NovelToon NovelToon

Impossible Love

1. Berlibur

Kriiiiing...

Kriiiiing...

Alarm jadul warisan Eyang kakung nya Fredi terdengar bersuara sangat berisik,

Suaranya yang nyaring berisik itu bahkan sudah seperti emak-emak yang tengah minta tolong anaknya untuk angkat jemuran karena sebentar lagi hujan akan turun,

Fredi yang semula sedang asik mimpi bertemu dengan Lisa Blackpink itupun terpaksa harus terbangun karena suara alarm warisan si Eyang kakung sudah memenuhi sepenjuru ruangan kamar Fredi,

Suaranya yang benar-benar berisik memantul-mantul dari dinding ke dinding, lalu masuk ke dalam telinga dan memantul-mantul pula di sana,

"Haduuuh... iya... iyaaaa... aku banguuun..."

Kata Fredi sambil duduk di atas tempat tidurnya dengan ekspresi tidak ikhlas,

Tampak rambut gondrong nya acak adut seperti jalan hidupku, entah sudah berapa hari rambut gondrong yang lepek itu bahkan tak terkena shampo hingga aromanya mirip ubi bakar gosong,

Fredi kemudian mengulurkan tangannya ke arah meja kecil samping tempat tidurnya, mematikan jam alarm yang ada di sana, memaksa suara berisik itu berhenti dan membuat alam semesta kembali damai,

Namun...

Jreeng... jreeeeng... jreeeeeng..

Fredi yang semula sedang asik menguap lebar sambil menggeliat, tiba-tiba saja matanya tanpa sengaja melihat jam dinding kamar dengan logo Real Madrid yang jarumnya kini sudah bergerak-gerak bergeser dari angka enam,

"Buset!"

Fredi terlonjak, manakala melihat jam dinding kamarnya itu, dan bersamaan kemudian suara klakson mobil di depan rumah kontrakan miliknya juga terdengar,

Tiiiint!

Tiiiiint!

Tiiiiiiint!!

Fredi seketika melompat dari atas tempat tidurnya, dan cepat lari ke pintu kontrakannya yang hanya terdiri dari satu kamar,

"Ayok Mas, sudah siang ini,"

Sang Driver mobil yang terparkir di depan kontrakan Fredi tampak melongok dari jendela mobil,

"Oh iya Bang, sebentar... sebentar... aku lupa Bang, sori..."

Kata Fredi gugup, lalu...

"A... aku cuci muka dulu, sebentar saja kok Bang, tidak sampai satu jam, oke?"

Fredi nyengir kuda,

Sang Driver yang mendengar tampak tersenyum kecut, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya,

Namun, untungnya Fredi termasuk pelanggan setia Pink Travel, yang menyediakan jasa antar jemput ke kota-kota di seluruh Indonesia, maka karena itulah sang driver pun akhirnya tampak mengacungkan ibu jari nya,

Fredi pun tampak cepat-cepat melompat masuk ke dalam kontrakannya lagi, menyambar handuk dan melesat seperti kecoak mau digebuk ke arah kamar mandi dalam kontrakan,

"Cuci muka saja sudah cukup... cuci muka saja,"

Kata Fredi bicara sendirian,

Yah, Fredi memang benar-benar lupa jika hari ini ia sudah pesan travel untuk menuju Jawa,

Bukan untuk mudik ke rumah orangtua, melainkan ke tempat seorang kawan yang mengundangnya liburan,

Sebagai mahasiswa abadi yang sedang gabut, Fredi saat ini memang sedang benar-benar butuh tempat berlibur yang tak biasa,

Tempat berlibur yang jauh dari hingar-bingar kota metropolitan, namun juga bukanlah tempat yang biasa-biasa saja sebagaimana di kampung halamannya,

Fredi, yang sebetulnya nama aslinya adalah Edi itu menginginkan liburan di satu daerah yang masih serba alami, dan kebetulan, seorang kawan yang ia kenal lewat media sosial itu mempersilahkan Fredi untuk datang,

"Ke tempat saya saja Mas, masih asri desanya, gadis di sini juga tidak kalah cantik Mas dengan yang ada di Jakarta, tapi di sini alami Mas, tidak pakai oprasi plastik kresek, tidak juga sulam bibir, sulam alis, sulam lubang hidung, pokoknya alami Mas,"

Begitulah yang disampaikan Slamet, seorang Kawan Fredi yang dikenal dari media sosial,

Slamet yang begitu bersemangat mempromosikan daerahnya sendiri, sambil tak lupa, ia pun mengirimkan banyak foto tentang daerahnya, yang mana bukan hanya masih banyak sawah ladang terbentang luas, namun juga barisan bukit, hingga bangunan rumah penduduknya yang mayoritas masih terbuat dari papa kayu dan juga dari bilik-bilik bambu,

"Sungai di sini juga sangat jernih, dan ada pemandian air panas belerang yang langsung dari gunung, tempatnya masih asri,"

Begitulah cerita si Slamet kawan media sosialnya Fredi dalam berpromosi, hingga membuat Fredi jadi tertarik untuk bisa datang berkunjung sekaligus berlibur.

...****************...

2. Amelia

Setelah cuci muka ala kucing, Fredi kemudian langsung memakai celana yang bekas ia pakai kemarin tanpa menanggalkan kolornya,

Dengan cekatan ia menyambar buntelan londrian yang belum sempat dibuka, diambilnya kaos yang paling atas untuk menggantikan kaos yang ia pakai semalam karena sudah bau iler,

Aroma wangi khas cucian dari tempat londri pun tercium sampai ke kutub utara, membuat Fredi yang belum mandi merasa percaya diri jika nanti di mobil travel ada cewek cantik sekalipun,

Fredi menyisir rambut gondrongnya sebentar, setelah itu mengikatnya sembarang sambil memakai jam tangan, mengambil hp dan chas-chasan memasukkannya ke dalam tas ransel hitam kebanggaannya yang ia isi dengan dua celana kolor, satu celana jeans panjang, tiga kaos oblong dan tiga ****** *****, hihihi...

Setelah merasa semua siap, Fredi pun kemudian bergegas menuju pintu kontrakannya,

Keluar dari rumah kontrakan, mengunci pintu dan kemudian memakai sepatunya sambil berjalan ke arah mobil travel yang telah setia menunggunya,

Driver travel yang tengah menghabiskan rokoknya tampak membuang puntung rokoknya dan menggilasnya hingga mati,

Setelah itu berjalan ke arah mobil sambil menyuruh Fredi duduk di kursi paling depan karena di kursi kedua dan ketiga sudah penuh,

Fredi pun lumayan lega karena ia justeru mendapatkan kursi idamannya, tentu ini adalah suatu pertanda baik jika semua sepertinya akan berjalan lancar ke depannya,

"Maaf Pak, Bu, maaf jadi ikut menunggu,"

Kata Fredi tak enak manakala ia masuk ke dalam mobil travel dan di kursi kedua dan ketiga ternyata satu keluarga,

Sepasang suami isteri dan lima anaknya yang masih kecil, dua anak kembar sekitar umur sepuluh tahun dan satu anak lagi sekitar dua belas tahun duduk di kursi paling belakang, sementara dua anak lagi yang sepertinya masih TK dan satu masih dua tahunan duduk di kursi kedua bersama orangtua mereka,

"Tidak apa Mas, sudah biasa bujangan bangunnya susah, belum ada yang ngerecokin,"

Kata laki-laki yang merupakan Bapak dari kelima anak yang sibuk dengan hp mereka, kecuali yang dua tahun saja yang sibuk makan coklat di samping sang Ibu,

Fredi tampak nyengir, nyatanya memang menjadi bujangan, hal yang paling sulit memang bangun pagi,

Kecuali jika sebagai bujangan hidupnya bersama Emak, itu tentu saja lain cerita, karena saat matahari bersinar, maka suara Emak seketika akan bergemuruh,

Driver mobil travel masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi, setelah memastikan penumpangnya tidak ada yang turun dan tertinggal, maka sang Driver pun menyalakan mesin mobilnya,

Tak usah menunggu lama saat kemudian travel pun meluncur meninggalkan depan kontrakan Fredi, menjauh menuju jalan raya utama lagi untuk kemudian langsung menuju ke Jawa,

"Nanti dekat perempatan saya turun sebentar ya Bang, belum sarapan nih, mau beli kopi sama gorengan,"

Kata Fredi,

Ya, meski si Edi begitu merantau namanya sudah menjadi Fredi, tapi sarapannya tak lantas menjadi roti,

Edi alias Fredi tetap setia dengan tahu isi, bakwan dan gorengan tempe sebagai teman ngopi di pagi hari,

"Siap Mas, saya juga belum sarapan, nanti saya nitip sekalian,"

Kata sang Driver,

"Oh kita juga ya Mas, nitip,"

Kata si perempuan yang duduk di kursi kedua, Fredi pun tampak mantuk-mantuk, ia sama sekali tak keberatan dimintai tolong beli gorengan untuk mereka sekalian, ini malah ia jadi merasa seperti pergi bersama keluarga sendiri,

Mobil meluncur menyusuri jalan raya, sang driver untuk menemani perjalanan mereka tampak kemudian menyetel lagu melukis senja nya Budi Doremi,

Alunan musik yang ringan dan syair yang menawan mengalun memenuhi mobil, mengisi pagi yang kini tampak matahari bersinar cerah,

Sampai di perempatan, seperti yang diminta Fredi, driver travel pun menepikan mobilnya ke dekat minimarket berwarna merah,

Di pelataran depan minimalis tampak gerobak gorengan bertengger memamerkan setumpuk gorengan yang menggoda iman dan takwa,

Tiga orang tampak mengantri pula di sana, menunjuk-nunjuk beberapa pilihan gorengan yang ada,

Fredi pun bersiap turun, si Ibu yang duduk di kursi kedua mengulurkan uang dua puluh ribuan, sementara driver mobil tampak mengulurkan uang sepuluh ribuan,

"Nanti saja Bu, Bang, saya talangi dulu saja,"

Kata Fredi sambil turun dari mobil,

"Oh mau kopi juga tidak Bang?"

Tanya Fredi pada bang Driver, tampak Bang Driver menggelengkan kepalanya,

"Tidak Mas, terimakasih, tadi sudah ngopi, ini tinggal minum air mineral agar ginjal tetap sehat,"

Kata si Driver sambil menunjukkan sebotol air mineral miliknya,

Tampak Fredi mengacungkan ibu jari,

"Mantap,"

Kata Fredi nyengir, lalu menutup pintu mobil travel yang ia tumpangi,

Fredi lantas berjalan menuju gerobak gorengan, mengantri satu orang pembeli lagi,

Setelah si pembeli selesai dilayani, barulah Fredi memesan tiga bungkus gorengan campur aduk,

"Wah kebetulan ada cabe rawit nih,"

Kata Fredi,

"Iya ini Mas Fredi, harga cabe lagi turun, jadi isteri belikan cabe rawit untuk pelanggan yang suka cabe rawit,"

Kata si abang penjual gorengan,

"Hmm betul itu, soalnya pakai saos kurang mantap Pak,"

Ujar Fredi sambil mencomot satu gorengan tempe yang terlihat begitu kriuk-kriuk,

"Tapi ini bakwannya nunggu sebentar ya Mas, lagi digoreng ini,"

Kata si bapak penjual gorengan,

"Iya Pak, tidak apa-apa, saya juga mau beli kopi dulu,"

Kata Fredi sambil menunjuk minimarket merah, Bapak penjual gorengan mengangguk,

"Oke Mas Fredi,"

Kata si Bapak,

Fredi cepat melangkah menuju minimarket merah sambil menggendong ransel hitam nya,

Ia juga tampak mengeluarkan hp nya dari saku ransel untuk mengirimkan pesan pada Slamet, kawan media sosialnya,

Bro, otw nih gue,

Begitu tulis Fredi pada pesan singkat yang ia kirimkan pada si kawan media sosialnya,

Meskipun Fredi tahu, jika di jam sepagi ini Slamet tidak bakal online karena ia katanya harus pergi mencari rumput untuk makan kambing-kambing peliharaannya,

Fredi masuk minimarket merah, dan seperti hari-hari biasanya, ia langsung menuju mesin pembuat kopi,

Pelayan minimarket yang sudah hafal dengan Fredi karena sering datang tampak menyapa ramah,

"Mau pergi Mas?"

Fredi yang tampak sedang sibuk menyeduh kopi sekilas menoleh ke arah pelayan minimarket yang sedang menyapu lantai,

"Oh iya Mbak, mau liburan,"

Sahut Fredi,

"Hiling ya Mas,"

Kata pelayan minimarket, Fredi pun nyengir,

Setelah selesai menyeduh kopi sesuai selera sendiri, Fredi pun menuju meja kasir, sebelum membayar, Fredi pergi ke deretan rak yang menyajikan makanan-makanan ringan untuk kemudian dipilihnya beberapa macam termasuk juga biskuit coklat merk berlapis ratusan yang fenomenal,

"Sekalian Mas roti sobek nya, beli dua gratis satu,"

Ujar si kasir saat Fredi akan membayar,

"Wah saya lebih suka gorengan Mbak, kalau roti takutnya hidung saya nanti jadi tambah mancung,"

Seloroh Fredi membuat Mbak kasir jadi cengar-cengir,

Fredi membayar belanjaannya, lalu menenteng satu kresek belanjaannya dan satu cup kopi yang masih kebul-kebul keluar minimarket,

Tepat saat Fredi sampai ke penjual gorengan, tampak bakwan baru saja selesai diangkat,

Bakwan yang potongan kobisnya terlihat berintik asik karena kering, dan warnanya juga matang sempurna,

Fredi menyeruput kopi instannya dengan nikmat, membayangkan minum kopi dengan gorengan di dalam mobil travel yang jendelanya akan ia biarkan terbuka agar angin alam masuk saja itu sudah nikmat tiada tara,

"Ini semuanya sama ya Mas? Campur-campur?"

Tanya Pak penjual, Fredi mengangguk,

Pak penjual kemudian mengambil bungkusan gorengan dari kantong kertas, lalu memasukkan gorengan-gorengan jualannya,

Sementara itu, Fredi pun bersiap mengambil uang lagi dari dompetnya, karena susah, ia pun berjalan sebentar ke belakang pak penjual di mana di sana ada bangku kayu panjang,

Fredi yang bermaksud meletakkan cup kopinya dan kresek jajanan yang ia beli di minimarket di atas bangku kayu panjang itu tiba-tiba tanpa sengaja melihat sebuah buku bergambar kartun anak perempuan yang rambutnya sedikit ikal berwarna kuning,

Buku yang seperti buku harian itu tampak terongok di atas bangku panjang pak penjual gorengan,

"Saya beli kertas dari orang ada bukunya itu Mas, tapi orangnya ditanya katanya bukan milik dia,"

Kata si bapak penjual gorengan tiba-tiba,

Fredi menoleh ke arah bapak penjual,

"Tidak ada pemiliknya?"

Tanya Fredi,

"Iya Mas, tidak ada, bawa saja Mas, kali butuh bacaan di mobil, kalau saya mah tidak suka baca,"

Kata pak penjual gorengan yang lalu terkekeh,

Fredi menatap si buku harian yang memang lumayan membuatnya tertarik,

Tapi, apa tidak apa-apa membaca buku harian orang lain?

"Kalau di travel kan suka bete Mas, main hp juga matanya kan cepat lelah,"

Kata si penjual gorengan lagi, yang kini sudah selesai dengan empat bungkus gorengan pesanan Fredi,

"Hmm baiklah, tek bawa saja Pak, bener juga bisa untuk dibaca-baca pas perjalanan,"

Kata Fredi akhirnya memutuskan,

Kebetulan memang Fredi bukan tipe orang yang candu dengan hp, jadi membaca buku memang masih menjadi salah satu kesukaannya, maka diambilnya si buku harian milik orang tak dikenal itu,

Ya, buku harian bergambar kartun gadis berambut kuning, yang saat Fredi membuka sampulnya, tertera nama si pemilik di sana,

AMELIA.

...****************...

3. Kota Bawang

...Kenapa dia selalu menatapku dengan tatapan menakutkan? ...

...Setiap kali aku makan, setiap kali aku mengambil jajan, setiap kali aku nonton TV, dia selalu menatapku dengan tatapan menakutkan, seperti aku punya salah besar,...

...Padahal aku tidak nakal, padahal aku selalu nurut kalau disuruh, padahal aku selalu rajin sekolah dan belajar, tapi kenapa dia selalu melihatku seperti membenciku? ...

...Ibu, aku rindu Ibu, kenapa Ibu pergi dari rumah? Kenapa Ibu tidak mengajakku? ...

...Ibu di mana? Aku ingin ke tempat Ibu, aku ingin pergi ke rumah Ibu yang baru....

Tampak Fredi mengerutkan keningnya saat membaca buku harian milik Amelia,

Ya Amelia, tampaknya dia adalah gadis kecil yang malang, yang mencurahkan isi hatinya atas hidupnya yang tak bahagia, begitulah Fredi berpikir,

Sementara itu, mobil masih terus meluncur, ini sudah tiga jam lebih sejak Fredi tadi pergi membeli gorengan untuk ia nikmati sebagai sarapan dalam perjalanan,

Jalan tol masih terbentang lurus ke depan, perkiraan dua jam lagi Fredi baru nanti akan sampai di kota yang ia tuju,

Rencananya Slamet, si kawan media sosialnya akan menjemput menggunakan sepeda motor di titik yang telah ditentukan sebagai tempat Fredi turun dari travel,

Sebuah toko oleh-oleh khas Brebes di mana pastinya telor asin dan bawang lah yang akan menjadi raja dan ratunya di sana,

Ya, Brebes, kota yang belum pernah Fredi singgahi meskipun konon banyak makanan enak di sana,

Slamet adalah penduduk asli Brebes, hanya saja ia tinggal bukan di kotanya, melainkan masuk ke perkampungan yang jauh di mata, perkampungan yang masih asri dan tak tersentuh hingar-bingar kemajuan jaman yang terkadang membuat manusia hidup tak nyaman,

"Baca apa sih Mas, serius amat dari tadi?"

Tiba-tiba saja sang Driver bertanya, membuat Fredi yang pikirannya sedang melalang buana melewati lembah, gurun pasir dan mengarungi samudra akhirnya terkesiap,

"Ya, gimana Bang?"

Fredi meminta diulang pertanyaannya si Driver karena telinganya hanya menangkap bagian pucuk kalimat si Driver,

Driver travel tampak tersenyum, ia tentu saja bisa maklum dengan Fredi yang memang sepanjang jalan sejak naik ke mobil dan menghabiskan beberapa potong gorengan dan kopi, Fredi tampak langsung sibuk membaca buku,

"Itu, baca buku apa sampai serius sekali,"

Kata sang Driver akhirnya mengulang, tampak Fredi nyengir jadinya mendengar pertanyaan Driver, karena jelas buku yang ia baca bukan buku penting sebetulnya, bahkan harusnya tidak sopan membacanya,

Tapi, Fredi entah kenapa begitu tertarik dengan buku harian dengan sampul bergambar kartun gadis berambut kuning yang sedang memegang permen warna-warni,

"Oh ini Bang, hanya buku coretan anak-anak saja, tadi penjual gorengan yang kasih, katanya daripada dibuang,"

Tutur Fredi akhirnya, sambil menunjukkan sampul buku harian milik Amelia,

Sang Driver melirik sekilas melihat ke arah sampul buku harian yang ditunjukkan Fredi,

"Oh Candy,"

Kata sang Driver,

"Candy?"

Fredy bertanya-tanya,

Driver travel yang sudah kembali fokus mengemudi tampak mantuk-mantuk,

"Dulu adik perempuan saya itu penggemar Candy, apa saja selalu Candy,"

Kata Driver travel,

"Kartun,"

Kata Fredi sambil meletakkan buku harian milik Amelia ke atas pangkuannya,

"Ya Mas, kartun, jaman kami dulu masih kecil, ya kalau saya memang sudah SMP, tapi saya masih ingat itu adik saya selalu meminta Ibu beli buku dan tas yang gambar Candy,"

Sang Driver tampak mengenang,

"Tahun berapa itu Bang?"

Tanya Fredi,

Selama ini ia tidak terlalu tahu kartun, karena seingatnya juga saat masih kecil, ia hanya tahu Doraemon saja, andai kata pun ada kartun lain, paling Tom And Jerry, dan juga Sinchan,

"Wah sudah lama sekali Mas, pokoknya tahun sembilan puluhan lah,"

Ujar sang Driver,

"Wah lama sekali kalau itu mah Bang, saya saja lahir tahun dua ribu tiga,"

Kata Fredi,

Sang Driver pun jadi terkekeh,

"Iya Mas, sebelum panjenengan lahir itu kartun terkenalnya, hahaha..."

Fredi pun tampak menatap sampul buku harian di tangannya lagi, yang kini hati Fredi pun seketika jadi bertanya-tanya tentang si Amelia,

Dalam buku itu begitu banyak coretan tangan Amelia yang rapi, namun sayangnya memang gadis itu sama sekali tak menuliskan hari dan tanggalnya saat menulis, hingga Fredi pun tak tahu jika buku itu milik Amelia yang hidup di tahun berapa, dan juga di mana si Amelia itu berada,

Berbeda dengan buku harian yang dulu kadang Fredi tulis juga, yang selalu ia cantumkan di mana ia saat itu sedang tinggal, bahkan hari dan tanggal juga ia catat,

Mobil terus meluncur, di kursi belakang tampak keluarga dengan lima anak tertidur pulas,

Di luar hujan gerimis turun mengiringi perjalanan Fredi menuju kota Brebes,

Liburan, aku menuju mu, begitu lah Fredi semakin bersemangat tatkala akhirnya mobil masuk tol Pejagan,

"Sebentar lagi saya turun kan Bang?"

Tanya Fredi dengan wajah lega,

Tampak driver travel menganggukkan kepalanya,

"Ya Mas, sebentar lagi kita sampai di Brebes, Mas mau turun di mana?"

Tanya driver travel,

"Oh saya nanti turun di toko oleh-oleh Bang,"

Kata Fredi yang lantas menyebutkan nama toko yang dimaksud,

Toko oleh-oleh yang katanya paling terkenal di kota itu, yang memang dipilih Slamet untuk memberikan titik pertemuan mereka,

"Oh ya ya oke, nanti saya antar ke sana,"

Ujar driver travel,

Fredi pun lantas beralih sibuk memasukkan buku harian Amelia ke dalam ransel, mengganti mengambil hp untuk memberikan kabar pada Slamet,

Broder, aku sudah di titik temu ini, lagi makan tahu aci.

Begitulah tampak pesan singkat Slamet, si kawan media sosial Fredi, yang tak lupa Slamet juga menambahkan fotonya yang berada di depan toko oleh-oleh tempat mereka janjian, pun juga tak lupa foto tahu aci yang menggoda selera Nusantara,

Kawan yang sejatinya baru dikenalnya, tapi anehnya seperti sudah lama saling kenal,

Boleh juga tahu aci, sisakan buat aku, sebentar lagi aku sampai.

Tulis Fredi membalas pesan Slamet,

Tak butuh waktu lama, Slamet pun membalasnya dengan gambar ibu jari, dan juga sebuah pesan pula,

Oke broder, ditunggu, Emak dan Nining sudah masak istimewa untuk menyambutmu.

Wah, mantap, asiap.

Balas Fredi lagi semangat,

Yah, tentu saja Fredi semangat membaca soal Emaknya Slamet yang sudah masak, karena perutnya kini sudah terasa mulai keroncongan, seolah menuntut diisi nasi anget,

"Ke Brebes ke tempat saudara apa Mas?"

Tanya Driver travel pada Fredi yang kini memasukkan hp nya ke dalam tas ranselnya lagi,

"Ke tempat teman Bang, tapi sudah kayak saudara juga sih,"

Sahut Fredi,

Sang Driver pun mantuk-mantuk,

"Ya bener Mas, saudara itu bisa dari mana-mana kok, tidak harus yang ada hubungan darah,"

Kata sang Driver,

"Ya Bang, benar,"

Fredi pun mengangguk setuju.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!