NovelToon NovelToon

Cinta Sahabatku

Bab 1. Perkenalan

Perkenalkan nama ku adalah Intan Asy'ari Putri aku anak satu-satunya di keluarga kami. Nama Papaku Tulus dan Mamaku bernama Murni. Kata Mama aku terlahir sebagai gadis usil dan manja tapi mereka sangat menyayangi ku. Saat ini aku berusia 17 tahun duduk di bangku kelas 2 SMA. Awal nya aku gadis pendiam dan pemalu tapi entah kenapa sifat ku tiba-tiba berubah di saat banyak yang usilin aku. Semenjak SD sampai SMP entah kenapa rasa nya aku ingin membalas perlakuan nya itu aku sudah bosan di bully dan di usilin mungkin karena terlalu sering di bully jadi lah aku yang saat ini.

Orang banyak menyebut ku sebagai gadis galak padahal aku orang nya baik lho, dan aku tidak akan pernah usil kalau orang tidak memulai lebih dulu. Tapi jika orang yang memulai duluan terpaksa aku harus bertindak karna aku gak mau jadi wanita yang lemah. Suatu saat nanti aku akan jadi seorang istri aku gak mau ada lelaki yang memperalat aku apalagi menipu bahkan membohongi ku. Maka aku memilih untuk jadi wanita kuat tidak kalah sama lelaki.

Aku mempunyai teman bernama Reyhan. Reyhan adalah tetanggaku setiap saat ia selalu nongkrong di rumah ku aku juga heran kenapa anak itu selalu datang kerumah ku. Rumah ku sudah di anggapnya rumah nya. makan, minum, main selalu di rumah ku.

Padahal rumah nya lebih gede, lebih bagus dari pada rumah ku. Makanan nya juga setiap hari enek-enak tapi dia seperti nya tidak bernafsu untuk makan di rumah nya. Di rumah ku cuma ada lauk sederhana tapi ia selalu rebutan denganku ingin makan juga.

Reyhan memang begitu orang nya semua yang kupunya dia ingin miliki juga bahkan Ayah dan Ibuku pun seakan ingin di milikinya juga. Setiap hari ia selalu di rumah kami sampe aku bosan melihat nya yang sok akrab dan sok berkuasa di rumah ku. Papa dan Mama termaksud Bik Minah semua sayang pada nya. Kadang aku berpikir sebenarnya aku ini anak mereka atau Reyhan sih?

Mama dan Papa selalu membanggakan Reyhan dan menyayangi Reyhan sedangkan aku biasa saja. Hah... Malas deh kalau bicara soal Reyhan nyebelin tau gak... Setiap saat dia selalu usil dengan sikap ku. Dia berharap aku jadi gadis perpeck selalu baik di mata nya, jika tidak ia akan protes bahkan melaporkan ku pada ayah dan ibu ku.

Di sekolah aku sering berbuat kesalahan Reyhan lah yang selalu mengadili ku duluan hingga aku membuat ku benci pada nya. Kalau di sekolah aku berusaha untuk mengindari Reyhan tapi di rumah hal itu tidak dapat ku lakukan karna Ayah dan ibu sangat percaya pada nya di banding dengan ku. Setiap ada apa-apa Reyhan lah yang mengurusi ku dan memantau ku.

Suatu hari di sekolahan.

"Hey mana buku PR nya sini bentar!" bentak ku

"Ta-tapi, Kak... ini... Buku...," ucap cewek berjilbab itu terbata-bata.

"Bentar doang koq, pelit amat jadi orang!" gerutuku.

Cewek berjilbab menggigil ketakutan. Saat buku nya direbut paksa olehku karena tidak mengerjakan PR, jadi aku mencontek buku PR nya milik Dita cewek berjilbab itu.

"Apa Kakak lupa kerjain PR lagi?" tanya Dita lembut.

"Bukan urusan mu! sebaiknya kamu diam!" hardikku tampak tidak suka.

Secepatnya aku menyalin semua isian soal-soal milik Dita, sambil mengulum permen lolypop di mulut ku. Dita diam tidak berkutik dengan mata mendelik ke arahku namunku abaikan.

Sehabis mencacat semua isian PR tersebut, lalu aku pergi tujuan ku mau ke kantin. Sambil melempar buku itu arah Dita. "Nih, buku kamu!... " ujar ku sambil meninggalkan Dita yang terpejam beruntung ia dapat mengelak buku jatuh tepat di depan muka nya.

"Dasar tidak tau diri! sudah mencontek dilempar pula ih tidak tau berterima kasih lagi," ujar Dita geram. Sebenarnya ia mau menjambak rambut ku tapi ia masih bersabar karna kalau berurusan denganku bakal panjang ceritanya. Dita mencoba bersabar mengelus dadanya.

Aku bersiul di koridor sekolah dengan langkah ringan. Beberapa cewek yang berjalan dari arah berlawanan buru-buru menyingkir. Mereka takut berpapasan dengan ku. Seseorang menepuk punggung ku dari arah belakang.

"Huh, ini pasti Reyhan!" batin ku.

"Kamu tidak kerjain PR lagi?" tanya nya heran menatapku dengan sinis. Ternyata Reyhan melihat pertunjukan tadi di kelas waktu aku merampas buku PR Dita. Ternyata Reyhan kesal melihat kelakuan ku yang selalu begitu. Reyhan membuang muka malas nya.

"Bukan urusan mu! urus saja dirimu sendiri sana pergi...!" Aku menyenggol bahu Reyhan yang berpapasan dengan nya.

"Dasar gadis malas. Hobi mencontek jawaban teman. Payah!" ujar Reyhan sinis.

"Biarin aja week...! aku menjulurkan lidah pada Reyhan.

"Kamu kenapa selalu sewot!" cetus ku.

"Aku bukan nya sewot Tan... tapi aku peduli dengan mu, mau jadi apa kamu jika terus-terus begini?" Reyhan menggurui.

"Mendingan kamu diam deh, kalau gak aku tonjok, nih!" cibir ku kesal.

Reyhan langsung membungkam ia tau banget tabiat ku seperti apa. Kalau sudah ngomong sesuatu. Gak boleh ada yang mendebatnya. Kecuali orang itu akan babak belur masuk UGD.

Sampai di kantin aku langsung mengusir Reyhan. Di kelasnya karna aku tidak mau ditemani Reyhan yang super bawel. Untung kali itu dia gak banyak protes ia segera pergi meninggalkanku.

"Huh sekarang aku bisa makan dengan puas tanpa ada yang meminta," desah ku merasa senang.

Aku berteriak memesan 2 gorengan dan 1 es teh pada ibu kantin langganan ku.

Lagi asyik menatap gawai sambil bermain game kegemaran ku. Tiba-tiba mata ku mendelik kesal melihat seseorang ada anak yang tidak sengaja menyenggolku tanganku. Hampir saja ponsel ku jatuh tapi berhasil kuraih.

"Maaf Kak tidak sengaja...," ucap anak berkacamata tebal itu.

"Maaf-maaf mata mu kamu taruh mana?" ucap ku kasar. Anak itu tampak pucat dan bengong.

"Ehh pake bengong lagi mau bengong jangan di sini," dengusku geram.

"Sorry... Sorry kak...," ucap nya sekali lagi.

mata ku melotot melihat anak itu tidak juga beranjak pergi malah menatap ku dari ujung rambut sampai kaki.

"Non... ini gorengan nya," ucap bibik kantin mengantar pesanan ku.

"Oh iya, makasih Buk!" jawab ku singkat.

Anak berkacamata tebal itu melirikku dan memperhatikanku membuatku semakin geram di liatin begitu detail.

"Eh kamu ngapain lagi sih! masih di sini lapar ya...?

"Hem... gak kak, cuma aneh aja liatin kakak koq galak amat matanya melotot seakan mau keluar dari cangkang nya," ujar nya masih berdiri cengar-cengir.

"Heh berani ngatain ya...! bosan hidup kamu...?"

Mendengar ku bicara begitu anak itu langsung ngacir pergi.

"Berani ngatain aja lupanya ha-ha-ha." aku terkekeh sendiri melihat anak itu berlari pontang-panting.

Aku sengaja tidak mengejarnya karna aku saat itu lapar banget karna telat bangun jadi gak sempat sarapan.

Bab 2. Siapa yang mereka bicarakan?

Dua gorengan ludes di lahap ku dan teh es juga hampir kering ku sedot yang tersisa hanya es batu nya saja. Aku pun kembali ke kelas karna sebentar lagi jam masuk sudah di mulai.

Di saat aku beranjak pergi Reyhan menemui ku lagi ia memperhatikan ku dengan detail.

"Ada apa?" tanya ku.

Reyhan diam sejenak merasa ragu ternyata ia mau mengajakku pulang bareng nanti aku pun mengiyakan ajakan nya kebetulan hari ini Papa sibuk jadi aku menerima tawaran Reyhan untuk pulang bareng. Sejak hari itu kami selalu pulang sama-sama.

🍂🍂

Pagi itu aku baru tiba di sekolah. Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Sekilas mata ku melirik anak berkaca mata tebal yang kemarin menyenggol ku terlihat dia sedang mengobrol dengan seorang anak laki-laki. Seperti nya ia membicarakan hal serius hal itu membuat ku jadi penasaran.

"Mereka lagi bicarakan apa ya?" batin ku kepo.

Saat itu aku diam-diam menguping pembicaraan mereka ternyata mereka sedang membicarakan seseorang tapi tidak jelas siapa yang di bicarakan aku tersinggung saat mereka bilang gadis galak karena aku sadar dengan sikap ku selama ini tampak galak tapi aku terpaksa melakukan nya karna aku tidak mau ada orang yang mencoba merendah kan ku aku memilih jadi gadis galak biar semua orang segan padaku. Tapi jujur sebenarnya aku orang nya lembut tapi aku trauma dengan sikap itu karna awal nya aku jadi bullyan anak-anak sewaktu SMP. Aku tidak mau terulang kembali saat SMA sekarang ini.

Desiran darah ku mengalir hal itu membuat ku panas hati di saat kedua orang itu membicarakan ada cewek galak dan pemalas di sekolah ini.

Sontak ku gulung lengan baju ku karna aku tarsinggung dengan pembicaran mereka. Aku meraih pundak anak laki-laki lawan bicara gadis berkacamata tebal itu hari itu.

Dengan gugup nya ia menoleh dan berkata

"Maaf Kakak ada apa?" tanya ya gugup.

"Kakak, kakak perasaan ibu aku gak pernah lahirin kamu deh kenapa panggil aku kakak. aku juga gak pernah ada adik seperti kamu!" cetus ku tidak terima di panggil kakak oleh si cowok culun itu.

"Apa sebenarnya yang kalian bicarakan?" tanya ku dengan mata melotot.

"A- anu kami sedang membicarakan seseorang," jawab anak culun itu dengan jujur.

"Siapa dia!" cetus ku.

"Ti-tidak tau namanya, tapi menurut info dia gadis galak dan sok jago." jelas anak culun itu.

"Siap namanya? ayo sebutin." ucap ku

"Tanya aja sama Jasmin aku juga gak tau kak dia cuma membicarakan nya pada ku itu gadis udah malas galak lagi berteman pun sama laki-laki," jelas Tino anak laki-laki culun itu.

"Oh, apa kamu pernah ketemu gadis galak dah pemalas itu?" tanya ku.

"Be-belum," jawab nya terbata-bata.

Si gadis yang berkacak mata tebal itu sudah pucat dan gemetaran.

"Siapa nama nya gadis yang kalian ceritakan itu!" bentak ku sambil mengepalkan tangan ku ke arah mereka siap menghajar kedua muka mereka yang sudah lancang membicarakan ku. Wajah si culun itu memucat dan gelang-geleng kepala beberapa kali dia melirik cewek berkaca mata tebal yang bernama Jasmin itu. Sayang nya cewek itu juga shok gak berani buka suara.

Aku terus memaksa mereka menyebut kan siapa yang mereka bilang gadis galak dan pemalas itu. Cowok culun itu menoleh ke kanan ke kiri tidak ada orang yang membantu nya termaksud Jasmin yang mengajak nya bicara tadi perlahan-lahan menjauh dari kami menyelamatkan dirinya.

Aku berkacak pinggang. "Jawab siapa dia...!" bentak ku lagi semakin memanas.

"Gak tau kak, sumpah aku beneran gak tau namanya karna belum di kasi tau si Jasmin.

"Oh jadi yang tadi mananya Jasmin, awas saja dia tidak mau bilang siapa gadis yang di bicarakan itu.

Aku masih mengepalkan tangan ku belum sempat aku luncurkan ke wajah si culun itu, tiba-tiba ada seorang yang memanggilku.

"Huh gagal deh si culun ini mati jantungan karna ku," Batinku.

Tapi aku cukup puas sudah membuat nya gemetaran hingga celana si culun tampak basah seperti nya ia mengompol di celana.

Aku pun tertawa dan membiarkan nya lolos.

Lagi-lagi aku duduk di ruangan Pak Chandra ruangan yang tidak asing lagi bagi ku.

Minimal dua atau tiga kali dalam sebulan aku pasti berada di sini untuk di adili karna kenakalan ku.

"Intan... Intan...," desah nya bosan.

"Kenapa sih selalu buat keonaran di sekolah ini?" tanya Pak Chandra.

"Tidak! aku tidak melakukan apa-apa sebenarnya aku cuma..." aku tidak melanjutkan kata-kataku.

"Di bilangin berkali-kali masih ngeyel kenapa si Tan...?" Pak Chandra tidak habis pikir.

"Om dengerin dulu, sebenarnya aku cuma membela diriku saja masa aku harus dia di saat ada anak-anak yang berani ngata-ngatain aku macam-macam sih? Meraka sudah menginjak-injak harga diriku Om..." ucap ku mengadu berharap Om Chandra mengerti dan memaafkan ku.

"Emang mereka ngata-ngatain kamu apa?" tanya Pak Chandra.

"Mereka bilang aku gadis galak dan pemalas Om," ucap ku.

"Itu kenyataan nya, kamu harus terima jangan balik marah makanya jadi anak kalau tidak mau di katain yang tidak-tidak berhenti berbuat begitu. Bukan nya malah nyolot di bilangin dan satu hal lagi saya peringatkan. Jangan panggil Om kalau di sekolah ini. gak enak sama yang lain." cetus Om Chandra padaku. Memang Pak Chandra adalah Om ku alias adik Papa.

"Iya Om maaf. Tapi kan sekarang lagi gak ada orang." ucapku.

"Untuk saat ini saya ampuni kesalahan mu tapi ingat jika suatu saat lagi ada laporan tentang kenakalan mu atau om lihat sendiri om juga tidak akan segan-segan bilang ke Papa mu bahwa kamu anak yang bandel disekolah ini biar kamu di kirim ke luar negeri mau?" ancam Om Chandra.

"Ngak mau Om jangan! aku takut sekali kalau ayah dan ibu sempat mengirim ku keluar negeri." ucap ku cemas.

"Takut kan pada ancaman?" Om Chandra menantang ku.

"Ya takut lah Om masa ngak...!" cetus ku manyun.

"Kalau kamu takut pada ancaman orang lain juga begitu. Jangan sekali-kali kamu menjahili anak-anak lemah seperti tadi kamu bentak-bentak dan kamu ancam kalau masih di ulangi maka om yang akan bertindak." ancam Pak Chandra lagi.

"Ya Om... Intan janji gak kan berbuat seperti tadi." lirih ku sambil menunduk.

"Benar gak kan buat lagi? atau cuma sekedar mau bohongi bapak?" Pak Chandra ragu.

"Gak Om..! benaran gak buat lagi. jawab ku terpaksa.

"Jangan panggil Om kalau di sekolah!" bentak Pak Chandra geram.

"Duh galak banget sih... !" aku menggigit bibir ku kena gertak Om Chandra aku merasa takut.

"Iya-iya Om eh Pak... ucap ku salah-salah karna sudah terbiasa di rumah panggil Pak Chandra dengan sebutan Om.

Bab 3. Tamu tidak tau diri

"Ingat ya...! Kalau di sekolah gak ada istilah Om, Omman," ucap Pak Chandra tegas.

"Siap Pak! Ingat kok," ucap ku.

Tring-Tring-Tring... tiba-tiba ponsel Pak Chandra berdering. Ia pun mengangkatnya.

📞"A iya.. ," ucap Pak Chandra berbicara dengan orang yang menelpon nya.

"Om, eh Pak, intan ke kelas dulu ya...?" ucap ku memberanikan diri.

Tanpa basa-basi lagi Pak Chandra reflek mengangguk mengiyakan. Intan pun segera pergi sebelum Pak Chandra berubah pikiran.

Sampai di luar ruangan aku mengepalkan tanganku berkali-kali. "Yes, yes... akhirnya bisa lolos dari investigasi," ucap ku girang.

🍂🍂

Sekolah telah usai anak-anak berhamburan keluar begitu juga aku tidak mau kalah ingin keluar lebih awal sampai berdesakan aku tetep memaksakan tubuh ku yang mungil, namun gesit. Aku berhasil lolos menerobos puluhan anak-anak kelas 2.

"Hah... akhirnya lega," desah ku.

Aku sengaja ingin keluar lebih awal agar aku bisa nebeng motor Reyhan lagi, tapi dari tadi tidak ku jumpai batang hidung anak itu. "Reyhan kemana ya?" tanya ku sambil melihat di sekeliling sekolah.

Seperti nya Reyhan sudah pulang aku melihat di parkiran tidak ada motor nya di sana.

"Hugh aku terlambat, Reyhan sudah pulang duluan ternyata," keluh ku kesal.

Aku terpaksa harus naik bus kota jarak sekolah dari rumah ku lumayan jauh kalau naik bus kota bisa memakan waktu setengah jam gitu.

Aku menunggu bus di halte dan beberapa menit menunggu bus nya pun datang. Aku merasa lega ingin cepat-cepat sampai di rumah cacing-cacing di dalam perut ku sudah demo hari ini aku jajan cuma 5rb saja dan pulang nya harus naik bus lagi biasa nya kalau pulang dengan Reyhan ia selalu mentraktir bakso tapi kali ini aku harus menahan lapar hingga sampai rumah.

Seorang pengamen anak laki-laki kecil bernyanyi sumbang bus kota yang ku tumpangi. Dia berdiri tepat di depan ku. "Duh berisik banget!" aku langsung mencari uang receh di saku baju dan rok ku tapi tidak aku temukan sebiji pun disana.

"Duh aku cuma punya uang 3ribu saja ini pun untuk ongkos." gumamku.

"Dik, maaf yah kakak gak ada duit lagi," ucap ku.

Maksud ku ingin mengusirnya agar ia segera beranjak dari tempat duduk ku, tapi anak itu sepertinya enggan untuk pergi ia masih tetap bernyanyi dengan suara cempreng nya.

Aku mulai risih dengan suara nya. Akhirnya aku mengambil sebuah buku komik di dalam tas ku dan memberikan nya pada nya. Anak kecil itu memekik kegirangan seperti baru dapat hadiah dari ku. Ekspresi nya langsung semangat dan ceria. Hal itu mengingatkan aku akan masa kecilku.

Dulu aku sangat suka baca buku komik aku selalu membawa buku komik kemanapun aku pergi hingga kini aku masih suka baca buku komik, karena aku tidak mau kehilangan kenangan yang begitu indah saat masa kecil ku bersama sahabat kecil ku di kampung Ayahku.

"Ah...!" Kenangan itu muncul lagi di benak ku aku jadi sedih mengingat nya. Buru-buru aku mengalihkan pikiran ku. Aku mengambil headset bluetooth ku untuk mendengar lagu favorit ku. Hingga sampai depan gang rumah ku. Aku pun menyuruh Pak supir berhenti. Aku langsung turun dan harus jalan kira-kira 10 menit lagi untuk sampai di rumah.

Matahari bersinar terang hari itu hingga terasa menyengat di kulit ku berjalan sejauh itu, membuat ku kepanasan dan berkeringat.

Begitu sampai di rumah aku langsung merebahkan diri di sofa ruang tamu.

"Ugh, capeknya sekolah benar-benar melelahkan!" keluhku. Belum sempat menoleh ke kiri dan kanan pandangan ku tertuju ke pintu kamar ku yang terbuka. Terpaksa aku harus bangun untuk memastikan siapa yang berada di kamarku siang-siang ini. Sontak aku melotot melihat siapa yang sudah terkapar di kasurku.

"Reyhan!" teriak ku. "Sejak kapan kamu di kamar ku?

Bangun... bangun... siapa yang menyuruh mu tidur di sini hah!" hardik ku kesal.

Sontak Reyhan membuka bola matanya kaget mendengar teriakan ku.

"Hugh ngagetin aja, gangguin orang lagi tidur dosa tau! lagi enak tidur juga," Keluhnya.

"Heh... Bangun! sadar tidak ini kamar siapa?"

"Iya, sadar kok sabar... kepalaku pusing Tan. Maaf aku ketiduran di kamar mu," ucap Reyhan lemah.

"Apa kamu sudah tidak di akui di keluarga mu lagi, hingga sampai tertidur di rumah orang? ini tu kamar perempuan Rey... kenapa lancang banget sampai masuk dan tertidur pula." Aku tidak habis pikir pada Reyhan kenapa dengan bebasnya keluar, masuk rumah ku dan masuk kamar ku juga tanpa seijin ku.

"Benar-benar keterlaluan kamu Rey." Intan geleng kepala.

"Maaf deh Tan, aku tidak minta ijin dulu ke kamu mau masuk kamar tapi, Bik Minah udah tau kok aku ada di sini," jelas nya beralasan.

"Kebiasaan ya kamu Rey!" bentak ku lagi.

Aku menjewer telinga Reyhan sampai merah. Setelah nya menjerit aku baru puas dan melepaskan nya. Rumah Reyhan dari rumah ku hanya berjarak lima langkah saja oleh sebab itulah dia dengan bebasnya pergi hilir mudik kerumah ku kadang sampai tidak ingat pulang.

"Kamu kenapa tinggalin aku sih!" gerutu ku kesal.

"Aku tiba-tiba pusing Tan, makanya aku balik duluan mau tunggu kamu masih lama, aku langsung ke puskesmas berobat dan langsung ke sini deh.

Mungkin efek obat tadi aku jadi ngantuk makanya sampai ketiduran di kamar ini," jelas Reyhan.

"Alla... paling itu cuma alasan kamu doang, pengen cobain kasur baru ku kan? Enak saja kamu!" cetus ku sedikit pamer.

"Uh pamer ya... Oya hari ini ibu mu masak apa nya?" Reyhan semangat bangun dan beranjak.

"Gak tau tuh, lihat aja sendiri," ucap ku acuh. Setelah Reyhan pergi ke dapur aku langsung berganti baju.

"Tan... Ibu masak spesial hari ini ayo buruan sini...!" teriak Reyhan dari dapur.

"Duh si Reyhan bikin sebel aja kenapa juga teriak-teriak di dapur," cibir ku.

"Asik ada ayam goreng krispi Tan...," teriak nya lagi.

"Jangan salahkan aku jika ayam goreng nya ku habisin,"

"Ayam goreng krispi." mataku mengerjap menghayal tentang makanan itu.

"Si*lan tu tamu udah tidur enak makan enak pula sampai jatah makan ku mau diembat nya juga. Awas ya kalau dihabiskan ayam goreng nya," teriak ku memperingatkan Reyhan.

Secepatnya aku melangkah kan kaki ku menuju dapur untuk mengambil jatah makan ku sebelum Reyhan yang menghabiskan nya. Beruntung masih ada dua potong jatah ku, aku pun dengan lahap nya menyantapnya. Reyhan sudah selesai makan di saat ku masih makan ia meminum air dan mengeluarkan sendawa nyaring.

"Astaga Reyhan jorok banget sih!" satu pukulan ku hantam kan ke perut Reyhan yang sudah membuncit kekenyangan itu. Ia pun menjerit kesakitan aku terseyum puas melihat nya.

"Makanya jadi orang jangan jorok, gak sopan banget bikin jijik aja!" ucap ku dongkol. Terpaksa aku menghabiskan nasi dan lauk ku padahal aku sangat mual mendengar Reyhan yang bersendawa, tapi karena masih lapar aku pun melahapnya sampai bersih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!