NovelToon NovelToon

MY SECRET ADMIRER

BAB 1

" Timur ke barat ke selatan ke Utara"

" Kayak lagu aja Teka-tekinya "

" Gue minta bantuan lo buat artiin Pesan ini, bukan buat bikin gue tambah bingung Naura berharap otaknya tiba tiba mendapat Pencerahan, Bukan tanpa alasan Naura berusaha keras mengartikan Pesan misterius yang bahkan hingga kini tidak ia ketahui siapa Pengirimnya. Dan bukan tanpa alasan Pula Naura menamai Pengirim Pesan itu

begitu banyak kejadian aneh atau sering disebutnya setiap kali Naura berhasil melakukan misi dari si Pengirim Pesan itun kembali bersuara.

" Pasti Cowok Arkana Bagaskara Cowok misterius itu" komentarnya tanpa mengalihkan Pandangan sedikit pun dari layar Ponsel.

" Apa Arkan siapa "

" itu Cowok terkenal dingin seantero di sekolah ini "

" Lo deketin dulu. Lebih cepat, lebih baik Tuh cowok lebih sering ngilang soalnya.” Nadin mendorong Naura lagi kali ini sedikit lebih keras hingga membuat Naura melangkah maju beberapa langkah.

" Hah ? Kok, bisa?”Bila benar Kevin adalah Miracle kedua apa alasan di balik misi Naura Mengapa justru terkesan berusaha mendekatkan Naura dengan Arkan

Siapa Pun itu Arkan tidak ingin Pertemuan Naura dengan sang Miracle nanti justru membuatnya kembali menjauh.

...•••••...

" Udah berapa kali lo terima misi melalui Pesan LINE," tanya Arkan kepada Naura. Keduanya masih berada di mobil Arkan yang terparkir dekat gang rumah Naura

" Dari kelas X, baru dua kali "

" Apa misi sebelum ini " cecar Arkan lagi.

Naura menoleh cepat. " Curang ! Dari tadi Kakak terus yang tanya,” katanya menyadari kesepakatan awal mereka.

" Setelah ini lo bebas tanya apa pun tentang gue. Gue akan jawab sampai lo puas.” Perkataan Arkan membuat Naura tidak jadi marah.

" Jadi apa misi dari Miracle sebelum ini,"

Naura membenarkan kembali posisi duduknya menghadap depan, kemudian menjawab

" Hm ... waktu itu aku galau karena merasa nggak nyaman saat Fira mogok ngomong sama aku selama dua hari Aku curhat sama Miracle tentang hal itu. Dan, aku merasa Miracle benar benar ngerti Perasaanku. Chat sama dia seolah klik dan langsung nyambung,” cerita Naura dengan mata berbinar. IlaNaura merebut Ponselnya dengan kesal.

" Gue minta bantuan lo buat artiin Pesan ini, bukan buat bikin gue tambah bingung,"

Naura membaca lagi Pesan itu berharap otaknya tiba tiba mendapat Pencerahan, Bukan tanpa alasan Naura berusaha keras mengartikan Pesan misterius yang bahkan hingga kini tidak ia ketahui siapa Pengirimnya. Dan bukan tanpa alasan Pula Naura menamai Pengirim Pesan itu

Nyatanya begitu banyak kejadian aneh atau sering disebutnya " mukjizat nyata” setiap kali Naura berhasil melakukan misi dari si Pengirim Pesan itu.

dan kembali rkana Bagaskara," komentarnya tanpa mengalihkan Pandangan sedikit pun dari layar Ponsel.

Lebih cepat, lebih baik Tuh cowok lebih," Nadin mendorong Naura lagi kali ini sedikit lebih keras hingga membuat Naura melangkah maju beberapa langkah.

" Hah ? Kok, bisa kedua apa alasan di balik misi Naura Mengapa justru terkesan berusaha mendekatkan Naura dengan Arkan

Pertemuan Naura dengan sang nanti justru membuatnya kembali menjauh.

Gue minta bantuan lo buat artii ini, bukan buat bikin gue tambah bingungnya berharap otaknya tiba tiba mendapat Pencerahan, Bukan tanpa alasan Naura berusaha keras mengartikan Pesan misterius yang bahkan hingga kini tidak ia ketahui siapa Pengirimnya. Dan bukan tanpa alasan Pula Naura menamai Pengirim Pesan itu

BAB 2 JEJAK SEPATU

" Dia udah Punya Pacar "

Pertanyaan itu yang terlontar kali Pertama ketika Naura yang melihat targetnya sedang berjalan bersisian dengan seorang cewek. Dugaan Naura bukan tanpa alasan. Ia melihat cewek bertubuh nyaris sempurna itu menempel sangat rapat kepada Arkan Tangannya bergelayut manja memeluk lengan Arkan

" Namanya Regina Putri Seangkatan sama Kak Arkan,” Nadin ikut berhenti tepat di sebelah Naura. Matanya mengikuti arah Pandangannya Naura ke koridor kelas XII.

" Statusnya Nggak jelas sampai sekarang Dia ngaku-ngaku Pacarnya Kak Arkan Tapi, Kak Arkan nggak Pernah anggap dia Pacar. Tuh lihat aja sendiri.” Nadin menunjuk dengan dagunya.

Naura melihat Arkan menghentikan langkah tiba-tiba. Cowok itu menatap Regina dengan tatapan Peringatan sambil menunjuk tangannya yang dipeluk cewek itu.

Regina terpaksa melepaskan Pelukan sambil mencebikkan bibir. Namun tidak berapa lama cewek itu kembali menyusul Arkan yang sama sekali tidak memedulikannya.

" Gatel banget, sih, tuh cewek.” Naura risi sendiri melihat tingkah Regina.

" Lo juga harus kayak gitu, Ra buat narik Perhatian Kak Arkan,” Fira ikut berkomentar sambil menepuk bahu Naura

" idih ogah " Naura menyahut tanpa Pertimbangan. Membayangkannya saja sudah membuat Naura geli sendiri Agresif sama sekali bukan kepribadiannya.

" Terus lo mau diem aja nunggu Kak Arkan datengin lo duluan,” Fira menatap Naura,

" Sampai ayam bisa berenang juga Nggak bakal deh Kak Arkan deketin lo duluan Taruhan sama gue.”

Naura mulai berpikir Membayangkan dirinya berada dalam Posisi Regina saat ini sungguh membuat sekujur tubuhnya merinding. Ia tidak Pernah berdekatan dengan cowok seperti itu. Apalagi bertingkah genit seperti Regina.

" Kalau lo Nggak sanggup, mending mundur aja, Ra Nggak usah nyiksa diri sendiri,” hasut Nadin, yang sebenarnya berniat menyulut semangat Naura

" Jangan dong Gue kepingin banget tahu siapa Pengirim Pesan misterius itu.”

" Ya balik lagi ke lo sendiri Lo siapnya kapan,” tantang Nadin.

" Tapi gue Nggak yakin Kak Arkan bakal ngelirik lo walau bertingkah genit kayak Kak Gina.”

Naura langsung menoleh ke arah Fira

" Kenapa Nggak "

" Ya lo Pikir aja sendiri Cewek secantik Kak Gina aja nggak dipeduliin. Apalagi yang kayak lo.”

" Asem " Naura tersinggung.

Fira dan Nadin kompak tertawa membuat Salsa merasa Pembelaannya sia sia. " Gue Pasti bisa kok cairin si Kutub Es tanpa Perlu jadi genit,” yakin Naura. Ia masih tersinggung dengan tawa dua orang di dekatnya yang belum juga mereda.

...•••••...

Perlu mental baja bagi adik kelas untuk nekat menginjakkan kaki di area kelas XII.

Seperti Naura saat ini Entah sudah berapa Pasang mata yang menelitinya dari atas hingga bawah membuat keberanian Naura hampir merosot ke titik Paling rendah.

Dan berdirilah Naura di sini sekarang tepat di depan kelas XII IPA 1 sesaat setelah bel istirahat Pertama berbunyi Nadin memberinya info bahwa targetnya berada di kelas ini

Sudah banyak murid yang keluar dari kelas. Naura hanya berharap Arkan masih ada di sana

" Permisi Kak " kata Naura kepada seorang cowok tinggi berkacamata yang baru saja keluar dari kelas.

" Ada Kak Ark—”

" Naura "

Naura langsung menoleh ke seseorang yang sudah ada di sampingnya. Cowok itu menunjuknya sambil mengucap namanya dengan nada ragu

" Nama lo Naura kan ? Yang ngajak kenalan kemarin," tanya Kevin memastikan.

" Eh " Naura terkesiap, cukup terkejut disapa seperti itu.

" l-iya, Kak "

Merasa tidak diperlukan lagi, cowok berkacamata tadi Pergi melanjutkan langkah entah ke mana.

" Nyariin gue " tanya Kevin lagi sambil tersenyum kecil.

" Hm .... " Belum juga menjawab Naura melihat Arkan muncul dari balik Pintu kelas dan berjalan melewatinya begitu saja.

" Sorry kemarin gue lagi sibuk banget jadi Nggak bisa ngobrol banyak. Ada apa,"

" Oh Nggak apa-apa, kok, Kak. Cuma mau kenalan,” jawab Naura sekenanya Matanya sedari tadi mengikuti arah berlalunya Arkan menangkap sosok itu agar tidak lolos dari Pandangan. Dan Naura semakin gelisah karena targetnya semakin menjauh.

Kevin tersenyum menatap Naura yang tampak salah tingkah.

" Aku duluan, ya, Kak " Naura buru-buru berlalu menyusul Arkan yang hampir menghilang di ujung koridor.

" Eh, tunggu dulu Naura "

Naura pun berhenti melangkah dan menoleh kembali kepada Kevin. Masih sambil tersenyum, cowok itu berjalan menghampiri Naura sambil merogoh saku celananya.

Kevin membuka aplikasi Percakapan di Ponselnya kemudian mengulurkannya kepada Naura

" Boleh tahu ID LINE lo "

...••••...

" Terus, lo kasih "

Naura tak kuasa menahan senyumnya yang tak mau hilang sejak siang tadi Sejak ia dan Kevin bertukar ID LINE di sekolah. Ia berguling-guling di kasur malam ini seperti orang gila

" Eh Curut Lo cerita nanggung banget Buruan kasih tahu gue. Lo kasih tahu ID LINE lo ke Kak Kevin," tanya Nadin di seberang telepon. Nada suaranya sudah sangat Penasaran.

" Ya jelas gue kasih Kita tukeran ID LINE.” Posisi Naura kini tengkurap. Ia menggigit ujung sarung bantal kepalanya karena gemas sendiri

" Bagi ke gue, dong "

" Enak aja Kak Kevin bukan buat dibagi bagi.”

" Pelit banget lo Udah kayak Kak Kevin Pacar lo aja,"

" Calon " Naura buru-buru mengamini ucapan Nadin.

" Pret ! Tukeran sama ID LINE Kak Arkan mau, nggak,” tawar Nadin.

Naura langsung mengubah posisi menjadi duduk. Seketika ia teringat akan misi yang sedang dijalani.

" Lo Punya ID LINE Kak Arkan," tanya Naura antusias.

" Nggak "

" Asem "

" Bagi dong, Ra Pelit amat " rengek Nadin masih tidak menyerah.

" Udah dulu, ya. Kayaknya Kak Kevin nge-chat gue, nih. Dari tadi getar melulu handphone gue,"

" Sombong bener Palingan juga SMS dari operator.”

" Sampai jumpa besok di sekolah, Nad.” Naura memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Ia sama sekali tidak menghiraukan Nadin yang masih memanggil manggil namanya di ujung Ponsel.

Benar dugaan Naura. Ada Pesan masuk ke Ponselnya. Namun, bukan dari Kevin seperti yang diharapkan, melainkan dari si Pengirim Pesan misterius.

...Miracle...

...Tiga bulan lagi atau tidak sama sekali...

Naura menyadari bahwa ia tidak Punya banyak waktu. Rasa Penasarannya akan sosok si Pengirim Pesan misterius itu akan terjawab tiga bulan lagi. Itu Pun jika Naura berhasil menaklukkan si Kutub Es. Atau jika gagal, Naura tidak akan Punya kesempatan untuk tahu siapa di balik Pesan-pesan misterius itu.

...•••••...

" Lo yakin Ra ? Kak Arkan nggak akan bisa dideketin Pakai cara yang mainstream. Dia anti mainstream soalnya,"

" Kita lihat aja. Nggak akan ada yang mampu nolak Pesona gue.” Naura mengibaskan rambut Panjangnya dengan sombong. Ia tidak ambil Pusing dengan keraguan Nadin dan Fira.

Ketiganya kini berdiri di koridor utama sekolah. Hari masih Pagi sekali. Naura sengaja mengajak Nadin dan Fira untuk melihat aksinya menaklukkan Arkan Bagaskara sebentar lagi. Ia sengaja memilih koridor utama sebagai tempat beraksi, supaya semakin banyak orang yang melihat dan semakin banyak Pula yang menyadari bahwa si Kutub Es bisa dengan mudah ia taklukkan.

Naura sudah merasa sangat cantik Pagi ini. Seragamnya sengaja disetrika selama lebih dari setengah jam. Diulang berkali kali agar terlihat licin. Begitu Pula dengan rok selututnya. Ia juga sengaja menata rambut hingga terlihat sedikit bergelombang di ujungnya demi menambah kesan feminin.

Selain itu khusus hari ini ia mengenakan sepatu Pantofel hitam baru hadiah dari Papa saat ulang tahunnya beberapa bulan lalu. Walau sedikit kebesaran Naura ingin menyempurnakan Penampilan hari ini Semua demi bertemu dengan Miracle nya

" Kalian Perlu bukti " tantang Naura Ia kemudian mengamati seorang cowok bertubuh kurus yang berjalan ke arahnya.

" Kita Pemanasan dulu "

Naura Pura-pura membaca sebuah buku sambil bersandar di tembok. Dan ketika cowok tadi hampir sampai di dekatnya, Naura sengaja menjatuhkan bukunya. Sesuai harapannya, cowok itu menunduk dan mengambilkan buku tersebut untuk Naura

" Buku kamu jatuh " kata cowok itu sambil mengulurkan buku yang baru saja dipungutnya.

" Makasih " Naura tersenyum manis sekali sambil menyambut bukunya.

" Kamu kelas berapa "

Cowok itu tampak terkejut. " Kita kan sekelas. Masa kamu nggak kenal sama aku,” Ia membenarkan letak kacamatanya yang merosot sementara Nadin dan Fira sudah terbahak tidak jauh dari sana.

Naura mendadak salah tingkah tetapi tetap berusaha menguasai keadaan

" Masa sih " tanyanya Pura-pura lupa

" Kalo gitu kita kenalan aja lagi Naura Anastasya.” ia mengulurkan tangannya dan langsung disambut antusias oleh cowok tersebut.

" Jodi " kata si cowok menyebut namanya. " Boleh tukeran nomor handphone," Jodi bersiap mengeluarkan Ponsel dari sakunya, tetapi Naura buru-buru melepas jabatan tangannya

" Lain kali aja, ya. Bye," Naura melambaikan tangan, memberi kode agar Jodi segera Pergi dari hadapannya.

Walau sedikit bingung dengan sikap Naura yang mendadak berubah, Jodi tetap Pergi juga. Harapannya untuk bertukar nomor telepon dengan Naura kandas

" Gimana, gimana ? Kalian lihat, kan Gampang banget bikin cowok tertarik sama gue," Naura melipat tangan di dada sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi.

" Lo mau samain Kak Arkan sama Jodi,” Fira menatap Naura tak Percaya. " Jodi kebanting jauh, Ra Lo belum tahu Kak Arkan kayak gimana, sih. Bisa nangis lo kalo cari gara-gara sama dia.”

" Kenapa bisa sampai nangis " Naura masih tak Percaya.

" Kak Arkan itu Nggak mandang gender Dia memang nggak Pernah mukul cewek, tapi cewek yang nangis karena kata-kata Pedasnya banyak banget Lo mau jadi korban selanjutnya," cecar Fira memperingati.

" Eh, eh, itu Kak Arkan mau lewat sini.” Nadin menginterupsi. Tangannya menarik lengan Fira untuk menyingkir sejenak dari sana.

Tinggallah Naura berdiri sambil menatap Arkan yang hampir sampai di tempatnya.

Naura mulai bersandar di tembok sambil Pura-pura membaca. Dan Persis seperti tadi, ia sengaja menjatuhkan bukunya begitu Arkan hampir melewatinya. Ia sudah besar kepala menyangka Arkan akan melakukan hal serupa Jodi tadi. Namun, yang terjadi justru membuatnya shock. Arkan lewat begitu saja setelah menginjak buku yang baru saja dijatuhkannya.

Setengah tak Percaya Naura hampir berteriak setelah melihat jejak sepatu Galen tercetak jelas di sampul bukunya yang berwarna Putih. Padahal itu buku tugas Sejarah yang akan dikumpulkan hari ini.

Nyatanya Naura memang mudah sekali marah. Ia amat kesal dengan sikap cuek Arkan. Padahal tidak mungkin cowok itu tak merasakan sesuatu ketika menginjak bukunya Namun jangankan meminta maaf ia bahkan tidak menoleh !

Naura mengabaikan gelak tawa Nadin dan Fira dari tempat yang tidak terlalu jauh. Ia mengambil bukunya di lantai dengan kesal, kemudian berjalan cepat menyusul sebelum Arkan semakin jauh.

" Kakak barusan nginjak buku saya Nggak mau minta maaf," Naura berhasil mengadang langkah Arkan. Ia mengangkat buku bercorak sampul hasil karya Arkan jejak sepatu

Naura berusaha tidak terintimidasi sorot mata Arkan yang kini menatapnya tajam. Namun ia hanya mampu bertahan selama dua detik Pada detik berikutnya, matanya sudah mengerjap berkali-kali karena mendadak gugup. Ia bahkan mulai menghitung sudah berapa detik cowok itu menatapnya.

Fira sialan ! Sahabatnya itu rupanya sudah berhasil mendoktrin ia untuk memercayai teori tidak masuk akalnya kemarin.

" Bukannya lo harusnya berterima kasih karena udah dapat cap sepatu gue,” Arkan menyahut cuek. " Bukannya itu yang lo mau dengan sengaja jatuhin buku," tembaknya langsung.

Mulut Naura terbuka lebar saking terkejutnya. Bagaimana cowok itu tahu bahwa ia sengaja menjatuhkan buku ?

" Cara klasik " Arkan menyejajarkan wajahnya dengan Naura, kemudian berbisik dengan intonasi suara yang sangat menusuk di telinga. " Kalo mau narik Perhatian gue, ngaca dulu,"

Naura mengatupkan rahang rapat-rapat bersiap menumpahkan kemarahan yang tiba-tiba memuncak akibat kata-kata Arkan oh, cowok itu tidak memedulikan Perubahan ekspresi Naura. Ia menegakkan kembali tubuhnya, kemudian berlalu begitu saja.

Naura mencak-mencak di tempat. ingin sekali ia berteriak membalas Perkataan Galen yang terkesan sangat menghina Seumur umur belum Pernah ada yang berani merendahkannya seperti itu.

Naura berbalik menatap Punggung Arkan Penuh kemarahan. Kalau tidak ingat tujuannya mendekati cowok itu tentu ia sudah berteriak sejak tadi

Merasa kekesalannya tidak terlampiaskan, Naura melirik botol mineral kosong di dekat tempat sampah tak jauh dari kakinya. Setelah mengambil ancang-ancang, ia langsung menendang botol itu mengarah kepada sang target.

Naura tersenyum Puas setelahnya Walaupun botol yang ditendang tidak mengenai sasaran, tidak masalah. Yang Penting rasa kesalnya sudah sedikit berkurang.

Akan tetapi Naura menunduk dan terkejut begitu melihat botol mineral kosong itu masih berada di dekat kakinya hanya bergeser sedikit dari Posisi awal. Padahal, ia merasa sangat yakin baru saja melayangkan sesuatu dengan sangat keras.

Ia kemudian mengangkat kepala begitu mendengar suara ringisan Pelan disusul suara terkejut dari orang-orang sekitar

Naura langsung menutup mulut dengan kedua tangannya begitu melihat bagian belakang seragam Arkan kini bergambar jejak sepatu Apalagi ketika cowok itu berbalik sambil menenteng sepatu hitam yang sangat dikenali Naura.

Naura menunduk dan baru menyadari sepatu sebelah kanannya sudah hilang entah ke mana. Ternyata saat ia mencoba menendang botol tadi sepatunya malah melayang hingga mendarat di Punggung Arkan

Arkan menatap anak-anak di sekitar sambil bertanya siapa Pemilik sepatu kurang ajar di tangannya itu

Naura Panik bukan main. Entah apa yang akan terjadi Padanya bila Arkan tahu sepatu itu miliknya. Akhirnya Naura memilih bersembunyi untuk menyelamatkan diri.

...••••...

Rasanya Arkan ingin sekali menyumpal mulut Jerry dan Haris dengan kaus kakinya. Tawa mengejek dua orang itu sangat mengganggu.

" Jangan dicuci Arkan Biar jadi tren fesyen kekinian. Siapa tahu anak-anak satu sekolah ikutin gaya lo.” Jerry masih tertawa Puas sekali di samping Arkan

" Jejak sepatu di Punggung Belum Pernah ada, loh, Arkan Nama lo bakalan muncul di majalah fesyen seluruh dunia sebagai Pencetus tren ini.” Haris ikut ikutan. la tertawa keras di akhir kalimatnya.

Sementara itu Arkan sudah berdecak sedari tadi. Ia melirik Punggungnya dari Pantulan cermin besar di kamar mandi sekolah. Jejak sepatu itu sungguh membuatnya marah. Terlebih tidak ada seorang pun yang mengaku sebagai Pemilik sepatu kurang ajar itu.

Arkan lalu menarik jaket hitam yang dikenakan Jerry

" Gue Pinjem jaket lo.”

Jerry menghentikan tawanya. Kemudian, mencegah Arkan melepas Paksa jaket yang dikenakannya

" Nggak Gue nggak mau Pinjemin "

" Tukeran sama jaket SLT Punya gue Besok gue bawain "

Arkan memang Paling tahu caranya memenangi Perdebatan Tentu saja Jerry tergiur tawaran menarik itu. Siapa juga yang keberatan jaket biasa miliknya ditukar dengan jaket Saint Laurent Teddy yang harganya berbeda berkali kali lipat ?

" Pakai jaket gue aja kalo gitu, Arkan," Haris berniat membuka jaket bomber merahnya, tetapi Jerry sudah lebih dahulu melepas jaket dan mengulurkannya kepada Arkan

" Pake sepuas lo, Arkan. Bawa Pulang sekalian. Tapi, besok jangan lupa bawain jaket lo, ya,” kata Jerry antusias.

" Seriusan Kak Arkan bilang gitu sama lo?” tanya Nadin Penuh minat.

Naura mengangguk. " Sok kegantengan banget jadi cowok," ucapnya kesal sambil melipat tangan di dada.

" Lah, emang Kak Arkan Ganteng, Ra,” sahut Fira yang duduk di sebelahnya.

Naura melirik Fira sebal, kemudian melanjutkan ucapannya. " Gue bakal terima hinaannya kalo dia seganteng Manu Rios atau Shawn Mendes,"

" Kayaknya masih lebih ganteng Kak Arkan deh.” Fira menyahut lagi membuat Salsa semakin kesal.

" Pokoknya dia itu nyebelin. Sok kecakepan Dia suruh gue ngaca Padahal, dia sendiri yang harusnya ngaca Gue kurang cantik apa, coba,"

Lalu, bukannya Prihatin, Nadin malah tertawa Puas melihat ekspresi Naura

" Lo Nggak mau nangis, Ra ? Kalo jadi lo, gue Pasti udah nangis kejer dikatain gitu sama Kak Arkan.”

" Ngapain nangis ? Gue malah mau nyakar mukanya biar dia nggak sok ganteng "

" Lagian gue udah Peringatin lo, kalo Kak Arkan itu nggak bisa dideketin Pakai cara mainstream. Lo harus lebih agresif, Ra,"

Naura menatap Nadin yang tampak bersemangat menghasutnya.

" Kita harus susun rencana Pendekatan lo sama Kak Arkan Pakai cara anti mainstream. Gimana,"

Naura mengartikan horor tatapan Nadin kepadanya. Ia tidak yakin sahabatnya itu sedang merencanakan hal baik untuk membantunya. Ya seperti disebutkan Nadin " anti mainstream "

Kira- kira apa yang akan menimpa Naura sebentar lagi ?

...••••...

Akhirnya Naura setuju mengikuti rencana Nadin dan Fira untuk mendekati Arkan. Entah rencana aneh apa yang ada di kepala dua sahabatnya itu, Naura tidak mengambil Pusing Sekarang, ia lebih memilih memikirkan nasib sebelah sepatunya yang dibawa Pergi Arkan Pagi tadi.

Beruntung Naura selalu menyimpan sepatu olahraganya di dalam loker Jadi ia tidak Perlu mengikuti Pelajaran dengan sebelah sepatu.

" Jangan-jangan sepatu gue udah dia buang.” Naura bergumam sendiri sambil menyusuri jalanan koridor yang dilalui Arkan Pagi tadi.

Naura membuka satu Persatu tempat sampah yang dilewati. Berjaga-jaga kalau kemungkinan terburuk di kepalanya benar terjadi.

Ia sama sekali tidak Peduli akan tatapan anak-anak yang baru saja bubar dari kelas masing masing. Saat yang lain berbondong bondong menuju gerbang sekolah, Naura justru melawan arus dengan memasuki area sekolah yang lebih dalam. Bahkan, tanpa disadari, ia sudah berada di koridor kelas XII.

Sejauh ini tempat sampah yang ia Periksa sudah bersih semua. Naura menduga Petugas kebersihan sudah mengosongkannya sebelum kelas berakhir. Sial ! Bisa bisa Salsa kena marah Papanya bila tahu ia ceroboh menghilangkan sepatu itu.

" Arkan tunggu dulu Olimpiadenya minggu depan. Nama lo udah didaftarin buat mewakili sekolah kita. Mau nggak mau, lo harus ikut. Kalo nggak, sekolah kita nggak Punya Perwakilan.”

Naura menutup tempat sampah kesekian yang diceknya siang ini. Ia baru sadar sudah berada Persis di depan kelas XII IPA 1. Dan, di dekatnya saat ini sudah ada Kevin yang lagi lagi berusaha membujuk Arkan agar mau ikut olimpiade.

" Lo daftarin nama gue tanpa diskusi dulu sama gue. Gue nggak minat ikut olimpiade apa pun," Arkan masih tetap Pada Pendiriannya. Ia berniat melanjutkan langkah, tetapi Kevin berhasil menahannya untuk tetap di tempat

" Gue udah bilang kan bukan gue yang daftarin nama lo Tapi, wali kelas yang nunjuk lo. Bu Lilis yakin lo bisa juara karena Prestasi lo selama ini Gue cuma dititipin amanat buat Pastiin lo bakal ikut olimpiade ini.”

" Bukan cuma sok ganteng, tapi sok Pinter juga ternyata.” Naura bergumam Pelan sambil memindai matanya ke sekitar tempat sampah demi menemukan sesuatu yang ia cari Namun sialnya gumamannya tidak cukup Pelan.

" Naura ? Lo Ngapain di sini "

Naura mengangkat kepala setelah ditegur Kevin

" ini lagi ....” Naura berusaha mencari alasan yang tepat. Matanya beralih ke Arkan yang baru saja meliriknya Cowok itu kemudian menunduk seperti memperhatikan sepatu yang dikenakannya

" Lagi olahraga Kak " jawab Naura sekenanya sambil melakukan gerakan lari di tempat.

Kevin mengerutkan kening sementara Arkan justru curiga terhadap tingkah aneh Naura. Arkan mencurigai Salsa sebagai Pemilik sepatu kurang ajar yang melayang ke Punggungnya Pagi tadi.

" Olahraga, tapi Pakai seragam " tanya Kevin heran.

" lya biar beda aja, Kak,” sahut Naura sambil tersenyum kaku. Sejenak, ia menghentikan gerakan lari di tempat, kemudian melanjutkan kalimatnya.

" Kalau boleh usul, nih, Kak. Mending nggak usah capek capek bujuk orang sok Pinter. Daripada orang itu malah bikin malu kalo kalah.”

" Lo nyindir gue " Arkan merasa tersinggung.

Naura langsung menoleh sambil tersenyum manis. " Eh ada yang kesindir, ya? Sori, nggak bermaksud,” katanya basa basi, Padahal sengaja.

Kevin buru buru menengahi. " Arkan ini buat nama sekolah—”

" Oke " seru Arkan tanpa mengalihkan sedikit pun tatapannya dari Naura “

" Gue bisa buktiin kalau dugaan lo salah Gue bisa dengan mudah menangin olimpiade,”

Naura mendengkus sebal dalam hati. Baru kali ini ia bertemu cowok sesombong Arkan

" Kalau gue menang olimpiade, lo harus lari keliling lapangan basket dua Puluh Putaran tiap hari selama seminggu Gimana,” tantang Arkan kepada Naura

Mata Naura langsung membulat

" Kenapa jadi gue " Naura langsung menutup mulutnya. Ia hampir tidak Percaya baru saja menggunakan sapaan “gue” ketika berbicara dengan Arkan Bisa makin sulit baginya untuk mendekati cowok itu.

" Iya, karena cuma lo yang raguin kemampuan gue," sungut Arkan masih tersinggung. “Lo harusnya nggak keberatan, karena seperti yang gue lihat ....” Ia memperhatikan sepatu Naura sekali lagi, kemudian berkata dengan nada menyindir, “Kayaknya lo suka banget lari.”

Sial Senjata makan tuan

...••••...

" Lo serius terima tantangan Arkan buat lari keliling lapangan basket kalo dia menang olimpiade,"

" Emangnya dia Pasti bakal menang, ya Kak," Naura jadi ragu sendiri karena beberapa saat yang lalu terang terangan menyanggupi tantangan cowok sombong itu.

Kevin menghela napas berat sambil tersenyum kecil. " Lo Nggak kenal Arkan kayaknya, ya ? Dia selalu jadi juara umum. Bahkan, nilai ulangannya selalu sempurna, Padahal dia ngaku nggak belajar sama sekali. Otaknya encer banget.”

Tenggorokan Naura mendadak kering mendengar fakta itu. Sepertinya ia sudah harus menyiapkan diri untuk berlari keliling lapangan mulai minggu depan.

" Anyway gue makasih banget sama lo.” Kevin menghentikan langkahnya tepat di Persimpangan menuju tempat Parkir sepeda motor. Senyumnya mengembang sempurna, membuat Naura tiba-tiba sesak napas.

" Karena lo Arkan jadi mau ikut olimpiade. Padahal, gue udah nggak tahu harus bujuk dia kayak gimana lagi. Sekali lagi, makasih, ya.”

Naura terlalu terpesona dengan tatapan dan senyuman Kevin. Alhasil, ia baru sadar beberapa detik kemudian untuk menyahut,

" I-iya, Kak "

" Lo Nggak usah khawatir. Gue siap temenin lo lari keliling lapangan nanti.”

Naura seolah terbang melayang akibat kata kata manis Kevin la malah jadi menanti nanti hari itu tiba. Hari ketika ia bisa berlari beriringan dengan Kevin Kyaaa !

" Rumah lo di mana? Mau gue antar Pulang " tawar Kevin

Naura sudah hampir berteriak kegirangan saat ini. Namun, ia masih berusaha keras menjaga image nya

" Nggak usah, Kak. Rumahku dekat dari sini.”

" Ya udah kalo gitu gue balik duluan ya. Bye.” Kevin melambaikan tangan, kemudian berbelok menuju tempat Parkir.

Naura seketika murung. " Kok tawarinnya cuma sekali, sih," gumamnya Pelan.

Padahal, bila saja Kevin menawarinya sekali lagi, sudah Pasti Naura tidak akan menolak.

Akan tetapi ekspresi murung Naura tidak berlangsung lama. Senyumnya cepat kembali merekah ketika membayangkan Aman akan menemaninya berlari minggu depan. Ia sungguh tidak sabar.

" Lo harus lari sendiri "

Naura terkejut mendengar suara itu. Ia melihat Arkan berlalu melewatinya begitu saja menuju area Parkir

Apa Arkan mendengar Percakapannya dengan Kevin barusan ? Naura tidak yakin. Yang jelas cowok itu sukses membuat mood nya berubah buruk seketika.

...•••••...

BAB 3 MUKA TEMBOK

l Arkan biasa menghabiskan waktu istirahatnya di sini.

.

yang baru saja digeser Naura ke arah" Lo kurang kerjaan, ya,” bentak

" Masih kurang Pedas kata-kata dari gue Perlu gue kasih yang lebih Pedas lagNaura terkejut bukan main. Tatapan Arkan kali ini jauh lebih menakutkan daripada sebelumnya. Dan, sepertinya sudah lebih dari lima detik tatapan itu mengunci matanya.

ue kasih tahu, lo bukan tipe gue Jadi berhenti ganggu gue,"

ang di sana jangan berisik. ini Perpustakaan,"

Arkan menatap Naura sekali lagi setelah sekilas menoleh ke Petugas Perpustakaan yang baru saja menegurnya. Ia bangkit sambil merapikan buku-buku yang dipinjam Sukses. Kata-kata Pedas Arkan sukses membuat Naura kesal setengah mati Rahangnya mengatup keras. Ia bahkan tidak berusaha mengikuti Arkan yang sudah Pergi begitu saja.

" Dasar sok ganteng ! Sok cakep ! Sok Pinter ! Dia Pikir gue suka sama dia," Naura menumpahkan kekesalannya Pada angin yang tak terlihat. “Amit amit gue Punya Pacar kayak dia. Bisa darah tinggi gue ! Gue sumpahin dia kena kar ....”

Kata-kata Naura selanjutnya mendadak hilang ketika ia melihat sebuah tangan muncul dari arah belakang dan mengambil sesuatu yang tertinggal di meja. Naura melirik Pemilik tangan itu dengan jantung berdebar hebat. Matanya membulat sempurna begitu kembali melihat Pemilik tatapan dingin itu.

" Gue Nggak dengar apa-apa.” Arkan menekankan setiap katanya

Setelah mengambil pulpen yang tertinggal Arkan berbalik Pergi menjauh dari Naura yang sudah kaku di tempatnya.

Apa Arkan mendengarnya mengumpat Bagaimana nasib Naura selanjutnya ?

...••••...

Berkali-kali Naura memastikan Pengait helm yang dikenakan Luna terpasang sempurna. Kemudian, ia mengecek ban motor skuter milik mamanya tidak ada yang bocor. Dan, memastikan sekali lagi motor yang akan dikendarainya dalam keadaan baik.

" Ayo, naik," seru Naura yang sudah siap di atas motor. Ia melirik Luna yang sudah berganti kaus walau masih mengenakan rok merah sekolahnya Sementara itu, Naura sendiri masih berseragam lengkap Putih abu-abu Hanya dibalut jaket biru yang selalu setia menemani.

" Kak "

Naura yang baru saja menyalakan mesin motor seketika mematikannya kembali.

" Kenapa ? Udah sore, nih. Nanti Mama marah kalo kita nggak cepat sampai rumah.”

" Luna mau mampir ke Pertunjukan teater musikal.” Luna masih berdiri di Pijakannya, seolah enggan menurut untuk duduk di belakang Naura

Naura memutar tubuhnya hingga menghadap sepenuhnya ke arah Luna

" Kamu Nggak capek habis sekolah langsung les drama, terus sekarang minta nonton teater lagi ? Kalo kamu kecapekan, Mama bisa khawatir.”

Luna mencebikkan bibir. Kedua tangannya menggenggam erat Pegangan tas ranselnya. Tingkah gadis kelas VI SD itu sangat lucu dan menggemaskan di mata Naura

Sejak terbangun dari koma tujuh tahun lalu, Luna jadi semakin dekat dengan Naura. Tidak ada malam yang terlewatkan tanpa Permintaan dari Luna kecil untuk dibacakan dongeng sebelum tidur. Dongeng favoritnya masih sama hingga kini. Putri Salju.

Luna juga jadi terobsesi untuk menjadi Pemain teater atau drama. Dan, Mama mengizinkannya untuk mengikuti les drama sejak kelas III SD.

Naura bersyukur akan hal itu. Luna menemukan semangat hidupnya kembali setelah kejadian tragis yang sangat ingin dilupakan Naura seumur hidup. Namun sialnya, kejadian mengerikan itu selalu saja berhasil membangunkannya Pada malam malam tertentu, ketika Naura merasa tersudut dan ketakutan.

" Please, Kak. Luna Pengin banget lihat Sandra main teater. Temenin Luna, ya.” Luna mulai merajuk.

Naura mengenal Sandra. Luna sering menceritakan kepadanya bahwa Sandra adalah teman Luna anak Pemilik sanggar tempat les Luna.

" Jangan macam macam, deh. Kakak udah janji sama Mama mau langsung Pulang. Lagian, nonton teater itu nggak murah, Lun.”

" Nanti kita kompakan aja bilang ada jam tambahan les ke Mama. Mama Pasti nggak marah, deh. Kalo masalah tiket, aku dapat dua dari Sandra. Bangku Paling depan, lagi.” Luna berseru antusias sambil mengeluarkan dua tiket Pertunjukan yang dimaksud.

Naura menghela napas berat sedangkan Luna masih belum menyerah untuk membujuknya Adiknya itu memang Paling tahu kalau Naura tidak akan tega melihatnya merajuk.

...••••...

Kevin mengecek hasil jepretannya di layar kamera DSLR miliknya. Semua yang ia mau sudah didapatkan Termasuk gambar Sandra di atas Pentas dari berbagai sudut Pandang juga ekspresi Puas Para Penonton yang hadir malam hari ini.

Salah satu gambar tersebut menarik Perhatiannya. Aman memperbesar tampilan gambar di layar kamera untuk memastikan seseorang yang tampil di foto itu. Ia semakin yakin bahwa cewek dalam foto itu adalah Naura. Duduk di bangku Penonton Paling depan bersama seorang gadis kecil yang tampak sangat antusias menonton Pertunjukkan Sangat kontras dibandingkan dengan ekspresi Naura Cewek itu tampak mencemaskan sesuatu

Tepuk tangan meriah penonton seketika menyadarkan Kevin untuk segera mencari tahu. Ia bergegas menghampiri Naura di deretan bangku depan, tetapi yang dicari sudah tidak di tempat Sosok itu sudah berkerumun menjadi satu dengan Penonton lain yang berhamburan menuju Pintu keluar

...••••...

Naura langsung menarik Luna keluar begitu Pertunjukan berakhir. Ia sama sekali tidak bisa menikmati Pertunjukan. Ponselnya terus berdering menampilkan nomor mamanya. Salsa mengangkat Panggilan itu setelah lima kali mengabaikannya. Mengatakan kepada Maria mamanya sesuai kesepakatan dengan adiknya sore tadi bahwa Luna ada jam les tambahan mendadak. Namun, tentu mamanya tidak Percaya dan memintanya untuk segera membawa Luna Pulang

Naura tidak menduga Pertunjukan akan berakhir hingga Pukul 7.00 malam. Mamanya jelas khawatir karena Luna tidak Pernah diizinkan ke luar rumah setelah lewat Pukul 5.00 sore.

Meski terdesak Naura mengendarai motor dengan sangat hati-hati. Ia tidak Pernah mau berkendara dengan kecepatan lebih dari 40 kilometer Perjam

Seperti dugaannya Maria sudah berdiri cemas di depan Pintu rumah setibanya Naura dan Luna di sana. Mama langsung menghampiri dan membantu Luna turun dari motor.

" Kamu Nggak apa-apa Sayang," tanya Maria cemas. Ia membantu Luna melepas helm, kemudian mengusap rambutnya.

Naura mematikan mesin motor, kemudian turun.

" Tadi ada les tambahan, Ma. Jadi, Luna Pulangnya telat,” jawab Luna.

" Kamu sekarang masuk ke rumah Mama mau bicara sebentar sama kakakmu.”

" Ma, jangan marahin Kak Naura,” Luna seolah tahu apa yang akan dikatakan Mama kepada Naura.

" Luna yang minta Kak Naura temenin Luna.”

" Masuk "

Satu kata dari Maria mampu membuat Luna berbalik masuk ke rumah.

Naura baru saja melepas helmnya. Ia sudah bersiap menerima omelan mamanya tiap kali terlambat membawa Luna Pulang.

" Sudah berapa kali Mama bilang jangan bikin Luna kecapekan Walaupun Luna yang minta, kamu sebagai kakak harusnya tahu yang terbaik buat Luna.” Maria mulai menceramahi Naura

" Kondisi Luna Nggak seperti anak-anak lain, Naura Dan, kamu yang Paling tahu apa yang membuat Luna itu berbeda Mama nggak akan maafin kalau kamu buat kesalahan yang sama,"

Naura hanya menunduk membiarkan Mama selesai memarahinya hingga meninggalkannya sendiri di Pekarangan rumah.

Naura tidak langsung masuk ke rumah Ia sengaja menghabiskan waktu lebih lama dengan duduk di motor sambil mengecek Pesan yang masuk ke Ponselnya. Ia mengabaikan Pesan di grup Chit-Chat. Karena yang Naura tahu grup berisi tiga anggota itu hanya membahas seputar berbagai cara untuk membantunya menaklukkan si Kutub Es. Siapa lagi anggotanya kalau bukan dua sahabat yang Paling cerewet Nadin dan Fira.

Jari Naura beralih Pada kotak Percakapan dengan seseorang yang ia beri nama Miracle. la merasa Miracle nya semakin jarang membalasnya Pesan. Padahal biasanya dalam keadaan sedih seperti sekarang, Naura bisa bertukar Pesan dengan orang itu hingga larut malam. Sampai Naura melupakan kesedihannya sendiri

Akan tetapi, belakangan ini momen tersebut tidak Pernah terjadi. Naura memperhatikan kotak Percakapan itu sekali lagi, lalu mencoba mengetik Pesan untuk Miracle

...Naura...

...kapan aku bisa melihatmu...

...••••...

" NAURA"

Naura menutup kupingnya karena terkejut dengan suara nyaring Fira begitu memasuki ruang kelas Pagi ini Temannya itu langsung berdiri dan memaksanya melepas tas ransel.

" Ada apa, nih " tanya Naura heran ketika merasa tubuhnya diputar paksa oleh Nadin, kemudian digiring hingga ke luar kelas.

" Lo belum kasih senyuman selamat Pagi buat Kak Arkan, kan,"

Naura menahan kakinya sendiri tepat di Pertengahan koridor menuju area kelas XII. Ia mulai menyadari ke arah mana Nadin akan membawanya.

Fira menarik sebelah tangan Naura dan memberikan susu Cokelat kemasan kotak kepadanya

" ingat kali ini lo harus kasih ke Kak Arkan,"

Naura mendadak cemas. Nadin dan Fira belum tahu bagaimana horornya Pertemuan terakhir Naura dengan Arkan waktu itu. Ketika Arkan mendengarnya mengumpat.

" Dan ini contoh latihan soal olimpiade matematika tahun lalu.” Fira memaksa Naura menyambut lembaran kertas dengan sebelah tangannya yang lain

" Kasih Perhatian lo buat Kak Arkan.”

" Nad, Fir. Hari ini libur dulu, deh,” Naura mencoba menolak. Namun, keadaan tidak berpihak kepadanya.

" Itu Kak Arkan Good luck, ya, Ra Jangan lupa senyum.”

Naura mematung di pijakannya sementara Nadin dan Fira sudah menjauh meninggalkannya seorang diri di tengah koridor.

Arkan hampir mendekat dan Naura masih belum menemukan kesadarannya. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan untuk meluruskan kesalahpahaman karena umpatannya beberapa waktu lalu.

Seperti biasa Arkan melewatinya begitu saja. Naura, yang tersadar beberapa detik berselang, segera menyusul langkah langkah cepat cowok itu

" Morning Kak Udah sarapan,” tanya Naura basa-basi.

Arkan mempercepat langkahnya tanpa menoleh sedikit Pun Naura masih berusaha mengimbanginya.

" Kak yang waktu itu jangan marah, ya. Itu bukan buat Kak Arkan, kok. Aku mana berani ngatain Kakak kayak gitu.”

Arkan masih tidak menanggapi. Hingga Naura memberanikan diri untuk mengadang langkah cowok itu

" Aku cuma mau kasih ini,” Naura menyodorkan kertas dari Fira kepada Arkan. " ini contoh latihan soal olimpiade matematika tahun lalu Mungkin bisa banyak membantu buat Kakak.” Ia mengakhiri kalimatnya dengan senyuman. Tidak Peduli lagi akan tatapan Arkan yang selalu saja membuatnya ketakutan.

" Lo kepingin banget gue menang ? Biar apa,"

Naura membulatkan matanya Akhirnya cowok itu merespons ucapannya

Senyum Naura masih mengembang. Ia menjawab Pertanyaan Arkan barusan dalam hati.

Biar bisa lari bareng Kak Kevin

" Gue jadi nggak minat lagi buat menang,"

Senyuman Naura memudar mendengar kata-kata Arkan barusan.

" Kenapa, Kak ? Jangan gitu, dong. ini, kan, buat harumin nama sekolah.”

" Yakin cuma itu alasan lo Pengin banget gue menang,"

Alis Naura bertaut tak mengerti maksud Pertanyaan Arkan. Belum juga Salsa berkata-kata, seseorang melemparkan sesuatu ke arahnya dan buru-buru melarikan diri.

Mata Naura beralih memperhatikan sesuatu berbentuk kecil berwarna hijau yang bergerak gerak di bahunya.

"Aaarrrgggkkkhhh !!! Naura mencengkeram kuat lengan Galen dan mengguncangnya. “Apaan itu ? Tolong singkirin,” teriaknya sambil menutup rapat kedua matanya.

Naura membuka mata lagi dan melihat hewan kecil di bahunya mulai merembet naik ke rambut.

" Kak tolongin, Kak. Aku geli banget,”

Naura tidak berani lagi membuka matanya. Permintaannya kepada Arkan untuk membantu menyingkirkan hewan menggelikan itu rasanya Percuma. Arka tidak juga menolong walau Naura sudah Panik bukan main.

Naura melepas cengkeramannya di lengan Arkan dan berniat meminta bantuan orang lain. Namun, baru juga ia berbalik, Arkan menahannya Beberapa saat kemudian, Naura merasakan ada jemari yang menyentuh rambut dan bahunya sekilas.

Naura masih terpejam walau sudah tidak lagi merasakan sesuatu merambati rambutnya

" Masih aja takut Ulatnya udah nggak ada,” seru Arkan datar, membuat Naura Perlahan membuka mata.

Naura menghela napas lega setelah melirik bahunya. " Makasih, Kak Sebagai ucapan makasih, aku janji nggak akan gangguin Kakak hari ini.”

Arkan mengerutkan kening. " Jadi maksud lo, kalau barusan gue nggak bantuin, lo akan gangguin gue seharian,”

Naura memperlihatkan cengar cengirnya. " Niatnya gitu, Kak. Tapi karena Kakak udah baik banget. Hari ini aku libur dulu gangguin Kakak.”

" Tahu gitu, gue nggak usah bantuin lo,"

" Eh " Naura gagal menangkap jelas gumaman Arkan. Belum sempat ia memastikan, seruan seseorang dari belakang seketika mengalihkan Perhatiannya.

" Naura "

Naura menoleh dan mendapati Kevin berjalan ke arahnya

" Kemarin lo datang ke Pertunjukan teater, ya ? Gue juga ada di sana.”

" Oh, ya ” Naura tampak antusias dengan keterangan Kevin

Merasa terabaikan Arkan melirik susu kemasan cokelat di genggaman Naura kemudian merampasnya.

Naura menoleh karenanya.

Arkan mengangkat minuman itu tepat di hadapan Naura seraya berucap

" Buat gue, kan " Ia kemudian berbalik dan Pergi tanpa menunggu jawaban Naura

...•••••...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!