Fatimah Humairoh gadis cantik berusia diawal 20 an itu berjalan cepat menuju taman yang tidak jauh dari Madrasah tempatnya mengajar karena ada janji untuk bertemu dengan seseorang yang spesial hari itu.
Sampai disana dia langsung tersenyum manis waktu melihat orang yang akan ditemuinya tampak duduk termenung dimotor bebek yang bersandar dibawah pohon itu.
"Assalamualaikum mas Adam",sapa Fatimah cukup keras hingga membuat pemuda tampan yang sedang termenung itu sontak terkejut dan hampir saja jatuh dari motornya membuat Fatimah tidak bisa lagi menahan tawanya melihat Adam hampir jatuh.
"E.. Waalaikumsalam...",jawabnya dengan wajah tertunduk malu karena hampir jatuh barusan.
"Mas sudah lama menunggu aku disini?",tanya Fatimah dengan mengajak Adam untuk duduk di kursi taman yang tidak jauh dari sana.
"Belum terlalu lama bagaimana di Madrasah hari ini?",tanyanya basa basi pada Fatimah.
"Sama seperti biasa pasti lebih seru mas Adam dikampus dibandingkan apa yang kulakukan",celetuk Fatimah dengan wajah cemberut karena berpikir kalau dikampusnya Adam pasti banyak bertemu dengan wanita lain yang cantik cantik dan modis dibanding dirinya yang hanya guru honor diMadrasah kecil dekat rumahnya itu.
Adam langsung tersenyum melihat ekspresi Fatimah tapi ekspresinya kembali berubah waktu ingat tujuannya mengajak Fatimah bertemu hari ini.
" Fatimah ada yang ingin aku bicarakan denganmu sekarang",ucap Adam dengan menyentuh jari Fatimah berusaha untuk mencari kekuatan dari sana.
Fatimah langsung menatap serius kearah Adam.
"Apa itu Mas Adam,sepertinya sangat penting?",tanya Fatimah.
"Aku .....aku...",Adam tampak ragu ragu untuk mengatakan apa tujuannya mengajak Fatimah bertemu siang itu.
"Mas Adam sedang punya masalah ya, kalau iya katakan saja siapa tau Fatimah bisa membantu menyelesaikan masalah mas itu sekarang" bujuk Fatimah karena melihat Adam yang terlihat ragu untuk mengatakan apa yang ingin dibicarakannya sekarang.
Adam menarik nafas panjang sebelum mulai bicara pada Fatimah.
"Aku dapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah keLuar negeri selama 4 tahun Fatimah",ucap Adam dengan menatap wajah kekasihnya itu untuk melihat ekspresi Fatimah waktu mendengar apa yang dikatakannya barusan.
Fatimah terdiam tidak tau harus menjawab apa mendengar itu.Sejujurnya dia senang mendengar berita itu tapi juga sedih karena itu berarti dia dan Adam harus berpisah meski bukan berpisah sebagai kekasih tapi berpisah jarak sejauh itu dan waktu selama itu apa dia bisa yakin mereka berdua akan bisa mempertahankan hubungan mereka yang masih sangat baru ini.
Melihat Fatimah hanya diam Adam kembali bicara untuk mencoba memberi pengertian pada kekasih hatinya itu.
"Fatimah ini mungkin akan terasa berat untukmu tapi kamu tau bukan ini kesempatan yang sangat bagus dan aku tidak mungkin menyia nyiakan kesempatan emas ini".
" Aku tau mas tapi 4 tahun adalah waktu yang sangat lama.Bagaimana kalau dalam kurun waktu itu perasaan mas padaku berubah?".
.
" Itu tidak akan terjadi.Aku janji akan setia padamu Fatimah karena kamu satu satunya perempuan yang aku cintai Fatimah ".
"Aku tau mas tapi....".
Fatimah terlihat sangat ragu waktu memikirkan banyaknya kemungkinan buruk dari hubungan LDR yang akan mereka jalani nanti terutama dari pihak Adam, jujur saja Fatimah merasa sangat gamang kalau Adam tidak akan tergoda oleh perempuan perempuan luar negeri yang tentunya lebih cantik dan berani dibanding dirinya dalam mengekspresikan perasaan mereka.
"Aku akan berusaha sering menghubungimu Fatimah selain itu untuk membuatmu yakin aku berniat menemui Abah dan Umimu sebelum berangkat nanti".
"U..untuk apa mas?",tanya Fatimah gugup.
"Mungkin aku belum bisa menikahimu tapi aku ingin meminta agar mereka mengijinkan mu untuk menungguku kembali dan aku baru akan menikahimu nanti setelah aku kembali dari sana Fatimah".
Mendengar itu Fatimah merasa sangat bahagia dan genggaman jemari mereka semakin erat.
"Aku akan berusaha menunggu Mas Adam kembali jadi aku harap mas jangan mengecewakan aku".
****
Tapi ternyata apa yang dijanjikan Adam pada Fatimah yang ingin meminta restu pada kedua orang tuanya sebelum pergi tidak pernah dilakukannya.Setiap kali Fatimah menanyakan hal itu pada Adam lewat telpon pemuda itu selalu bilang dia akan segera datang dan menyuruh Fatimah menunggunya tapi pemuda itu tidak pernah datang.
Sampai akhirnya Adam pergi keluar negeri pemuda itu tidak pernah datang kerumahnya seperti janjinya semula bahkan dia juga tidak menemui Fatimah untuk menjelaskan kenapa dia tidak menepati janjinya dan akhirnya Fatimah menyimpulkan hubungannya dengan Adam sudah berakhir sebelum sempat dimulai.
Fatimah merasa sangat kecewa pada pria itu dan memilih mengiklaskan Adam dengan tidak pernah berusaha mencari tau lagi Khabar pemuda itu dan lebih memilih fokus mengajar diMadrasah meski gajihnya tidak seberapa tapi bisa membuatnya mengobati rasa sedih dan kecewanya pada Adam.
***
Sampai satu bulan kemudian sahabat lama Abinya tiba tiba datang kerumah nya bersama putranya.
Fatimah yang melihat itu berusaha bertanya pada Uminya yang terlihat sibuk didapur.
"Ada apa umi kok Umi terlihat sibuk seperti ini?".
"Ada teman lama abahmu yang ingin bertemu denganmu Fatimah",terang Umi padanya.
Mendengar itu Fatimah terdiam.
"Rapikan penampilanmu pakai baju yang bagus lalu ayo temui teman Abah didepan",perintah Uminya yang diangguki oleh Fatimah.
Setelah selesai berganti baju seperti pesan uminya tadi Fatimah lalu keluar menuju ruang tamu.
Diruang tamu Fatimah melihat dua orang pria beda usia yang diyakini Fatimah sebagai tamu sang Abah.
"Assalamualaikum",sapa Fatimah yang langsung membuat semua orang diruang tamu itu menoleh kearahnya.
"Waalaikumsalam,kamu sudah pulang Fatimah?",sapa Abah.
"Iya Abah",jawab Fatimah dengan mencium punggung tangan pria tua itu,lalu beralih memberi salam dengan sopan kepada kedua tamu sang Abah itu.
"Jadi ini Fatimah yang dulu masih bayi itu Hamid?",tanya pria yang lebih tua pada Abah.
"Iya...Brata",balas Abah dengan tersenyum ramah.
"Sudah besar dan cantik sekarang iyakan Arya?",tanya pria yang dipanggil Abah Brata pada pria yang lebih muda yang diyakini Fatimah sebagai anaknya.
"Iya ayah",balas pria muda itu dengan melirik sekilas kearah Fatimah lalu kembali menunduk tampak sibuk dengan ponsel ditangannya lagi.
"Jadi karena kita semua sudah bertemu bagaimana kalau kita teruskan saja rencana kita dulu yang berniat menjodohkan kedua anak kita ini Hamid".
Fatimah terkejut mendengar apa yang dikatakan teman sang Abah itu sementara pria muda yang dipanggil Arya itu terlihat tidak merubah ekspresinya seolah sudah tau tentang rencana perjodohan ini dan Fatimah baru sadar kalau kedatang kedua pria itu kemari ternyata ingin meminangnya sebagai menantu.
"Meskipun aku senang mendengarnya Brata, tapi aku tetap perlu menanyakan lagi persetujuan Fatimah tentang perjodohan ini jadi bisakah kamu memberiku waktu untuk menjawabnya".
Mendengar apa yang dikatakan Abah tanpa sadar dia menarik nafas lega karena Abahnya masih menanyakan pendapatnya.
"Baiklah satu Minggu lagi aku dan putraku akan datang lagi kemari untuk menanyakan jawaban kalian sekarang aku pamit dulu.
Setelah mengucapkan itu kedua tamu Abah berpamitan pulang.
Halo reader budaya kan meninggalkan like dan komen setelah membaca ya🥰.
Setelah tidak ada lagi tamu tadi Abah langsung mengajak Fatimah bicara serius.
"Kamu pasti sudah dengar apa yang dikatakan Bratasena itu tadi bukan Fatimah ?',tanya Abah lembut khawatir membuat Fatimah merasa dia sekarang sedang didesak.
"Iya Abah",jawaban Fatimah dengan wajah tertunduk.
"Dia sahabat lama Abah kami sangat dekat dulu dan pernah punya rencana menjodohkan kamu dan putranya.Tapi hubungan kami sempat terputus lalu beberapa Minggu yang lalu tanpa sengaja Abah bertemu lagi dengannya dan akhirnya seperti yang tadi kamu dengar dia masih ingin melakukan perjodohan itu meski itu sudah lama berlalu".
Fatimah terdiam masih mendengarkan tanpa menyela cerita Abahnya. Meski tau kemana tujuan pembicaraan mereka ini tapi Fatimah berusaha menyikapinya dengan bijak tidak ingin terburu buru menyuarakan apa yang dirasakannya sekarang.
"Fatimah Abah tau kamu pasti tidak terlalu suka dengan perjodohan seperti ini bukan. Tapi bukan berarti pernikahan yang diawali dengan perjodohan tidak bisa berakhir bahagia.Banyak contoh nyata pernikahan yang diawali dengan hubungan yang diatas namakan cinta diawal juga berakhir dengan perceraian dan sebagai orang tuamu Abah tidak ingin itu sampai terjadi padamu .Abah tidak akan memaksamu menerima perjodohan ini kalau kamu tidak menginginkannya tapi sebelum kamu menolaknya coba pikirkan lebih dulu karena sebagai orang tua Abah hanya ingin yang terbaik untukmu meski tidak bisa menjadi orang tua yang selalu bisa memberikanmu apa saja selama ini, tapi Abah sudah berusaha melakukan yang terbaik sesuai kemampuan Abah sebagai orang tua termasuk dalam calon suami.Kalau Abah tidak terlalu mengenal siapa Bratasena Abah tidak mungkin akan mengajakmu bicara serius tentang perjodohan ini".
Fatimah masih saja diam memilih hanya mendengarkan apa yang sedang dikatakan Abah padanya.
"Abah sangat kenal dengan Bratasena Fatimah dan karena ini putra Bratasena jadi Abah merasa putranya itu juga pasti pria yang baik seperti ayahnya dan Abah rasa dia pantas untuk menjadi suamimu.Selain masalah pekerjaannya yang terlihat mapan karena dia dokter, dia juga terlihat sopan".
"Sebenarnya saya tidak tau harus menjawab apa dalam hal ini Abah.Tapi melihat bagaimana Abah berusaha meyakinkan saya soal putra teman Abah ini saya merasa tidak punya alasan untuk menolak niat baik pihak mereka pada saya jadi kalau memang menurut Abah dia pria yang baik maka sebagai putri Abah saya akan berusaha patuh menerima keinginan Abah yang ingin menikahkan saya dengan putra teman Abah ini".
"Maksudmu kamu setuju dengan perjodohan ini Fatimah?",tanya Abah merasa tidak percaya semudah itu putrinya mengiyakan niatnya ini.
Fatimah mengangguk.
"Iya Abah saya setuju dan berharap semoga jodoh pilihan Abah adalah jodoh terbaik untuk saya".
"Alhamdulillah Abah sangat senang mendengarnya dan semoga dia bisa menjadi pasangan hidup yang bisa membimbingmu sampai ke Janah kelak Fatimah".
"Amin Abah semoga saja".
***
Setelah pembicaraan Fatimah dengan sang Abah. Satu Minggu kemudian Bratasena dan putranya datang lagi kerumah Fatimah untuk meminta jawaban dari niat mereka yang ingin mempersunting Fatimah.
Waktu mendengar dari Abah Fatimah setuju menerima keinginan itu mereka tampak merasa lega dan berjanji akan membahagiakan Fatimah.
***
Lalu sebulan kemudian atas kesepakatan bersama Fatimah dan Arya Bratasena akhirnya menikah secara resmi.
Setelah menikah Fatimah dibawa kekota tempat tinggal Arya dan Bratasena tinggal.
Awalnya Fatimah masih merasa ragu dengan suaminya itu karena Arya terlihat seperti pria modern yang tidak bisa suka dengan perjodohan mereka tapi setelah menikah ternyata Arya bersikap sangat baik padanya begitupun Mertuanya bahkan waktu baru sampai dikota Arya langsung membawa Fatimah kerumah yang sudah disiapkannya untuk mereka.
Meski mereka menikah karena perjodohan tapi Arya memperlakukan Fatimah selayaknya suami kepada istrinya membuat Fatimah yang semula masih menyimpan perasaan pada Adam akhirnya luluh dan perlahan sosok Adam kabur dari ingatannya berganti dengan perasaannya yang semakin dalam pada Arya sang suami.
Kehidupan Fatimah terasa sangat sempurna Dimata semua orang dikampung nya membuat keluarganya menjadi lega mendengarnya.
Memiliki suami tampan dan mapan yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam dikota Jakarta serta terlihat sangat mencintainya begitupun dengan keluarga suaminya kedua mertuanya memperlakukannya dengan sangat baik meski sang ibu mertua tidak bisa datang waktu acara pernikahan mereka karena waktu itu sakit dan sedang dirawat dirumah sakit tapi saat mereka bertemu dia selalu bersikap baik pada Fatimah membuat Fatimah merasa lega dan berusaha selalu menjadi menantu yang baik bagi mereka.
Kebahagian Fatimah terasa lengkap setelah hampir dua tahun pernikahannya dengan Arya dirinya akhirnya dinyatakan hamil.
Berita kehamilannya itu membuat kedua mertuanya dan Arya semakin bersikap baik padanya membuat Fatimah benar benar merasa sangat beruntung.
Lalu sembilan bulan kemudian akhirnya dia melahirkan seorang putri kecil yang sangat cantik melalui operasi Caesar dan mereka beri nama Aluna Bratasena.
Setelah Fatimah melahirkan sikap kedua mertuanya dan suaminya semakin baik padanya bahkan mertuanya selalu berusaha untuk membantu kerepotan Fatimah kalau ada waktu begitupun Arya sebagai suami dan ayah dia sangat mensuport Fatimah membuat Fatimah benar benar merasa sangat bersyukur dan tentu saja sangat bahagia menikah dengan Arya Bratasena.
Arya selalu meminta Fatimah agar memprioritaskan putri kecil mereka dibanding apapun bahkan dia tidak pernah mengeluh meski Fatimah kadang harus menomor duakan dirinya karena Aluna yang minta perhatian lebih padanya.
Setiap kali itu terjadi dengan lembut Arya bilang.
"Masa masa Aluna tidak akan kembali sementara waktu kita masih panjang".
Awalnya Fatimah menganggap Arya dan keluarganya melakukan itu karena memang sangat mencintai dirinya dan Aluna Tapi setelah Aluna berusia 2 tahun dan tidak lagi minum Asinya sikap Arya mulai berubah setiap pulang kerumah dia hanya perduli pada Aluna saja begitu juga mertuanya membuat Fatimah sedikit heran tapi mencoba menepisnya karena berpikir itu karena Aluna adalah anak pertama Arya dan cucu pertama mertuanya jadi mereka bertiga cenderung menyayangi Aluna secara berlebihan.
Setiap kali dia pulang kerja Arya selalu mewajibkan Fatimah agar Aluna sudah bersih dan wangi sementara dengan kondisi Fatimah dia tidak perduli bahkan Fatimah sudah lupa kapan terakhir kali suaminya itu bersikap romantis padanya karena kesehariannya hanya menanyakan Aluna saja.
Fatimah mulai merasa aneh dengan perubahan sikap Arya itu tapi selalu berusaha menepis pikiran buruknya itu dengan selalu berusaha berpikir positif karena Arya masih tetap pulang tepat waktu dan kalau dia akan pulang terlambat atau pergi dinas dia selalu memberikan Khabar pada Fatimah meski hanya berpesan' jaga baik baik Aluna,jangan sampai dia kenapa napa',meski merasa kecewa Fatimah tetap bersyukur bahwa Arya sangat mencintai putri mereka.
Mohon Like dan komennya reader 🥰🙏.
Sampai Setelah ulang tahun Aluna yang ketiga sikap Arya dan kedua mertuanya pada Fatimah benar benar sudah berubah membuat Fatimah semakin tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi pada Arya dan kedua mertuanya.
Tepatnya sehari setelah Aluna berusia 3 tahun kedua mertuanya menjemput Aluna dengan alasan ingin mereka ajak jalan jalan.
Fatimah sama sekali tidak curiga pada kedua mertuanya dan mengiyakan niat mereka tersebut. Bahkan waktu melihat Arya yang terlihat rapi dengan jas hitam dan dasi kupu kupu nya Fatimah hanya berpikir kalau Arya akan pergi kesebuah acara kantor seperti biasanya.
"Mas mau menghadiri acara kantor ya?",tanyanya lembut seperti biasa.
Mendengar pertanyaan Fatimah Arya lalu berbalik menghadap Fatimah yang terlihat masih lusuh dengan daster rumah karena baru selesai menyiapkan Aluna yang akan diajak pergi oleh mertuanya tadi yang meminta Aluna dipakaikan baju terbaik nya.
"Iya aku ada acara penting pagi ini".
"Oh kalau begitu hati hati ya mas semoga acara mas lancar",pesan Fatimah dengan bermaksud merapikan jas yang dikenakan Arya tapi segera ditepis Arya membuat Fatimah terkejut.
"Nanti kotor warna jas ini kan terang",ucapnya memberi alasan pada Fatimah yang dibalas Fatimah dengan senyum tipis.
"Iya maaf mas".
"Oh iya Fatimah nanti tolong kau masak yang enak ya karena nanti sore ada tamu yang akan datang dan tolong kau bereskan kamar kita sampai rapi.Ganti seprainya dengan seprai terbaik yang ada",pesan Arya pada Fatimah sebelum dia berjalan keluar menuju mobilnya.
"Tamu?Keluarga mas ya?".
"Iya malam ini dia akan menginap disini".
"Oh kalau begitu dia bisa tidur dikamar tamu biar aku bereskan kamar tamu kita nanti".
Arya terdiam lalu mengangguk.
"Terserah kau saja sekarang aku sudah hampir terlambat aku pergi dulu".
Fatimah mengantar Arya sampai depan pintu rumah tapi waktu Fatimah akan mencium tangan Arya Arya pura pura tidak melihat hal itu dengan langsung masuk kedalam mobilnya lalu meluncur pergi meninggalkan Fatimah yang berdiri terpaku didepan rumah.
"Ada apa sebenarnya kenapa sepertinya mas Arya berusaha semakin menghindariku?",gumamnya sendiri tapi Fatimah berusaha menepis pikiran tidak nyamannya itu dengan masuk kedalam rumah dan langsung mengerjakan pekerjaan rumah seperti pesan Arya tadi.
***
Hari sudah pukul 5 sore Fatimah terlihat gelisah karena mertuanya belum juga mengantar Aluna pulang sementara itu jam pulang kantor Arya.Beberapa kali Fatimah mencoba menghubungi Mertuanya untuk menanyakan kapan mengantar pulang Aluna tapi panggilannya selalu ditolak membuat Fatimah merasa heran juga cemas.
Pukul 20 malam Fatimah mendengar suara mobil berhenti didepan rumahnya.
Fatimah yang saat itu sedang menyiapkan makan malam karena Arya bilang akan ada tamu yang datang segera menghentikan kegiatannya lalu berjalan cepat keluar untuk melihat siapa yang datang.
"Tok..tok.".
"Sebentar",jawab Fatimah dengan berjalan cepat untuk membuka pintu rumah.
Setelah pintu rumah terbuka tampak wajah mertua perempuannya yang kesal karena Fatimah lambat membuka pintu.
"Sedang apa sih Fatimah kenapa lama sekali membuka pintunya!".
"Maaf Bu Fatimah tadi lagi menyiapkan makan malam karena mas Arya bilang malam ini akan ada tamu yang datang.Oh iya Aluna mana Bu?",tanya Fatimah karena mertua perempuannya itu tidak menggendong Aluna putrinya.
" Aluna sama Arya sebentar lagi mereka sampai.Aku lelah mau istirahat dulu",jawabnya ibu mertuanya dengan masuk kedalam rumah lalu duduk disofa diikuti oleh mertua laki lakinya yang juga terlihat kelelahan.
Melihat itu Fatimah masuk kedalam untuk membuatkan minuman bagi mereka.
"Memangnya acara apa Bu? Kenapa sampai malam begini baru selesai,pasti Aluna kelelahan ya tadi disana",celetuk Fatimah dengan meletakkan dua cangkir teh dimeja untuk mertuanya.
"Nggak, Aluna senang kok malah dia tadi nggak mau pulang ingin disana terus karena banyak temannya".
"Tapi dia harus tidur siang Bu. kalau nggak tidur siang dia akan rewel kalau malam".
"Kamu tenang saja dia nggak bakalan rewel aku ini mertuamu jadi aku lebih pengalaman darimu Soal mengasuh anak".
Fatimah diam karena bertepatan mendengar suara mobil Arya berhenti didepan rumah mereka.
Fatimah bergegas berjalan kedepan untuk membuka pintu dan bermaksud menyambut Aluna dan Arya karena dia yakin pasti putrinya itu sekarang sudah tidur karena kelelahan.
Tapi saat dia membuka pintu dia terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Arya sedang membantu seorang perempuan turun dari kursi samping supir lalu setelah perempuan itu turun Arya mengambil Aluna yang sepertinya sedang tertidur dikursi belakang.
Meski merasa dadanya nyeri melihat itu Fatimah tetap melangkah mendekati mobil Arya bermaksud menyambut tubuh Aluna.
"Sini mas Aluna biar kugendongnya",ucap Fatimah.
Mendengar itu Arya segera memberikan tubuh Aluna ke Fatimah untuk dibawanya masuk kedalam rumah.
Sementara dibelakangnya Fatimah mendengar Arya berbicara lembut mengajak perempuan itu masuk kedalam rumah mereka membuat Fatimah harus menahan sesak yang mengganjal dadanya.
Setelah meletakkan Aluna dikamarnya Fatimah kembali lagi keruang keluarga tapi ketika sampai disana dia tercekat melihat perempuan yang tadi turun dari mobil Arya tampak berada dipelukan suaminya dengan kedua mertuanya juga ada disana.
Fatimah ingin berlari kembali kekamar tapi terhenti karena mendengar panggilan Arya.
"Fatimah kemarilah ada yang mau aku bicarakan denganmu".
Meski Fatimah sudah menduga apa yang akan dibicarakan Arya sekarang tapi dia tidak bisa menolak karena disana juga ada kedua mertuanya yang diharap Fatimah bisa membelanya nanti.
"Ada apa mas apa mengenai kau dan perempuan yang ada dalam pelukanmu itu?",tanya Fatimah dengan mata berkaca kaca tidak bisa lagi Menahan kesedihannya.
"Duduklah dulu karena selain tentang Imelda ini juga tentang Aluna".
Fatimah langsung terkejut mendengarnya.
"Aluna ada apa dengan putri kita mas dan apa hubungannya dengan perempuan itu".
"Sebaiknya kau duduk Fatimah dan dengarkan dulu apa yang akan Arya dan Imelda sampaikan".
Fatimah langsung menoleh kearah ibu mertuanya waktu mendengar perintah keras itu.
Dengan tubuh gemetar Fatimah duduk dikursi berhadapan dengan mereka semua yang seolah sedang menghakiminya sekarang.
Arya menatap kearah Fatimah sebelum dia mulai bicara.
"Aku dan Imelda sudah menikah tadi siang Fatimah".
Fatimah tidak tau bagaimana ekspresinya Dimata mereka semua , karena yang dirasakannya dia seperti sedang tersambar petir keras sekarang sampai tidak bisa lagi bersuara.
"Surat cerai kita sedang diurus oleh pengacara keluarga Imelda kalau sudah selesai kau bisa menandatanganinya".
Fatimah masih tidak mengatakan apapun karena dia tidak tau apa yang harus dikatakannya dia merasa seolah sudah tidak berpijak diatas bumi lagi saat ini.
"Untuk masalah Aluna mulai sekarang dia akan menjadi anak kami".
"Nggak!!!!",teriak Fatimah tiba tiba dengan langsung berdiri dari duduknya.
"Nggak mas!!! Aluna harus ikut aku karena aku ibunya!!!!",teriaknya dengan penuh emosi.
Mohon tinggalkan Like dan komennya reader 🥰🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!