Tanpa memberi kabar terlebih dahulu,malam ini Dalfi Winata sudah berada didepan apartemen Vania soraya. Dia hendak mengetuk pintu tetapi diurungkanya. Dengan sekali menekan tombol kode, Dalfi sudah bisa membuka pintu apartemen kekasihnya. Hening,sunyi,tidak ada suara.
Keadaan diruangan itu gelap gulita, hanya nampak lampu dapur yang menyala. Sebentar dia menuju kedapur untuk meletakkan bungkusan berisi makanan.Tanpa perasaan curiga, dia langsung menuju kamar kekasihnya yang tertutup rapat. Dengan menggenggam sebuah bucket mawar merah,dia menarik handle pintu.
ceklek
Suara pintu dibuka.
Namun sesaat setelah pintu terbuka, dia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Dengan bola mata yang memerah, dia langsung menarik dan menyeret pria yang sedang bercumbu dengan kekasihnya tanpa melirik kekasihnya sama sekali.
"Dasar lelaki bajin*an! bugh..bugh!" dua bogem mentah pun berhasil mendarat dipipi lelaki itu,dilanjutkan pukulan ke perut.
" arghh!"
Lelaki itu hanya bisa mengerang kesakitan tanpa bisa membalas pukulan Dalfi. Tenaganya sudah habis terkuras diatas ranjang panas tadi.
" Mas,sudah hentikan! Dia bisa mati nanti," teriak Vania histeris sambil memegangi tangan Dalfi.
Tanpa memperdulikan omongan Vania, Dalfi yang sudah terlanjur gelap mata terus menghujani lelaki itu dengan pukulan yang membabi buta.
" Mas, hentikan! Aku bisa jelasin semuanya!" isak tangis Vania sudah pecah sedari tadi. Dia terduduk lemas di lantai dengan selimut yang menutupi badanya. Dia hanya bisa melihat selingkuhannya terkapar dengan muka babak belur.
"Tidak perlu penjelasan lagi! Apa yang aku lihat ini, sudah bisa menjelaskan semuanya!" Dalfi bersuara dengan nafas yang terengah-engah.
Dia segera bangkit dan berlalu pergi.
"Brak"
Pintu rumah ditutup dengan sekuat tenaga. Untung saja engsel pintunya kuat jika tidak,mungkin pintu itu akan ikut hancur.
Kecewa, terluka, sakit hati,marah dan benci semua perasaan itu sekarang sedang dirasakan oleh Dalfi Winata. Tanpa sengaja,dia melihat dengan mata kepalanya sendiri.Menyaksikan bagaimana sang pujaan hati dengan teganya bermain api dibelakangnya.
Sebenarnya dengan hati yang tengah berbunga-bunga, sepulang bekerja dia berniat akan melamar sang kekasih dengan memberikannya sebuah cincin berlian yang sudah dipesan jauh hari. Dengan cara memberinya kejutan kecil, dia berharap Vania Akan senang.Tetapi pada kenyataannya,malah dia yang mendapatkan kejutan yang lebih luar biasa. Hanya kepahitan yang harus Dalfi rasakan sekarang.
Hubungan asmara yang sudah dirajut selama empat tahun harus berakhir dengan pengkhianatan.Mimpi yang didambakan untuk memiliki keluarga yang harmonis, sudah sirna hancur seperti perasaannya sekarang ini. Diumur yang terbilang dewasa dan mapan, Dalfi Winata sudah siap membina rumah tangganya.Seorang CEO sebuah perusahaan yang cukup terkenal, tampan, ramah kepada siapapun tentu saja menjadi nilai plus baginya. Banyak dari rekan bisnis ataupun keluarga yang berniat menjodohkan Dalfi dengan anak gadisnya, akan tetapi semua berujung penolakan.
Hati dan rasa cinta serta kasih sayang yang dimiliki Dalfi hanya untuk Vania seorang. Gadis teman seperjuangan yang dikenal saat masa kuliah dulu. Bersama-sama meniti karir, susah senang dilalui bersama. Sampai pada posisi sekarang ini.
Kemampuannya dalam menjalankan bisnis sudah tidak diragukan lagi. Walaupun perusahaan ini milik ayahnya, dia lebih memilih untuk meniti karirnya dari bawah. Tidak serta merta langsung menjabat sebagai CEO.
Disertai hujan deras yang turun dan hati galau, Dalfi melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Pandangan terhalang oleh derasnya hujan.Matanya yang berkabut karena air mata, tidak menyurutkan niatnya untuk memacu cepat mobil yang Ia kendarai.
Hingga tanpa terduga "citttttt.. bruk! " suara ban mobil berdecit.
Kecelakaan pun tak bisa terelakkan. Mobil Dalfi menabrak pengemudi motor yang sedang berboncengan.Motor jatuh terpental sampai beberapa meter. Karena saking terkejutnya,dia langsung banting stir hingga akhirnya menabrak tiang.
Dentuman keras yang terdengar langsung menarik perhatian pengguna jalan yang kebetulan sedang lewat. Tanpa menunggu lama suara sirine ambulance berdatangan memekakan telinga. Mereka segera menolong para korban kecelakaan.
Dengan pandangan yang semakin samar,Dalfi berharap semuanya berakhir disini. Hanya itu yang ada dipikiranya saat ini. Akan tetapi sekilas terlihat pandangan didepannya,seorang gadis yang terkapar tidak jauh dari tempatnya.
Gadis yang berlumuran darah disekujur tubuhnya itu adalah korban yang ditabraknya.Sedang diangkat ke atas brankar dengan alat penyangga leher yang sudah terpasang.Sesaat Dia menyesal karena memikirkan dirinya sendiri. Sambil menatap gadis yang berada tak jauh dihadapannya, Dalfi hanya bisa berteriak minta maaf didalam hati, sebelum pandangannya mulai gelap dan tak sadarkan diri.
Para petugas segera berusaha mengeluarkan tubuh Dalfi yang terjepit mobil.Mereka berusaha sekuat tenaga agar korban segera bisa dibawa ke rumah sakit. Benturan yang keras membuat salah satu korbannya meninggal di tempat.Sedangkan gadis itu mengalami cedera yang cukup parah. Salah satu ambulance sudah pergi membawa gadis itu kerumah sakit agar segera mendapatkan pertolongan.
Air hujan bercampur dengan darah segar mengeluarkan bau amis yang khas. Membuat orang yang tidak tahan,akan merasa mual dan pening kepala.
"Orang kaya ya yang menabrak, pasti mabuk orangnya."
"Kasihan sekali korban nya, mana masih muda lagi."
"Anak muda jaman sekarang, sukanya ugal-ugalan."
Desas desus komentar dari para pejalan kaki. Kecelakaan yang terjadi menimbulkan kemacetan yang cukup parah. Orang dengan sengaja menepikan mobilnya hanya untuk sekedar melihat. Tanpa memperdulikan hujan yang turun.
Kini dirumah sakit.
Orang tua Dalfi datang dengan tergopoh-gopoh. Perasaan khawatir dan was-was menghantui keduanya. Disepanjang perjalanan kerumah sakit ,air mata bercucuran tak kunjung berhenti dari mata ibu Rini. Pak Andre yang mendapat telepon dari pihak rumah sakit pun tak kalah terkejutnya. Dia hanya bisa menguatkan istrinya dengan berkata bahwa semua baik-baik saja. Selang menunggu beberapa jam, seorang dokter keluar dari ruang UGD.
"Dokter bagaimana keadaan anak saya? Saya orang tua dari Dalfi," tanya Pak Andre diselingi isakan tangis istrinya.
"Keadaan pasien tidak terlalu gawat, luka robek dipahanya sudah berhenti mengeluarkan darah setelah mendapat beberapa jahitan. Untuk benturan dikepala, kita akan observasi lagi setelah pasien sadar," ucap dokter menjelaskan.
"Alhamdulillah Ya Alloh,terima kasih,Dok!".
" Kemungkinan sebentar lagi pasien akan dipindahkan ke ruang inap."
Disaat yang bersamaan, datanglah seorang lelaki bersama ibunya. Dengan tergesa-gesa langsung bertanya.
"Dok,bagaimana keadaan teman saya? Dia korban kecelakaan dijalan X tadi.Dimana dia sekarang?" serentetan pertanyaan keluar dari mulutnya.
Sejenak dokter tampak berpikir, "Maafkan Kami!tetapi wanita paruh baya yang dibawa kesini sudah meninggal ditempat.Dan untuk korban satunya,sekarang sedang menjalani operasi karena mengalami patah tulang dibeberapa tubuhnya," ucap dokter itu.
Seketika kaki ibu yuyun terasa lemas, dia langsung jatuh terduduk.Untung saja anak lelakinya langsung sigap memeluk ibunya. Dia tidak mengira tetangga sekaligus teman baiknya telah berpulang dengan cara yang tragis.
"Ya ampun,mbak! Kenapa nasibmu seperti ini.hiks..hiks!" Ibu Yuyun hanya bisa menangis meratapi nasib temannya.
"Sabar,buk! kita doakan semoga almarhum tenang disana," ucap dokter "Maaf,Pak Andre! Mereka adalah keluarga korban dari kecelakaan tragis mobil Pak Dalfi!"
"Apa!" sahut Pak Andre dan bu Rini serempak.
Khalisa Almira adalah nama dari korban kecelakaan itu. Dia seorang gadis berusia 20 tahun.Walaupun dalam balutan pakaian yang sederhana akan tetapi kecantikannya terpancar sempurna. Kulit putih bersih, hidung mancung dan bibir yang tipis membuat siapa saja yang melihat pasti tertarik padanya. Jika diibaratkan bunga, sudah tentu banyak kumbang yang terpesona dengan kecantikannya.
Malam itu selepas pulang dari bekerja, ibunya berniat mengajak Lisa keluar hanya untuk sekedar mencari udara segar. Karena semenjak bekerja, Lisa jarang sekali mempunyai waktu luang. Entah kenapa seminggu terakhir ini,ibunya merasa sangat kesepian. Tinggal seorang diri dirumah,membuatnya sering melamun.
"Lis..Lis! kamu ini masih sayang sama ibu nggak sih! " ucap ibunya.
"Ya sayang lah! Ibu kok gitu ngomongnya," menghampiri Ibu dan memeluknya.
"Sayang darimana coba, kalau tiap hari ditinggal sendirian terus begini.Berangkat pagi pulang udah malam.Hari libur pun terkadang Kamu sibuk kerja juga" protes ibunya dengan memasang muka sedih. Tangannya tak berhenti mengelus rambutnya.
"Hahaha ibu ini! " Lisa tergelak melihat ekspresi ibunya "Maafin Lisa ya,bu! Karena Lisa sibuk,Ibu jadi kesepian dirumah. Lisa,kan kepengen kuliah Bu, jadi mulai sekarang Lisa harus rajin ngumpulin uang".
Ibunya malah merasa bersalah setelah mendengar perkataan Lisa.Karena ketidakmampuannya,anaknya tidak bisa melanjutkan kuliah. Lisa yang menangkap perubahan wajah ibunya langsung mengalihkan topik pembicaraan.
" Ya sudah,hari ini Lisa akan nemani ibu.Kemanapun Ibu mau pergi! "masih bergelayut manja di lengan ibunya.
"Beneran nih! Kamu nggak keberatan.Nanti Kamu tambah capek lagi."
"Iya,mamiku tersayang! Kalau buat Ibu nggak ada kata capek. Ayo! Lisa akan antar kemanapun Ibu mau pergi" kata Lisa.
"Sebenarnya,Ibu sudah Lama kepengen makan gado-gado. Itu hlo,yang jualanya ditaman jalan X.Sudah lama ibu nggak kesana," ibunya merasa antusias.
"Tumben,Bu! Biasanya kesukaan Ibu,kan gado-gado mbok Minah," tersenyum cengengesan melihat ibunya.
"Itukan gado-gado kesukaannya bapakmu,Lis. Nggak tahu kenapa,Ibu kok tiba-tiba kangen sama bapakmu!" sambil membayangkan senyuman almarhum suaminya.
Dulu sewaktu masih hidup, suaminya suka sekali membawanya pergi ketaman.Walaupun hanya sekedar membeli gado-gado. Tempat itu pula menjadi tempat bersejarah bagi keduanya.
"Siap,Bos! Ayo,kita berangkat! Lisa siap mengantar Ibunda ratuku tersayang kemanapun hahaha.."mengangkat tangannya dan ditempelkannya ke pelipis.
Sesampainya ditaman, gerimis sudah mulai turun.Mereka mengurungkan niatnya untuk makan di situ.
"Bang,dibungkus aja ya 2! jangan lupa cabenya sedikit aja" ujar Lisa sambil melihat ibunya yang duduk dikursi taman.
Nampaknya ibu sangat menikmati suasana malam ini, maafkan anakmu ini bu! gumam Lisa dalam hati.
"Mbak,ini pesanannya!Semua jadinya 25ribu."
" Oke terima kasih, Bang!" menyerahkan dua lembar uang berwarna hijau dan coklat kemudian berlalu menghampiri ibunya.
"Bu,kita mau langsung pulang apa di sini dulu? Sepertinya gerimis nya semakin deras" tanya Lisa.
"Kita langsung pulang aja,Nak! Takutnya nanti malah tambah deras. Kamu bawa jas hujan kan?" kedua tangan ibu terbuka lebar menengadah keudara. "Maafin Ibu ya,Lis, gara-gara nurutin Ibu kita jadi hujan-hujanan malam ini".
" Ya sudah,Bu! dipakai dulu jas hujannya mumpung belum terlalu deras".
Beberapa menit kemudian,Lisa sudah mengendarai motornya.Baru saja Dia melajukan motornya,tiba-tiba dari arah belakang datang sebuah mobil menghantam keras motornya.
Brak!!
Bersamaan dengan rasa terkejutnya,Lisa hanya bisa merasakan tubuhnya seperti melayang diudara.Dan tubuhnya jatuh terhempas diatas jalanan beraspal.Remuk,lemas tak bertenaga yang dirasakannya.
Darah segar mengalir dari dahi melewati hidungnya. Samar bau anyir tercium sesaat sebelum pandanganya menjadi gelap dan menghilang.
Di rumah sakit.
Sudah tiga hari ini Lisa terbaring belum sadarkan diri. Luka yang dideritanya ternyata cukup parah, Bu Yuyun dan Ardan anak lelakinya,datang silih berganti menjaganya. Hanya merekalah satu-satunya yang bisa dianggap sebagai keluarganya saat ini.
Selama ini,Lisa hanya hidup berdua dengan ibunya. Ayahnya sudah meninggal sejak usia 8 tahun.Sehari-hari ibunya bekerja sebagai penjual gorengan,karena itu Lisa hanya bisa menamatkan pendidikan sampai bangku SMA.Dan Lisa lebih memilih bekerja daripada melanjutkan kuliah.
Sekarang,Ibu yang selalu menjadi penyemangat hidupnya pergi untuk selamanya. Kabar yang Dia dengar tadi dari Bu Yuyun sangat membuatnya terguncang hingga pingsan.
"Bu, Ibu!" terdengar lirih suara Lisa memanggil ibunya.
"Lis, kamu sudah sadar,Nak! " ucap bu Yuyun sambil memegang tangan Lisa.
"Ibu Lisa mana, buk? Lisa mau ketemu?".
" Sabar dulu,Lis.Sekarang yang penting pulihkan dulu kesehatan mu! "ujar Bu Yuyun.
" tapi..hiks.hiks Ibuuu! Maafin Lisa,Bu!" isaknya semakin menjadi.Dia hanya bisa menangis meraung memanggil ibunya. Membuat siapa saja yang mendengarnya terenyuh merasakan kesedihan hatinya.
"Sudah ya! sebentar Ibu pangilkan Dokter!" Bu Yuyun berusaha mencari alasan agar air matanya tidak ikut tumpah didepan Lisa,sembari Ia terus memeluknya memberikan kekuatan.
Lisa masih belum percaya, bahwa malam itu adalah malam terakhir bersama ibunya. Dia tidak menyangka sama sekali bahwa kecelakaan tragis yang telah merenggut nyawa ibunya.
Diruangan yang berbeda, saat ini sedang terjadi perdebatan antara Pak Andre dengan istrinya. Disatu sisi Dalfi harus mempertanggung jawabkan perbuatan nya tapi disisi yang lain reputasi perusahaan akan tercoreng.Jika sampai masalah ini sampai keranah hukum, tentu saja akan berpengaruh kepada kredibilitas perusahaan.
Sedangkan Dalfi,dia hanya diam saja memperhatikan kedua orang tuanya. Didalam pikiran nya masih terbayang nyata pengkhianatan Vania yang berselingkuh didepan matanya. Jika saja Dia tidak memergokinya sendiri, tentu saja Vania akan terus berbuat curang dibelakangnya.
"Ayah akan bernegosiasi dengan keluarga gadis itu!" ujar pak Andre sambil menatap tajam putranya.
Ayahnya sungguh sangat marah dengan kecerobohan Dalfi.Akan tetapi untuk menjaga reputasi perusahaannya,Pak Andre akan mencoba segala cara agar kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan.Sekretaris Kim sudah menjelaskan semua kronologi kecelakaan itu. Dia juga sudah mencari tahu seluk beluk latar belakang Lisa.
Sesaat Dalfi tersentak mendengar ucapan Ayahnya.
"Apa maksud,Ayah! aku bisa menyelesaikan semuanya sendiri.Ayah tidak perlu ikut campur. Aku akan bertanggung jawab atas kesalahanku!" jawab Dalfi dengan tatapan tak kalah tajam dari ayahnya.
"Ayah tidak mau Kau bersikap gegabah kali ini! Banyak orang yang menggantungkan nasibnya pada perusahaan Kita.Apa kau mau, gara-gara kasusmu perusahaan kita jadi bangkrut,hah!! "bentak Pak Andre.
"Ayah akan menemui gadis itu lagi setelah dia sadar!".
Kata-kata ayahnya bagaikan tamparan keras baginya,tiba-tiba rasa bersalah menyeruak dari hatinya.Bayangan kecelakaan langsung berputar bagai kaset memenuhi isi kepalanya.Seberapa parah luka yang dideritanya.Raut wajahnya yang datar langsung berubah drastis.Penyesalan memenuhi relung hatinya.
Dia sudah menghancurkan kehidupan gadis itu.Dia juga sudah membunuh orang tuanya.Dengan statusnya sekarang ini,apakah Gadis itu mau memaafkannya? apakah keputusan ini tidak terlalu egois? hanya itu yang terbesit dalam pikirannya.
Sudah lebih dari seminggu Lisa masih dirawat, luka memarnya sudah mulai memudar.Hanya tinggal luka patah tulangnya yang membutuhkan pengobatan lebih lama. Beruntung tidak ada cedera parah diarea kepala.
Karena pagi ini Bu Yuyun ada arisan,jadilah Ardan yang menggantikan menjaganya.Dengan telaten Ardan merawat dan membantu Lisa selama dirumah sakit.Mendapatkan perhatian seperti itu Lisa menjadi sungkan.
"Kak, kapan ya aku diperbolehkan pulang? Aku sudah nggak betah disini, Aku rindu rumah!" ucap Lisa.Jika sudah mengingat tentang rumah,kembali Ia teringat ibunya.Tak terasa air matanya menetes.
" Nanti,kalau ada kunjungan dokter sore ini, biar Aku tanyakan! " sembari mengambil selembar tissu dan diberikannya kepada Lisa.
"Maafkan Lisa ya,Kak! Kakak jadi repot mengurus Lisa disini, padahal Kakak sendiri sedang banyak pekerjaan".
" Makanya cepat pulihkan tenagamu! nanti kalau sudah agak baikan, dan kakimu sudah bisa untuk berjalan,Kakak akan antar ke makam Ibu!" Ardan mencoba tersenyum menguatkan Lisa.
Dia tahu kedepannya pasti akan sangat berat bagi Lisa karena hidupnya sebatang kara. Tanpa ada kedua orang tuanya lagi.
"Terima kasih ya, Kak!".
Terdengar ketukan pintu dari luar, Ardan segera membukanya. Sebelumya Dalfi sudah berdebat dengan Ayahnya,agar tidak ikut mencampuri masalah ini. Dan sekarang tampaklah Dalfi dan Sekretaris Kim berdiri didepan pintu ruang perawatan.Pandangan Dalfi langsung tertuju pada Lisa.
Deg
Seketika jantung Dalfi berdetak hebat.
"Perasaan apa ini?" batinnya.
Bahkan dulu saat pertama kali bertemu dengan Vania, jantungnya tidak pernah berdetak sehebat ini. Entah karena rasa bersalahnya atau karena rasa ketertarikannya melihat Lisa. Perasaan senang,suka,sedih bercampur jadi satu. Dua manik mata hitam dan bulat membuat Dalfi lupa akan tujuannya datang kesini.
"Ehem!" deheman Ardan membuyarkan lamunan Dalfi." Maaf, Anda mencari siapa ya? "tanya Ardan.
" Jika Kami tidak menganggu, bolehkah Kami masuk? kami ingin berbicara sebentar dengan Nona Lisa!" jawab Sekretaris Kim.
"Silahkan".
" Perkenalkan ini Tuan Dalfi,CEO Angkasa Group.Dan nama saya Sekretaris Kim. Maksud kedatangan kami kesini.. "Sekretaris Kim urung melanjutkan ucapannya karena disaat bersamaan Dalfi memotong pembicaraan.
"Maaf! Saya ingin menyampaikan permohonan maaf kepada Anda nona Lisa.Hanya itu yang ingin saya sampaikan!" ucap Dalfi.
Lisa tampak mengerutkan keningnya kemudian menatap Ardan. Banyak pertanyaan yang ingin Lisa utarakan. Ardan hanya tersenyum tipis membalas tatapan Lisa. Ardan pernah bertemu dengan Sekretaris Kim dan Dia sudah tahu tujuan kedatangannya kemari.
"Maaf? Maaf untuk apa,Tuan? Kenapa Anda harus meminta maaf sedangkan kita tidak saling mengenal! " ucap Lisa.
Dalfi merasa pasokan oksigen diruangan itu tiba-tiba menghilang. Rasa sesak didada seakan-akan menghimpit dirinya, ingin segera dimuntahkan. Perasaan bersalah lebih dominan mengusai hatinya.Terlebih lagi,ketika melihat luka disekujur tubuh Lisa.Akibat dari kelalaiannya,orang lain yang harus menderita.
Baginya, lebih baik Dia mengahadapi seratus orang saingan bisnisnya daripada harus berhadapan dengan situasi seperti ini.
"Aku...," suaranya seperti tercekat ditenggorokan dan enggan untuk keluar. Suasana berubah menjadi hening.
Menghembuskan nafas dengan kasar.
"Aku orang yang sudah menabrakmu! Aku orang yang sudah membuatmu kehilangan ibumu!" akhirnya keluar juga kata-kata yang selama beberapa hari ini mengganggu pikirannya.Entah kenapa dadanya menjadi sedikit lega.
" Lalu..? "hanya itu yang keluar dari mulut Lisa.
"Maafkanlah,Aku! Aku akan menerima semua hukuman yang kau berikan. Aku ingin menebus semua yang terjadi. Aku tidak ingin dihantui rasa bersalah! " ujar Dalfi hati-hati.
Lisa yang sedari tadi mendengarnya hanya memasang wajah datar. Lidahnya kelu tak ingin berucap.Begitu pula dengan Ardan, menunggu Dalfi meneruskan kata-kata nya.
Bruk
"Aku mohon! maafkanlah,Aku!" Dalfi membungkuk menekuk kakinya,berlutut didepan Lisa. Seumur hidup baru kali ini Dia mau menundukkan kepalanya.
Sekretaris Kim yang dari tadi hanya menyimak, ikut menjadi tegang. Selama bekerja melayani Dalfi,baru kali ini Dia melihat tuannya berlutut.
"Tuan! apa yang Anda lakukan? " timpal Sekretaris Kim.
"Aku sudah memaafkanmu! sekarang pergilah,Tuan! " ucap Lisa tanpa melirik Dalfi sama sekali. "Tapi,tebuslah kesalahan Anda di kantor polisi".
"Maafkan kami,Nona! sebenarnya kedatangan Kami kemari ingin menawarkan kesepakatan dengan Anda".Sekretaris Kim mengambil alih pembicaraan.
"Saya tahu karena kelalaian Tuan Dalfi,menyebabkan Anda kehilangan orang tersayang. Tetapi jika masalah ini sampai ke ranah hukum, ini akan mempengaruhi kredibilitas perusahaan Kami. Jika reputasi Kami hancur, akan dapat dipastikan perusahaan bangkrut karena anjloknya harga saham!" berhenti sejenak sambil memperhatikan raut wajah lawan bicaranya.
" Anda pasti tahu, berapa banyak orang yang menggantungkan nasibnya di Angkasa Group".
"Maaf,Tuan! tapi itu bukan urusan Saya!. Jika memang benar Tuan Dalfi menyesali tindakannya, serahkan dirinya ke pihak yang berwajib. Mungkin dengan begitu rasa penyesalannya bisa berkurang!" sorot mata Lisa tidak bisa diartikan lagi.
"Kami yang akan menanggung seluruh biaya pengobatan Anda sampai sembuh. Apabila memungkinkan Anda juga bisa berobat keluar negeri. Kami akan menanggung seluruh biaya hidup Anda kedepannya.Kami akan memastikan hidup akan terjamin. Berapapun nominal yang Anda sebutkan, Kami akan menyetujuinya!" Sekretaris Kim berusaha melakukan negosiasi dengan Lisa.
"Tetapi,Kami minta untuk tidak membawa masalah ini keranah hukum.Karena sudah dapat dipastikan,Tuan Dalfi yang bersalah.Apakah Anda tega melihat nantinya akan banyak karyawan yang menjadi pengangguran? " masih mencoba merayu Lisa.
"Bukankah tadi Tuan Dalfi bilang ingin menebus kesalahannya? "Lisa masih berusaha mengontrol emosinya." Bukankah seharusnya nyawa diganti dengan nyawa!" timpal Lisa menyeringai.
"Tapi,kecelakaan ini murni tanpa adanya unsur kesengajaan" balas Sekretaris Kim.
Dalfi hanya bisa mendengarkan pembicaraan keduanya. Entah kenapa dia mati kutu dan tak bisa berkutik dihadapan Lisa. Didalam benaknya tadi,sudah membayangkan Lisa yang akan marah dan memaki-maki dirinya.Menangis meraung-raung karena kehilangan orang tuanya.Dia juga sudah bersiap jika harus menerima pukulan atau tamparan di wajahnya. Dipikirnya juga pasti Lisa akan langsung menyetujui penawaran yang diberikan oleh Sekretaris Kim.
Bagi kalangan menengah kebawah seperti Lisa, tentunya tawaran tadi sangat menggiurkan. Apalagi dengan nominal yang bisa sesukanya Dia sebutkan.Tentu siapa saja akan langsung mengiyakan. Ibarat dikatakan,walaupun seumur hidup digunakan untuk bekerja belum tentu hasilnya akan terkumpul sebanyak ini. Ternyata pikiran Dalfi salah kaprah. Baru kali ini Dia salah menebak orang.Hanya sorot tatapan mata tajam penuh intimidasi yang diterimanya.
"Maaf, Tuan! tetapi karena kecelakaan itu nyawa seseorang menjadi hilang. Jika saja uang yang Anda tawarkan itu bisa untuk membeli nyawa, mungkin saya akan langsung menyetujuinya! " Lisa masih kokoh dengan pendiriannya.
"Cobalah Anda pikirkan sekali lagi! Kami tahu uang yang kami tawarkan tidak sepadan dengan harga nyawa seseorang.Tapi setidaknya,kedepannya Anda tidak perlu bersusah payah bekerja! " ucap Sekretaris Kim langsung pada intinya.
Lisa nampak terdiam sejenak mengamati Dalfi yang masih berlutut dari tadi. kedua tangan berada diatas paha mengepal erat. Bukan karena marah dengan Lisa tetapi mengutuk kebodohannya yang membawa ke situasi seperti ini.
"Baiklah, Ayo kita menikah!".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!