"Ace Calista."
Wanita yang bernama Ace Calista langsung berdiri begitu namanya disebut. Ace terlebih dahulu memastikan jika penampilannya rapi sebelum masuk ke dalam ruangan dimana dirinya akan di interview. Saat ini, Ace sedang di sebuah rumah mewah untuk interview. Ace adalah salah satu dari tiga pelamar yang yang terpanggil. Dan Ace adalah pelamar yang terakhir untuk interview.
"Silahkan masuk," kata seorang pria yang sedari tadi bertugas memanggil setiap calon pelayan. Ya, Ace melamar sebagai pelayan di rumah itu. Terdengar aneh memang hanya untuk menjadi pelayan harus melewati sesi interview. Tapi itu tidak masalah bagi Ace karena dirinya sangat menginginkan pekerjaan itu. Selain karena butuh uang. Gaji yang ditawarkan sebagai pelayan di rumah itu sangat menggiurkan. Puluhan juta yang akan dia terima jika berhasil melewati test yang harus dia hadapi.
"Selamat pagi pak," sapa Ace pada pria yang sedang duduk di belakang meja kerja. Pria itu tidak menjawab hanya menatap Ace dari atas kepala sampai ujung kaki.
Diperhatikan seperti itu, Ace merasa gugup dan hanya bisa meremas kedua tangannya dan menundukkan kepalanya. Bahkan pria itu tidak menyuruh Ace untuk duduk.
"Sebutkan nama," kata pria itu dingin.
"Ace Calista pak."
"Panggil aku tuan Hans."
"Baik Tuan."
Pria itu beranjak dari duduknya kemudian menghampiri Ace. Dia berputar melihat keseluruhan tubuh Ace depan dan belakang. Diperlakukan seperti itu, Ace semakin gugup. Untung saja dia pakai celana bahan panjang dan kemeja lengan panjang tidak seperti para pelamar lainnya yang memakai rok diatas lutut dengan kemeja yang pas badan. Tatapan Hans tertuju pada bagian tertentu tubuh Ace. Ace tidak menyadari itu karena dirinya selalu menundukkan kepalanya.
"Tegakkan kepala mu. Dan lihatlah padaku."
Ace menegakkan kepalanya. Dengan rasa takut, dia melihat ke arah pria itu. Sesaat Ace terpana akan ketampanan calon tuannya. Hans yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan juga wajah rupawan. Pakaian bermerek yang melekat pada tubuh Hans membuat pria itu semakin Mempesona.
Ace kembali menundukkan kepalanya karena tatapan Hans yang dingin membuat dirinya merasa enggan berlama lama menatap wajah pria itu. Lebih tepatnya, Ace ketakutan.
"Sudah pernah tidur dengan laki laki?"
"Sudah Tuan."
Ace menjawab dengan cepat tanpa ragu. Ace berpikir polos bahwa tidur yang dimaksudkan oleh pria itu adalah tidur seperti yang sering dia lakukan dengan adik laki lakinya.
Pria itu kembali duduk ke tempat duduknya semula dan memperhatikan Ace dengan seksama.
Sekilas penampilan Ace memang terlihat sederhana dan biasa saja. Dan jika diperhatikan dengan teliti. Ace ternyata mempunyai kecantikan yang tersembunyi. Bulu matanya yang lentik dengan hidung mancung dan bibir yang mungil mempunyai daya tarik tersendiri bagi pria yang melihatnya. Ace juga mempunyai postur tubuh yang tinggi dengan kulit putih bersih dan mulus. Meskipun Ace memakai pakaian yang tidak pas badan. Pria itu bisa melihat jika dibalik pakaian yang longgar itu ada tubuh yang sangat indah. Hanya membayangkan saja, adik juniornya menggeliat hendak dipuaskan.
"Berapa usia?"
"Dua puluh tahun tuan.
"Masih muda tapi sudah berpengalaman," batin Hans. Ace memenuhi kriteria menjadi pelayan di rumahnya. Hans menginginkan wanita yang cantik dan tidak membosankan. Selain wanita itu masih muda juga sudah berpengalaman tidur dengan laki laki. Hans membayangkan di usia Ace masih muda seperti itu pasti tahan mempunyai tenaga lebih untuk melayani dirinya di atas ranjang.
"Jika diterima bekerja di rumah ini. Apakah kamu bersedia tinggal di rumah ini?"
"Bersedia tuan."
Ace menjawab dengan pasti karena dirinya benar benar membutuhkan pekerjaan itu. Saat ini yang ada di pikiran Ace hanya bekerja dan uang.
"Siapkan dirimu menjadi pelayanku mulai besok."
Ace sangat senang. Meskipun dirinya mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan yang penting bisa membebaskan keluarganya dari kesulitan ekonomi. Dia tidak sadar bahwa pelayan yang dimaksudkan pria itu bukan sekedar pelayan biasa melainkan juga pelayan di ranjang.
"Silahkan keluar," kata Hans dingin.
Hans menatap Ace dengan tajam ketika wanita itu masih berdiri di tempat itu dengan kepala yang tertunduk.
"Randi," panggil Hans kepada asistennya.
"Siap Tuan."
Melihat Gerakan kepala tuannya. Randi mengerti jika Ace sudah terpilih menjadi pelayan baru bagi Hans. Randi merasa bingung, karena biasanya selera tuannya bukan seperti gadis berpakaian tertutup seperti ini melainkan gadis gadis yang berpakaian menunjukkan lekuk tubuh. Dan sebagai asisten. Dia harus menjelaskan apa saja yang harus dikerjakan oleh Ace selama bekerja di rumah itu.
"Silahkan keluar Nona Ace. Aku akan menjelaskan apa yang menjadi tanggung jawab anda di rumah ini."
Ace masih berdiri di tempat itu dengan tangan yang saling meremas. Dari gerak gerik nya. Sepertinya Ace ingin mengatakan sesuatu. Hans dan Randi saling berpandangan.
"Mari Nona."
"Ma..maaf kan saya kalau terlalu lancang tuan. Boleh aku mengajukan permintaan?" tanya Ace gugup.
"Pertanyaan apa?" tanya Hans tajam.
Ace merasakan nyali nya menciut mendengar pertanyaan Hans yang terdengar kurang bersahabat di telinganya.
"Bo.. bolehkah Saya menerima gaji di awal Tuan?. Tidak perlu semuanya. Setengah saja."
Hans terkekeh. Sedangkan Randi menatap Ace tidak percaya. Ace terlalu berani menuntut gaji di awal sementara dirinya belum melakukan pekerjaan apapun. Randi juga yakin. Akan mengganti Ace dengan salah satu gadis pelamar yang masih menunggu keputusan sang tuan di luar ruangan. Karena Randi mengetahui bagaimana sikap Hans memperlakukan setiap para pekerja di rumahnya atau di perusahaan. Hans tidak suka pada pekerja yang menginginkan hak terlebih dahulu sebelum melakukan kewajiban.
"Berani sekali dia. Pasti tuan Hans akan memecatnya sekarang juga," batin Randi. Dia menatap sinis kepada Ace.
Ace semakin menundukkan kepalanya setelah mengatakan permintaannya. Dalam hati, Ace harap harap cemas menunggu jawaban Hans. Sungguh, dirinya sangat membutuhkan uang saat ini.
"Gaji di awal ya. Apa kamu yakin bisa melakukan tugasmu dengan benar jika aku memberikan gajimu di awal?" tanya Hans dengan senyum licik di bibirnya.
"Yakin tuan," kata Ace cepat. Pekerjaan pelayan di pikirannya sangat mudah. Pekerjaan rumah sudah dia kuasai termasuk memasak. Ace berpikir jika dia bekerja tidak jauh beda dengan pekerjaannya di rumah.
"Randi, berikan dia gaji penuh satu bulan."
Hans mendongakkan kepalanya menatap sang tuan. Keputusan Hans di luar dugaannya. Dia menatap Ace sekilas. Baginya, tidak ada yang istimewa dalam diri wanita itu.
"Terima kasih tuan. Terima kasih."
Ace menangkupkan kedua tangannya di dada dan membungkukkan tubuhnya pada Hans.
"Keluar," perintah Hans dingin. Ace keluar dengan senyum mengikuti langkah Randi yang menggerutu tidak jelas.
Setelah Ace meninggalkan ruangan itu. Hans menghubungi seseorang untuk segera masuk ke dalam ruangan itu.
"Iya tuan," kata wanita yang baru saja masuk ke ruangan Hans.
"Ambil dan pergilah," kata Hans sambil memberikan amplop tebal kepada wanita itu. Wanita itu terlihat berat mengambil amplop tersebut. Hans sudah bosan pada wanita yang ada di hadapannya.
"Apa Kontrak kerjaku tidak bisa diperpanjang lagi tuan?" tanya wanita itu memberanikan diri. Bekerja menjadi pelayan bagi Hans adalah keuntungan bagi wanita itu meskipun dirinya harus melayani Hans di tempat tidur. Hans tidak perhitungan masalah uang asalkan dirinya terpuaskan.
Menyadari tatapan tajam dari Hans, wanita itu akhirnya keluar dari ruangan itu.
Hans menarik nafas lega. Dia menemukan pengganti pelayan lama itu dengan mudah sesuai dengan kriteria yang dia inginkan. Hans Pratama adalah pria mapan berusia tiga puluh dua tahun dengan status duda.
Dengan kekayaan yang dia miliki. Banyak wanita yang rela memberikan tubuhnya kepada Hans. Termasuk sekretarisnya di kantor maupun karyawan lainnya. Tapi Hans memiliki jiwa professionalitas yang tinggi. Baginya di kantor adalah untuk bekerja dan semua karyawannya adalah partner kerja untuk memajukan perusahaan milik papanya.
Dan Hans hanya mau melampiaskan hasratnya dengan wanita yang dia mau dan wanita yang sudah berpengalaman di ranjang dengan status masih belum berkeluarga. Hans juga tidak mau melampiaskan hasratnya dengan wanita yang masih suci karena Dia tidak ingin merusak Masa depan seorang gadis.
"Belum apa apa sudah minta gaji."
Randi meletakkan segepok uang dengan kasar diatas meja dengan kasar. Untung saja meja itu terbuat dari kayu. Jika dari kaca, bisa dipastikan meja itu akan pecah. Ace memegang dadanya karena terkejut sedangkan Randi dengan cerewet nya mempersiapkan berkas berkas yang harus di tanda tangani oleh Ace.
"Pegang uang mu. Itu masih gaji pokok. Jika hasil pekerjaan mu memuaskan tuan Hans. Bonus mu akan lebih banyak dari gaji yang kamu terima ini."
"Baik Tuan. Aku berjanji akan bekerja dengan benar," kata Ace semangat. Ace mengulurkan tangannya mengambil uang sepuluh juta itu.
"Jangan panggil aku Tuan. Kita sama sama pelayan," kata Randi ketus.
"Hanya saja pekerjaan kita beda tujuan. Aku bekerja untuk membantu menyelesaikan urusan pribadi tuan Hans sedangkan kamu bekerja untuk memuaskan area pribadi tuan Hans," sambung Randi dalam hati. Pria itu menyodorkan secarik kertas untuk ditanda tangani oleh Ace.
Randi menatap Ace dengan sinis. Dia berpikir jika penampilan wanita itu saja yang sopan tapi tidak dengan sikapnya. Di kertas perjanjian itu tertulis jika apa yang menjadi tanggung jawab Ace di rumah itu sangat jelas. Tapi wajah Ace yang full senyum menanda tangani Surat perjanjian itu sudah menunjukkan siapa diri Ace yang sebenarnya.
"Sudah pak," kata Ace setelah tanda tangan nya sudah tertulis di atas kertas bermaterai itu.
"Dasar munafik," kata Randi dalam hati. Dia lebih menyukai wanita wanita yang sebelum nya menjadi pelayan tuan Hans. Mereka berpakaian mini dan pekerjaan menjadi pelayan tuan Hans di tempat tidur. Bukan seperti Ace yang sok suci tapi sudah tidur dengan laki laki. Randi tidak mengetahui jika Sinar tidak membaca Surat perjanjian itu terlebih dahulu karena ada sesuatu yang dia urus dalam satu jam ini.
"Sudah bisa aku pamit pak?" tanya Ace sopan. Randi menggerakkan tangannya menunjuk pintu keluar.
"Terima kasih pak," kata Ace lagi sebelum keluar dari ruangan itu.
"Huhh, bukan hanya munafik. Ternyata dia juga gadis matre," kata Randi pelan sambil menggelengkan kepalanya. Bekerja pada Hans sejak tiga tahun yang lalu. Randi mengetahui kebiasan tuannya itu sejak bercerai dari istrinya. Hampir setiap bulan, Randi harus membuka lowongan kerja sebagai pelayan plus plus di rumah tuannya. Hans termasuk pria yang cepat bosan dengan mainan ranjang meskipun pelayanan pelayan itu memuaskan. Hans seakan mencari pengalaman baru dengan setiap wanita yang berbeda.
Satu jam kemudian, Ace terburu buru turun dari motor ojek online. Kini dia berada di halaman rumah seorang rentenir.
"Ace, kamu kah itu nak. Masuk lah. Kebetulan pak Hardi ada di dalam," kata Bibi Rosma.
Ace mengulurkan tangannya ke arah wanita tua yang sedang menyapu halaman rumah. Bibi Rosma adalah tetangga Ace yang memperkenalkan gadis itu dengan pak Hardi sang rentenir.
"Aku ke dalam dulu bi," kata Ace. Bibi Rosma menangkap tangan Ace dengan cepat.
"Apa kamu mempunyai uang untuk membayar cicilan?" tanya Bibi Rosma. Ace tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya.
"Syukur lah," kata wanita itu lagi dan merasa lega melepaskan Ace menemui sang rentenir.
"Ace Calista."
Nama Ace terdengar di ruang tamu itu. Pak Hardi menyambut Ace dengan senyum merekah. Dan senyum pria itu meredup melihat uang di tangan Ace.
"Kamu sudah mendapatkan pekerjaan Ce," tanya pak Hardi. Ace menganggukkan kepalanya. Pak Hardi semakin kecewa mengetahui Ace sudah mendapatkan pekerjaan. Pak Hardi tidak mengharapkan Ace bisa membayar hutang karena ada hal yang diinginkan pria itu. Dia berharap Ace tidak bisa membayar hutang supaya jaminan atas hutang itu bisa menjadi miliknya. Ace bisa meminjam dari pak Hardi atas jaminan sertifikat tanah yang diatasnya berdiri bangunan tempat tinggal keluarga Ace.
"Pak, aku bayar segini dulu ya," kata Ace menyerahkan uang lima juta kepada pak Hardi.
"Kalau segini mah, hanya untuk bunga saja kurang. Keluarga mu meminjam uang ratusan juta dan baru kali ini membayar cicilan. Bisa dikatakan, selama tiga tahun ini kalian hidup karena pinjaman dari ku," kata pak Hardi. Ace menundukkan kepalanya. Apa yang dikatakan oleh pak Hardi memang benar. Mereka mempunyai utang ratusan juta kepada pria itu tapi bukan untuk biaya hidup saja. Bukan niat mereka tidak bisa membayar hutang tapi situasi sulit yang membuat mereka harus meminjam uang dari pak Hardi. Penghasilan sang mama yang hanya menjadi penjual kue keliling tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan sekolah Ace dan adiknya.
"Aku tahu Pak. Aku mengucapkan terima kasih atas bantuan bapak selama ini. Aku berjanji, akan berusaha keras melunasi utang itu."
"Sebenarnya ada cara yang mudah supaya hutang keluarga mu cepat lunas," kata Pak Hardi. Ace tidak menjawab. Dia mengetahui apa maksud tersembunyi dari perkataan pak Hardi itu.
"Aku rasa jalan terbaik. Kamu harus menyerahkan rumah itu kepada ku Ace. Hutang kalian akan lunas dan kamu tidak perlu bersusah payah mencari uang lagi."
Ace menggelengkan kepalanya. Sudah berkali kali pak Hardi mengincar rumah yang mereka miliki saat ini.
"Maaf Pak Hardi. Aku dan keluarga tidak bisa. Kami akan berusaha melunasi hutang itu."
Bukan merasa lega karena sudah membayar cicilan kepada pak Hardi. Ace justru terbebani pikiran. Dia takut jika suatu hari nanti, Pak Hardi meminta paksa rumah itu karena memang rumah itu juga dijadikan jaminan atas pinjaman mereka.
Pulang ke rumah. Ace disambut senang oleh sang mama. Bahan bahan sembako yang dibeli Ace setelah pulang dari rumah Pak Hardi kini sudah di susun ke dalam kulkas.
"Menjadi pelayan? gajinya sepuluh juta?" tanya mama Rina tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari mulut putrinya.
"Iya ma," jawab Ace. Mama Rina terlihat berpikir karena merasa janggal baginya seorang pelayan mendapatkan gaji sebesar puluhan juta dan bahkan masih ada tambahan bonus lagi.
"Kamu yakin bekerja di sana?" tanya mama Rina lagi. Ace menganggukkan kepalanya.
"Pak Hardi kembali meminta rumah ini ma," kata Ace dengan wajah yang sedih.
Mama Rina juga terlihat sangat sedih. Rumah ini adalah peninggalan dari kedua orangtuanya dan akan diwariskan kepada kedua anaknya. Bukan hanya masalah peninggalan kedua orangtuanya. Jika mereka menyerahkan rumah itu. Setelah itu mereka tinggal dimana?.
"Maaf kan mama yang tidak bisa memberikan kehidupan yang layak kepada kalian berdua nak," kata mama Rina dengan sedih. Ace mendekati wanita yang duduk di kursi plastik itu. Ace mengelus pundak sang mama. Kesehatan yang kurang baik membuat mama Rina tidak bisa bekerja dan bahkan membuat beban utang di pundak anaknya.
"Mama bisa bertahan sampai saat ini. Itu sudah lebih cukup bagi kami ma," jawab Ace.
"Mama tidak melarang kalian untuk menemui papa. Jika itu bisa membuat kalian bahagia dan bisa hidup layak dan bisa melanjutkan pendidikan."
Ace menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia tidak ingin berurusan dengan sang papa. Karena pria itu yang membuat mereka menderita. Tiga tahun yang lalu, sang papa meninggalkan mereka demi wanita lain dengan membawa tabungan dan perhiasan milik mama Rina sehingga mereka terlilit hutang.
Dan saat itulah, kehidupan Ace seketika berubah. Tidak ada lagi tanggung jawab dari sang papa membuat mama Rina mengerjakan apa saja yang bisa menghasilkan uang tapi ternyata tidak seberapa. Dan tekanan batin dari keluarga pihak sang papa membuat mama Rina mengalami stroke satu tahun yang lalu. Kesehatan mama Rina memang sudah membaik tapi bagi orang yang pernah mengalami stroke, mama Rina tidak bisa kerja keras dan berpikir berat.
Tiba di rumah besar dan mewah milik Hans. Ace mengerutkan keningnya. Dia direkrut menjadi pelayan nyatanya ada wanita setengah baya yang juga bekerja di rumah itu. Wanita setengah baya itu sedang membersihkan halaman rumah dari daun daun bunga dan pohon hias yang berserakan di halaman rumah itu.
Sama seperti Ace. Hans juga mengerutkan keningnya melihat Ace. Ace masih berpakaian seperti sebelumnya bahkan lebih sopan di hari ini. Ace mengenakan rok kembang panjang dengan kemeja lengan panjang dengan kancing yang tertutup hingga kancing yang paling atas.
"Kamu sudah menandakan tangani Surat perjanjian kerja?.
Ace masih berdiri di depan pintu, Hans yang hendak berangkat ke kantor memberikan pertanyaan yang membuat Ace mengingat jika dirinya tidak membaca surat perjanjian kerja yang diberikan oleh Randi. Tidak jauh dari mereka yang berdiri berhadapan. Randi berdiri di samping mobil yang siap membuka pintu mobil untuk sang tuan menatap Ace dengan sinis.
"A...aku...aku."
"Baca kembali dan pahami. Kemudian kerjakan seperti yang tertulis di Surat perjanjian itu." Ace menganggukkan kepalanya.
"Bibi."
"Ya tuan," jawab wanita setengah baya itu kemudian tergopoh gopoh menghampiri Hans.
"Bantu dia untuk melakukan pekerjaannya," kata Hans kepada wanita itu.
"Baik Tuan."
Dengan sikap diinginnya. Hans berlalu dari hadapan Ace dan Bibi Santi menuju mobilnya.
"Silahkan Tuan."
Hans masuk ke dalam mobil. Sebelum Mobil bergerak, Hans menoleh sebentar ke arah Ace. Dan hal itu terlihat oleh Randi yang sedang memegang setir.
"Tuan, wanita itu berbeda dengan pelayan pelayan sebelumnya. Apa tuan yakin memakai pelayan seperti dia? tanya Randi.
"Yakin."
"Dia selalu memakai pakaian yang menutupi tubuhnya. Aku khawatir ada sesuatu yang dia sembunyikan dibalik pakaiannya itu tuan."
"Ya pasti ada lah ditutupi. Kamu berpakaian untuk apa. Kan menutupi bagian bagian tubuhmu yang tidak seharusnya dilihat orang lain."
"Benar tuan. Tapi aku merasa. Wanita itu menutupi tubuhnya karena kulitnya tidak mulus."
"Jika itu terjadi. Maka orang yang pertama Kali disalahkan adalah kamu."
"Kok aku tuan?"
"Bukankah kamu yang memanggil dia untuk interview."
Randi terdiam. Dia merasa menyesal karena harus memanggil Ace interview diantara banyak pelamar. Dia meragukan, karena dia juga takut disalahkan dan saat ini Hans mempertegas hal itu.
Tiba di kantor. Para karyawan menyambut kedatangan Hans dengan membungkukkan badan. Untuk menyapa, para karyawan itu tidak berani karena Hans tidak akan merespon.
Seperti hari hari sebelumnya, Hans selalu bekerja dengan serius dan teliti. Tidak ada waktu yang terbuang sia sia selama Hans berada di kantor. Hans terlihat sangat sibuk tapi hatinya berharap semua pekerjaan itu cepat selesai. Dia tidak sabar menunggu malam tiba untuk mencoba pelayan baru. Baru Kali ini, dia mendapatkan pelayan yang masih sangat muda.
Sedangkan di rumah mewah milik Hans. Ace terlihat sangat terkejut setelah membaca surat perjanjian kerja yang dia tanda tangani semalam. Di Surat itu tertulis jika tugas sebagai pelayan hanya bekerja sebatas di kamar Hans saja. Nominal gaji tertulis di sana dan juga bonus jika berhasil membuat sang tuan merasa terpuaskan.
"Melayani di ranjang. Apa maksud ini bu?" tanya Ace bingung kepada Bibi Santi.
Bibi Santi menatap Ace juga bingung. Diantara pelayan pelayan yang sebelumnya sudah bekerja di rumah itu. Hanya Ace yang bertanya bingung dengan pertanyaan seperti itu.
"Melayani seperti seorang istri kepada suaminya."
"Tapi aku bukan istrinya."
"Memang benar kamu bukan istrinya. Dia membutuhkan pelayan muda hanya untuk itu. Dan tanda tangan kamu yang sudah tertulis di sini. Itu artinya kamu sudah setuju menjadi pelayan tuan Hans."
"Aku pulang sekarang. Katakan pada tuan Hans. Aku tidak bisa menjadi pelayannya."
Ace hendak beranjak dari duduknya tapi tangan bibi Santi menahan tangan Ace.
"Sepertinya kamu belum membaca semua isi dari surat perjanjian ini."
Bibi Santi menyodorkan Surat itu kepada Ace. Bola mata Ace membulat besar setelah membaca point demi point.
"Bibi, bagaimana ini. Aku tidak bisa menjadi pelayan seperti itu," kata Ace. Kini bukan hanya kebingungan yang terlihat di wajah gadis itu tapi juga dengan ketakutan yang luar biasa. Ace membayar sepuluh Kali lipat dari gaji yang sudah dia terima di awal jika ingkar dari surat perjanjian itu. Membayangkan hutang yang semakin menumpuk jika dirinya menolak menjadi pelayan membuat Ace menangis.
Hanya menangis yang bisa dia lakukan saat ini. Ace merasa hidupnya sangat suram. Setelah ditinggal papanya menikah dengan wanita lain, keluarganya dihadapkan dengan hutang yang banyak juga dengan kesehatan sang mama pernah stroke. Ace berpikir penderitaan akan berakhir dengan mendapatkan pekerjaan dan bisa mencicil hutang. Tapi yang terjadi saat ini. Ace mendapatkan pekerjaan yang harus mengorbankan harga dirinya.
Melihat Ace menangis, Bibi Santi juga ikut sedih. Wanita itu berpikir jika Ace tidak mau melayani tuan Hans karena tidak sanggup membagi tubuhnya kepada laki laki lain yang tidak dia cintai. Bibi Santi mengetahui syarat menjadi pelayan tuan Hans adalah gadis yang tidak suci lagi atau seorang janda muda. Dan itu artinya. Ace lolos sebagai pelayan karena tidak suci lagi.
"Diam lah nak.. Kamu sudah membuat keputusan dan bahkan kamu sudah menerima gaji diawal."
"Tapi aku tidak mau bu," kata Ace dengan terisak.
"Boleh Bibi tahu apa yang menjadi tujuan awal kamu bersedia menjadi pelayan tuan Hans?" tanya Bibi Santi lembut.
"Aku butuh uang bu."
"Semua orang butuh uang nak. Bekerja di swalayan atau di pabrik juga mendapatkan uang kan . Gadis seusia kamu pasti kebutuhannya juga tidak banyak."
Ace akhirnya menceritakan apa yang menjadi masalah yang dia hadapi saat ini.
"Bekerja menjadi pelayan tuan Hans. Jika kamu memuaskannya. Hutang hutang mu itu bisa lunas hanya satu minggu bekerja," kata Bibi Santi. Bibi Santi mengetahui bagaimana tuan Hans memanjakan pelayannya jika dia terpuaskan. Meskipun begitu. Pria itu akan cepat bosan. Pelayan yang paling lama dia pakai di rumah itu hanya sekitar dua bulan tapi jangan tanya berapa uang yang sudah berhasil dikumpulkan selama menjadi pelayan tuan Hans.
"Hampir semua mantan pelayan tuan Hans menjadi orang kaya. Mereka mengelola yang yang mereka dapat dari sini untuk membuka usaha. Terkadang, tidak semua orang yang jatuh ke dalam dosa akan selamanya terpuruk dalam dosa itu asalkan niatnya mau berubah. Mereka akhirnya bersedia menjadi pelayan Hans karena memberikan tubuhnya kepada Tuan Hans mendapatkan uang daripada memberikan tubuh kepada pacar yang terkadang mendapatkan pengkhiatan."
Ace belum berminat menjadi pelayan tuan Hans meskipun sudah mendengar perkataan Bibi Santi.
"Aku tidak mau. Aku pulang sekarang."
"Silahkan Ace. Tapi kamu harus menerima konsekuensi dari keputusan yang kamu buat. Sikap mu ini bukan menolak tapi sudah ingkar dari perjanjian."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!