menghampiri pria dengan tinggi 176cm berat 57kg.
Tinggi Natasha 180cm dengan berat 50kg. Begitu kurus, bahkan tulang-belulang masih bertonjolan. Pipi Natasha sangat tirus. Ia bagai tengkorak hidup. Faul harus sedikit mendongak melihat putri mahkota.
"Aku akan menyingkirkan kalian dari tempat ini ... tinggal butuh waktu saja," tekan Natasha dengan tatapan tajam.
Gadis itu berlalu, ia yakin di istana ada perpustakaan atau tempat di mana ia bisa mencari ilmu. Natasha akan melatih otak dari raganya agar bisa bertahan hidup.
Sepeninggalan putri mahkota. Beberapa maid tampak kasak-kusuk. Mereka seperti melihat monster yang baru saja lahir.
"Ada apa dengan dia? Kenapa jadi menakutkan sekali?"
"Aku tidak tau. Apa itu gadis yang sama. Aku mengira dia dirasuki oleh setan atau iblis!' sahut lainnya.
"Diam kalian!" semua maid terdiam dengan kepala tertunduk.
"Bersihkan tempat ini dan jangan sampai ada semut!" lanjut Faul memberi perintah.
Semua maid mengerjakan tugas mereka. Banyaknya maid kena cambuk akibat membangkang membuat semuanya takut dan mulai menurut.
Natasha pernah membaca satu kisah kerajaan. Ia yakin jika perpustakaan istana ada di tengah-tengah ruangan dan terlihat dari luar.
"Ini dia!" serunya.
Gadis itu masuk, ia sedikit kesal dengan gaun kurungan ayam itu. Satu-satunya yang membuat ia berbeda adalah gaun yang ia kenakan terbuat dari sutera. Begitu lembut dan halus.
Natasha mencari beberapa buku yang ia yakin adalah informasi yang ingin ia dapatkan. Gadis itu membaca, tidak sangka otak dari raganya begitu cepat menangkap.
"Oh ... jadi aku ada di kerajaan Hampers. Aku adalah keturunan ke delapan bergelar Princes Natasha Eleonora Hampers," gumamnya.
"Aku memiliki tiga gelar yang menguatkan kedudukanku. Sebagai pewaris darah asli. Princes of Hampers, Lady of Georgia, Countes of Armenia," lanjutnya.
"Kedudukanku sama dengan King Eduardo Hampers, The Duke Of Georgia dan Duke Of Armenia," lanjutnya bergumam.
"Aku berada di abad ke lima," gumamnya terperanjat.
Natasha adalah gadis pintar dan genius. Ia berprestasi ketika bersekolah dulu. Banyak donatur yang ingin mengadopsinya tetapi ketika melihat kepintaran gadis itu. Mereka takut, alasannya sederhana. Natasha bukan anak asli akan merebut harta mereka.
Natasha kembali lapar. Gadis itu keluar dan hendak mencari dapur. Beberapa prajurit yang berjaga tentu saja kaget dengan kehadirannya yang lalu-lalang di koridor istana.
"Apa yang kau cari? Kau tidak sedang mencuri kan?' ledek prajurit penjaga itu sambil tertawa remeh.
Natasha menatap pria itu tajam. Gadis itu belum berkaca, wajahnya kotor dan rambutnya belum disisir.
"Dasar gembel! Berani kau memelototi prajurit!' bentaknya murka.
Pria itu hendak memukulkan bilah pedang. Tetapi sebuah suara yang menggelegar membuat mereka takut.
"Jauhi pedangmu sebelum kepalamu lepas prajurit!"
Vorlome memang mencari keberadaan putri mahkota. Ia sangat yakin akan banyak petugas istana yang akan membuat sulit gadis itu.
"Sir, ada gembel di sini aku ...."
"Dia adalah Yang Mulia Putri Mahkota!" potong Faul yang membuat dua prajurit langsung melangkah mundur.
Faul mendengkus, ia menarik putri dari rajanya itu. Ia memang masih kesal dengan keberanian gadis itu.
"Berkacalah sebelum pergi ... Yang Mulia!" pintanya.
Natasha dihadapkan pada kaca besar. Gadis itu begitu terkejut dengan kondisi keadaannya. Ia mengangkat dua dadanya yang lepes.
"Astaga ... apa ini?" tawanya menyindir diri sendiri.
"Ah ... baik lah. Aku akan mandi!' lanjutnya berlalu dari hadapan Faul.
Pria itu menghela napas dan menggaruk pelipisnya. Faul masih shock dengan Natasha yang menurutnya berubah jadi sosok yang berbeda.
"Apa benar ada iblis yang merasukinya hingga ia punya nyali sebesar itu?" tanyanya bermonolog.
"Jika benar ada iblis itu. Aku akan membawa padre Notherius Bounce untuk mengusir roh jahat itu!' lanjutnya bertekad.
Pria itu pergi meninggalkan Natasha yang mandi. Semestinya para pelayan melayani sang tuan putri mahkota.
Tetapi karena Natasha adalah penerus yang tidak diharapkan bahkan telah ditetapkan sebagai putri kesialan. Maka tak ada satu maid yang mau mengurusnya begitu juga para petinggi istana.
bersambung.
next?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!