NovelToon NovelToon

Menjemput Masa Lalu

Indra Adinata

Hai teman-teman, novel ini adalah lanjutan kisah Arya dan Mila di Novel Menikah Karena Janji, sebelum membaca novel ini, baca novel menikah karena janji dulu ya, biar nggak bingung dengan alur ceritanya, ok😉😉

.

.

Suasana pagi itu begitu ceria di sebuah rumah mewah yang cukup besar, keluarga kecil yang tinggal disana adalah keluarga yang selalu menghadirkan kehangatan kasih sayang di antara mereka, itulah keluarga Gibran Adinata, sang pengusaha muda yang fenomenal, yang telah mampu mendirikan Adinata group dan menjadikannya sebagai salah satu perusahaan besar di Negara ini.

Gibran adinata telah memulai usahanya dari nol, hingga ia mampu merintis usahanya menjadi salah satu perusahaan besar, dan namanya masuk dalam 5 besar orang terkaya di Negara ini. Kehormatan yang ia peroleh berkat bisnisnya yang terus maju itu tidak membuatnya jumawa, ia tetaplah sosok sederhana yang penuh kehangatan pada setiap orang.

Hari itu adalah hari minggu, dimana keluarga Gibran adinata sedang mempersiapkan diri untuk perjalanan jauh keluar negeri, selain untuk mengurus masalah bisnis, Gibran adinata juga ingin berlibur dengan keluarga kecilnya untuk 2 minggu, untuk itu ia mempersiapkan banyak hal sedari pagi, karena pagi besoknya mereka sudah harus berada di bandara.

“Bu,ibu,,,” teriak Indra adinata yang berlari ke kamar ibunya di lantai 1 dari lantai 2 tempat kamarnya berada, ia begitu semangat untuk segera menjalani trip pertamanya keluar negeri, selama ini ayahnya selalu pergi keluar negeri seorang diri, dan meninggalkan ia dan ibunya di rumah, tapi untuk kali itu Gibran adinata mengajak anak dan istrinya untuk berlibur bersama di luar negeri di sela kegiatan bisnisnya.

“ada apa sayang? jangan lari-lari, nanti kamu jatuh” ucap Naina, ibunya Indra yang sedang mempersiapkan bajunya dan baju suaminya untuk liburan mereka, ia selalu tidak suka melihat anak satu-satunya itu berlarian dari lantai 2 menuruni tangga, hal yang selalu membuatnya takut jika anaknya terpeleset jatuh di tangga itu.

“aku boleh bawa semua mainanku” ucap Indra dengan semangat 45-nya.

“jangan semua Indra, bawa aja 1 atau 2, ayah nggak mau kamu main mainan disana, kita harus habiskan waktu kita bersama tanpa ada kegiatan lain” suara ayahnya terdengar oleh Indra memasuki kamar itu.

“ya ayah, kalau 1 atau 2 nanti aku cepat bosannya” keluh Indra pada ayahnya,

Wajahnya cemberut yang membuat Naina dan Gibran begitu gemas pada putra mereka itu.

“ya udah, 3 ya, jangan tambah lagi” ucap Naina sembari menarik lembut pipi Indra.

“ok bu” jawab Indra ia kemudian berlari lagi menuju lantai 2,

“Indraaaa, jangan lari-lari naak” teriak Naina memperingatkan anaknya lagi, dan Gibran hanya tertawa melihat Istrinya yang berteriak,

“kok kamu ketawa bang, anak kamu itu nanti jatuh kalau tiap hari berlari terus di tangga” ucap Naina kesal pada suaminya,

“ia ketularan sifat ayahnya yang selalu semangat tiap hari” jawab Gibran mendekat kepada istrinya, ia kemudian menciumi puncak kening istrinya itu dengan kasih sayang, yang membuat Naina memejamkan matanya dan menikmati sentuhan lembut suaminya itu.

“keningku ini manis ya, hobi sekali kamu menciumnya” ucap Naina sembari mengusap bekas ciuman suaminya,

“wajah kamu yang manis, makanya aku menciumi seluruh wajahmu setiap hari” ucap Gibran tersenyum karena tingkahnya yang tak pernah lupa menciumi setiap inci wajah istrinya itu setiap hari,

“iih, gombal kamu,” balas Naina menarik wajahnya dari Gibran karena malu,

“tuh kan, nambah manis lagi” goda Gibran pada istrinya lagi,

“apaan sih bang” Naina mulai menunduk karena perasaan Malu pada suaminya itu,

“kita udah 7 tahun menikah lo dek, kamu masih aja bersikap malu-malu gini sama suamimu”

“iih, abang, abang hobi bangat sih ngusilan aku kayak gini” keluh Naina, karena memang hampir setiap hari suaminya itu terus menggodanya seperti itu.

“ayah ibu, 4 ya” ucap Indra yang tiba-tiba membuat sepasang suami istri itu kaget mendengarnya,

“Indra, 3 ya, ibu bilang 3” Naina kali ini bersuara tegas kepada Indra, yang membuat bocah itu berbalik badan dengan lesu, “yaaaa ibuuu” ia kemudian melangkah gontai ke lantai 2 tanpa ada semangat sama sekali.

Gibran dan Naina hanya bisa saling pandang melihat kelakuan anak mereka, dan kemudian mereka sama-sama saling tertawa.

Suara bel dari pintu depan mengejutkan mereka, Gibran kemudian berdiri untuk membuka pintu dan meninggalkan istrinya di kamar itu yang masih sibuk memilih pakaian mereka,

“Saniah, kamu kok kesini?” tanya Gibran yang kaget melihat Saniah ketika membuka pintu Rumah,

“emang aku nggak boleh kesini bang, kok nanya nya begitu amat sih" kesal Saniah mendengar kalimat Gibran.

Gibran bukannya tidak senang dengan kedatangan Saniah, ia hanya tak ingin istrinya menaruh cemburu pada Saniah, karena istrinya tahu bahwa sebelum mereka menikah Gibran telah terlebih dahulu dijodohkan dengan Saniah, namun Saniah menolaknya karena ingin menikah dengan Tito, laki-laki yang ia cintai.

“boleh dong, Saniah, Cuma aku kaget aja kamu tiba-tiba datang” ucap Gibran mencoba mengelak dari ketakutannya.

“mbak Naina mana bang, aku bawa titipan ayah untuk kalian”

Gibran lalu melihat tangan Saniah yang membawa sekantong makanan, dan ditangan satu lagi ia membimbing anak perempuannya,

“di dalam, masuklah, siapa nama anakmu ini?”

“Mila bang” jawab Saniah yang kemudian mengikuti langkah Gibran ke dalam rumah.

Saniah dan Mila lalu berjalan ke arah pintu kamar Gibran, ia memang sudah terbiasa di rumah mewah itu, karena memang ia sering kesana bersama ayahnya untuk mengunjungi Gibran, apa lagi dulu ketika Gibran masih lajang, Saniah dan ayahnya sering berkunjung dan Saniah lah yang sering masak untuk mereka.

Jadi rumah itu memang sudah akrab bagi Saniah, hanya saja Saniah dulu membuat Gibran kecewa karena menolak perjodohan mereka, padahal Gibran sudah jatuh hati sama Saniah.

Setelah menikah, Gibran berusaha menghilangkan perasaannya pada Saniah, ia mencoba mencintai Naina yang merupakan adik dari salah satu teman abangnya, ia hampir setiap hari mencumbu istrinya, menciumi setiap sudut wajahnya dan mengecum keningnya setiap pergi dan pulang ke rumah.

Ia tak ingin mengecewakan istrinya dan takut jika istrinya mengetahui jika ia masih tidak bisa melupakan Saniah.

Perlahan-lahan ia mampu mencintai istrinya, dan kebiasaanya untuk menciumi istrinya yang dulu ia lakukan untuk melupakan Saniah menjadi kegiatan rutin yang tidak pernah lupa untuk dilakukannya, hingga akhirnya ia benar-benar jatuh cinta pada Naina.

“mbak Naina” sapa Saniah yang sudah masuk ke dalam kamar Naina,

“eeh Saniah, sini” jawab Naina yang kaget dengan kedatangan Saniah,

“duuh, lucunya anakmu ini, siapa namanya?” tanya Naina sembari mengelus lembut pipi tembem Mila yang membuatnya gemas itu,

“Mila mbak”

“kok kamu nggak pernah bawa dia kemari sebelumnya?”,

“selama ini ayah yang merawatnya mbak, mbak kan tahu sendiri masalahku dengan suamiku, jadi ayah nggak mau ngambil resiko, kedua anakku ayah yang ngasuh sekarang”

Naina mencoba tersenyum pada Saniah untuk memberi Saniah kekuatan menghadapi persoalan hidupnya, walaupun sejatinya dia masih takut jika saja Saniah menggoda suaminya dan menumbuhkan kembali benih-benih cinta yang dulu ada di hatinya suaminya,

“yang kuat ya Saniah menghadapi cobaan ini” ucap Naina sembari mengelus lembut bahu Saniah,

“bu, nggak boleh nambah lagi ya?” ucap Indra dari ambang pintu kamar itu,, Naina , Saniah, dan Mila kemudian menoleh ke arah Indra.

“Indraa” ucap Naina dengan tegas,

“duuh, Indra, tambah ganteng aja anak mu mbak" ucap Saniah yang kaget dengan kehadiran Indra, Mata Indra dan mata Mila pun bertemu untuk pertama kalinya,

Melihat kehadiran Mila disana, Indra pun mendekat dan mencoba menyapanya,

“ganteng ya mbak, kayak mas Gibran” ucap Saniah spontan yang membuat raut wajah Naina berubah seketika

.

.

.

Halo kak, sebelum lanjut baca novel ini, jangan lupa baca novel season 1 nya dulu ya kak, Judulnya Menikah Karena Janji.

Tentang Perasaan Gibran

Melihat kehadiran Mila disana, Indra pun mendekat dan mencoba menyapanya,

“ganteng ya mbak, kayak mas Gibran” ucap Saniah spontan yang membuat raut wajah Naina berubah seketika.

“hei, aku Indra, di kamar ku banyak mainan loh, kamu mau main nggak ke kamarku?” ajak Indra pada Mila, Indra rasanya ingin sekali mencubit pipi Mila yang membulat sempurna itu,

“ayo” ucap Indra yang kemudian berlari meninggalkan Saniah, Naina dan Mila, Mila kemudian menatap ibunya dan ibunya kemudian mengangguk, Mila pun langsung berlari mengejar Indra,

“mbak sibuk banget ya, biar aku yang bantu masak ya, mbak beresin aja dulu barang-barangnya” tawar Saniah pada Naina, ia ingin sedikit membantu Naina yang tampak begitu sibuk memilih pakaian yang akan ia bawa,

“duuh Saniah, nanti aku malah merepotkan kamu” ucap Naina tidak mau merepotkan Saniah,

“nggak kok mbak, lagi pula dulu aku juga sering masak disini” jawab Saniah lagi yang kembali membuat ketakutan di hati Naina,

“aku ke dapur ya mbak, ohh ya, ini ada titipan dari ayah untuk mbak dan bang Gibran, lumayan loh mbak, makanannya bisa tahan lama, kalo mbak nggak suka makanan disana, mbak bisa makan makanan ini” Saniah lalu memberikan makanan itu pada Naina dan pergi ke dapur.

*

Indra mengeluarkan semua mainannya dan membuatnya berantakan di atas kasurnya,

“ini semua punyamu?” tanya Mila dengan tatapan kagumnya pada Indra,

“iya”

“kenapa mainan di rumahku tidak sebanyak ini ya?” ucap Mila yang bingung sendiri dengan dirinya.

“ini mainan kesukaanku” ucap Indra sembari mengeluarkan sebuah robot dan memperlihatkannya kepada Mila.

“itu apa?, aku tidak suka” ucap Mila,

“nggak suka?, lalu kita mau main apa?”

“hmmm, aku mau main pangeran dan putri cantik, kamu jadi pangerannya dan aku jadi princess nya” ucap Mila dengan semangat,

Itulah kali pertama Mila dapat berteman dengan orang lain, selama ini hidupnya hanya ia lalui sendiri tanpa teman, sejak lahir ia di asuh oleh kakek dan neneknya, namun 2 tahun lalu neneknya sudah meninggal dan tinggallah ia bersama kakeknya yang juga mengasuh abangnya.

Kehidupannya jauh dari kehidupan anak-anak kebanyakan, ia lebih sering menghabiskan waktu sendiri di kamar, baik dengan sekedar bermain boneka, ataupun sekedar menonton film seperti Cinderella, putri salju, dan lainnya.

Mengenal Indra membuka lembaran baru dalam hidup Mila, bahwa sejatinya ada orang lain yang dapat bermain dengannya dan dapat berteman dengannya, orang itu adalah Indra, laki-laki yang tidak akan bisa ia lupakan seumur hidupnya, teman pertama sekaligus sahabat pertamanya di dunia ini.

*

Gibran datang ke dapur untuk mengambil air minum, saat ia memasuki ruangan dapur, ia mendapati Saniah tengah memasak disana, ia kemudian menghampiri Saniah untuk sekedar bertanya tentang kabar pak Sarman yang tidak datang menemuinya hari itu, padahal ia telah memberi kabar jika ia akan berangkat ke luar negeri.

“Saniah, kabar ayahmu gimana?, kenapa dia tidak datang hari ini?” tanya Gibran yang tengah menuangkan air ke gelasnya,

“kesehatan ayah turun lagi bang, jadi dia yang minta aku untuk memberikan makanan itu untukmu”

“ayahmu masih merokok, sebaiknya kamu nasehati ayahmu untuk berhenti merokok, kasihan tubuh ayahmu udah kayak gitu, tapi tetap saja merokok,”

“kamu tahu sendiri bang bagaimana hubungan aku dengan ayah, dia nggak akan mau mendengarkan aku lagi”

Gibran hanya diam mendengarnya, ia tahu betul hubungan Saniah dan ayahnya tidak begitu baik setelah Saniah menolak perjodohan mereka, Ayah Saniah benar-benar marah dan kecewa, dan Saniah pun memutuskan untuk kawin lari dengan Tito, namun hanya selang 1 tahun, Saniah kembali lagi ke rumahnya dalam keadaan hamil, dan menangis-nangis kepada ayahnya karena Tito telah mengkhianati cinta sucinya.

Namun ayahnya Saniah sudah terlanjur kecewa kepada putrinya itu, ia tidak mau lagi menerima Saniah di rumahnya, ia akhirnya meminta Saniah untuk memberikan anaknya dan merawat cucunya itu.

Setelah melahirkan Irman, Saniah kembali lagi pada Tito untuk memperbaiki semuanya, namun naasnya, ketika hubungan mereka mulai membaik dan Saniah hamil anak keduanya, Tito kembali berulah dan Mila pun akhirnya juga dirawat oleh kakeknya. Setelah melahirkan Mila, Saniah kembali lagi pada Tito dan untuk kedua kalinya, ia memberi maaf untuk Tito.

Namun sikap Tito tak kunjung berubah, ia tetap bermain gila dengan banyak perempuan untuk memenuhi nafsunya, yang membuat Saniah jatuh ke lembah yang sama untuk membalaskan sakit hatinya pada Tito, ia tetap menjadi istri Tito dan tinggal bersama dengan Tito, namun ia menjalin hubungan dengan banyak laki-laki kaya untuk sekedar mendapatkan uang dan mencari sensasi petualangan baru dalam memenuhi syahwat batinnya.

Wajahnya yang cantik membuat ia mudah menarik perhatian para orang kaya itu, ia dapat banyak uang, nafsunya terpenuhi dan yang paling penting ia dapat membalas sakit hatinya kepada Tito. Mengingat hal tersebut membuat Saniah yang tengah memasak menjatuhkan air matanya, ia merasa dirinya kotor, seandainya saja dulu ia menerima perjodohan dengan Gibran, mungkin kebahagian yang Naina miliki akan menjadi miliknya.

“bang, aku menyesal telah menolakmu dulu, aku menyesal dan seumur hidupku aku akan menyesalinya” ucap Saniah dengan mata yang berkaca-kaca, yang membuat Gibran terkejut mendengar pengakuan Saniah itu.

“Saniah, kamu bicara apa?” tanya Gibran tak percaya dengan apa yang ia dengar, ia tak mau Saniah membuat cintanya goyah pada Naina, perempuan yang telah menemani hidupnya 7 tahun ini, perempuan cantik dan setia yang selalu ada di sisinya, walaupun Naina tidak secantik Saniah, tapi wajah Naina lah yang selalu dirindukan Gibran setiap harinya, walaupun demikian tetap saja Gibran takut cinta lama itu akan kembali bangkit mengisi hatinya dan membuatnya mengkhianati cinta sucinya Naina.

“Aku hanya menyesali kebodohanku dulu bang, tapi aku sadar kok, siapa diriku sekarang, aku bahkan tak pantas sedikitpun untuk dibandingkan dengan mbak Naina” ucap Saniah lagi dengan dadanya yang telah terasa sesak,

“Aku mencintai Naina Saniah, aku mencintai keluargaku,”

“aku tahu bang,” potong Saniah. “aku tidak minta apa-apa darimu, aku tidak akan merebut kebahagian mbak Naina, karena orang sebaik mbak Naina memang pantas bersanding denganmu, tapi bang,, aku punya satu permintaan padamu,”

Gibran diam tidak menjawab, ia sudah sadar jika kondisi Saniah sedang menangis saat ini, walaupun ia tidak dapat melihat wajah dan air mata Saniah, namun dari suara dan gemetarnya tubuh Saniah, ia tahu bahwa gadis itu tengah menangis.

“aku mau mewujudkan keinginan ayahku untuk menjalin ikatan keluarga dengan dirimu” ucap Saniah yang membuat mata Gibran membelalak, dan juga mata Naina yang sejatinya telah lama mendengar percakapan mereka dari balik dinding pun ikut membelalak kaget,

‘apa Saniah benar-benar ingin merebut bang Gibran dariku’ batin Naina menahan sedih,

Jangan Pergi Lama-lama Ya

“Aku mencintai Naina Saniah, aku mencintai keluargaku,”

“aku tahu bang,” potong Saniah. “aku tidak minta apa-apa darimu, aku tidak akan merebut kebahagian mbak Naina, karena orang sebaik mbak Naina memang pantas bersanding denganmu, tapi bang aku punya satu permintaan padamu,”

Gibran diam tidak menjawab, ia sudah sadar jika kondisi Saniah sedang menangis saat ini, walaupun ia tidak dapat melihat wajah dan air mata Saniah, namun dari suara dan gemetarnya tubuh Saniah, ia tahu bahwa gadis itu tengah menangis.

“aku mau mewujudkan keinginan ayahku untuk menjalin ikatan keluarga dengan dirimu” ucap Saniah yang membuat mata Gibran membelalak, dan juga mata Naina yang sejatinya telah lama mendengar percakapan dari balik dinding pun ikut membelalak kaget, ‘apa Saniah benar-benar ingin merebut bang Gibran dariku’ batin Naina menahan sedih,

Naina selalu memiliki ketakutan jika laki-laki yang sangat ia cintai itu akan berpaling dari dirinya, ia sadar betul jika dia memang tak secantik Saniah, dan ia juga sadar jika Gibran pernah menaruh hati pada Saniah di masa lalu,

“apa maksudmu Saniah?” tanya Gibran dengan nada penuh penekanan,

“aku ingin anakmu dan anak kita dijodohkan, aku ingin mereka menyambung ikatan keluarga kita bang, aku ingin berbesanan denganmu dan mewujudkan keinginan ayah yang tidak bisa aku wujudkan” ucap Saniah yang membuat Naina mendengarnya melepas nafas lega.

Gibran membuang nafas panjang ketika mendengar kata-kata Saniah tersebut, ia sejenak berpikir kalimat apa yang harus ia ucapkan untuk menjawab keinginan Saniah itu, Sementara Saniah masih tetap fokus memasak dan mengendalikan rasa sedihnya.

“aku tidak ingin memaksa anakku nanti untuk menikah dengan siapa pun, ia bisa memilih untuk dirinya sendiri, biarkan anak-anak kita yang memutuskan kebahagiaan mereka nanti Saniah" jawab Gibran.

Saniah melepas nafas kecewa, ia berharap Mila dapat menjadi bagian keluarga Gibran, selain karena ingin mewujudkan keinginan ayahnya, ia sejatinya juga di bayang-bayangi rasa takut, rasa takut anak-anaknya akan mendapatkan getah atas dosa yang ia lakukan, ia takut putranya akan menjadi laki-laki yang sama seperti suaminya, yang suka gonta ganti perempuan, dan ia juga takut Mila sama seperti dirinya, dikhianati dan diselingkuhi dan kemudian balas dendam menjadi perempuan murahan yang melayani nafsu laki-laki kaya, jika ia bisa menjodohkan Mila lebih awal dengan keluarga baik-baik seperti keluarga Gibran, setidaknya ia bisa mencegah hal itu terjadi.

*

“apakah kau pangeran yang datang untuk menyelamatkanku?” ucap Mila yang sedang menjadi tuan putri dalam permainannya dengan Indra,

“iya princessku, aku datang menyelamatkanmu” ucap Indra yang berdiri tegap seolah menjadi pangeran gagah di depan Mila.

Mila kemudian mendekat pada Indra dan memeluknya, ia memerankan seperti apa yang ia lihat di film-film yang ia tonton, pangeran dan tuan putri saling berpelukan, kemudian ia mengangkat kepalanya dan saling bertatap mata dengan Indra dan,,,,

Indra membelalak kaget ketika gadis kecil berusia 4 tahun di depannya itu tiba-tiba mencium bibirnya, untuk sesaat ia diam dan membiarkan Mila melakukan itu, ia hanya mengira memang itu yang harus dilakukan ketika bermain tuan putri dan pangeran.

ketika Mila melepaskan ciumannya, Indra langsung menyentuh bibirnya dengan tangan kanannya,

“kenapa kamu menciumku?” tanya Indra spontan,

“memang seperti itu, apa kamu tidak pernah menonton filmnya?” ucap Mila kesal,

“benarkah” Indra kemudian kembali memeluk Mila,

“bagaimana princessku, apa kamu telah tenang dan bahagia sekarang, aku akan melindungimu seumur hidupku” ucap Indra yang kembali menjadi pangeran.

Mila kemudian melepaskan pelukkan Indra,

“kamu nggak pernah menonton filmnya ya, dari tadi dialog kamu salah terus” ucap Mila cemberut yang membuat pipinya membulat, Indra kemudian mencubit pipi tembem anak itu karena gemas.

“kamu nggak senang bermain denganku, aku memang tidak pernah menonton filmnya” ucap Indra polos,

“aku senang kok” ucap Mila merubah raut wajahnya menjadi gembira, ia begitu senang hari itu dapat bermain dengan Indra, itu adalah kali pertama ia memiliki teman bermain, bagaimana mungkin ia tidak senang,

Selama ini ia hanya bermain sendiri di kamar, namun hari itu ia dapat memiliki seorang teman, yaitu pangeran hidupnya.

“Milaaa, Milll, ayo kita pulang” teriak Saniah yang membuat Mila melenguh kesal mendengar suara ibunya.

“yaah ibu, aku masih ingin bermain” Mila kemudian melangkah dengan gontai keluar dari kamar Indra yang membuat Indra tertawa kecil mendengarnya.

Indra dan Mila telah menuruni tangga, mereka sekarang menuju ke arah Saniah yang sedang berbicara dengan Naina di kamar Naina,

“bu, aku masih ingin bermain” ucap Mila dengan manja pada Saniah,

“eeh, kamu ini, Indra itu harus siap-siap, besok mereka mau pergi jauh” bujuk Saniah pada Mila, sementara Naina tersenyum melihat kelakuan Mila, apalagi pipi tembem Mila benar-benar membuatnya gemas untuk mencubitnya,

Mendengar ucapan ibunya, Mila kemudian berbalik badan pada Indra.

“kamu mau kemana?” ucap Mila kecil yang berumur 4 tahun saat itu,

“aku harus pergi, pergi jauh” jawab Indra yang masih berumur 6 tahun

“pergi jauh? apa kau mau meninggalkanku dan tidak akan kembali lagi?” tanya Mila dengan wajahnya yang membuat gemes siapa pun yang melihatnya,

“Aku akan kembali untukmu, kau kan princess nya” jawab Indra sembari mencubit pipi tembem gadis kecil itu.

“pangeran harus kembali pada princessnya, aku tunggu kamu kembali, jangan pergi lama-lama ya” ucap Mila dengan polos.

“iyaa-iya” jawab Indra,

“janji,” ucap Mila kecil sembari mengangkat jari kelingkingnya,

Indra kemudian juga mengangkat jari kelingking dan mengaitkannya dengan kelingking Mila.

Saniah dan Naina yang mendengar itu semua kemudian tersenyum menahan tawa melihat kelakuan 2 bocah itu.

Saniah dan Mila kemudian pulang ke rumahnya, dan sebelum pergi Mila masih saja mengingatkan Indra untuk menepati janji untuk kembali pada princeesnya itu.

Setelah kepulangan Mila, Indra sedang asyik memilih baju yang hendak ia bawa, beberapa potong baju tengah ia pilah,

‘aku harus bawa berapa baju ya?, aku akan disana dua minggu, apa itu artinya aku harus bawa baju 14 juga, biar tiap hari bisa ganti baju’ pikirnya dengan polos,

Ketika ia sedang asyik memilih-milih baju, terdengar suara mobil dari arah depan rumahnya, Indra kemudian berdiri dan mendekat ke arah jendelanya untuk melihat siapa yang datang, dari mobil itu keluar seorang laki-laki yang tengah membawa seorang anak perempuan yang seumuran dengannya, Indra pun tersenyum pada anak perempuan itu, ia kemudian segera lari keluar kamarnya untuk menemui anak itu,

Hardiansyah, itu lah nama laki-laki tersebut, ia adalah rekan bisnis utama Gibran Adinata, pemilik Hardi corp itu memiliki saham yang cukup banyak di perusahaan Gibran, ia cukup kaget ketika mendengar bahwa Gibran menunjuk Aliando untuk menggantikan posisinya sementara selama Gibran pergi.

Mendengar kabar itu, Hardi langsung menuju ke kediaman Gibran, karena ia merasa Aliando bukanlah orang yang tepat untuk memegang perusahaan,

Indra telah berada di belakang pintu untuk menyambut temannya itu, saat pintu dibuka oleh Gibran, temannya Indra langsung berlari ke arah Indra,

“hei Indra, apa kabar?” tanya anak perempuan itu,

“kamu bawa Anjani juga Di?” tanya Gibran yang heran melihat ke arah Anjani,

“dia memaksa ikut, waktu aku bilang ke istriku kalau aku mau menemuimu, ia langsung berlari ke arah mobilku untuk ikut”

Gibran sedikit tertawa mendengarnya,

“sepertinya anakmu menyukai anakku” bisik Gibran pada Hardi

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!