"Kenapa sih harus ada perbaikan jalan seperti tadi jadinya kan aku harus berjalan," sedari tadi Tiara menggerutu serta memonyongkan bibirnya.
"Ah tidak apa-apa, yang penting rumahnya sudah dekat," kata nya lagi dengan raut wajah yang sudah berubah ceria kembali.
Tiara Aqila sedang berjalan dengan riang menuju tempat di mana sang pacar berada. Kekasih Tiara juga sama sepertinya yang juga seorang perantau namun dia lebih baik dari segi pekerjaan dan tempat tinggal. Kekasihnya yang bernama Reno tak lain adalah atasannya di kantor dan dia menempati sebuah rumah yang cukup bagus meskipun hanya mengontrak.
Tiara berjalan dengan senyum yang sedari tadi tak lupa menghiasi wajah cantik nya itu.
Hari Minggu ini Tiara ingin gunakan untuk ngedate atau sekedar nonton sama makan-makan di tempat biasa yang sering mereka kunjungi.
Tiara Aqila bukan gadis kaya, orang tuanya di kampung hanya seorang petani. Dia merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan dan beruntungnya dia bisa di terima bekerja di perusahaan yang lumayan besar dengan gaji yang di rasa cukup untuk memenuhi kebutuhannya di sini.
"Bruk..."
Saking senangnya dia sampai tanpa sengaja menabrak seorang pria berpakaian rapi yang sedang berjalan membawa tas kerjanya.
Tubuh mungil Tiara terpental, karena berbenturan dengan pria tadi
Tiara yang langsung terduduk di trotoar berdecak kesal, sedangkan pria tadi terdiam tanpa memperdulikan Tiara dan hanya membereskan tas kerjanya yang jatuh serta memungut beberapa dokumen nya.
Tiara mendongak menatap pria yang menabraknya tadi.
'Tampan,' batin Tiara.
'Dasar cewek lihat lelaki tampan saja sampai segitu nya,' batin pria tampan itu.
"Lap tuh iler," kata pria itu dengan nada sedikit ketus.
Tiara dengan cepat mengelap mulutnya, namun tak di temukan apa-apa. Tiara di buat malu oleh pria di depannya.
"Mana ada," elak Tiara kesal bercampur malu.
"Tuh muka biasa saja," kata pria itu memancing kekesalan di hati Tiara.
"Ck dasar pria sok ganteng," guman Tiara meskipun dengan suara kecil namun masih terdengar oleh pria tadi.
Pria itu mengulas tersenyum tipis yang tak di ketahui oleh Tiara.
Tiara bersusah payah bangun, dia mengusap celananya yang kotor terkena debu.
Bug bug bug bug bug...
"Pagi-pagi sudah apes banget sih ketemu pria ini," guman Tiara.
Tiara menepuk celana dan bajunya yang kotor terkena debu jalanan.
"Dasar wanita aneh," sinis pria tampan itu.
Tiara melotot mendengar ucapan dari pria tampan di depannya.
"Salahkan diri anda sendiri karena tidak berjalan dengan baik sehingga menabrak saya, atau jangan-jangan ini hanya trik anda untuk menarik perhatian saya," kata pria itu dengan penuh percaya diri tanpa menoleh ke arah Tiara.
"Ck jangan terlalu percaya diri, muka pas-pasan saja sok kecekepan," sinis Tiara berlalu pergi meninggalkan pria tampan itu yang mematung tak percaya diri.
"Kamu..." Pria itu melotot menatap Tiara horor.
Namun Tiara memilih acuh tak menghiraukan pria asing tadi dan berjalan melewati pria tadi tak lupa melirik sekilas saja pria itu dengan kesal.
"Kalau aku lama-lama bersama dia, bisa hancur suasana hatiku, ah mending ketemu mas Reno," grutu Tiara berlalu pergi meninggalkan pria itu yang masih terdiam menatap kepergian Tiara.
Pria itu menoleh menatap Tiara dengan pandangan sulit diartikan.
"Hemmm... Menarik," hanya kata itu yang muncul di bibir pria tampan tadi.
"Hos hos hos hos hos.... Maaf bos tadi macet karena jalan di perbaiki," kata sang asisten menunduk ketakutan.
Melihat sang bos yang masih terdiam, asisten nya itu yang bernama Beni menatap sang bos dengan binggung, Beni pun melihat tatapan sang bos yang jatuh kepada seorang perempuan yang berjalan pergi.
'Siapa dia?' batin Beni.
"Cari tahu tentang dia," kata Alexander yang tak lain adalah bos nya.
"Baik bos," jawab Beni patuh.
"Mana mobilnya?" Tanya Alex menatap tajam ke arah Beni.
"Mobil nya ada di sana bos tidak bisa masuk ke sini karena jalan sedang di perbaiki," kata Beni dengan pelan takut sang bos marah.
"Terus kamu suruh aku jalan sampai sana?" Kata Alex melotot.
"I-ya bos," jawab Beni terbata-bata.
"Besok-besok kamu jangan cari penginapan yang terpencil seperti tadi," kesal Alex.
"Maaf bos tetapi itu bukan penginapan, itu rumah warga yang kosong sengaja saya sewa 2 hari untuk bermalam bos, karena daerah sini jauh dari hotel atau penginapan," jawab Beni.
"Ck kamu selalu saja membantah, besok-besok kamu saja yang datang ke sini untuk memantau proyek itu," kesal Alex karena semalam dia terjebak di daerah seperti ini.
"Iya bos,"
"Ayo bos," ajak Beni karena melihat sang bos masih terdiam di tempatnya.
"Kamu cari taksi atau ojek sana, saya lelah berjalan," grutu Alex.
"Maaf bos," hanya itu yang mampu Beni ucapkan.
"Oh ya bos siapa wanita tadi?" Tanya Beni.
"Cari tahu saja tentang dia dengan detail lalu kamu laporkan ke pada ku dan jangan banyak bicara, atau mulutmu ku jahit," kesal Alex.
Beni memilih diam, dia mencari aman apalagi mood bos nya itu terlihat tidak baik-baik saja atau lebih tepatnya kesal.
****
Tiara pun melanjutkan perjalanan menuju ke rumah kontrakan sang kekasih.
"Fyuuuh akhirnya sampai juga," guman Tiara tersebut dengan senyum lebarnya.
"Lho kok gak di kunci?" Kata Tiara saat melihat pagar rumahnya terbuka sedikit.
Dia langsung masuk saat melihat pintu pagar tidak terkunci.
"Pasti Reno ada di rumah, ah pasti dia kaget lihat aku sudah berada di sini. Uhhh jadi tak sabar lihat wajah nya yang kaget itu pasti mengemaskan," kata Tiara bersemangat memberi kejutan untuk sang kekasih hatinya.
Tiara pun melepaskan sepatunya, namun saat hendak menaruh di rak. Tiara mengerutkan keningnya saat menyadari ada sepatu perempuan di sana. "Sepertinya aku kenal dengan sepatu ini," guman Tiara menerka-nerka, Tiara mengingat-ingat pemilik sepatu ini.
Tiara melotot saat tahu siapa pemilik sepatu ini.
"Tidak mungkin Desi berada di sini?" Kata Tiara meyakinkan diri nya sendiri.
"Apa apa wanita genit itu ke rumah mas Reno," guman Tiara.
"Ah pasti urusan pekerjaan," kata Tiara berfikir positif.
Tiara menguatkan hatinya, menolak pemikiran nya saat ini.
Ceklek....
Tiara membuka pintu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Melihat ruang tamu yang kosong, Tiara pun melangkah masuk kedalam.
"Mas Reno di mana?" Kata Tiara bertanya-tanya sendiri saat ini, dia begitu penasaran apa yang mengakibatkan Desi datang ke sini di hari libur.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha...." Terdengar suara tawa yang berasal dari samping rumah, lebih tepatnya ke arah kolam renang.
Deg...
Tubuh Tiara menegang mendengar tawa dari pria dan wanita.
"Itu suara mas Reno dan Desi," kata Tiara menyakini.
"He he he he he, tidak mungkin mereka berenang bareng seperti pemikiranku saat ini. Mungkin mereka cuma membahas pekerjaan dan bersantai di sana," kata Tiara tertawa getir menepis segala prasangka buruk di hatinya saat ini.
"Bismillah..."
Tiara pun melanjutkan langkahnya menuju ke arah sumber suara itu.
Bersambung.....
Dengan langkah pelan, Tiara berjalan menuju ke arah sumber suara.
Deg...
Mata Tiara melotot tak percaya dengan apa yang di lihatnya, tangan Tiara terkepal erat badannya gemetar di buatnya sungguh pemandangan yang menyayat hatinya. Ternyata lelaki yang dia cintai begini aslinya.
"Aku ingin lihat bagaimana kelakuan kalian berdua," guman Tiara dengan suara pelan.
Tiara berjalan berjinjit bersembunyi untuk memantau sampai mana kelakuan pelan-pelan ke arah kedua nya saat ini.
Tiara merogoh tas selempang miliknya, mencari keberadaan ponsel nya.
"Ck dasar tidak bisa di ajak kompromi, padahal aku ingin buat video viral tahun ini dengan judul perselingkuhan pacar ku dengan ulat bulu," Tiara berdecak kesal kala melihat baterai ponsel nya yang hanya tinggal 5% saja.
Tiara pun memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas dengan menggerutu kesal. " Dasar ponsel tak berguna, kalau di butuhkan selalu saja begini kalau tidak ada pulsa pasti batere habis," wajah Tiara di tekuk lucu.
Tiara melanjutkan aksinya mengamati keduanya dengan perasaan kesal.
"Dasar buaya jelek, sok cakep," kesal Tiara mengepalkan tangannya.
Tiba-tiba air mata mengalir dari sudut matanya.
"Sabar Tiara, jangan sedih karena cowok seperti dia,"
"Kenapa aku jadi Lola begini, aku bisa foto mereka berdua sebagai bukti," kata Tiara berbinar karena tumben otaknya encer saat terdesak begini.
Tiara kembali mengambil ponsel nya, dia langsung masuk mode kamera.
Cekrek...
Cekrek...
Cekrek...
Cekrek...
Blammm.... Ponsel Tiara langsung mati.
"Tidak apa-apa, asal fotonya sudah ke simpan," kata Tiara berbinar.
Sedangkan saat ini Reno dan Desi sedang duduk bersantai di atas kursi, keduanya asyik menikmati minuman dan cemilan yang tersedia di kursi.
"Pagi-pagi gini asyik ya bersantai di sini, udaranya sejuk sambil berenang yuk," kata Desi mengajak Reno berenang.
"Iya memang tempat ini sangat nyaman," jawab Reno masih memandang wajah Desi.
"Dasar..." Tiara mengumpat keduanya kesal di tempat nya sat ini.
"Eh mas Reno hari Minggu tidak jalan sama Tiara?" Tanya Desi.
"Tidak malas banget?" Jawab Reno.
Tiara melebarkan matanya mendelik sebal saat mendengar ucapan dari Reni tadi.
"Apa tadi dia bilang, malas..." Tiara mengertakan giginya saat telinganya menangkap kata itu keluar dari mulut sang kekasih yang begitu dia sayangi.
Hati Tiara langsung remuk di buatnya, semua cinta yang dia berikan ternyata tak berarti bagi Reno kekasih nya saat ini.
Tiara menghela nafas panjang, dia menenangkan hati nya saat ini.
"Sabar Tiara," guman Tiara namun matanya masih fokus menatap kedua orang itu dengan perasaan campur aduk.
"Lho kenapa mas? Bukannya dia pacar mas Reno ya?" Tanya Desi memancing Reno berbicara lebih banyak tentang Tiara.
"Sebenarnya aku tuh sudah bosan dengan dia apalagi penampilannya masih kampungan tidak pernah bisa berubah," jawab Reno sedikit kesal membahas penampilan sang kekasih.
"Terus mas Reno pengennya pacar yang bagaimana?" Tanya Desi dengan nada sensual manja nan menggoda.
"Aku sih maunya seperti kamu," jawab Reno mencolek dagu Desi dengan genit.
"Ah bisa saja kamu," kata Desi malu-malu. Keduanya pun bergandengan tangan sesekali Reno mencium tangan Desi dengan lembut.
"Iya kamu lebih cantik dan menarik, apalagi bibir kamu begitu menggoda," rayu Reno mengengam tangan Desi.
Desi tersenyum malu-malu di buatnya saat ini.
Melihat pemandangan itu membuat Tiara sedih, dia meremas ujung bajunya karena kesal.
"Ternyata begini aslinya kamu mas," lirih Tiara menatap ke arah keduanya dengan sendu.
"Semangat Tiara, lelaki banyak jangan tangisi pria seperti itu," kata Tiara kepada dirinya sendiri.
Tiara pun berdiri, dia tak lupa memasukkan ponselnya yang sudah padam itu karena kehabisan daya.
Tiara berdiri, dia merapikan tampilannya. Dirasa cukup rapi dia pun melangkahkan kakinya menuju ke arah mereka.
Prok prok prok prok prok prok prok prok....
Keduanya pun menoleh saat mendengar suara tepukan yang cukup keras mendekat ke arah mereka.
"Bagus ya begini kelakuan kalian berdua jika di luar kantor, ck sungguh tak menyangka ternyata pacar yang ku kira setia ternyata seleranya ulat bulu seperti ini," kata Tiara dengan tenang menatap sinis ke arah dua orang yang tengah berpegangan tangan mesra.
"Pacar dan teman kantor bermesraan begini," Tiara masih menatap keduanya dengan pandangan sendu. Tiara mencoba menguatkan hatinya saat ini. Reno sang kekasih yang tak pantas dia tangisi saat ini, Tiara harusnya tersenyum karena bisa melihat sifat asli Reno sang kekasih.
Deg...
Reno membeku di tempatnya saat ini.
"Ti-ara..."
"Tiara...." Guman kedua orang itu bersamaan.
"Ini tidak seperti yang kamu kira sayang," elak Reno menatap ke arah Tiara dengan memelas.
"I-ya ini kita cuma ngobrol saja," kata Desi meyakinkan Tiara namun tatapan Desi seolah mencemooh.
'Ha ha ha ha ha ha ha ha.... Ayo Tiara marah saja, aku akan sangat senang kalau kamu dan Reno putus jadi aku bisa terang-terangan menjerat dia,' batin Desi tertawa licik.
"Ck tuh tangan seperti orang mau meyebrang saja," cibir Tiara menatap tangan keduanya yang masih bertautan.
Keduanya sontak melepaskan tangannya dengan cepat, Reno pun bangkit mendekati Tiara saat ini.
"Sayang kita hanya ngobrol saja bercanda, ini kamu cuma salah paham," Reno mencoba mengengam tangan Tiara meyakinkan wanita itu.
"Ck meskipun aku wanita yang berasal dari kampung dan gaya ku kampungan tetapi aku masih waras untuk bisa melihat mana lelaki yang bermulut manis di depan dan busuk di belakang," kata Tiara menatap sinis ke arah Reno namun kata-kata nya begitu tepat seolah menyindir Reno.
Deg...
Reno terbelalak kaget mendengar ucapan dari Tiara, bulir-bulir keringat langsung bercucuran dari wajahnya.
'Apa Tiara mendengar ucapan ku tadi?' batin nya bertanya-tanya saat ini.
"Sayang kamu bicara apa?" Kata Reno menatap ke arah Tiara dengan penuh pertanyaan.
"Ha ha ha ha ha ha ha ha, kamu jangan berpura-pura tak mengerti. Aku sudah mendengar semua ucapan mu tadi dengan jelas," kata Tiara dengan suara bergetar menahan rasa sedihnya.
'Tahan Tiara jangan sampai kamu menangis di depan buaya ini,' guman Tiara di dalam hatinya menyemangati dirinya agar tidak terlihat rapuh di depan mereka berdua.
"Sayang aku mohon dengarkan aku.." Pinta Reno memelas sedangkan Desi masih berdiri di sana menatap keduanya yang sedang bertengkar.
Desi tersenyum melihat pertengkaran keduanya.
"Cukupppp...." Tiara mencoba menepis tangan Reno yang sedari tadi berusaha meraih tangannya.
"Sayang please..." Reno masih berusaha membujuk Tiara, dia masih belum rela melepaskan Tiara.
"Kita putus..." Kata Tiara dengan tegas.
"Apa?" Reno dibuat tak percaya, dia syok mendengar Tiara berbicara putus.
"Tidak sayang..." Reno mengelengkan kepalanya tanda dia menolak keputusan Tiara saat ini.
Bersambung....
Reno menatap nanar punggung Tiara yang sudah berlalu pergi menjauh.
"Tiara ...." Cuma kata itu yang mampu di ucapkan.
Sebenarnya jauh di dalam hatinya masih ada cinta untuk Tiara namun dia engan untuk mengejar sang kekasih.
Mungkin karena pergaulan Reno dengan beberapa orang membuatnya jadi seperti ini, Reno sedikit berubah, dirinya yang sekarang memandang orang dengan gaya berpakaian serta barang-barang branded jadi tolak ukur pergaulan nya dan cara dia mencari teman-teman untuk sekedar berkumpul.
Reno teringat dia sering di ledek teman-teman nya saat datang membawa Tiara dan hal itulah yang membuat dia bosan melihat tampilan Tiara yang itu-itu saja berbeda dengan teman perempuan nya saat ini begitu modis dan membuat lelaki menatapnya dengan takjub.
Tiara juga membosankan menurutnya karena untuk berpegangan tangan dengan nya saja harus merayu nya bahkan memohon terlebih dahulu sedangkan banyak wanita yang dengan rela melemparkan tubuh mereka tanpa bujuk rayuan.
"Mas Reno tenang saja, masih ada aku disini," bujuk Desi mengelus tangan Reno dengan manja.
Reno terdiam tak menanggapi ucapan Desi.
"Ayo mas kita masuk," ajak Desi mengandeng tangan Reno masuk, namun diam-diam Desi tersenyum licik memandang ke arah Tiara yang sudah berlalu menjauh.
***
Tiara melangkahkan kakinya berjalan keluar kompleks perumahan itu.
"Hiks hiks hiks hiks hiks, kenapa kamu tega berbicara seperti itu," lirih Tiara.
"Semangat Tiara jangan sedih, ingat masih ada bapak dan ibu di kampung yang sayang sama kamu," kata Tiara menyemangati diri sendiri.
Meskipun mencoba tegar namun Tiara merasakan sakit hati meskipun dia tak melihat sang kekasih berciuman, atau yang lebih parahnya lagi adalah berhubungan badan namun Tiara merasa terluka mendengar ucapan Reno yang mengatakan bosan dengan nya.
"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks, dasar brengsek," lirih Tiara terisak sambil mengumpat Reno yang telah dia putuskan tadi.
Tiara pun mengusap air matanya dengan kasar.
Tiara membelokkan kakinya menuju ke arah taman yang tak jauh dari sana. Tiara duduk di salah satu panggung menatap lurus ke depan, Tiara menatap sekeliling di atas menemukan seseorang pun di sana.
"Kak cantik, mau beli minum tidak?" Kata kata seorang anak kecil yang menawarkan dagangannya.
"Berapa yang ini?" Tanya Tiara menatap anak yang mungkin berusia 9 tahun.
"5 ribu kak," jawab anak itu.
Tiara mengambil tempat yang ada di tasnya dan mengeluarkan uang 5 ribuan yang ada di sana.
"Terima kasih kak," kata pedagang kecil itu.
"Iya sama-sama," jawab Tiara tersenyum.
Tiara membuka tutup botol itu, dia meminum habis minuman itu dalam sekali teguk karena kesal.
Tiara menatap sekeliling, tak menemukan tempat sampah di sekitarnya namun matanya menatap tempat sampah yang ada cukup jauh, kakinya begitu malas untuk berjalan.
Tiara memutuskan untuk melempar botol kosong itu.
Plukkkk.....
"Aduuuhhh..." Pria itu mengelus kepalanya yang terasa sakit.
"Ha..." Tiara begitu kaget dibuatnya, dia tak menyangka bobo yang dilempar mengenai seseorang yang duduk tak jauh dari setempat sampah itu.
"Woeeee... Siapa nih yang melempar ini," teriak pria tampan itu dengan murka.
"Ha tuh kan pria tadi, aduh apes bin sial nih ceritanya sampai bisa bertemu dengan pria itu lagi, aku harus cepat kabur dari sini," kata Tiara pada dirinya sendiri.
SREEEEK (Tiara berlari kencang)
Ya Tiara memilih kabur meninggalkan tempat itu, dia tak ingin berurusan dengan pria itu untuk kedua kalinya, dia ingin menenangkan hati nya yang sedang patah hati bukan menambah kekesalan.
"Hos hos hos hos hos hos hos.... Akhirnya aku bisa kabur, semoga saja tuh orang gak lihat aku, he he he he he he," kata Tiara sambil terkekeh membayangkan wajah pria itu pasti sedang marah-marah tak jelas.
"Ah sebaiknya aku pulang, huuu daripada nanti kena masalah. Apalagi mood ku sedang jelek gara-gara kejadian tadi daripada nanti aku sial terus mending pulang," guman Tiara.
Sedangkan pria tampan itu bersungut-sungut kesal sedari tadi.
"Aaahhh.... Siapa sih tuh perempuan, bisa-bisanya dia melempar botol kosong terus kabur? Huuu awas saja kalau ketemu, ku beri kamu pelajaran," kata pria tampan itu bersungut-sungut kesal.
"Bos..." Lirih Beni merasa binggung saat melihat raut wajah bos nya yang tak bersahabat.
"Kamu dari mana sih, lama banget," kata Alex berkacak pinggang menatap horor Beni yang tak lain asistennya itu.
"Ma-af bos tadi kan bos nyuruh aku cari ojek karena bos lelah berjalan kaki," jawab Beni menundukkan kepalanya.
"Kamuuuu....! Gara-gara kamu hari ini aku sial 2 kali, tadi pagi aku di tabrak cewek bar-bar terus tadi aku di timpuk cewek aneh yang langsung kabur tanpa meminta maaf," grutu Alex menyalahkan semuanya kepada Beni.
"Lho kok saya bos, saya kan tidak tahu apa-apa," jawab Beni dengan binggung.
"Ya kamu yang salah, memangnya siapa lagi kalau bukan kamu, kamu yang maksa aku cek proyek yang ada di sini," kata Alex melotot.
"Iya in ajalah daripada tidak keluar-keluar tuh ngomelnya," grutu Beni dengan suara kecil namun masih tetap di dengar oleh Alex.
"Apa kamu bilang?" Tanya Alex melotot.
"He he he he he, tidak kok bos," elak Beni cengengesan.
"Awas kalau kamu berani membatah lagi, bulan depan gaji kamu tinggal separuh," ancam Alex.
"Ya jangan dong bos, kapan nikahnya kalau gajian di potong. Mana mamak sudah nyuruh cari istri lagi," kata Beni memelas.
"Itu sih urusan mu, bukan aku," jawab Alex cuek.
'Dasar mentang-mentang bos seenaknya saja main potong gaji,' grutu Beni dalam hati nya.
'Nasib-nasib jadi bawahan, dikit-dikit potong gaji,' grutu Beni di dalam hati nya.
Alex pun kesal melangkahkan kakinya, namun setelah itu dia berhenti karena mengingat sesuatu. Alex pun berbalik menatap ke arah Beni sang asisten.
"Mana ojek nya?" Tanya Alex.
"Ti-dak ada bos," jawab Beni sedikit takut.
Alex melotot menatap kesal Beni, bisa-bisanya waktu libur nya terganggu gara-gara terdampar di tempat ini.
"Masa aku harus jalan kaki lagi, pake aplikasi pak go go buat pesan ojek," perintah Alex.
"He he he he he he he, gak punya bos," jawab Beni menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Terus ponsel kamu isinya apa?" Kata Alex wajahnya semakin galak menahan kesal.
"Cuma nomor bos sama relasi kita saja," jawab Beni dengan polos.
Alex hanya menepuk keningnya merasa pusing.
"Besok-besok tuh ponsel isi aplikasi makanan, sama ojek biar berguna sekalian belanja online biar mamak kamu bisa belanja tampa harus capek-capek tinggal pencet ponsel saja," kata Alex kesal.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!