NovelToon NovelToon

Gadis Kecil Itu Princess Abang

Princess

...༶•┈┈⛧happy reading⛧┈┈•༶...

Tok...

Tok...

Tok...

"Rey, Ayo cepat turun!.." suara Bariton Yang Amat Kencang Dari Depan Pintu Kamar Membuat Resyah Yang Masih Terlelap Dalam Tidurnya Sontak Terperanjat Kaget Mendengar Teriakkan Sang Umi.

"I-iyaa mi, Aku mandi dulu" Balas Resyah Sedikit Berteriak Kepada Vara.

"Astagfirullah al'azim nak, Kamu baru bangun" Ujar Istighfar Dengan kelakuan Putrinya itu yang Baru Saja Bangun di Waktu Yang Hampir siang Seperti ini.

Resyah Perlahan Bangun Dari Ranjangnya Seraya Dengan Mengusap-usap Lembut Kedua Matanya. "I-iya umi, maaf"  gadis itu Melangkah Untuk Membukakan Pintu Dan Melihat Uminya Yang Pasti Sudah Bernafas kasar karna kelakuannya.

"Tadi Malam aku lupa kalau ada tugas untuk Pelajaran hari ini, Jadi aku semalaman Mengerjakannya" Tambah Gadis Yang Berada Di Hadapan Uminya, Seraya Dengan Mengangkat Tangan Kanannya Untuk Menutupi Mulut Yang Beberapa Kali Menguap Lebar.

"Kamu bergadang Untuk Tugas hari ini? bukankah kamu hari ini tidak masuk Sekolah Dulu, nak-?" Ucap Vara Terpotong.

"Mi, kok Umi hari ini kayaknya rapi banget?" Sentak Putrinya Berhasil Memotong Ucapan Uminya, Ia Menatap Tajam Tatkala Perlahan Memperhatikan Pakaian Vara yang Terlihat Sangat rapi.

"Kamu lupa hari ini, Rey?" Tanya Umi Vara Dengan Kerutan Sempurna Pada Dahinya.

Gadis itu Mendeham Sesaat, Seraya Memikirkan Apa Maksud Dari Perkataan Uminya. Setelah Beberapa Menit Telah Mengingat Sesuatu, Dengan antusias Ia Langsung Menepuk Kasar Jidatnya Sendiri. "Ohh iyaa" Gadis itu Melupakan Pembicaraan Semalam Bahwa Abinya Mengatakan Untuk hari Kamis ini ada urusan pergi bersama Keluarganya Yang entah kemana.

Kedua Bahunya Merosot Begitu saja. "Trus Ngapain aku ngerjain semaleman, mi..." lesu gadis itu.

Uminya Tidak Menjawab, Melainkan Hanya Mengidikkan Kedua Bahunya. "Yaudah sana, siap siap dan turun kebawah untuk sarapan" Ucap Vara Kemudian pergi meninggalkan Gadis Yang Masih kusut karna habis bangun tidur.

...*****...

"Assalamualaikum, Pagi Abi, Umi" Salam Resyah Kemudian duduk di samping uminya.

"Waalaikumus salam" Jawab mereka Yang Sedari Tadi Sudah Menunggu Gadis Itu untuk Turun.

"Lah, Abang Reyhan Yang ganteng ini Nggak di sapa?" protes Reyhan kepada adiknya dengan Sangat Pede-nya.

"Pagi abang jelek ku!" ledek Resyah Saat Mendengar ucapan abangnya dengan begitu Angkuhnya.

Reyhan Menautkan Kedua Alisnya Saat Mendengar Ledekan Adiknya. "Terserah kamu lah!" Cletuk Reyhan Yang sebal dengan adik Ngeselinnya itu.

"Udah udah, Lanjutkan makannya" Sahut umi.

Setelah Beberapa Jam Makan Bersama Telah Usai. Abi Ahmad, Umi Vara, Reyhan Dan Resyah Sudah siap Dengan Pakaian Yang Di Kenakan Masing masing.

Setelah Semuanya Sudah Merasa Siap, mereka Segera menghampiri Mobil Alphard putih yang Terparkir Indah di Perkarangan Rumah Milik Ahmad Dan Melajukan Mobil Itu Menuju Ke Suatu Tempat.

Saat Di Perjalanan kakak Beradik itu hanya Bercanda dan Mengusili satu sama lain Yang Membuat Abi Dan Uminya Berdecak Sebal Karna Beberapa Kali Mengganggu Mereka.

Setelah Menempuh Beberapa menit perjalanan, Kini Mereka Telah Tiba di suatu tempat Parkiran Yang membuat Heran Dan Terus Penuh Pertanyaan Dalam Benak Pikiran Resyah.

"Ayo, Turun Princess Abang" Ucap Reyhan selaku Abangnya Resyah yang membukakan Pintu Untuk adiknya.

"Aku bisa sendiri bang, nggak usah gini. lama lama aku anggap Abang sebagai babu aku, nih" Cletuk Adiknya Dengan Terkekeh Pelan Di Akhir.

Abi Ahmad Dan Umi Vara yang Melihat Tingkah Resyah ikut Tertawa Kecil, Mereka Tau kalau Gadisnya itu hanya bercanda.

Reyhan Yang Mendengar Tuturan Adiknya Sontak Berdecak Pinggang Seraya Dengan Sedikit Memanyunkan Bibirnya Dan Berhasil Membuat Mereka Yang Melihat Hal Itu Semakin Terkekeh.

"Jahat, Gue Nggak beliin eskrim loh, dek" Sentak Reyhan Yang Bertingkah Seperti Sedang Marah Kepada adiknya.

"Ih, jangan gitu dong—" Resyah Mengantung Ucapannya Seraya Bersiap Turun dari Mobil Dengan Memegangi Gamis Syar'inya Yang Panjang.

"Iya deh, Maaf abangnya Resyah yang paling ganteng" Ucap Resyah Sembari Turun Dari Mobilnya.

Reyhan Mengangkat Salah satu Tangannya Lalu Menggenggam Pergelangan Tangan Adiknya Agar Tidak Terjatuh.

"Ah Maasss-" Ucapan Reyhan terpotong karna Resyah langsung menyerobot Omongannya.

"Tapi Lebih Gantengan Abang Rayan, Jauh dari kata ganteng lagi. lebih dari ganteng dan tamvan, dan...Lebih dari Abang Reyhan" Serobot Resyah Masih Saja Meledek Abangnya itu.

"Terserah kamu" Cletuk Reyhan Pasrah Sebelum Pergi Meninggalkan Adiknya Yang masih meledeknya Di Depan Pintu Mobil.

"Abi, umi. Tunggu Reyhan!!" teriak Reyhan yang Melihat Abi dan uminya sudah berjalan Meninggalkan Mereka.

Ahmad, Selaku Abinya Reyhan Dan Resyah Yang Mendengar Teriakkan Reyhan Sontak Membalikan Tubuhnya Dan Menatap Tajam Putranya itu. Sedangkan Reyhan Hanya Cengengesan Saat Mendapatkan Tatapan Tajam Dari Abinya Karna Tingkahnya Sendiri.

Resyah Menyusul Kedua Orangtua Serta Abangnya Itu. Saat Sudah Berada di Samping Ahmad, Ia Menatap Pria Itu Dengan Tatapan Penuh Tanda Tanya.

"Abi, Mau ngapain kita kesini??" Tanya Resyah Yang menanyakan hal yang Sedari tadi Terus Berputar Di Dalam Benak Pikirannya.

Abi Ahmad Tertunduk Dalam Seperti Sedang Menyembunyikan Sesuatu. "Ikuti Abi saja" Jawab Abinya tersenyum Tipis.

Di Pagi hari Yang Sejuk ini. Resyah tak henti Hentinya Tersenyum Karna Merasa senang di Sepanjang Jalan. Entah kemana Langkah kakinya Akan berhenti, yang jelas Resyah hanya Mengikuti Reyhan Yang Trus Memegang Pergelangan Tangannya. Kakinya berhenti tepat di Sebuah Taman Yang Bererumputan Hijau, Resyah mengedarkan Pandangannya Melihat Sekeliling Yang ramai. Sekarang mereka sedang Berada di taman Yang tidak jauh dari bandara. Resyah Tidak tau Siapa Yang Abinya tunggu di taman ini, entah siapa?.

Setelah Mereka Sudah Mendapatkan Area Taman Yang Nyaman Dan Sejuk Untuk Mereka Duduki, Kini Putra Dan Gadis kecilnya itu Sedang Bermain kejar-kejaran Di Tengah Taman.

Resyah Bermain Kejar Kejaran Dengan Eskrim Di Tangan Kanannya. Abangnya Baru Saja Membelikan Eskrim Untuk Resyah Dan Dirinya.

Tiba tiba saja, Resyah Ingin Tersandung Oleh Sesuatu Di Bawah Kakinya. Membuatnya Ingin Tersungkur Di Rerumputan Hijau Itu, Dan....

"Arghw!!!" Jerit Resyah Seraya memejamkan Matanya. Namun, Dirinya tidak merasakan Sakit Sama sekali bahkan ia tidak Terjatuh ke Rerumputan. Silau matahari Membuat Penglihatan Resyah Buram, Di hadapannya Kini Hanya berjarak Beberapa Cm saja Dengan Lelaki Yang Tepat Di Depan Wajahnya.

"Untung nggak jatuh, Ada yang terluka Gak??".

Reyhan, Laki laki Yang saat ini menangkap Tubuh Resyah Agar tidak terjatuh itu, Membuat Resyah Membuka Matanya Perlahan.

Resyah Berhasil Tidak Menyentuh Rerumputan Hijau itu, Tetapi...

"Gak Bang, Makasih ya" Ujar Resyah Tersenyum Lebar.

Raut Wajahnya Berubah Menjadi Sayu Ketika Melihat Eskrimnya Terjatuh Dan Mengenai Rerumputan Hijau.

"Eskrim aku..." Lirihnya Lemas.

Abi dan Uminya Yang Melihat Resyah Dari Kejauhan Hampir Saja Terjatuh, Sontak Terperanjat kaget Dan Segera menghampiri Putra, Putrinya Yang Berada Di Tengah taman.

"Ga papa, Nak?" tanya umi Vara Sembari Memperhatikan Tubuh Gadisnya Untuk Memastikan Terluka Atau Tidak.

"Gapapa kok mi, Tadi Di tolongin Abang" Jawab Resyah Dengan Wajah Datar.

Reyhan Menatap Iba Adiknya, Ia Mengulurkan Sesuatu Ke Hadapan Resyah. "Nih, mau punya Abang?" Reyhan Menyodorkan sisa eskrimnya Itu Untuk Adiknya.

Resyah Beralih Menatap Abangnya.

"Tapi itu eskrim kesukaan Abang, Ga usah bang, Habisin aja sama Abang" Ucap Resyah yang Melihat Abangnya Dengan tulus memberikan eskrimnya Itu Untuk Dirinya.

"Gapapa, nih, Ambil aja" Ujar Reyhan sekali lagi Dengan Menyodorkan eskrim kesukaannya Yaitu Rasa vanila.

Dengan Sangat antusias Resyah Mengambil Eskrim Yang Berada Di Tangan Kanan Abangnya. "Makasih bang" Seru Resyah Dengan Senyuman Yang Terukir Di Bibirnya.

Jangan heran, Walaupun Eskrim Tersebut Sisa Abangnya, Resyah Memakannya Dengan Lahap Hingga Tidak Tersisah Sedikitpun. Mereka Sering Sekali Berbagi Makanan Ataupun Minuman Sisa Masing masing, Dan tidak ada Rasa Jijik Sedikitpun Di Antara Kakak beradik Itu.

"Assalamualaikum" Salam Lembut Seseorang Dari Belakang Mereka.

Sontak Mereka Beralih Mengikuti Arah Sumber Suara Yang Mengucapkan Salam Tersebut.

"W-waalaikumussalam" Balas Mereka kompak Seraya Menatap Pria Yang Berada di Hadapannya.

Resyah terkejut Saat Melihat Siapa yang ada di hadapannya.

"A-Abang!!" Pekik Resyah Dengan Perasaan Yang Sangat Senang.

Resyah Sontak Mendekati Pria Gagah Yang Mengunakan kemeja Hitam Dengan Kaki Yang Di Selimuti Sepatu Putih. Cowok itu Juga Memakai Masker Putih Lantas Semakin Memberikan kesan Yang Sangat Tampan.

"Hai. Princess kecil Abang " Sapa Cowok itu Memperhatikan Gadis Yang Sudah lama Tidak ia lihat Dan Pasti Sangat merindukannya.

"Cepat Banget besarnya ya princess

Abang?" cowok itu Membuka Suaranya kembali Terhadap gadis di hadapannya, tetapi gadis itu Hanya Terdiam kaku Karna Tidak Menyangka Terhadap Keberadaannya.

Resyah Tidak menjawab Ucapan Cowok itu, Melainkan Langsung Melangkah Lebih Dekat Dengan Cowok di Hadapannya. "A-Abang!....." Ujar Resyah Seraya langsung memeluk Cowok Itu Dengan erat dan menangis di Dada Bidang Milik Abangnya.

yup, Ternyata Cowok itu Adalah Abang Pertamanya Resyah Yang Bernama Muhammad Rayan Alexandra. Dia selalu memanjakan Adiknya Seperti layaknya princess. Sudah Hampir lima Tahun Lebih ia Mengambil Pendidikan Di Kairo, Dan juga Terdapat Berbagai Alasan Yang Harus Dirinya Relakan Untuk Meninggalkan Adik Kesayangannya.

Rayan Mengangkat Tangannya Lalu Mengelus Puncak kepala Adiknya Dengan lembut. "Hey, Udah Nggak boleh Nangis, Nanti cantiknya hilang loh" Seloroh Rayan kepada adiknya Yang Masih Menangis di Dalam pelukannya.

"Resyah kangen Abang, Abang lama banget di Sana. katanya Sebentar, Ternyata sampai Rey lulus Mi, Abang Gaa lihat Rey lulus!!" Tangisan Resyah Semakin pecah.

"Maafin Abang ya, Rey. Waktu Rey Lulus, Abang Sedang Ada Acara Dan Di hari Itu mendesak sampai tidak mengabari kamu kalau Abang Tidak bisa Pulang ke Jakarta, Maafin Abang ya" Ucap Cowok itu Dengan tulus Dan Beralih Mengelus Punggung Adiknya.

"Resyah sudah jangan menangis..." tambah Cowok itu lagi.

"I-iyaa bang, A-abang jangan tinggalin aku j-jauh jauh lagi ya" Ujar Resyah Sesenggukan karna Menangis.

"Iyaa Resyah, Abang bakal tinggal di sini lagi kok" jawab cowok itu Dengan lembut.

Resyah yang mendengar Tuturan Rayan Dengan Antusias Menguraikan Pelukan Di Antara Mereka. "Serius bang?" Tanya Resyah Dengan Senyuman Lebar.

"Perasaan adik gue nggak segini ya banget sama gue Dah?? Malah sikapnya kayak setan..." Batin Reyhan Dengan Kerutan Di dahinya.

"Iyaa" Jawab Rayan Dengan Anggukan Kecil.

Kini Sudah Satu Jam Mereka Duduk Di Bawah Pohon Besar yang berada di taman Sembari Memakan Eskrim, Dan Di Suguhi Dengan Perbincangan Kecil Seperti Menanyakan Kabar Ataupun Tentang Kehidupan Rayan Saat di Kairo.

"Yaudah, ayo Rayan, kita pulang" Ucap Abi Ahmad.

Rayan Menganguki Perkataan Abinya kemudian Mengangkat Tangan Kanannya Lalu Menggapai Telapak Tangan Mungil Milik Resyah Untuk Ia Genggam. Mereka Berdiri Dari Duduknya Dan Melangkah Menuju Mobil Alphard Putih Yang Berada di Parkiran Bandara.

Putri Kecil Abi

"Abang kok tiba-tiba ada di taman itu?" Ucap Resyah menanyakan hal Yang Sedari tadi Berada Dalam pikirannya.

"Kan itu bandara, kocak" Cletuk Reyhan Menjawab Pertanyaan Adiknya Yang Terdengar Begitu Polos.

"Ohh iya.....kok Abang nggak ngabarin aku kalau Mau ke jakarta?" Tanya Resyah Lagi.

"Rayan Sudah memberitahu Abi, Tetapi Abi merahasiakannya dari kamu. Biar jadi Suprise" Sahut Abi Ahmad Yang tiba tiba Saja Membuka Suaranya.

"Iya, biar kamu seneng dek. Habis eskrimnya Jatuh kan dapet tuh Abang kesayangan Lo, dek" Ketus Reyhan Tetap Merasa Kesal Tatkala Melihat Kelakuan Adiknya itu Seperti Berbeda Pada Saat Terhadapnya Dan Abangnya Rayan.

Bagaimana Resyah Tidak Bersikap beda Pada Saat Terhadap Kedua Abangnya, Reyhan dan Rayan saja Berbeda Sangat Jauh Kelakuannya. Rayan Bagaikan Langit, Sedangkan Reyhan Seperti Bagaikan Laut.

"Jangan Terlalu banyak Makan eskrim, Rey. Nanti Manisnya tambah berlebihan dari pada Gula" Seloroh Rayan Dan juga memperingatkan Adiknya untuk tidak Terlalu Banyak memakan eskrim.

"Siap Tuan!" Seru Resyah.

Selama di Perjalanan, Kini Reyhan yang Mengemudi Dan Tepat Di Sampingnya Terdapat Abi Ahmad. Sedangkan Rayan di Kursi belakang bersama Umi Vara Dan Resyah.

Resyah menceritakan Panjang Lebar Kepada Rayan tentang Masa sekolahnya, teman-temannya, Maupun Masa-masa Saat tidak Bersama Abang Kesayangannya ini, Dan Kesehariannya Bersama Abang nyebelinnya itu, Reyhan.

...*****...

Setelah Sampai di Perkarangan Rumah Ahmad, Rayan Menggendong Resyah Ala Bridal Style Yang Sedang tertidur pulas dalam Dekapannya. Rayan Masuk ke dalam Rumah Lalu Berjalan Menuju kamar Resyah Yang berada di lantai dua.

Sesampai di kamar..

Rayan Merebahkan Tubuh Adiknya Pada Ranjang Miliknya Dengan Sangat Berhati hati Agar Resyah Tidak Terbangun Dari Mimpi Indahnya Itu.

"Semoga mimpi indah Resyah, Sayang"

Gumam Rayan Seraya mencium Kening adiknya Sesaat. Dia Pun menyelimuti Tubuh Adiknya Dengan selimut tebal yang berada di bawah kakinya.

Setelah itu Rayan kembali Melenggang Pergi Dari Dalam Ruangan Lalu Beranjak Turun Menuju Lantai Bawah Untuk Mengobrol Ringan Bersama Yang lainnya Di Ruang Tamu.

Rayan duduk di lesehan karpet Berbulu Dengan motif gambar kucing. Di samping Rayan, terdapat Abi Ahmad dan Reyhan, Sedangkan Uminya Tengah menyiapkan Brownies untuk Mereka ngemil di bantu oleh bi Natih.

Setelah Beberapa menit, Umi Vara datang Membawa Dua piring Di tangannya dan di Ekori Dengan bi Natih Yang Berada Di belakangnya Seraya Membawa teh ataupun Susu.

"Gimana Pendidikan kamu, Ray. Sudah selesai kan?" Ucap Abi Ahmad yang menanyakan hal itu kepada Rayan.

"Sudah bi" Jawab Rayan Dengan Lembut.

"Bagus kalau begitu, kamu Bantu Reyhan dan Abi aja di Jakarta dan Bandung" Ujar Umi Vara Yang Mendengarkan percakapan mereka.

"Iya umi" sahut Rayan Dengan anggukan Kecil.

Setelah Beberapa saat, di antara mereka hanya Ada keheningan. Rayan Pun Berniat Untuk kembali Membuka topik pembicaraan.

Rayan Melihat Secara Bergantian Kearah Abi Dan uminya Yang sedang duduk si sofa. "Abi, Resyah Pindah ke pesantren aja, Lagian Sekarang sudah baik Baik aja kok. Nanti kalau Ada apa-apa, Rayan dan Reyhan bakal jaga Resyah-?" Ucap Rayan Terjeda.

"Dan juga, kalau Resyah pesantren bisa Mencari Ilmu yang lebih baik" Lanjut Rayan.

"Tapi Resyah Belum sepenuhnya Lulus bang, Ini aja baru satu setengah semester kok" jawab Reyhan.

"itu Gampang" Ucap Rayan Lagi, Dan di Angguki Oleh Umi Vara dan Abi Ahmad.

"Tapi masalah kamu sudah selesai, nak?? Jangan Sampai adik kamu kena imbasnya Lagi?" Tanya Ahmad yang menanyakan Hal Tersebut Dengan Tampang Keseriusan Dalam Raut Wajahnya.

"Nanti Rayan Akan kasih solusinya, bi. Abi Masukkan saja resyah Ke pesantren" balas Rayan.

Ahmad Tidak Menjawabnya, Melainkan Hanya Mengangguk Setuju Saja. Setelah Beberapa Menit Kemudian, Keheningan Di Antara Mereka kembali.

"Woy bang, Kita maen Motor Yo!" Pekik Reyhan Yang mengajak Abangnya itu Untuk motor-motoran.

"Balapan??" Tanya Rayan yang Sedikit ragu Dengan ajakan Adik satunya ini.

"Boleh juga tuh. Yo" Seru Reyhan yang Sangat Antusias Tersenyum Mendengar Kata balapan Dari Abangnya.

"Ga. Males. Sedikit lagi adzan ashar, Mending Lo sholat!" Sentak Rayan Menatap Datar ke Arah Mimik Mata Milik Reyhan.

Reyhan Menghela Napas Kasar, Ia Memutar Bola Mata Malas Saat Mendengar Perkataan Abangnya. "Gue Selalu sholat tepat waktu Elah, Bang" Jawab Reyhan Berdecak sebal dengan Penuturan Abangnya.

Rayan Berdiri Dari Duduknya Lalu Menyalami Tangan Ke-dua Orang tuanya. "Bagus kalo gitu" Ujar Rayan Dengan Langsung Melangkahkan Kakinya lebar Dan Meninggalkan Ruang Tamu.

...*****...

Pesantren Hidayatullah.

Setelah Menempuh Perjalanan Yang Cukup Jauh. Kini Mereka Telah Sampai Pada Pukul (19:30wib).

Ahmad, Vara, Reyhan dan Resyah Baru Saja Turun Dari Mobil Yang Terparkir Indah Di Lapangan Utama Pesantren itu.

Resyah Melihat sekeliling Pondok pesantren Hidayatullah, Dirinya tercengang Melihat keindahan Ponpes Ini. Terlebih Lagi beberapa Santriwati Maupun Santriwan Yang Sedang Berjalan Beriringan Menuju ke masjid Untuk Mengikuti Kajian Dan Setelah Itu Akan Menunaikan Shalat isya.

"Abi, Ngapain kita kesini?" Tanya Resyah yang Penuh Tanda Tanya Dalam Benak Pikirannya Serta Beberapa kali Memperhatikan Ke arah Santri Yang juga Sedang Menatap Mereka.

"Masuk Dulu, Rey" Sahut Reyhan dan di Angguki Oleh Resyah.

Resyah Menatap Bingung Ke arah Santriwan Maupun Santriwati Yang Hanya Menundukan Kepalanya.

"Abang, Kok mereka kayak hormat gitu ya?" Tanya Resyah Yang tidak tau apa apa.

Resyah Berhasil di Buat Kesal Saat Abangnya Tidak menjawab Pertanyaannya, Melainkan Reyhan Hanya Mengidikkan Kedua bahunya. Menyebalkan.

Resyah Melangkahkan Kakinya dan

Mengikuti Abangnya. Dia Pun Dapat Mendengar Bisik Bisik Santri Antara santri Yang lainnya.

Gus sama siapa itu?.

Gus bersama perempuan?.

Kok brani sih Gus berpegangan tangan dengan gadis itu?.

Memang Benar yang di katakan santriwati yang Sedang Berbisik. Reyhan Mengengam Telapak Tangan Adiknya Sejak Keluar Dari Mobil Dan Sampai Saat ini Belum Di Lepaskan.

Resyah Yang Masih Dapat Mendengar Hal Tersebut Sangatlah Risih. Dia Berusaha Melepaskan genggaman tangan abangnya itu, Tetapi Itu Tidak Berhasil Karna Reyhan Seperti Sengaja Mengeratkan Genggamannya, Alhasil Resyah Hanya Pasrah. Apa boleh buat??.

"Bang malu, Di gibahin itu!" Gumam Resyah Berbisik Bisik Kepada Abangnya.

Reyhan Tidak Menjawab Perkataan Adiknya, Melainkan Ia hanya Mengidikkan Kedua Bahunya Dan membuat Resyah Berdecak Pinggang Dengan Terus Menggerutu Di Sepanjang Jalan.

"Apaa apaan sih, bang. nyebelin banget!" batin Resyah Sedikit Memanyunkan Bibirnya.

Saat Resyah Terus Melangkahkan Lebar Kakinya, Ia Baru Menyadari Dengan perkataan Santriwan Ataupun Santriwati Yang Mereka Lontarkan.

"Gus? Maksudnya apa" Batin Resyah Dengan Kerutan Di Keningnya.

Kyai datang kesini.

kyai dan nyai berkunjung kembali.

Ada gus, kyai dan nyai di lapangan.

Kini lapangan Utama Yang Biasanya Di Gunakan Untuk Acara Serbaguna Sudah Di kelilingi Oleh Santriwan Maupun Santriwati Dan Beberapa Pengurus Pesantren untuk Menyambut Kedatangan kyai-nyai mereka. Beberapa Menit Yang Lalu, Mereka Mendengar Keramaian Yang Mengundang Para santri dan pengurus lainya Untuk Bergegas Datang ke lapangan utama.

"Ini ada apa??" Batin Resyah.

Banyak santriwan Maupun santriwati yang Hanya Mampu Tercengang Akan Penampilan Resyah Dan Memandangnya Dengan Tatapan Yang Sangat Sulit di artikan, Bahkan Beberapa Kali Mereka Melontarkan Pujian Atas Penampilan Resyah Yang Mengunakan Gamis Syar'i Berwarna Pink, Pasmina Putih Yang Melilit Di Lehernya Serta Di Baluti Cadar Yang Menutupi Sebagian Wajahnya. Yang Membuat Penampilan Resyah Semakin Berkesan Adalah Terdapat Mahkota Silver Pemberian Abangnya, Reyhan, Yang Bertumpu Pada Puncak Kepalanya.

Penampilan Resyah Hari Ini Sungguh Terlihat Sangat Cocok Dengan Tubuh Mungilnya, Sehingga Membuat Seluruh Perhatian Pengurus Pesantren Maupun Santriwan Dan Santriwati Tertuju Kepadanya.

Gadis itu cantik ya?.

Masyaallah cantik banget.

Lihat tangannya? menggenggam Gus Reyhan.

Paan sih tuh cewe so cantik.

Reyhan Melirik Wajah Adiknya Yang Menyorotkan Kekesalan Karna Ulah Santri Di Pinggir Lapangan. Begitupun Dengan Reyhan, Ia Juga Dapat Mendengar Bisikan Santri yang Menyatakan Buruk Atau Baik Tentang Adiknya.

Reyhan Mengangkat tangan Kanannya Lalu Menyentuh Puncak Kepala Adiknya, Lantas Menyuruhnya Untuk menundukkan kepalanya.

"Nunduk, Rey" Ujar Reyhan Pelan.

Resyah yang Paham Akan maksud Abangnya langsung Menundukan Kepalanya Dalam.

Satu pengurus Di Sana Melangkah Mendekati Abi Ahmad Dan Berdiri di hadapannya.

Pengurus Tersebut Menyalami Tangan Ahmad Terlebih Dahulu Sebelum Dirinya Melontarkan Salam. "Assalamualaikum, kyai" Ucap Ustadz Ali Dengan Sedikit Menundukkan Kepalanya.

"Waalaikumus salam" sahut mereka Kompak.

Ustadz Ali Mendongakan Kepalanya Beralih Melihat Kearah Gadis Yang Tengah Tertunduk Dalam, Ia Menatap Resyah Dengan Tatapan Yang Sangat Sulit Di artikan.

Ahmad Menatap Tajam Ustadz Ali Tatkala Menyadari Bahwa Cowok itu Sedang Memberikan Pandangan Buruk Kepada Resyah Seperti Itu.

"Gus Reyhan mengengam perempuan? trus siapa ya?....Masyaallah cantik banget jika di lihat lihat" batin Ustadz Ali Melihat tangan Resyah Yang Sedang mengengam Tangan Kanan Reyhan Sebelum Dirinya Menatap Ke Arah Resyah Dengan Lekat.

"Dia Putri kecilku, jangan menatapnya seperti itu!" Tegas Kyai Ahmad Yang Membuat Lamunan Ali Seketika Membuyar, Bahkan Kini Matanya Tersorot Ketakutan Ketika Menyadari Bahwa Dirinya Sudah Mendapatkan Tatapan Tajam Dari Gus Reyhan Serta Kyai Ahmad.

Saat Ini Tidak Separuh Santri, Bahkan Sudah Seluruh Santriwan Ataupun Santriwati Yang Hanya Mampu Menganga Lebar Saat Mendengar Perkataan Kyai Ahmad Dan Berhasil Meraih Penuh Pertanyaan Dalam Benak Pikiran Santri Yang berada di tepi lapangan.

Setelah Beberapa Menit. Ahmad Meminta Izin Kepada Sang Istri Untuk Berbincang dengan pengurus Pesantren Hidayatullah Yang Sudah Berkumpul Di Dalam Ruangan Astatidz.

Sedangkan Vara, Resyah Dan Reyhan Beranjak Pergi Dari Lapangan Lalu  Melangkahkan Kakinya Menuju Ke Ndalem. Setelah Menempuh Perjalanan Beberapa Menit, Kini Mereka Telah Sampai Di Ambang Pintu Ndalem Dan Perlahan Memasuki Rumah Yang Lumayan Besar Tersebut.

BERULAH

Kini Di Ndalem Terdapat Resyah, Vara Dan Reyhan Yang Tengah Berkumpul Di Ruang Keluarga, Tetapi Tidak Terlihat Keberadaan Ahmad Dan Rayan Di Sana.

"Umi, ini pesantren siapa, dan Kenapa Semuanya menunduk seperti itu, Dan Abang kok tadi di sebut Gus Gus. Apakah itu ke Abang Reyhan, Umi?" Ucap Resyah Melontarkan Banyak Pertanyaan Yang Membuatnya Terlihat Sangat Mengemaskan Di Mata Reyhan.

"Jadi ini pesantren Milik Abi kamu nak, Dan yang menundukkan kepalanya itu sebagai penghormatan Atau Tidak ingin memandang Yang bukan mahram nya—" Vara Menghela Napas Panjangnya Terlebih Dahulu Sebelum Dirinya Menjawab Semua Pertanyaan Putrinya.

"Dan Benar, Abang kamu di panggil oleh santri di sini Dengan panggilan Gus Reyhan" Lanjut Vara.

Resyah Semakin Penasaran Setelah Mendapatkan Jawaban Dari Uminya. "kok aku Baru Tau kalau Abi mempunyai Pesantren Sebesar ini??" Tanya Resyah Bingung Mengapa Dirinya Baru Mengetahui Tentang Hal Sebesar Ini.

"Ada alasannya, nak. kamu juga Akan tau, nanti ya..." Ujar lembut umi vara kepada gadis kecilnya.

"Iya mi..."

"Assalamualaikum" Salam Abi Ahmad Melangkahkan kakinya lebar dan Mendekati Sang Istri.

Suara Dari Ambang Pintu Ndalem Membuat Mereka Menoleh kearah Sumber suara Tersebut.

"Waalaikumus salam, Abi" jawab Resyah.

"Waalaikumus salam" jawab Umi Vara dan Reyhan Kompak.

Resyah Menghampiri Ahmad Dan berjongkok Tepat Di Hadapannya. "Abi kok Nggak pernah memberi tau Resyah tentang ini?" Tanya Resyah Menanyakan hal Yang Sama Seperti yang Ia tanyakan kepada uminya.

"Ini Perintah Bang Rayan, Dek. Nanti juga kamu Akan tau" Jawab Abi Ahmad dengan lembut Seraya mengangkat tangan Kanannya Untuk Mengelus puncak kepala Putrinya.

Resyah Hanya Menjawabnya Dengan Anggukan Kepalanya Perlahan. Ia tidak Ingin menanyakannya Terus Menerus.

"Kita menginap di sini, ya, bi?" Tanya Resyah lagi.

"Iya bawel, Dari tadi nanya trus. pusing tuh Abi Dan Umi menjawabnya!" omel Reyhan yang Ikut Merasa Pusing Dengan Banyak pertanyaan Yang Di Lontarkan Adiknya.

"Brisik" Sentak Resyah dan mendapatkan Tatapan Sinis dari abangnya.

"Bang, Ajak Adik kamu ke kamarnya" Ucap Ahmad kepada Reyhan Dan di Angguki olehnya.

Reyhan Menggenggam tangan Resyah agar Cewe Itu Mengikutinya. Tak Berselang Lama, Mereka Berdiri Tepat Di Depan Ambang Pintu Jati Berwarna Coklat Seraya Membuka Pintu itu Perlahan Dan memasukinya Dengan mengucap Salam Terlebih Dahulu.

Resyah Melihat Sekeliling Kamar Yang sangat Asing Baginya. Sepertinya saat ini Perasaanya Sedang Berkupu kupu Dengan Mata Yang Berbinar-binar.

"Ini kamar Aku, Bang?" tanya Resyah.

Resyah Tidak Mengalihkan Pandangannya Terhadap Kamar Yang Ia Masuki Saat ini. Ruangan Tersebut Berhasil Membuat Resyah Merasa Senang Dengan Desain Elegan Dan Tembok Yang Di Cat Berwarna Pink, Serta Buku Buku Yang Tertata Rapi Di Dalamnya.

"I-iy-"

"INI BAGUSS BANGETT BANG!! AKU SUKAAAA!!!" Triakkan kencang Dari Resyah Berhasil Memotong Kalimat Abangnya Serta Membuatnya Terperanjat Kaget karna Suara Yang Di Lontarkan Cewe Itu Berhasil Membuat Seisi Ruangan Bergema.

Reyhan Mengatur Napasnya Terlebih dahulu Sebelum Membuka Suaranya kembali. "Berisik Resyah!!!" Omel Reyhan Sembari menutup Telinganya Dengan kedua tangannya. Dia Sangat Tidak suka Dengan sikap Resyah Yang Satu ini.

"Abang Yang Minta semua isi kamar ini Berwarna Pink, ya?" Tanya Resyah Langsung Menyadari Bahwa Reyhan Saja Yang Mengetahui Tentang Warna kesukaannya.

"Iya" Singkat, jelas Dan Padat. Reyhan Menjawab Seperti itu karna ia Masih kesal Dengan Resyah.

"Makasih..... Abang"

Resyah Langsung Menghampiri Abangnya Dan Memeluk Tubuh Reyhan Dengan Sangat eratnya Hingga Membuatnya Susah Untuk Bernapas.

"E-ehhh Rey, G-gue Sesak woy!" Ketus Reyhan Yang memang ia Rasakan hanyalah sesak, bukanlah kasih sayang.

Tak Berselang Lama, Reyhan Baru Menyadari bahwa Perkataan Yang Ia Lontarkan Kepada Adiknya Sangatlah kasar. Sontak Hal Itu Membuat Reyhan Langsung menyebutkan Berulang Kali Kalimat istighfar.

...*****...

Suara Kumandang Adzan Menghiasi Gelapnya Malam, Dan di Penuhi Oleh taburan bintang Yang bertebaran Di langit sana, Udara Dingin dari Pegunungan Mampu membuat tubuh Menjadi Menggigil. Para insan yang Beragama Islam Menunaikan Ibadah Shalat isya Setelah Suara iqamah Terdengar.

Tok...

Tok...

Tok...

"Rey, Ayo sudah siap belum" pekik umi Vara yang Berada di Ambang pintu kamar Resyah.

"Sudah umi, bentar ya!" triak Resyah Dan Mendapatkan Gelengan Kepala Dari uminya atas Teriakan Yang Menggema Seisi Ruangan.

Saat Resyah membuka pintu, Uminya melihat Resyah masih memakai Cadarnya.

"Buka aja Cadarnya, Nak. Nggak Papa" Titah Umi Vara.

Resyah Mengangguk Paham. "Yaudah bentar ya, Umi" Ucap Resyah dan Masuk kembali kedalam kamar untuk membuka Cadarnya.

Saat Mereka berdua Berjalan Untuk Menuju Ke Masjid, Tak henti hentinya pandangan di Layangkan ke arah Mereka, Bahkan Beberapa Santriwati Menghampiri Vara Hanya untuk Mencium Punggung Tangan Umi Dari Resyah Tersebut.

"Tuh Abang, Umi" ucap Resyah Seraya menunjuk Kearah Abangnya yang berada di Depan pintu masuk masjid.

Reyhan Menatap Uminya penuh arti Dengan Kedua Kontak matanya. Umi Vara Langsung Segera Masuk kedalam lebih Dulu karena Paham Apa Maksud Putranya itu, Ia Pun Meninggalkan Resyah Di Depan Masjid Yang Ingin Berbicara Dengan Abangnya.

Memang Sedari tadi Abangnya menunggu Adiknya Untuk menyampaikan sesuatu yang penting, Jadi Lebih Baik Reyhan menunggu Adiknya di Depan pintu masjid Saja.

"Hai ab-" Ucap Resyah berharap akan Menyapa Abangnya itu.

"Kalo ada cowok tuh menundukkan kepala kamu, Resyah!!" Sentak Reyhan Berhasil Memotong Ucapan Resyah.

"Dan kamu jangan kembali memandangnya, Jangan Berikan paras cantikmu kepada Mereka!!" Tambah Reyhan Sedikit Menaikan Nada Bicaranya Dengan Menatap Tajam Mimik Mata Milik Adiknya itu.

Seketika Senyuman Melengkung Di Bibirnya Resyah Pudar Begitu saja Saat Mendengar Perkataan Reyhan, Bahkan Sebelumnya Ia Tidak Pernah Mendengar Reyhan Berbicara Dengan Nada Tinggi Kepadanya.

Kedua Bahunya langsung Merosot begitu saja. "I-iya bang..." jawab lesu Resyah langsung Masuk kedalam Masjid Tanpa Melihat Ke Arah Abangnya Terlebih Dulu.

...*****...

"Kamu kenapa Resyah?" Tanya umi Vara Melihat Gadis di sampingnya itu Seperti sedang Tidak baik baik saja.

"Gapapa kok, umi" Jawab Resyah yang Berusaha menutupi Kesedihannya di hadapan Uminya sendiri.

Padahal Tanpa Resyah Menjawab Pertanyaannya, Umi Vara Sudah Lebih Dulu Mengetahui Putri Kecilnya Itu Sedang Tidak Merasa Baik Baik Saja Dari Tampang Raut Wajah Resyah Yang Terlihat Murung. Tapi Kenapa?, Apakah Berkelahi Dengan Abangnya?.

Setelah Mereka Selesai Dengan sholatnya, Kini Kedua Insan Tersebut Bergegas Untuk Kembali Ke Ndalem.

Resyah Yang melihat Abangnya sedang berada di Sofa Ruang tamu Lantas Memasang Kembali Raut Wajah Cemberutnya.

"dek, sini" Ajak Reyhan Menepuk Beberapa kali Sofa Yang Berada Di Sampingnya Tatkala Menyuruh Adiknya Untuk Duduk Bersamanya.

Tetapi Sepertinya Resyah Hanya Menghiraukan Ajakan Abangnya Dan Segera Melangkahkan Kakinya Menuju Kamar Miliknya Dengan Hanya Menundukkan Kepalanya.

Reyhan Mengerutkan Keningnya Saat Melihat Tingkah Adiknya Yang Tampak Hanya Cemberut Saja.

Tanpa Berlama-lama, Reyhan Segera Bergelut Dengan Benak Pikirannya. Barulah Sesaat Kemudian, Dirinya Menyadari Bahwa Sepertinya Resyah Sakit hati Atas Kejadian Tadi Di Masjid.

Kini Reyhan Menjadi gelisah atas kesalahannya Terhadap Resyah Karna Berbicara Dengan Nada tinggi seperti Beberapa Jam Yang Lalu Tersebut, ia Pun berpikir bagaimana cara agar Adiknya mau memaafkan Dirinya Atas Kesalahannya Itu.

Beberapa jam kemudian...

Reyhan menghampiri lantai dua dan Berakhir Berdiri Tepat di Depan Ambang pintu kamar Adiknya.

"Rey, Abang boleh masuk ya" Ucap Reyhan Dengan lembut Seraya Mengetuk Beberapa Kali Pintu Jati Yang Berada Di Hadapannya.

Reyhan tidak mendapatkan jawaban dari Dalam Kamar adiknya. Setelah Beberapa Menit, Barulah Resyah Membuka Suaranya.

"Ga, Abang Pergi aja dari sini" Jawab Tegas Resyah yang Masih mengingat kejadian Beberapa Jam Yang Lalu.

"Jangan gitu Resyah, Abang bawa Eskrim untuk kamu" Ucap Reyhan Yang Masih Berusaha Membujuk Adiknya Agar Membukakan Pintu Untuknya Dengan Cara Membawa Eskrim.

Sontak Resyah Dengan Sangat Antusias Berjalan Dan Membukakan pintu untuk Abangnya, Yang Pertama Kali Menjadi Pandangannya Adalah Melihat dua Buah Eskrim di Kedua Tangan Reyhan.

Tetapi Hal Tersebut Tidak Berlangsung Lama. Resyah Terperanjat Kaget Sekaligus Merasa Khawatir Tatkala Melihat Wajah Reyhan Yang Terus Mengeluarkan Darah Segar Dari Bibir Yang Kian Mengucur Sampai Ke dagunya.

Sontak Resyah Yang Melihat Kondisi Abangnya Seperti Babak Belur langsung menghiraukan Eskrim Yang Tadinya Membuat moodnya kembali. Tetapi apa yang ia dapat Sekarang?, Malah Di Buat khawatir.

"Abang, itu.... k-kenapa bang" Tanyanya Dengan kekhawatiran Seorang adik.

"Duh, Gue nggak nyadar lagi" Batin Reyhan.

Resyah Menautkan Kedua alisnya Dengan Perasaan Berdecak Sebal Karna Abangnya Tidak Menjawab Pertanyaannya, Melainkan Cowok Itu Hanya Terdiam. "Bang!" Sentak Resyah Berhasil membuyarkan Lamunan Reyhan.

Dengan Antusias Reyhan Mengangkat Tangannya Untuk Menghapus Darah Segar yang Mengucur Dari Bibirnya. "Hah? Ohh ini, Tadi Digigit nyamuk" Elak Reyhan Yang Berusaha Berbohong Kepada Adiknya Seraya Menyengir Kuda.

Reyhan Lebih Baik Berbohong Kepada Resyah, Di Bandingkan Membuat Adiknya Mengkhawatirkan dirinya Jika Ia Menjawab Jujur Pertanyaan Tersebut.

"Emang kata Abang Aku orang bodoh, ya? ayo Masuk bang, Resyah obatin" Cletuk Resyah Langsung Menarik Pergelangan tangan Kanan Abangnya Agar Ikut Masuk Kedalam Kamarnya.

Flashback on

"Eskrim Yang Tidak Jauh Dari Sini di mana, ya" gumam Reyhan yang Terus memikirkan adiknya Serta Merasa Bingung Sebab Kedua Kantin Pesantren Sudah Tutup, Sehingga Dirinya Harus Pergi Kemana Lagi Untuk Mencari Warung Lainnya Yang Masih Buka Di Malam Hari Seperti Ini.

Reyhan Terus Berjalan berniat menuju gerbang keluar Pesantren, ia Akan mencari Warung Hanya Untuk Membeli Eskrim Agar Dapat Membujuk Adiknya.

Kini Seluruh Santri pun sudah masuk ke Dalam Asramanya Masing masing setelah sholat isya selesai, Tidak Ada Yang berlalu lalang Sehingga Membuat Area Pesantren Hidayatullah Kian Terlihat Sangat Sunyi.

Setelah Menempuh Perjalanan, Saat Ini Reyhan Telah Sampai di gerbang pesantren yang lumayan jauh dari Jangkauan Ndalem. untung Saja Terdapat penjaga di sana, Sehingga ia bisa Lebih Mudah Menanyakan warung Yang Terdekat Dari Pesantren.

"Assalamualaikum pak, warung dekat sini di mana?" Tanya Reyhan Dengan Sedikit Menundukkan Kepadanya Sebagai Rasa Hormatnya Kepada Yang Lebih Tua Darinya.

"Waalaikumus salam. di Sebrang Sana Ada gus, Tetapi Lumayan Jauh" jawab Penjaga Yang Berada di hadapan Reyhan.

"Gus Reyhan ngapain malam malam Begini Keluar, ingin Mencari Beli Apa?" tambah penjaga itu yang Bertanya.

"Mau beli eskrim untuk adik saya, pak. Tolong bukakan gerbangnya Sebentar, ya" Titah Reyhan Dan Di Angguki Oleh Penjaga Tersebut.

Setelah Kunci Gerbang Sudah Di Lepaskan Oleh Penjaga itu, Reyhan berhasil keluar dan Melihat lihat Warung Yang masih buka di pinggir jalan.

Reyhan Melihat Terdapat Warung yang masih buka Di Sebrang Sana. tidak ingin membuka waktu Berlama lama Keluar Di Malam Hari Seperti Ini, Dirinya Menghampiri Dan membeli Dua Eskrim Rasa coklat dan strawberry untuk Adiknya itu.

Sepanjang Jalan, Reyhan Hanya Merasakan Hawa Yang Sangat dingin Menusuk Seluruh Tubuhnya Dan Membuatnya Menggigil Dengan Memeluk Tubuhnya Sendiri. Setelah Beberapa Menit Berjalan Dan Hampir sampai di gerbang pesantren, tiba tiba Saja Terdapat Sumber Suara Tegas Dari belakangnya.

"Woyy berhenti loh!" Triak Seorang cowok Memakai Pakaian Serba Hitam dengan Dua Temannya Yang Berada Di Samping Cowok Itu.

Mereka Segera Menggegas Motor Sport Hitamnya Dengan Laju Kecepatan Tinggi  Seperti ingin Mengejar Reyhan.

"Alahh, kenapa harus sekarang sih!" Batin Reyhan Berdecak Sebal.

Cowok itu berhasil Menjangkaunya Dan tepat Berdiri di hadapan Reyhan.

"Mati loh sekarang, Rey" Ucap Salah satu cowok Di Hadapan Reyhan. kemungkinan Cowok Tersebut Adalah Ketua Dari Antara Kedua Cowok Lainnya.

"Loh harus tanggung jawab atas semua kesalahan Abang loh!" cowok itu kembali Berbicara Dengan Sorot Mata Seperti Sedang Menahan Amarah Yang Hampir Meluap-luap.

Reyhan memang jago berkelahi. tetapi saat ini tidak tepat Waktunya, Karna Benak Pikirannya juga Sedang Tertuju Kepada adiknya Dan Berhasil Mengganggu Konsentrasinya.

Tanpa Reyhan sadari...

Cowok itu tiba tiba Saja melesatkan tinjauannya di Rahang Reyhan Dengan kuatnya, bagaimana Reyhan bisa melawan kalau begitu??.

"Jangan sentuh Adik gue, Dion!" Triak Seorang Cowok yang Tiba tiba Saja Datang entah dari mana.

Reyhan Menoleh Dan Melihat Ke Arah Cowok Kekar Bersama Dua Cowok Lainnya Mendekati Dirinya. Ya, Itu Adalah Abangnya, Rayan Bersama Kedua Sahabatnya.

Cowok itu Sejak Tadi Memang memantau Dari Depan Gerbang Pesantren Dengan Jarak Yang Cukup Jauh Dari Sana, Kini Rayan Di Temani Oleh Kedua Sahabatnya. karna Ia Mempunyai Firasat Mengenai Dion dan teman temannya Pasti Akan datang kesini dan Membuat Kerusuhan Lagi, Sehingga Rayan Memutuskan Untuk Mengikuti Mobil Yang Di Gunakan Keluarganya Untuk Menuju Pesantren Hidayatullah Dengan Jarak Yang Cukup Jauh.

Sore tadi, Dion melihat Mobil Yang keluar dari Perkarangan Rumah besar minimalis yang akan Pergi Entah Kemana. Dirinya sudah pastikan Akan Terdapat Seseorang yang sedang ia incar di Dalamnya, Dan Firasatnya Sangat Benar. Dion Berhasil membuntuti Mobil Alphard tersebut Sampai Pesantren Hidayatullah Lalu Bersembunyi Dengan Jarak Yang Cukup Jauh Dari Gerbang Utama.

Rayan Mendekati Dion dan langsung melesatkan Tinjuan di Rahang Dion Dengan lebih kuat Di Bandingkan Pukulan Yang Cowok Itu Berikan Kepada Reyhan, Rayan tidak Ingin Memberikan Celah Sedikitpun Untuk Dion Membalas pukulannya. Sedangkan Kedua Sahabatnya Membantu Untuk Melayangkan Pukulan Kepada Dua Insan Temannya Dion.

Dion Xavier Mavender Adalah Pria Yang selalu Menganggap Keluarga Alexandra Musuh bebuyutannya.

Beberapa Saat kemudian, Kini Dion Sudah Terhampar di tanah Serta Banyak luka yang Berhasil Rayan berikan kepadanya. Tak Berselang Lama, Dion dan teman temannya mengakui kekalahannya Dengan Mereka Yang Langsung Pergi Dari hadapan Rayan Dan Melajukan Motor Mereka Dengan Laju Sekencang mungkin.

Setelah Melihat Punggung Dion Dan Teman Temannya Itu Sudah Menghilang Dari Pandangannya. Rayan menghampiri adiknya Dan Melirik Kedua Eskrim Yang Berada di Genggaman Tangan Reyhan. Sesaat Kemudian, Rayan Mengetahui Eskrim itu Akan Di Berikan Kepada Siapa, Jika Bukan Untuk Adiknya, Resyah Yang Sedang Ngambek Terhadap Abangnya. Reyhan Tidak Akan Rela Sampai Keluar Malam Hari Seperti ini.

Rayan Dan Reyhan Sangat Mengetahui kesukaan Adiknya, Mereka selalu membelikan Kesukaan Resyah di waktu yang tidak tepat sekalipun. Hal Tersebut Bagi Mereka Tidak Masalah, Jika Membuat adiknya Tidak marah Ataupun Ngambek Terhadap Kedua Abangnya.

"Ada yang sakit nggak, Rey?" Tanya Rayan Seraya memperhatikan Tubuh Reyhan terluka Atau tidak.

"Ga bang, Makasih ya. Abang kok ada di sini?" Tanyanya Sembari Mengerutkan Keningnya.

"Abang Sudah menduga Mereka Pasti Akan kesini, Maka Dari itu Abang kesini untuk menjaga Dan Memastikan Tidak Terjadi Apapun Pada kalian" jawab Rayan.

"Yaudahh cepat masuk, Dan Reyhan jangan bilang kalau Abang ada di sini ya, Apa lagi Bilang ke Resyah" Tambah Rayan Dan di Angguki oleh Reyhan.

Kini Reyhan Melangkahkan Kakinya Menuju Gerbang Masuk Pesantren Setelah Mengucapkan Salam Kearah Mereka Yang Juga Memperhatikannya Dari Kejauhan.

Flashback of

Resyah dan Reyhan Duduk di Tepi Sisi Ranjang Milik Adiknya. Sorot Wajah Resyah Terlihat sangat khawatir dengan apa yang terjadi dengan Abangnya itu. Ia Menanyakan Terus Menerus apa yang Telah terjadi oleh Abangnya, Tetapi Resyah Tidak Mendapatkan Jawaban Melainkan Hanya Senyuman Lebar yang Terukir Di Bibir Reyhan Dengan Beberapa kali Mengidikkan Kedua Bahunya.

"Aku turun Dulu ya, Mau Ambil Kompresan. Abang Tunggu sini" Ucap Resyah Sebelum Beranjak Pergi Dari Sana Lalu Melangkahkan Kakinya Menuju Dapur Untuk Mencari Kain Tipis Serta Air Hangat Untuk Mengompres Bibir Abangnya.

Setelah Beberapa Menit, Resyah berhasil Menemukan kain Tipis Serta Sebuah Baskom Kecil Yang Berisikan Air Hangat. Ia Kembali Beranjak Pergi Dari Dapur Dan Melangkahkan Lebar Kakinya Menuju Kamarnya. Setelah Sampai Di Dalam Sana, Dirinya Kembali duduk di samping Abangnya.

"Sini Bang, aku obatin" Ucap Resyah Seraya Membasahi Kain lembut Itu Dengan air hangat.

Setelah Merasa Kainnya Sudah Cukup Basah Lantas Dapat Di Gunakan Untuk Mengompres, Ia Segera Mengangkat Tangannya Untuk Menyentuh Bibir Reyhan Mengunakan Kain Tipis Tersebut.

"Arghww, Pelan pelan dek" Protes Reyhan Yang berpura pura meringis kesakitan kepada Adiknya.

Resyah Mengangguk. "iya, Tahan Dulu" Ucapnya.

Tak Berselang Lama, Resyah Telah Selesai Mengompres Bibir Abangnya, Lalu Beranjak Pergi Dari Kamar Menuju Ke Dapur Untuk Menaruh Kompresan Itu Lagi.

"Yah, eskrimnya pengen mencair" Gumam Reyhan Saat Melihat Eskrim Di Genggamannya Itu Hampir Saja mencair.

Resyah Sudah kembali dari bawah Lalu Duduk di Samping Abangnya. Dia Pun Masih dapat Mendengar Perkataan Reyhan Walaupun Suaranya Pelan.

Reyhan Mengulurkan dua Buah Eskrim Ke Hadapan Resyah. "Nih Rey, Untuk kamu. tapi agak mencair dek" Ucap Reyhan kepada Adiknya.

Dengan Antusias Resyah Mengambil Salah Satu Eskrim Itu Dengan Tersenyum Manis. "Iya Nggak Papa, Makasih ya bang"

"Maafkan Abang Soal Tadi sore, Abang khilaf Dek. Maafkan Abang kamu ini."

Setiap Malam Reyhan Akan terus Di Hantui Dengan Rasa Bersalah Jika Belum Meminta Maaf Atas Kesalahannya Kepada Resyah.

"Iya gapapa bang, aku maafin kok" Balas Resyah Dengan Pandangan Tetap Kearah Eskrim Seraya Membuka Bungkusan Eskrim Di Tangannya.

"Trus ini Abang kenapa? Kok bisa sampai berdarah Gini sih? ceritain Bang" Kepo Resyah Yang Penasaran Akan Apa Yang Telah Terjadi Dengan Abangnya Hingga Mengeluarkan Darah seperti Tadi.

"Gapapa... Sudah kamu sekarang istirahat" Ucap Reyhan Langsung berdiri Dari Duduknya, Lalu Meninggalkan Kamar Resyah Karna ia tidak Ingin Menjawab pertanyaan Adiknya Itu.

Resyah Mengerutkan Keningnya Bingung Seraya Dengan Bibirnya Yang Terus Melahap Eskrim Pemberian Abangnya.

"Assalamualaikum, good night princess" Ucap Reyhan Yang Tiba Tiba Saja Memunculkan Kepalanya Di Antara Pintu Jari Kamar Resyah.

Resyah Mengangguk Kecil. "Waalaikumus salam, Too" Jawab Resyah Melihat Punggung Abangnya Itu Perlahan Sudah Menghilang dari Balik Pintu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!