NovelToon NovelToon

Cinta Setelah Pernikahan

Sah

Pipik Candrawati melangkah memasuki kamar Putrinya, Ia mendapati Raisya yang sedang mengoleskan kream diwajahnya.

" Assalamu'alaikum sayang, apa Umi ganggu. "

Raisya menggeleng, Ia pun mendekat pada Ibunya yang duduk di sofa

" Ada apa Umi, apa ada kabar tentang Ayah. " Tanya Raisya pelan.

Umi Pipik agak ragu untuk mengutarakan maksudnya pada Raisya, namun ini adalah permintaan suaminya.

" Umi, rasanya waktuku tidak lama lagi. Tolong nikahkan anak kita dengan Hasan, hanya Dia Pria yang Ayah percaya untuk menjaga anak kita. "

Umi Pipik menghela nafas, ini mungkin bukan jalan yang terbaik, namun juga Ia tidak ingin mengecewakan suaminya.

Kemarin juga pihak Hasan, yaitu Ayah dari Hasan juga sudah meminta dengan baik- baik agar Putri Umi di jodohkan dengan Putra mereka.

" Kondisi Ayah semakin melemah, kata Dokter mungkin umurnya tidak akan lama lagi. Penyakit yang diderita Ayahmu sudah menjalar ke organ tubuh yang lain, untuk itulah tidak ada yang bisa kita lakukan selain berserah kepada yang maha Kuasa. Juga... . juga sebisanya kita membuat hati beliau bahagia, itu akan memperlambat penyebaran penyakitnya. "

Raisya sangat bersedih, bagaimana pun juga Ia sejak kecil sangat dekat dengan Ayahnya itu.

" Nak, Ayah menginginkan kamu agar kamu menikah dengan anak dari sahabat Ayah. Kemarin Ayahnya datang kerumah sakit langsung guna melamarmu menjadi menantu mereka, dan Ayah menyetujuinya. "

Raisya menahan nafasnya sejak tadi, bagaimana Ia menikah dengan orang lain yang tidak Ia kenal, bahkan saat ini Ia masih mengharapkan cinta pertamanya datang melamarnya.

Namun disisi lain Ia tidak mungkin menolak keinginan sang Ayah, apalagi mengingat apa yang dikatakan Dokter. Bahwa salah satu cara agar mereka masih bisa melihat Ayahnya adalah membuat hatinya selalu bahagia.

" Tapi Umi, apa harus menikah dengannya. Sya bahkan tidak mengenalnya, bagaimana Sya bisa menjalani hidup bersamanya. "

Umi Pipik meraih tangan Putri satu- satunya anak yang Ia punya. Di elusnya tangan itu perlahan memberi rasa nyaman disana.

" Tidak perlu buru- buru Nak, kita bisa tunggu sampai Ayahmu sembuh meskipun Umi juga tidak tau kapan. Atau kamu bisa melihatnya dulu, mungkin kamu bisa mempertimbangkannya, apa mau menerimanya atau menolaknya. "

Umi Pipik mengeluarkan ponselnya dan mencari foto Pria yang akan menjadi calon menantunya itu.

" Ini orangnya sayang. "

Raisya dengan malas melihat ke layar ponsel Uminya yang sedang menyala, Raisya membelalakkan matanya melihat foto siapa yang ada dilayar ponsel Uminya.

" Ya sudah, kamu istrahat saja dulu Nak. Umi kembali kerumah sakit lagi menjaga Ayahmu, tolong pertimbangkan. Ini demi kebahagiaan Ayahmu, setidaknya meskipun Ia tidak bisa lama tapi diakhir hidupnya Ayahmu berbahagia ketika melihat Putrinya menikah dengan Pria pilihan Ayahmu sendiri. "

Raisya tersenyum pada Uminya sebelum beliau keluar dan menutup pintu dari luar.

Hal yang ditunggu- tunggu pun tiba, dengan duduk di atas kursi roda, Pak Ahmad Riswanto menikahkan Putri tercintanya pada Pria pilihannya.

" Ananda Hasan Sadikin, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Putri kandung saya, Raisya Putri binti Ahmad dengan Mas kawin seratus gram emas dan juga seperangkat alat sholat dibayar tunai. "

Dengan satu tarikan nafas, Hasan melafaskan akad nikahnya untuk Raisya Putri dari sahabat Ayahnya.

Kata Sah terdengar riuh dari tamu undangan yang hadir, di balik cadar Raisya tersenyum menyambut status baru dalam hidupnya. Kedepannya suka atau tidak, kuat atau tidak Ia akan tetap melayani suaminya itu.

Beberapa yang hadir disana meminta Hasan untuk melepaskan penutup wajah yang di kenakan Raisya, dengan jantung berdebar Hasan membuka cadar wanita yang sudah sah menjadi Istrinya itu.

Hasan terkesima ketika melihat wajah cantik Istrinya, mereka memang menikah dengan jalur perjodohan. Namun wajahnya tiba- tiba memucat ketika dari jauh Ia melihat kekasihnya yang sudah membersamai nya selama lima tahun lamanya.

Nasib mereka tidak seberuntung Raisya yang mendapat restu, Hasan sudah berulang kali meminta restu pada kedua orang tuanya agar bisa menikahi kekasihnya namun kedua orang tuanya seakan tidak respect sama sekali pada Lusi kekasihnya.

Hasan ingin mengejar Lusi namun di tahan oleh Ayahnya karena tidak nyaman dengan keluarga Ahmad, ketika pengantin meninggalkan acara pernikahannya sendiri.

" Tapi Ayah. " Bisik Hasan.

Ayah Hasan dengan sangat keras melarang Hasan meninggalkan acara pernikahan dan alhasil Hasan hanya bisa menurut.

Waktunya memasangkan cincin di jari masing-masing, Raisya memasangkan cincin di tangan suaminya begitu juga sebaliknya.

Sorakan dari semua yang hadir disana membuat Raisya malu, apalagi mereka meminta agar Hasan mencium kening Raisya.

Hasan masih memandang keluar memastikan kekasihnya tidak ada disana, dan dengan secepat kilat Ia mendaratkan ciuman di kening Raisya. sorakan kembali terdengar.

Bab. 2. Pindah rumah

Setelah melayani para tamu undangan yang ingin bersalaman dan di sambung foto bersama akhirnya acara pun berakhir, Hasan menjadi gugup ketika berada satu ruangan dengan Raisya. Berbeda dengan Raisya, Dia nampak sudah bisa menerima perjodohan itu.

" Mas, apa Mas mau mandi. Biar Sya siapkan air hangatnya dulu. "

Hasan dengan cepat menggeleng, Ia tidak ingin apapun saat ini.

" Tidak usah buat apapun Sya karena aku akan pulang sekarang. " Tolak Hasan

Raisya sedikit bingung mendengar ucapan Hasan, Ia bertanya sekali lagi untuk memastikan kebenaran pendengarnya.

" Apa maksudnya Mas, Mas mau pulang kemana. " Tanya Raisya.

Hasan menatap Raisya intens, walau hanya sesaat dan kembali memandang kearah lain.

" Aku pikir ucapanku cukup jelas dan tidak harus ku ulang untuk yang kedua kali, benar jan Sya. "

Raisya menghela nafas, mungkin Ia harus bersabar dengan keadaan sekarang.

" Mas, ucapan nya jelas tapi maksud dari ucapan Mas itu yang aku tidak mengerti. Bukankah ini malam pertama kita, kenapa Mas ingin pulang. "

Hasan bergidik ngeri mendengar kata malam pertama dari wanita cantik yang sudah resmi menyandang predikat Nyonya Hasan.

" Jangan ucapkan kata itu lagi, di antara kita tidak ada yang spesial. Hubungan ini ada hanya karena sebuah perjodohan. "

Raisya mengangguk pelan dengan bibir di manyunkan, andai pernikahan itu ada rasa cinta mungkin Hasan tidak akan menyia- nyiakan bibir manis itu menganggur.

" Baiklah, lalu Mas mau pulang kerumah sekarang. " Tanya Raisya dan di angguki oleh Hasan.

Raisya mengajak Hasan menemui orang tuanya untuk mengatakan keinginan suaminya itu.

" Tapi bagaimana mungkin, ini malam pertama kalian. Akan terlihat aneh kalau pasangan suami Istri tidur di tempat terpisah. "

Raisya melirik suaminya, Ia bisa memahami kalau suaminya mungkin tidak nyaman di tempat baru.

" Umi, Mas Hasan bukan pulang sendiri tapi bersama Raisya. Raisya yang ikut Mas Hasan kerumahnya, bukankah itu lebih baik Umi. "

Hasan terkejut, Ia berharap bisa pulang kerumahnya seorang diri malah kenyataan nya Raisya pulang bersamanya.

Tapi kalau Ia menolak pasti mertuanya tidak akan mengijinkannya pulang, akhirnya keduanya pulang ke kediaman Hasan.

" Hati-hati di jalan, Hasan tolong titip anaknya Umi ya. "

Hasan mengangguk dan menciuk punggung tangan Umi dari Istrinya. Sepanjang jalan tidak ada yang mengeluarkan kata- kata, masing-masing diam seribu bahasa.

" Tidurlah disana, aku mau kebawah dulu sebentar. "

Raisya menurut saja, Ia melangkah ke sisi ranjang dan merebahkan tubuhnya disana, tak lupa Ia menarik selimut untuk menutup tubuh bagian bawahnya.

Hasan turun ke lantai bawah dan diam- diam keluar, ternyata Ia menemui kekasihnya yang sudah menunggunya di dalam mobil.

" Ah sayang, akhirnya kamu keluar juga. Kamu tau nggak, aku hampir karatan nungguin kamu disini. "

Hasan tersenyum lebar melihat wajah merajuk kekasihnya.

" Sudahlah sayang, yang penting kan sekarang aku sudah ada disini. "

Lusi cemberut, Ia masih tidak menyangka kalau kekasihnya akan menikah dengan orang lain bukan dengannya.

" Tapi sayang, apa yang harus aku lakukan sekarang. Rasanya aku ingin mati saja, apalagi ngebayangin kamu. Aku tidak sanggup, pasti kamu bersenang-senang dengannya kan sementara aku, aku tersiksa seorang diri. "

Hasan tidak suka mendengar ucapan yang keluar dari bibir Lusi, Ia kemudian berjanji akan tetap setia padanya walau apapun yang terjadi.

" Sayang, dengarkan aku baik- baik. Aku tidak akan berbuat macam- macam dengannya, aku pun akan menjaga selalu hatiku hanya untukmu. "

Lusi menatap kekasihnya seakan tidak percaya, bagaimana mungkin sepasang suami istri yang sudah halal tidak saling bersentuhan.

" Kamu yakin sayang, bahwa kamu tidak akan tergoda dengannya. "

Hasan mengangguk mantap, Pria itu memang sangat mencintai kekasihnya namun hubungan mereka tidak bisa bersama karena terhalang restu.

" Sayang, kenapa kita tidak menghabiskan waktu malam ini berdua saja. Aku ikhlas memberikan sesuatu yang berharga dalam hidupku untukmu sayang. "

Hasan menggeleng pelan, merusak masa depan seorang wanita itu sama sekali tidak ada di dalam kamusnya. Meskipun dengan alasan cinta.

" Tidak sayang, aku tidak ingin menodai ikatan cinta cinta. "

Lusi mengelus bagian paha Hasan membuat Pria yang baru saja mengucapkan ikrar pada wanita lain itu menahan gejolak di hatinya.

" Apa kamu tidak mencintaiku sayang, sehingga kamu tidak ingin melakukan itu denganku. "

Hasan menggeleng, susah payah Ia menahan diri agar tidak terjerumus dalam dosa besar.

" Justru karena aku mencintaimu, itulah sebabnya aku tidak ingin menghancurkan masa depanmu. Tunggu aku sayang, aku akan mencari jalan keluar buat kita berdua. Kamu masih ingin kan berjuang bersamaku, tunggulah aku menyelesaikan semuanya. "

Setelah sepakat akhirnya Hasan turun dari mobil Lusi, dan kekasihnya itu melanjutkan perjalannya pulang ke rumahnya.

Hasan menatap gedung tinggi di depannya, di lantai dua ada lampu yang menyala, disanalah kamarnya berada.

" Ini yang kamu lakukan di malam pernikahanmu San, pergi diam- diam menemui wanita liar itu. Ayah tidak suka kalau kamu terus berhubungan dengannya. "

Hasan menatap Ayahnya tajam, Ia masih belum bisa menerima semua yang terjadi hari ini.

" Cukup Yah, jangan panggil Dia wanita liar. Ayah tau kalau dari dulu akau sangat mencintainya. Papa dan mama saja yang keterlaluan, kenapa Papa tidak merestui hubunganku dengannya dan malah menikahkan aku dengan seorang wanita seperti Raisya. "

Ayah Hasan menatap Putranya malas, Ia melangkah masuk meninggalkan Putranya seorang diri diluar.

" Hasan, kelak kamu akan berterima kasih sama Mama dan papa karena melaksanakan perjodohan ini. " Batin sang Ayah.

Merasa tenang Hasan baru masuk kedalam rumah, Ia berniat tidur di depan TV namun dilarang Ayahnya.

Sarapan pertama di rumah mertua

Hasan yang ingin tidur di sofa ruang tengah akhirnya mengurungkan niatnya karena mendapat teguran dari sang Ayah. Dengan langkah gontai Hasan memasuki kamarnya, Ia memandangi wajah cantik Istrinya yang tertidur dengan pulas, mungkin karena kelelahan selama dua hari ini. Gadis cantik itu ikut turun tangan langsung menyiapkan persiapan pernikahannya.

Hasan mengambil satu bantal dan juga selimut, kemudian beralih ke sofa dan berbaring disana. Ia membayangkan wajah cantik wanita yang sangat dicintai nya, perlahan matanya mulai ngantuk dan memasuki alam mimpinya.

Raisya mengerjabkan mata dan meraba posisi di sampingnya namun tidak menemukan apapun, Ia perlahan duduk dan mencari dimana keberadaan suaminya itu.

Matanya tertuju pada sofa dimana suaminya itu tidur, Ia melangkah pelan dan jongkok di depan suaminya.

Dalam hati Ia bertanya apa yang terjadi pada suaminya sehingga memilih tidur di sofa, di bandingkan tidur dengannya.

Ingin membangunkan namun hati kecilnya tak tega, Ia berpikir kalau suaminya saat ini sedang lelah, sama seperti dirinya.

Raisya hanya memperbaiki selimut Hasan dan kembali tidur di ranjang.

Pagi-pagi sekali Raisya sudah bangun, Ia membangunkan suaminya untuk menunaikan ibadah berjamaah.

" Mas Hasan, bangun Mas. "

Dua tiga kali Raisya membangunkan suaminya akhirnya Hasan membuka mata, Ia terkejut melihat kehadiran wanita lain di kamarnya dan dekat dengannya.

" Pergi, jangan mendekat. " Usir Hasan spontan.

Raisya sampai terdorong kebelakang, untung saja kepalanya tidak terbentur meja kecil yang tidak jauh dari sana.

" Mas, ada apa. Aku ini Istrimu, aku Raisya. "

Raisya bangkit dan menatap suaminya bingung, begitu juga dengan Hasan. Ia mulai menyadari kekeliruan nya namun tidak ingin minta maaf.

" Jangan terlalu dekat- dekat. " Ucap Hasan yang seolah ilfeel pada Raisya.

Raisya mengangguk dan mengangkat kedua tangannya kedepan.

" Oke, Oke. Aku tidak akan mendekat. Mas, aku hanya mengingatkan, waktu subuh sebentar lagi habis. Mas mau sholat atau mau lanjut tidur. "

Hasan bangun dari tidurnya namun bukan berdiri, Ia memilih duduk di sofa.

" Kamu duluan saja, nanti aku nyusul. "

Raisya enggan berdebat atau bahkan sekedar bertanya mengapa suaminya itu tidak ingin sholat berjamaah dengannya.

Hasan memandang gerak gerik Raisya, setiap gerakan sholat Istrinya tak luput dari pandangannya. Sampai Raisya menyudahi sholatnya, Hasan tetap tidak beranjak dari sana.

" Aku kebawah dulu, mau bantuin Umi. Mas mau sarapan apa. "

Hasan menatap Raisya dengan tatapan aneh, Ia tidak yakin kalau makanan yng di masak wanita itu akan enak.

" Masak apa saja, aku tidak pilih- pilih kalau soal makanan. " Jawab Hasan.

Raisya mengangguk dan berjalan keluar, sementara Hasan hanya menatap kepergian Raisya dengan tatapan tidak yakin.

"Hm, kita lihat saja bagaimana hasilnya. " Ucap Hasan dengan bahu terangkat keatas begitu juga dengan bibirnya yang masa bodoh.

Raisya menuju dapur ternyata disana sudah ada Umi dan juga seorang asisten rumah tangga yang di pekerjaan di rumah itu.

" Assalamu'alaikum Umi. "

Umi Salamah terkejut, Ia menoleh dan melihat Raisya yang tersenyum padanya.

" Waalaikum salam Nak, kok kamu turun sih. Di kamar saja sama Hasan, biar nanti Umi panggil kalau sudah waktunya sarapan. "

Raisya menggeleng pelan, Ia sudah terbiasa di rumahnya menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan semua penghuni rumah. Raisya adalah anak orang berada, bahkan lebih terpandang di bandingkan dengan keluarga Hasan.

Namun Raisya anak yang mandiri, Ia tidak pernah ingin merepotkan orang lain. Semua keperluan nya Ia siapkan sendiri.

" Nggak apa- apa Umi, Sya sudah terbiasa di rumah Umi. Oh ya, biasanya Mas Hasan sarapan apa, biar Sya saja yang buat. "

Bibi dan juga Umi Salamah saling pandang, keduanya antara yakin dan tak yakin alias ragu bahwa Raisya akan mampu mengeksekusi menu sarapan pagi ini.

Umi mengatakan pada Raisya menu apa yang di sukai suaminya dan wajib ada di setiap harinya.

" Bisa Sya saja yang buat Umi, InsyaAllah rasanya tidak akan terlalu buruk. "

Umi Salamah akhirnya mengijinkan, Ia meminta Bibi mengambilkan semua bahan- bahan yang ada di kulkas.

Dengan lihai Raisya mengeksekusi menu sarapan pagi ini, kebetulan apa yang di sukai suaminya Dia pun menyukainya, jadi tidak terlalu sulit.

Umi dan juga Bibi hanya menjadi penonton, keduanya tak henti- hentinya memberi kode satu sama lain.

Tiga puluh menit kemudian, beberapa menu masakan sudah tersaji di meja makan.

" Dari wanginya sih enak, tapi belum tau bagaimana rasanya. " Batin Umi Salamah.

Tidak lama kemudian, dua Pria di rumah itu keluar hampir bersamaan. Seperti biasa mereka duduk di meja makan tanpa ada yang bersuara.

Umi dan juga Raisya sama- sama melayani suami mereka dengan baik. Umi deg- deg menunggu reaksi suami dan juga Putranya, nnum kemudian Ia merasa lega karena baik suami maupun anaknya sangat menikmati sarapan pagi ini.

Husein menudahi makannya dan menelungkupkan sendok dan garpu di atas piring, meneguk air pitih yang juga sudah tersaji di meja.

" Ehm..... ehmmm.... Umi besok masak lagi seperti ini, Ayah ingin makan seperti ini lagi besok. Rasanya pas, pokonya enak. "

Hal yang sama juga di utarakan oleh Hasan, dua pria itu memuji masakan Raisya. Raisya tersenyum karena akhirnya usahanya mengeksekusi bumbu dapur di hari pertamanya berhasil, Lagi-lagi semua yang menikmati nya menyukainya.

" Ayah tanyakan saja sama menantu Ayah. Apa dia masih mau membuat masakan untuk Ayah lagi, sebelum mereka kembali kerumah mereka. "

Hasan dan Husein terkejut mendengar ucapan Umi, apalagi Hasan. Ia yang tadinya ragu sekarang tidak bisa berkutik, karena tidak bisa di pungkiri kalau masakan Istrinya memang patut di acungi jempol.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!