NovelToon NovelToon

Little Angel Brings Romance

Bab 1-Kepergok

Mohon dukungannya untuk karya ini, karena dukungan dari kakak semua sangat berarti bagi saya~

________________________________________

Happy Reading🥀

Sebuah ponsel berdering, wanita itu lantas menjadi pusat perhatian para orang-orang disekitarnya.

"Halo, ada apa? Bisakah kau telepon lagi nanti, aku sedang berada di acara reuni teman kuliah," ucap Jane suara dengan lirih.

Jane Lilson, seorang wanita berusia 22 tahun. Dia bekerja di sebuah perusahaan terkenal milik kekasihnya, Ray Asterion. Hubungannya dengan lelaki itu sudah hampir tiga tahun lamanya.

Jane tinggal bersama dengan kedua orang tuanya di sebuah rumah kecil. Wanita itu hanyalah anak angkat dari pasangan Zayn dan Claris. Ia berasal dari panti asuhan, dan di adopsi sejak masih berusia tujuh tahun.

"Ini penting," cakap seseorang dari balik telepon itu. Yah, dia adalah teman Jane sejak SMP. Dion Halbert, seorang pria yang kerap dipanggil Dion.

"Penting, memangnya ada apa?" tanya Jane dengan rasa penasaran tinggi. Dia berusaha sedikit menjauh dari kumpulan orang-orang yang tengah menikmati segelas wine.

"Ray, dia pergi ke hotel H bersama wanita lain!" ungkapnya yang sontak membuat Jane tak dapat berkata apa-apa. Mulutnya yang tidak sanggup mengeluarkan suara itu layaknya seperti orang bisu.

Begitu mendengar pernyataan yang belum pasti, Jane dengan pikiran kosongnya lantas segera berlalu meninggalkan tempat acara reuni.

Teman-temannya yang tidak mengetahui alasan kepergian Jane hanya bisa memandang sosoknya yang sudah semakin menjauh.

Jane memesan sebuah taxi untuk menuju hotel H. Dia akan mengetahui kenyataan begitu melihat kejadian yang sebenarnya.

Tidak berselang lama, Jane pun akhirnya tiba di tempat tujuan dengan menggunakan sebuah taxi yang telah ia pesan. Jane bergegas masuk menuju hotel tersebut dan mencari letak kamar sang kekasih.

"Ah, permisi Nona. Apakah ada sebuah kamar yang telah dipesan oleh Tuan Ray. Atas nama Ray Asterion?" tanya Jane begitu dirinya tiba di sebuah tempat pemesanan kamar.

Nona dihadapannya itu lantas mencari nama tersebut di dalam layar komputer. Tidak dengan waktu lama, ia pun berhasil menemukan sebuah nama yang tengah dicari oleh Jane.

"Tuan Ray Asterion? Dia berada di kamar nomor 9. Letaknya di lantai dua," balasnya dengan diirngi senyuman tipis.

Tanpa pikir panjang, Jane pun langsung bergegas menuju sebuah kamar yang terletak di lantai dua sesuai dengan perkataan nona tadi.

Keringat dinginnya terus keluar hingga membasahi sekujur tubuhnya. Rasa tidak percaya bahwa kekasihnya telah berselingkuh, membuatnya menjadi lemas. Wanita itu harus membuktikannya sendiri dengan kedua bola matanya.

Brak!!!

Jane membuka keras pintu yang telah tertutup rapat. Ternyata pintu itu tidak memiliki keamanan seperti halnya dengan sebuah kunci.

Jantungnya berdetak kencang, setelah melihat kekasihnya tengah berduaan dengan sahabatnya sendiri di atas ranjang. Ternyata benar apa yang telah dikatakan oleh Dion kepadanya, bahwa Ray pergi bersama wanita lain ke tempat ini.

"Jane, ke-- kenapa kau?" Ray bangkit dari ranjang setelah melihat kekasihnya itu berdiri di tengah pintu kamar. Dia meraih kemejanya yang diletakkan di sofa. Lalu memkainya seraya berjalan mendekat ke arah Jane.

"Jangan mendekatiku!" tegas Jane dengan langkah kaki yang semakin menjauh dari Ray.

Tanpa disengaja, cairan bening keluar dari kedua bola matanya. Air mata itu mampu membasahi seluruh pipi mulusnya.

"Ini hanya salah paham. Aku dan Amber hanya-- "

"Aku tidak percaya, karena aku sudah melihat yang sebanarnya dengan kepala mataku sendiri," ujarnya dengan tangan yang mengusap air mata.

Jane tidak ingin terlihat lemah didepan kekasihnya, apalagi didepan sosok sahabat yang telah menusuknya dari belakang.

Karena tidak kuat menahan rasa sakit di hatinya, wanita itu lantas berlalu angkat kaki dari tempat ini. Matanya yang sudah semakin banyak membendung air mata tidak dapat ditahannya lagi.

"Sial! Ini gara gara mu, Amber!" ucap Ray dengan menatap sinis wajah Amber.

Yah, Nastya Amberlyn. Seorang wanita berusia 21 tahun yang kerap dipanggil Amber. Dia adalah sahabat terdekat Jane sejak pendidikannya di SMP. Tidak jauh berbeda dengan Dion, mereka bertiga memang sudah dekat sejak dulu.

"Kenapa aku? Lagipula bukankah kau yang sudah mengajakku ke tempat seperti ini? Kau sendiri yang bilang kalau Jane sedang ada acara reuni dengan teman kuliahnya." Amber berdalih menatap sellimut yang masih terbalut di tubuhnya.

Dia tidak menyangka persahabatannya dengan Jane akan berakhir seperti ini. Tidak mungkin juga sahabatnya itu akan memaafkan dirinya yang sudah menusuknya dari belakang.

"Hiks ..., kenapa dia setega itu?" ucap Jane pada dirinya sendiri.

Begitu pintu lift terbuka, Jane yang sedang menangis lantas segera berlari keluar dari dalam lift. Ia tak ingin ada kenalan terdekatnya yang melihat dirinya tengah menangis di sebuah gedung hotel.

Siapapun yang melihatnya sudah pasti dapat menebak, memangnya apalagi kalau bukan dikhianati oleh kekasihnya sendiri?

"Jane?" Dion, dia belum lama ini tiba di hotel H. Pria itu ingin melihat keadaan sahabatnya sendiri setelah mengetahui bahwa kekasih dari Jane tengah berselingkuh.

Dion segera berlari menghampiri Jane dengan tangannya yang terus sibuk mengusap air mata. Hatinya terasa sakit melihat sahabat wanitanya menangis tak tertolong.

"Di-- Dion?" Jane yang melihat sosok Dion lantas segera memlingkan pandangannya dari pria itu. Dia merasa malu karena bedak di wajahnya sudah luntur akibat menangis.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Dion cemas. Dia memegang kedua bahu milik Jane, sontak hal itu membuat Jane sedikit risih.

"Apa kau tau siapa wanita yang bersama Ray?" Jane memandang Dion, matanya itu terlihat berkaca-kaca tak kuasa menahan air mata.

Lalu pria itu hanya menggeleng lantaran tidak mengetahui identitas wanita yang sudah berani berselingkuh dengan Ray.

"Amber, sahabat kita."

Deg?!!!

Siapa yang akan percaya dengan kenyataan yang terdengar jelas seperti omong kosong? Tentu saja hal itu membuat Dion hanya bisa menghela nafas panjang.

"Jangan bercanda," tegurnya dengan kedua bola mata yang ditutup rapat.

"Aku tidak bercanda."

Jane langsung berlalu meninggalkan Dion yang masih berdiri di sebelah mobil mewah miliknya. Ia masuk ke dalam mobil taxi yang sedari tadi masih menunggu dirinya yang belum kunjung kembali.

"Jane, tunggu!" teriaknya namun sepertinya tak didengar oleh Jane lantaran mobil tersebut sudah cukup jauh melaju.

*****

Sementara itu, Ray yang sedari tadi berusaha mengejar Jane akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan hotel, begitu melihat sosok Dion. Ia menatap pria itu dari kejauhan, lalu tidak segan untuk menghampirinya.

"Hei, apa kau orang yang sudah memberitahu keberadaan ku di sini?" tanya Ray dengan tangan yang menarik kuat kerah Dion.

Yap! Ray tau siapa saja orang terdekat Jane. Termasuk Dion, salah seorang sahabat dari kekasihnya. Begitu pula dengan Amber, wanita selingkuhannya.

Bersambung🍁

Jangan lupa untuk dukungannya, dengan cara like, komen, vote, and fav ya!

Apa kalian tau? Membuat karya itu tidak semudah kelihatannya, maka dari itu Author senantiasa berharap pada kakak semua untuk mendukung karya novel ini.

Terima kasih~

Bab 2-Mengundurkan Diri

Mohon dukungannya untuk karya ini, karena dukungan dari kakak semua sangat berarti bagi saya~

_____________________________________

Happy Reading🥀

Dion menatap kesal pada pria di hadapannya, lalu ia melepas dengan keras tangan Ray dari kerah kemejanya itu.

"Tidak usah belagu," ucap Dion tiba tiba. Ray membulatkan kedua bola matanya, berusaha mencerna setiap kalimat yang baru saja terlontar dari mulut pria itu.

"Kau hanya orang biasa, bukankah kau sendiri yang belagu? Kau kan yang memberitahu pada Jane kalau keberadaan ku berada di sini?" tanya Ray kembali.

Namun Dion tidak menggubris nya, dia malah meninggalkan Ray dengan memasuki mobil mewah miliknya dengan pintu mobil yang sudah otomatis terbuka.

Dion melajukan mobilnya, hanya dalam sekejap sosok Dion beserta mobilnya lenyap dari pandangan Ray.

"Sialan! Kenapa jadi begini? Awas saja kalian," kesalnya dengan langkah kaki kembali masuk ke dalam gedung hotel.

Yah, pria itu akan menyelesaikan masalahnya dengan Amber. Namun tidak dengan cara baik-baik, sosok lelaki kejam seperti Ray hanya akan menyelesaikan masalah dengan cara kasar sekalipun dengan seorang wanita.

☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎

Semburat mentari pagi menyambut hari baru. Jalanan kota yang ramai nan luas dipenuhi dengan aktivitas orang-orang. Mereka tidak pernah luput dari kesibukan sehari-harinya.

Jane membuka kedua bola matanya, setelah mendengar alarm di ponsel berbunyi. Dia melihat arah jarum jam yang terpampang di dingin kamar. Dan terlihat waktu telah menunjukkan pukul 05.00 tepat.

Segera mungkin ia bangkit dari ranjang untuk menuju kamar mandi. Tentu saja untuk membersihkan tubuhnya yang benar-benar terasa lengket akibat semalam tidak mandi setelah pulang dari acara reuni.

Setelah cukup lama sibuk dengan sabun mandi, Jane pun berjalan menuju ruang kamar. Dia akan mengenakan pakaian elegan, bukan pakaian kantoran yang biasa ia gunakan saat akan pergi bekerja di kantor milik Ray.

Jane sudah membulatkan tekad, dia benar-benar akan undur diri dari pekerjaannya di kantor Ray. Wanita manapun tidak akan ada yang bisa bertahan jika tetap bekerja di perusahaan milik mantan kekasih yang sudah mengkhianatinya.

Begitu selesai dengan mengurus penampilannya, Jane langsung berlari menuju pintu utama. Sudah sejak beberapa minggu lalu kedua orang tuanya tiada akibat sebuah kecelakaan bus dari Kota A menuju Kota D.

Kecelakaan saat itu sungguh membuat Jane merasa begitu terpukul akibat kedua orang tuanya yang menjadi korban kecelakaan. Tapi mungkin saat ini ia sudah bisa sedikit tenang, dan mulai melupakan kepergian orang tua angkatnya itu.

Selang beberapa waktu, Jane akhirnya tiba di tempat tujuan. Yah, sebuah perusahaan terkenal di Kota mereka. Perusahaan R.A Grup. Bangunan gedung itu terlihat berkuasa dibanding beberapa bangunan kecil di sekelilingnya.

Pancaran sinar matahari yang tak menembus kaca jendela membuat siapa saja nyaman untuk terus berada di dalam gedung, sekalipun dalam cuaca panas yang menyengat.

Yap! Bangunan itu dilapisi sebuah benda yang berguna untuk kenyamanan setiap para karyawan, lantaran tidak dapat menembus sinar matahari. Namun suhu di dalamnya juga seimbang, tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas.

Jane bergegas masuk ke dalam gedung tersebut, dia menaiki sebuah lift untuk menuju ke ruangan manager. Tentu saja untuk mengurus surat pengunduran diri dari pekerjaannya.

Setelah tiba di lantai tujuan, Jane yang sedang tergesa-gesa menemui sang manager membuatnya tak sadar bahwa ternyata Ray tengah memperhatikannya sejak ia keluar dari dalam lift.

Ray lantas berlari menghampiri Jane, dia menarik lengannya lalu membawa Jane dalam pelukan hangatnya. Hal seperti itu sudah biasa mereka lakukan saat menjalani hubungan asmara. Namun tidak lebih dari itu, karena Jane selalu melarang Ray untuk melakukan hal-hal negatif yang dapat merugikan antara dua pihak.

"Lepas ... " ucap Jane lirih dengan melepas pelukan dari sang mantan kekasihnya itu.

Dia berdalih memandang Ray, wajahnya terlihat akan banyak penyesalan. Namun kejadian yang sudah kelewatan itu tentu saja tak dapat membuat Jane dengan mudahnya memaafkan pria seperti Ray.

"Kita bukan pasangan lagi, jadi jagalah jarak denganku," tuturnya. Sontak hal itu membuat detak jantung Ray berdetak kencang, rasa tidak terima akan keputusan dari Jane membuatnya sangat beremosi.

"Hai! Kau akan menyesal jika putus hubungan denganku!" tegasnya dengan kedua bola mata yang melotot.

Seorang wanita seperti Jane tidak akan berdiam dan mendengarkan omongan tidak penting dari pria seperti itu. Yah, tepat sekali! Jane berjalan dengan langkah kaki cepat meninggalkan sosok Ray yang masih tengah memandangnya.

"Selama ini kau hidup enak karena aku! Kau mendapat pekerjaan juga karena aku! Jika kau putus hubungan denganku, aku akan menjamin nya. Jane, kau tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan dimanapun, dan aku akan mengeluarkan mu dari perusahaan ini. Intinya, hidupmu akan selalu buruk karena hidup tanpa uang!"

Langkahnya terhenti, dia berbalik memandang pria yang sudah cukup jauh ia tinggalkan. Tanpa alasan, Jane tersenyum lebar dan kembali berjalan mendekati sosok pria itu.

"Sudah kuduga. Dia akan kembali ke arahku, tidak ada wanita di dunia ini mau hidup tanpa kekayaan!" batin Ray. Wajahnya sudah cukup berseri saat melihat wanita kesayangan nya berjalan kembali mendekatinya.

"Hai, jangan kau pikir aku mau hidup dengan pria seperti mu hanya karena uang. Aku juga sudah memutuskan dengan matang kalau aku akan keluar dari pekerjaan ku di sini. Tujuanku datang ke sini juga, karena aku akan undur diri."

Deg?!!! Hatinya tergoyah. Tanpa sadar kedua bola matanya itu telah berkaca-kaca. Terlalu banyak membendung air mata, membuatnya tak kuasa menahan air mata itu.

"Jane, apa kau yakin?" tanya Ray memasang raut wajah iba. Dia tersenyum kecil bagai orang gila yang sudah terbawa banyak pikiran.

"Tentu saja, mana mungkin aku bercanda!" tandas nya dengan langkah kaki yang kembali menjauh.

Dia masuk ke dalam sebuah ruangan. Dimana terdapat papan yang terpampang diatas pintu masuk ruangan dengan bertuliskan sebuah nama ruangan 'Direktur'.

"Ah, Jane? Kenapa kau asal masuk? Lain kali ketuk pintu dulu, ya!" tegur sang direktur sedikit tegas.

"Kenapa penampilanmu juga seperti itu?" imbuhnya bertanya lagi.

Jane hanya diam tak membalas pertanyaannya, wanita itu asal duduk di sebuah kursi yang diletakkan berhadapan dengan direktur.

"Hei! Ada apa denganmu, sikap dan penampilanmu berbeda jauh dengan sebelumnya. Huh, aku ingin sekali memukulmu. Tapi sayang, kau adalah kekasih tuan Ray," ungkap nya tak berani menatap mata Jane.

"Jangan membawa-bawa Ray. Kedatangan ku kemari karena aku ingin mengundurkan diri!"

Bersambung🍁

Jangan lupa untuk dukungannya, dengan cara like, komen, vote, and fav ya!

Apa kalian tau? Membuat karya itu tidak semudah kelihatannya, maka dari itu Author senantiasa berharap pada kakak semua untuk mendukung karya novel ini.

Terima kasih~

Bab 3-Interview

Mohon dukungannya untuk karya ini, karena dukungan dari kakak semua sangat berarti bagi saya~

________________________________________

Happy Reading🥀

Padatnya lalu lintas membawa suasana pagi ini terasa bising. Ditambah dengan pancaran sinar matahari yang menembus masuk melalui kaca jendela, bahkan jarang sekali angin bersiul menyejukkan hawa panas.

Jane masuk ke dalam taxi, terlihat sang sopir yang sudah siap dengan kemudi nya. Pria itu lantas melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Dia berjalan melewati jalur yang diarahkan oleh Jane.

**Flashback on**

"Jangan membawa-bawa Ray. Kedatangan ku kemari karena aku ingin mengundurkan diri!"

"A-- apa maksudmu?! Kau jangan bercanda, astaga. Wanita ini benar-benar membuatku pusing di pagi bolong seperti ini!" tanya sang direktur dengan rasa tidak percaya. Namanya adalah Josephine Lyon. Pria yang kerap dipanggil pak Jo.

"Terserah apa katamu. Intinya aku ingin undur diri dari sini, tolong urus berkas pengunduran diri untukku!" Jane memalingkan pandangannya dari Jo.

Lantas pria itu langsung mengangkat tubuhnya dari kursi. Cepat atau lambat, berkas pengunduran diri Jane akan segera keluar. Setelah cukup lama menunggu, Jo akhirnya memberikan sebuah berkas pengunduran diri resmi.

Jane juga sudah menandatangani sebuah perjanjian bahwa dia tidak akan kembali ke perushaan itu lagi meskipun dalam keadaan mendesak.

Begitu usai mengurus berkas, Jane langsung berpamitan untuk pergi. Yah, hari ini adalah hari terakhir dimana Jane akan berada di dalam gedung perusahaan dengan fasilitas serba mewah yang jarang ada.

"Apa ada masalah yang membuat Jane ingin keluar dari perusahaan? Padahal jabatannya di sini sudah tinggi, sungguh disayangkan. Tapi sudah jelas, kalau dia sedang ada masalah dengan tuan Ray." Pria itu menatap pemandangan kota dari jendela disampingnya.

Dia hanya bisa menghela nafas panjang, tak menyangka bahwa Jane akan keluar dari perusahaan R.A Grup.

**Flasback off**

Jane berniat akan langsung pergi melamar ke beberapa perusahaan untuk ia bisa menghidupi kebutuhan sehari-harinya. Jane takut jika perkataan Ray ada benarnya, kalau perusahaan manapun tidak akan ada yang menerima dirinya sebagai karyawan.

Sepanjang perjalanan hanya ada rasa canggung diantara Jane dengan sopir taxi. Mereka tidak saling mengobrol layaknya seperti seorang sopir dengan penumpang lainnya.

Setelah cukup lama menghabiskan waktu diperjalanan, Jane akhirnya tiba di sebuah perusahaan. Dia akan mencoba untuk melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang menurutnya tidak cukup besar jika dibandingkan dengan gedung milik sang mantan kekasih.

Tidak hanya melamar di satu atau dua perusahaan saja, namun Jane berusaha langsung melamar hampir lima perusahaan hari ini. Selama seharian ini dirinya hanya terus berada di lalu lintas untuk menuju perusahaan-perusahaan di Kota nya.

Tidak terasa langit cerah telah berubah menjadi gelap. Sinar matahari tergantikan dengan indahnya rembulan malam, ditambah dengan beberapa bintang yang bersinar terang di langit malam.

Jane membaringkan tubuhnya di sofa, badannya terasa kaku akibat seharian berada di kursi mobil. Jarang juga dirinya duduk santai di kursi umum, apalagi meluangkan waktunya untuk makan.

Wanita itu membuka layar ponsel, seharian ini rasanya tidak memegang benda pipih kesayangannya. Lantaran rasa lapar yang terus menguasai perutnya, Jane pun memutuskan untuk memesan makanan di aplikasi online langganan nya.

Tidak berselang lama, pesanan yang sempat di pesannya di dalam aplikasi itu akhirnya tiba. Seorang kurir datang dengan membawa sekotak makanan di tangannya.

Tok ... Tok ...

Seseorang mengetuk pintu rumahnya. Jane lekas bangkit dari sofa untuk segera membukakan pintu rumah untuk seseorang.

Kriett ...

"Apa benar ini rumah nona Jane?" tanya seorang pria. Tidak lain lagi dia adalah kurir yang tengah mengirimkan makanan pesanan Jane.

"Iya. Ini saya," ucapnya seraya menerima kotak berisi makanan tersebut.

Begitu menerima makanannya, Jane dengan rasa lapar yang menguasai seluruh isi perutnya lantas melahap pizza dengan rakus. Hanya dalam waktu beberapa detik dirinya bisa menghabiskan satu kotak pizza.

☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎☁︎

Beberapa hari telah berlalu. Satu persatu pesan mulai masuk ke E-mail nya. Yah, itu adalah hal yang sudah lama ditunggu oleh Jane. Wanita dengan mata yang terus fokus menatap layar ponsel.

Tentu saja, dia berharap beberapa perusahaan yang sempat ia datangi akan merenggut nya sebagai karyawan. Tidak masalah jika hanya menjadi seorang pegawai biasa. Itu sudah membuatnya cukup asalkan gaji yang ia dapatkan bisa memenuhi kebutuhan setiap hatinya.

E-mail📧

Pengirim x1

Pengirim C

Pengirim N A

Pengirim B

Pengirim 2 3

Pengirim G L

Pengirim U&J

********

Jane dengan cermat membaca setiap pesan E-mail yang masuk. Namun hatinya merasa kecewa saat melihat pesan kiriman dari berbagai perusahaan itu. Yah, tidak ada satupun perusahaan yang menerima dirinya sebagai karyawan.

Ternyata Ray tidak bercanda dalam kata-kata nya, bahwa Jane memang tidak akan mendapatkan pekerjaan setelah ini.

Tanpa sadar, wanita itu mengeluarkan cairan bening dari kedua bola matanya. Cairan itu mampu membasahi seluruh pipi nya yang sudah tertutup rapih oleh bedak.

Message! Sebuah notifikasi tiba tiba muncul, dan wanita itu mendapat sebuah pesan dari perusahaan yang terakhir.

"Aku diterima?" Jane bertanya pada dirinya sendiri setelah membaca isi pesan yang baru saja masuk.

Wanita itu lantas melompat-lompat kegirangan, dia tidak menyangka jika akan ada satu perusahaan yang masih mau menerima dirinya.

___________________________________

E-mail 📧

Pengirim Y. U

Pada Nona Jane Lilson yang terhormat, saya selaku direktur dari perusahaan X ingin menyampaikan bahwa anda akan mengikuti interview besok pagi. Usahakan untuk datang tepat waktu pukul 08.00 ya! Saya menunggu kedatangan anda besok~

Terima kasih, salam manis Y. U.

____________________________________

Hari telah beganti. Matahari yang selalu bersinar di tempatnya tidak tampak pagi ini, akibat tertutup rapat oleh awan gelap. Dengan angin yang terus bersiul membuat suasana pagi yang seharusnya hangat malah menjadi dingin.

Jane keluar dari dalam rumah kecilnya, pakaian hangat dengan jas tebal serta syal yang ia miliki satu-satunya tengah menempel di beberapa anggota tubuhnya. Namun semua itu tak kuasa menahan rasa dingin, lantaran suhu pagi ini sangat jauh berbeda dengan hari biasanya.

Setelah cukup lama berdiri di depan rumah dengan menunggu sebuah taxi, Jane pun akhirnya masuk ke dalam taxi yang baru saja tiba. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan hari ini untuk melakuk interview.

Waktu yang masih menunjukkan pukul 06.50 membuatnya santai dan tidak merasa gugup. Masih banyak waktu tersisa untuknya.

"Wajah anda kelihatan senang sekali pagi ini. Memangnya ada apa?" tanya sang pengemudi taxi.

"Haha, tidak ada apa-apa kok. Saya hanya senang karena hari ini akan melakukan interview di perusahaan X," ucapnya seraya menatap sang sopir dari cermin mobil.

"Bukannya anda bekerja di perusahaan R.A Grup?" imbuhnya bertanya lagi. Sopir itu adalah langganan Jane, dia sering memesan taxi melalui aplikasi online pada pria itu.

"Saya undur diri dari perusahaan itu karena ada sedikit masalah. Tapi itu tidak apa-apa,"

Tak jarang juga diantara keduanya mengobrol. Selama diperjalanan tidak ada sedikitpun rasa canggung, hanya gelak tawa yang terus menyelimuti.

Bersambung🍁

Jangan lupa untuk dukungannya, dengan cara like, komen, vote, and fav ya!

Apa kalian tau? Membuat karya itu tidak semudah kelihatannya, maka dari itu Author senantiasa berharap pada kakak semua untuk mendukung karya novel ini.

Terima kasih~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!