Hai semua 🥰
Sesuai janjiku ya, aku mau lanjutin nih kisahnya Rani dan Dito nih. Dan aku mau bikin beda dari karya aku sebelumnya, yang sebelum-sebelumnya ada pelakor tapi kali ini aku gak mau kasih pelakor dan masalah rumah tangga. Karena aku bikin judulnya Sweet Memories jadi aku mau kasih yang manis-manis aja ceritanya dan yang bener-bener cerita novel yang fiktif.
Jangan lupa diikuti terus ya dan selalu dukung karya-karya yang lain 😍
...******Happy Reading******...
Malam pertama adalah malam yang selalu dinantikan bagi pasangan pengantin baru. Begitu juga bagi Dito dan Rani saat ini.
Setelah semua tamu undangan pulang, kedua orang tua Dito pun juga akan segera pulang. Tetapi sebelum mereka meninggalkan tempat acara, mereka terlebih dahulu menemui pasangan pengantin baru yang baru saja turun dari pelaminan.
"Dito, Papa sama Mama pulang dulu. Papa sudah booking kamar dihotel ini dan ini kuncinya kalian bisa langsung menuju kamar saja." ucap Pak Bagas sambil menyerahkan access card kepada Dito.
"Koper pakaian sudah Mama siapkan dikamar." lanjut Bu Anya memberitahu kepada Rani dan Dito.
"Iya Pa, Ma terima kasih." jawab Dito yang menyalami kedua orang tuanya sebelum mereka benar-benar meninggalkan Rani dan Dito.
"Rani ikut pulang aja ya Ma? Rani uda capek." ucap Rani polos, yang memang dia terlihat sangat capek.
Pak Bagas dan Bu Anya pun saling pandang, mereka sampai menahan tawa mendengar ucapan dari menantunya.
Kemudian Bu Anya mendekati Rani dan terlihat membisikkan sesuatu ditelinga Rani.
Setelah mendengar bisikan itu, raut wajah Rani pun terlihat berubah dia seperti seseorang yang ketakutan. Dan tentu saja hal itu membuat Pak Bagas dan Dito bertanya-tanya apa yang dibisikkan oleh Bu Anya.
"Ya sudah ya Mama sama Papa pulang dulu." ucap Bu Anya kemudian menarik pelan Pak Bagas untuk segera mengikutinya untuk meninggalkan Rani dan Dito.
Sedangkan Rani hanya diam mematung saja, dia masih terlihat memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibu mertuanya.
"Poo, kamu gak apa-apa?" tanya Dito sambil memegang bahu Rani yang masih melamun.
Mendapatkan sentuhan dari Dito membuat Rani reflek menghindar seakan takut dengan Dito. Tentu saja membuat Dito semakin bertanya-tanya.
"Kamu kenapa?" tanya Dito lagi, karena pertanyaan Dito yang pertama tidak ditanggapi oleh Rani.
Seketika Rani pun tersadar, dia menggelengkan kepalanya seakan mengusir hal-hal negatif yang ada dipikirannya.
"Oh gak apa-apa Boo. Ayo kita ke kamar aku uda gerah banget sama gaun ini." jawab Rani yang masih memegang gaun panjang yang menyelimuti tubunya.
Kemudian Dito pun membantu Rani untuk memegang gaunnya supaya Rani bisa lebih leluasa berjalan.
Akhirnya keduanya pun sampai didepan kamar yang sudah disiapkan kedua orang tua Dito untuk mereka.
"Bener kan ini kamarnya?" gumam Dito sambil mencocokkan nomor kamar dengan nomor access card yang dia pegang.
Setelah memastikan bahwa nomornya sama, Dito pun segera membuka kamar tersebut. Dan pemandangan pertama yang mereka lihat adalah kamar yang gelap.
Dito pun masuk dan memasukkan access card ke dalam tempat yang disediakan untuk menyalakan aliran listrik dalam kamar tersebut. Seketika lampu pun menyala dan terlihatlah kamar pengantin yang sudah dihias dengan sangat cantik.
Ranjang yang dipenuhi bunga dengan dihias berbentuk hati, jalan setapak menuju ranjang dengan tebaran bunga mawar merah serta kamar mandi yang juga penuh dengan bunga mawar merah.
Rani pun mengikuti Dito masuk ke dalam, begitu melihat semua itu Rani pun melongo dia sampai menutup kedua mulutnya karena saking terkejutnya.
"Ini cantik banget." gumam Rani dengan mata yang berbinar sambil berjalan menghampiri ranjang yang sudah dihias tapi tanpa dia sentuh.
Dito yang hampir duduk diranjang pun kaget karena mendengar Rani yang berteriak kepadanya.
"Jangan Poo!" seru Rani sambil mengarahkan tangannya kepada Dito.
Dito pun berdiri lagi dan menatap bingung ke arah Rani.
"Kenapa?" tanya Dito.
"Kita gak usah tidur diranjang ya, tidur di sofa aja. Karena nanti bunga-bunga ini jadi rusak semua." jawab Rani polos.
"What???" tanya Dito tidak habis pikir.
...****************...
Hahahaha pengantin baru tidurnya di sofa aja ya 🥰
Tetap semangat 💪
Like, komen dan hadiahnya jangan lupa 🙏
Sedangkan didalam mobil, Pak Bagas dan Bu Anya duduk dikursi penumpang belakang dan disopiri oleh sopir mereka yang setia.
"Mamangnya tadi Mama bisikin apa ke Rani? Kog Rani gak jadi ikut pulang sama kita?" tanya Pak Bagas yang masih penasaran dengan apa yang dibisikkan oleh istrinya kepada menantunya saat akan pulang tadi.
Sebelum menjawabnya terlihat Bu Anya menahan tawa saat mengingat apa yang dia bisikkan kepada Rani.
"Kog malah ketawa sih Ma?" tanya Pak Bagas yang malah semakin penasaran karena istrinya itu tidak segera menjawab.
"Mama tadi sengaja bisikin ke Rani kalau dia harus membuktikan bahwa malam pertama itu apakah enak atau tidak." jawab Bu Anya dengan terkekeh.
"Memangnya Rani pernah tanya sama Mama?" tanya Pak Bagas yang bingung dengan jawaban istrinya.
"Pernah Pa, waktu Rani sama Mama pergi buat ngurus semua pernikahan itu di butik Rani tanya sama Mama apa bener katanya teman-teman Rani malam pertama itu enak. Waktu itu Mama juga kaget kog Rani tanya seperti itu tapi Mama ingat bahwa Rani polos jadi dia memang tidak tahu apa-apa jadi ya Mama jawab aja enak." jawab Bu Anya dengan menahan tawa.
"Dan Papa tenang aja, kita pasti sebentar lagi segera dapat cucu karena Mama sengaja hanya menaruh lingerie di koper mereka." lanjut Bu Anya dengan membisikkan ditelinga Pak Bagas.
Pak Bagas yang mendengar jawaban istrinya pun justru ikut terkekeh, dia bisa membayangkan bagaimana nanti Rani dan Dito yang masih sama-sama polos ketika mereka menghadapi malam pertama mereka.
"Padahal mereka gak tahu aja ya Ma, waktu buka segel itu susah." bisik Pak Bagas ditelinga istrinya.
Karena didalam mobil mereka mengingat ada sopir jadi Pak Bagas pun berbisik kepada istrinya supaya tidak terdengar oleh sopir mereka.
Bu Anya pun menjawab dengan memberi cubitan kecil diperut Pak Bagas, karena tiba-tiba saja dia juga mengingat waktu mereka malam pertama dan buka segel. Keduanya pun terkekeh bersama.
...----------------...
Saat ini Rani dan Dito benar-benar duduk bersama di sofa. Rani melarang Dito untuk merusak tatanan bunga mawar yang sudah cantik yang berada diatas ranjang.
"Beneran ini Poo, kita tidur di sofa?" tanya Dito untuk kesekian kalinya kepada Rani.
Karena sejak tadi Dito sudah merengek ingin berbaring diranjang, setelah dia membersihkan diri dan berganti baju dengan pakaian tidur. Sedangkan Rani masih tetap memakai gaunnya dan belum mau dilepas karena dia masih asyik dengan ponselnya untuk memotret semua sudut kamar pengantin mereka yang tidak boleh dirubah sama sekali.
"Sssttt...!" bukannya menjawab, Rani justru menempelkan telunjuknya di bibirnya sendiri menyuruh Dito untuk diam saja.
"Aku udah capek Poo pengen baringan di ranjang. Kamu juga belum ganti pakaian. Emang gak berat itu gaunnya?" tanya Dito perhatian.
"Ya uda baringan di sofa itu aja, kan aku uda bilang kita tidur di sofa, titik!" jawab Rani yang tanpa mau ditawar sama sekali.
Akhirnya Dito pun mengalah, dia lebih memilih berbaring di sofa karena dia memang sudah sangat lelah setelah menjadi raja seharian dan dia memejamkan matanya tetapi tidak tidur.
Setelah puas mendokumentasikan seisi kamarnya dengan ponselnya, Rani pun meletakkan ponselnya di atas nakas dan dia berjalan ke kamar mandi untuk berganti pakaian.
"Aku ganti pakaian dulu Boo." ucap Rani sambil berjalan menuju kamar mandi.
"Hemm..." Dito hanya menjawabnya dengan deheman karena dia sudah setengah sadar saking capeknya.
Setelah membuka gaunnya, Rani pun mencari pakaiannya di koper yang saat itu ada di ruangan dekat kamar mandi. Tetapi setelah hampir mengeluarkan seluruh isinya, Rani tidak menemukan pakaiannya yang pantas pakai. Dia justru menemukan baju-baju seksi yang terbuka dimana-mana ketika dia membentangkannya didepan wajahnya.
"Mana sih baju tidurku? Apa Mama lupa gak nyuruh Mbak masukkan dikoper? Trus ini baju apaan coba tipis gini?" gumam Rani yang masih bingung dengan apa yang dilihatnya.
Seketika Rani pun jadi ingat dengan apa yang dibisikkan oleh Ibu mertuanya tadi.
"Mati aku, apa bener enak seperti yang Mama bilang?" gumam Rani sambil mendekap baju tipis tersebut dengan ekspresi yang sedikit takut karena yang dia tahu dari teman-temannya bahwa malam pertama itu sakit tapi kenapa Ibu mertuanya justru bilang bahwa malam pertama itu enak.
...****************...
Hayo, kalau kalian malam pertama enak apa sakit tu? 🤭
Tetap semangat 💪
Like, komen dan hadiahnya jangan lupa 🙏
Karena tidak menemukan pakaian pantas pakai yang lain, akhirnya dengan terpaksa Rani memakai pakaian tipis yang ada. Begitu baju tersebut terpasang dibadannya dia sempat hampir teriak jika saja dia tidak langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Jika memang dia berteriak pasti suaminya akan langsung menghampiri dan tentu saja dia malah semakin malu.
Bukannya merasa pantas memakai pakaian tersebut justru Rani merasa sangat malu. Karena kain yang sangat tipis dan minim hampir menunjukkan semua lekuk ditubuhnya.
Untung saja selalu tersedia bathrobe di kamar mandi sehingga Rani bisa menutupi tubuhnya yang hampir telanjang meskipun sudah memakai kain dengan bathrobe.
Membuka pintu kamar mandi dengan sangat pelan, karena Rani takut Dito mendengarnya dan mengetahui keberadaannya. Dengan langkah pelan dan tangan yang memegang bathrobe dengan erat seakan takut terlepas, Rani berjalan menghampiri lampu utama dan mematikannya dan hanya menyisakan lampu tidur yang cukup remang.
Bukan bermaksud ingin membuat suasana romantis tetapi Rani berpikir agar Dito tidak melihat apa yang dia kenakan. Dito bisa merasakan pergerakan dari Rani, tetapi dia masih tetap dalam posisinya dengan berpura-pura tidur.
Rani berjalan mendekati sofa dimana Dito berbaring disana. Dia kemudian duduk disamping Dito.
"Boo..." panggil Rani.
Dito sebenarnya mendengar tetapi dia memang sengaja tidak menjawab panggilan dari Rani.
"Boo..." panggil Rani sekali lagi tetapi kali ini dengan sedikit goncangan dibahu Dito.
Dito pun menggeliat seakan baru saja bangun tidur. Kemudian dia segera bangun dan ikut duduk disamping Rani.
"Kenapa? Kog pakai bathrobe gak ada baju tidur?" tanya Dito yang berusaha membuka bathrobe Rani tetapi tetap dipegang erat oleh Rani.
"Gak ada pakaian ku." lirih Rani.
"Gak ada gimana? Gak mungkin lah Mama gak nyuruh Mbak masukin baju kamu." jawab Dito sambil bangkit dari duduknya dan berjalan ke ruangan dimana koper mereka berada.
Dan Rani segera mengikutinya karena ingin menjelaskan memang tidak ada pakaiannya hanya beberapa kain tipis yang ada.
"Bukan gak ada sih Boo, tapi yang ada cuma itu...." ucap Rani dengan menggantungkan kalimatnya.
"Cuma apa?" tanya Dito.
Karena penasaran Dito pun membuka koper mereka dan benar saja dia hanya menemukan beberapa kain tipis dan tidak ada pakaian sama sekali.
Dito memang polos tetapi dia masih bisa tahu untuk apa pakaian itu. Karena Kelvin pernah menunjukkan padanya ketika akan membelikan pakaian itu untuk kekasihnya.
Dengan tersenyum dalam hatinya dan pikiran yang cukup liar, meskipun Dito sendiri juga tidak tahu akan memulai dari mana dia pun menghampiri Rani yang masih berdiri didepan pintu ruangan tersebut.
"Iya kan gak ada Boo?" tanya Rani.
Keduanya pun kembali berjalan ke sofa dan duduk disana.
"Ya pakai itu aja gak apa-apa kan Poo." jawab Dito.
"Tapi badan aku jadi kelihatan semua." ucap Rani dengan menundukkan kepalanya, karena mengingat ketika dia memakainya.
"Memangnya sudah kamu coba?" tanya Dito.
Rani hanya menganggukkan kepalanya.
"Ini malah udah aku pakai. Tapi aku malu makanya aku pakai bathrobe Boo." jawab Rani dengan polos.
"Coba sini lihat." ucap Dito sambil berusaha menarik bathrobe yang dipakai Rani.
"Jangan Boo!" seru Rani dengan sekuat tenaga menahan bathrobe agar tidak terlepas dari tubuhnya.
Seakan tahu ketakutan istrinya, Dito pun mencoba memahaminya. Dia melepaskan bathrobe yang sudah dia pegang.
"Ya sudah sekarang ayo kita tidur diranjang." ucap Dito yang akan bersiap untuk berdiri. Tetapi Rani segera menahannya dan membuat Dito kembali duduk disofa.
"Kan aku uda bilang jangan tidur diranjang Boo!" larang Rani.
"Trus kita tidur dimana kalau gak diranjang?" kesal Dito karena istrinya tidak mengijinkannya tidur diranjang pengantin mereka.
"Kita tidur di sofa ini aja. Kan sofa nya luas juga." jawab Rani sambil memamerkan gigi-gigi putihnya.
Rani segera beranjak dan tidur dibelakang Dito yang masih duduk.
"Uda ayo bobok." lanjut Rani sambil menarik paksa Dito agar berbaring disampingnya.
Dito pun akhirnya hanya bisa menurut, dia berbaring disamping Rani. Dan beberapa detik kemudian keduanya saling terdiam karena merasa canggung dan tidak tahu harus berbuat apa dimalam pengantin mereka.
Hanya suara detak jantung mereka dan jam dinding dikamar itu saja yang seakan bersahutan untuk berbunyi.
Hingga akhirnya Dito pun memposisikan dirinya untuk berbaring menghadap ke arah Rani. Dengan posisi seperti itu membuat Rani menjadi grogi dan panas dingin diruangan ber AC tersebut.
"Kita mau ngapain sekarang Poo?" bisik Dito ditelinga Rani.
Mendapat bisikan seperti itu membuat bulu kuduk Rani semakin merinding. Dia seperti berada diruangan uji nyali yang hanya ada dirinya sendiri. Rani sampai ingin bergerser sedikit menjauh tetapi segera ditahan pinggangnya oleh Dito sehingga membuat Rani tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kita... Kita bobok aja ya Boo?" ajak Rani yang langsung memejamkan mata.
"Yakin mau langsung bobok?" tanya balik Dito kepada Rani sambil sedikit memberi rangsangan ditelinga Rani.
Rani pun spontan mengeluarkan desahannya tanpa bisa dia tahan. Karena jujur saja selama hidupnya baru kali ini Rani bersentuhan dengan lawan jenis dengan intim.
Mendengar ******* Rani yang lepas kendali membuat Dito senang dalam hatinya. Dia berusaha terus memberikan rangsangan kepada Rani agar Rani bisa lebih santai menghadapi malam pertama mereka.
Jujur saja sebenarnya Dito juga tidak tahu menahu soal seperti itu. Karena masa mudanya dia habiskan untuk bekerja dengan mandiri terbukti saat ini dia sudah memiliki cafe atas namanya sendiri tanpa ada bantuan dari orang tuanya. Bahkan menjelang pernikahan kemarin Dito tidak sempat belajar mengenai malam pertama karena waktunya dia habiskan untuk mempelajari prosedur-prosedur perusahaan Papanya yang mulai hari ini akan dia pegang sedangkan cafe nya akan dia percayakan istrinya untuk mengelola.
Tetapi untung saja, detik-detik menjelang pernikahan Dito kedatangan tamu spesial pakar percintaan yang datang langsung ke kantornya untuk menemuinya secara khusus. Siapa lagi kalau bukan sahabat baiknya yang tentu saja sudah buka segel sejak dulu, Kelvin.
Sebenarnya Dito tidak menyuruhnya untuk datang ke kantor apalagi untuk menjadikan Kelvin sebagai guru percintaannya, tetapi karena memang Kelvin yang suka iseng maka dia sengaja datang sendiri menemui Dito dan memberikan tips-tips bermanfaat yang bisa Dito gunakan untuk malam pertamanya nanti.
Awalnya Dito menolak tetapi lama-kelamaan dia mulai tertarik dan berpikir bahwa tidak ada salahnya kali ini mengikuti arahan dari Kelvin yang memang sudah pakarnya dalam hal ini.
...****************...
Akankah Dito berhasil mempraktekkan pelajaran dari Kelvin? 🤭
Yuk jangan lupa di favoritin yaa 🥰
Dukung terus, tetap semangat 💪
Like, komen dan hadiahnya jangan lupa kak 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!