Suara helikopter terdengar semakin mendekati wilayah bukit yang ada di kawasan timur ibu kota. Mobil-mobil hitam pun segera menaiki jalan setapak yang ada di bukit itu. Tampak mereka saling terhubung dengan earphone yang ada di telinganya. Tak lama kemudian seseorang memerintahkan mereka untuk menyebar membentuk formasi perlindungan. Ialah Jake yang meminta kepada anak buahnya untuk melindungi wanita yang dicintainya.
"Kawasan barat bukit aman, ganti."
"Kawasan timur aman, ganti."
Begitulah yang mereka ucapkan saat memasuki kawasan bukit yang gelap di dini hari. Sambil terus melajukan mobil menuju titik pusat pertemuan.
Lilia, bertahanlah.
Sementara itu sang bos besar tampak menyalakan lampu tembaknya untuk melihat kawasan bukit yang dilintasi. Jake pun melihat ada cahaya api unggun di sana. Jake segera menuju ke lokasi. Ia berharap Lilia ada di sana.
Sementara itu...
"Aku sudah tidak tahan. Aku lelah sekali. Aku ingin tidur."
Wanita bertubuh sintal yang masih terbalut pakaian kerja itu pun tidak lagi bisa menahan kantuknya di tengah malam yang semakin larut. Sedang para pekemah yang di sana tampak mengkhawatirkan kondisinya.
"Nona, bertahanlah sebentar lagi. Suami Nona akan segera menyusul," terang salah satu pendaki pria yang ada di dekat Lilia.
"Benar, Nona. Kalau Nona tertidur, kami tidak tahu siapa yang datang. Apakah penjahat atau penyelamat. Terlebih Nona baru saja habis diculik dan dibawa ke suatu tempat yang ada di bukit ini." Mereka bergantian membuat Lilia tetap terjaga.
Jam di tangan sudah menunjukkan pukul dua pagi. Lilia pun masih berusaha keras bertahan dari rasa kantuknya. Ia lelah, sangat lelah menghadapi hari kemarin. Tak menyangka jika akan diculik dan dibawa ke sini. Hingga akhirnya suara helikopter itu terdengar di telinganya.
"Jake.... " Lilia pun tersadarkan jika Jake sudah datang untuk menjemputnya. "Jake!!! "
Ia segera berdiri, melambaikan tangan ke arah helikopter itu. Begitu juga dengan pemuda pemudi yang berkemah di sana. Mereka membantu Lilia agar pengemudi helikopter itu menyadari jika Lilia ada bersama mereka. Namun, sesuatu tak terduga kemudian terjadi. Lilia jatuh pingsan saat berusaha melambaikan tangannya.
"Nona!" Para pemuda dan pemudi yang berada di sekitar Lilia pun segera menolongnya.
Beberapa menit kemudian...
Suara ambulan terdengar melewati jalur lintas timur ibu kota. Mobil itu bergerak cepat menuju rumah sakit terdekat. Tampak Lilia yang masih belum tersadarkan dari pingsannya. Selang udara dan infus pun terhubung dengan tubuhnya. Hingga akhirnya mobil ambulan yang membawanya sampai di rumah sakit. Lilia pun segera masuk ke Unit Gawat Darurat.
Lilia, bertahanlah!
Bos besar itu tampak menemani wanitanya. Namun, ia dilarang masuk saat Lilia dibawa masuk ke dalam ruang UGD. Ia diminta menunggu untuk waktu yang belum bisa ditentukan. Jake pun duduk di kursi tunggu yang berada di luar ruangan. Ia mengusap kepalanya setelah melihat sendiri Lilia yang jatuh pingsan. Jake seperti orang yang kehilangan arah tujuan. Ia tidak tega melihat Lilia menanggung derita.
Dia terlalu jauh terlibat dalam permainan ini. Kau harus bertahan, Lilia. Kita pasti bisa melalui semuanya.
Tak lama dering telepon menyadarkannya jika ada panggilan masuk. Jake pun segera mengambil ponselnya dari saku jas lalu mengangkat teleponnya.
"Halo?"
"Tuan, dua orang terlihat melarikan diri dari arah selatan bukit. Mereka menuju sungai besar yang ada di sana. Apakah kami harus menemukan mereka malam ini juga?" tanya seseorang dari seberang teleponnya.
Jake berpikir sejenak. Ia memijat pelipis kepalanya. "Arahkan tim amfibi untuk mencari dua orang tersebut. Temukan mereka hidup atau mati. Dan beri mereka pelajaran yang setimpal," pinta Jake kepada anak buahnya.
"Baik, Tuan. Laksanakan!" Telepon itupun akhirnya terputus.
Dua orang yang menculik Lilia akhirnya teridentifikasi. Mereka menuju sungai besar yang ada di kawasan selatan bukit. Jake pun meminta tim amfibi untuk menemukan mereka. Tak lain tak bukan untuk memberi pelajaran karena telah berani bermain-main dengannya. Jake tak rela wanitanya diperlakukan semena-mena apalagi sampai menanggung derita.
Peperangan ini sudah dimulai. Peperangan besar sedang berlangsung. Aku harus meyakinkan diri dan semua anak buahku untuk memenangkan peperangan. Tidak ada jalan lain untuk mengetahui siapa dalang dari semua pembantaian selain mendapatkan bukti pasti. Aku pasti bisa memenangkannya.
Lantas Jake pun menguatkan hatinya agar tetap bertahan saat perang sedang berlangsung. Ia juga harus menguatkan hati anak buahnya agar terus berperang bersamanya. Jake harus mendapat bukti pasti dari apa yang terjadi di waktu itu. Dimana pembantaian terhadap orang-orang Petrus dan siapa dalang di baliknya. Jake harus berhati-hati sampai mendapatkan bukti yang kuat.
Dua jam kemudian...
Jake masih berada di rumah sakit. Ia belum tidur sedari pagi dan kini sudah pagi lagi. Ia tampak cemas menunggu Lilia yang belum tersadarkan. Selang infus dan udara itu juga masih terlihat terhubung di tubuh wanitanya. Jake begitu cemas hingga tidak lagi memedulikan penampilannya. Tampak dirinya yang hanya mengenakan kaus oblong putih dan celana jeans hitamnya. Jake terus menunggu Lilia tersadar.
Saat ini sudah pukul empat pagi waktu ibu kota dan sekitarnya. Keadaan rumah sakit pun tampak sepi seperti tidak berpenghuni. Sama seperti keadaan di ruang rawat Lilia. Hanya alat pendeteksi detak jantung yang terdengar. Tak ada suara, tak ada canda. Lilia terbaring lemah di atas kasur rumah sakit dengan Jake yang menemani di sisinya.
Lilia, bangunlah.
Kenangan akan bersama Lilia pun teringat kembali. Bagaimana pertemuan pertamanya dan kegigihan Lilia untuk menaklukannya. Tanpa sadar Jake meneteskan air matanya di bawah sorot lampu ruangan rawat. Ia menggenggam tangan Lilia berharap sang wanita dapat merasakan kehadirannya.
Perjalanan waktu menjadi saksi akan hati Jake yang luluh di hadapan Lilia. Hatinya kini sudah menetap dan tidak mampu berpaling lagi, setelah melewati beberapa tahap kehidupan bersama Lilia. Betapa Lilia begitu amat berharga di hatinya. Tapi ia juga tahu jika Lilia sudah terjerumus terlalu jauh ke kehidupannya. Lilia pun harus menanggung konsekuensi dari kedekatannya. Karena bagaimanapun Jake adalah benteng dari Petrus, pemilik GOC yang sebenarnya.
Segala yang berhubungan dengan Petrus pasti berhubungan juga dengan Jake. Dan segala yang berhubungan dengan Jake pasti terkena dampak dari peperangan yang sedang berlangsung. Tapi jauh di dalam lubuk hati Jake menginginkan ketenangan, kedamaian hidup sampai akhir hayat memisahkan.
Pelukan hangat, senyum ceria Lilia, canda tawa dan sikap manja Lilia begitu Jake inginkan saat ini. Jake tidak ingin melihat Lilia menderita apalagi menanggung risiko dari kedekatannya. Tapi untuk saat ini Jake harus fokus terhadap peperangan yang sudah berada di puncak. Karena akan menentukan bagaimana akhir ceritanya bersama Lilia. Dan Jake harus fokus dalam membagi waktunya. Untuk perusahaan, Petrus, Lilia, dan peperangan yang sedang berlangsung. Jake tidak boleh sampai salah langkah.
"Jake ...."
Tiba-tiba saja terdengar suara lemah Lilia yang memanggil Jake. Jake pun segera tersadar jika Lilia sudah bangun. Ia kemudian segera mendekat ke Lilia. Mendekati wajah pucat wanitanya.
"Lilia, aku di sini." Jake pun mengusap kening Lilia.
"Jake ... aku takut. Aku takut mati di tangan mereka," kata Lilia dengan nada yang lemah.
"Tidak, Beb. Tidak akan. Aku tidak akan membiarkanmu mati."
Jake pun merasa sedih mendengar Lilia berkata seperti itu. Ia menggenggam erat tangan Lilia lalu mengecupnya.
Lilia terdiam sejenak. Ia merasakan pegangan erat tangan Jake pada tangannya. Lilia pun mengangguk. "Aku berlari mencari cahaya semalam. Sampai akhirnya bertemu dengan pemuda-pemudi yang sedang berkemah itu. Mereka yang menolongku," kata Lilia lemah.
Jake mengangguk-angguk. "Ya. Orang-orangku sudah memberi imbalan yang pantas untuk mereka. Kau jangan khawatir, ya," pinta Jake kepada Lilia.
Lilia pun berusaha menoleh sepenuhnya ke arah Jake. Ia ingin melihat wajah pria yang selama ini begitu menyebalkan baginya. Tapi di pria itu juga ia menyerahkan dirinya. Tidak hanya tubuh, tapi seluruh jiwa dan raganya. Jake adalah pria pertama untuk Lilia. Pria yang dicintai dengan sepenuh hatinya.
"Jake, apakah keadaan sudah aman? Bisakah kau memelukku sekarang? Aku kedinginan."
Lilia berkata lagi yang membuat Jake segera berdiri dari kursinya. Ia segera memeluk Lilia yang masih terbaring lemah di kasurnya. Rasa sesak itu tiba-tiba menyelimuti dadanya. Jake merasa tak tega mendengar permintaan wanitanya. Jake ingin menangis saja.
Lilia, jangan berkata seperti itu. Dadaku sesak.
Lilia sendiri tersenyum di pelukan Jake. "Aku percaya padamu, Jake. Aku percaya. Jangan tinggalkan aku lagi ya," kata Lilia yang membuat Jake meneteskan air matanya.
"Sudah, Beb. Jangan banyak bicara! Atau aku akan membuat lututmu lemas pagi ini." Jake pun meminta Lilia agar tidak bicara lagi.
Lilia tertawa. Ia tersenyum di pelukan Jake.
Pagi ini Lilia akhirnya tersadarkan. Tentunya kekuatan cinta yang telah membuatnya kembali menemui kekasih pujaan. Jake pun segera melepaskan pelukannya sambil menahan air mata yang ingin keluar. Ia tersenyum kepada wanitanya. Ia usap pipi Lilia lalu mencium keningnya. Ciuman yang lama dan sepenuh perasaannya. Jake menyayangi Lilia.
Beberapa jam kemudian, pukul sembilan pagi waktu ibu kota dan sekitarnya...
Dering ponsel menyadarkan Jake yang baru saja tertidur. Ia pun segera mengambil ponsel dari saku jasnya. Ia juga melihat Lilia tengah tertidur di sana. Wanita cantik bertubuh sintal itu tertidur setelah melakukan pemeriksaan tadi pagi. Yang mana Jake juga ikut menemaninya.
Sang bos besar akhirnya dapat tenang setelah mendengar hasil diagnosa dokter. Lilia diperbolehkan beraktivitas kembali setelah tiga hari menjalani perawatan di rumah sakit. Tapi pagi ini dering ponsel itu seakan mengganggu ketenangan hatinya. Jake pun segera mengangkat telepon masuknya.
"Halo?" Jake mengangkat telepon itu sambil memijat pelipis matanya.
"Tuan, terjadi keruntuhan bangunan di pulau F. Penyebab masih belum diketahui. Namun, kerugian ditaksir mencapai ratusan juta." Seseorang dari seberang mengabarkan.
"Apa?!" Sontak Jake pun terkejut mendengarnya. "Bagaimana bisa?! Apakah tidak ada yang mengawasinya?!" tanya Jake kesal.
"Mandor pembangunan tidak berada di tempat saat kejadian, Tuan. Para pekerja juga tidak tahu jika ada yang datang ke pulau itu. Mereka sedang beristirahat semalam," tutur anak buah Jake lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!