Puluhan mayat bergelimpangan di atas genangan lautan darah, bahkan mungkin ratusan. Mayat saling bertumpuk membentuk sebuah gunung. Ada seorang anak kecil perempuan diantara mayat-mayat itu, darah yang menggenang sedikitpun tidak membuat anak itu ketakutan.
Mayat -mayat di tanah menutupi tubuh kecilnya, tapi dia hanya diam. Anak kecil itu tak menangis sedikit pun, suara sekecil apapun tidak dia keluarkan. Di depan matanya sendiri dia melihat Ibu dan keluarganya dibantai, dibunuh dengan keji oleh para Rezim yang menamai mereka sendiri dengan Pembasmi Vampire.
...*****...
Empat belas tahun kemudian, Bali Indonesia.
"Tidak!!!" seorang wanita muda menjerit, dia terbangun dari tidur malamnya.
Wanita muda yang bernama Kalinda Malika Kaneida dengan nama panggilannya Kane. Arti nama itu sendiri di Bali adalah Perempuan yang ceria, bersemangat serta berhati suci dan tulus seperti Matahari juga berhati Emas.
Hosh !! Hosh !! Hosh !!.
Kane terbangun karena mimpi itu datang lagi, bernapas dengan sangat cepat, jantungnya serasa akan meledak. Selama hampir tiga tahun sekali disaat bulan purnama terjadi, dirinya memimpikannya. Tapi kali ini bahkan dirinya sudah dua kali mengalami mimpi itu selama sebulan penuh.
Kane mengatur napasnya perlahan, ia segera mengambil segelas air putih di meja pinggir ranjangnya. Saat dirinya menghabiskan satu gelas penuh air, terdengar ketukan di pintu kamarnya.
Tok.
Tok.
Tok.
"Masuk ma," Kane tau itu Ibunya.
Benar saja, Ibunya membuka pintu berjalan mendekatinya di ranjang.
"Anakku ... kamu kenapa?" tanya Ibunya sambil memeriksa dahinya. "Bermimpi lagi?" cemasnya.
"Kane gak apa-apa Ma. Sudah lama kane tidak memimpikannya." jawab Kane berbohong, dia tidak ingin membuat Ibunya cemas.
"Ya sudah, tidur lagi. Apa mau Mama temenin?"
"Gak usah Mah," Kane menggeleng.
"Kalau begitu, mama keluar lagi ya sayang. Semoga tidurmu nyenyak," ibunya kemudian berjalan keluar kamar.
Sepergi Ibunya dari dalam kamarnya, Kane tak bisa melanjutkan tidurnya. Jantungya masih berdebar tak karuan, firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu pada dirinya. Padahal besok ia ada kuliah pagi, apalagi katanya Dosen barunya sangat galak dan aneh.
Kane akhirnya memaksakan menutup matanya untuk terpejam kembali, wanita itu pun tertidur dan tidak bermimpi lagi.
Esoknya Kane sudah bersiap dengan tampilannya yang simpel, memakai kaos T-Shirt putih dipadukan dengan celana jeans navy panjang dan jaket kulit hitamnya. Terlihat semakin segar dengan rambut bulenya yang di ikat kuncir kuda, sangat fresh dan seperti anak remaja yang masih duduk di bangku SMA.
Sebenarnya Kane sudah mengetahui jika wajahnya yang berbeda dari orang tuanya karena dia adalah anak adopsi. Ibunya berwajah oriental tipe Asia, orang tuanya bercerita jika mereka menemukan nya di pesisir pantai, tergeletak tak sadarkan diri saat dia berusia 7 tahun. Menurut Dokter yang memeriksa ketika Kane kecil, dia kehilangan ingatannya bahkan sampai saat ini.
Kane turun dari lantai atas, menuruni undakan tangga kayu, sesekali melompati 2 undakan. Ia menuju keluar dengan tergesa-gesa, dirinya tidak ingin terlambat di awal pengenalannya dengan Dosen barunya. Ibunya berteriak dari arah dapur yang menyuruhnya untuk sarapan tapi tak dirinya dengarkan, Ia hanya berteriak berpamitan sambil berlari keluar.
Kane pergi memakai motor kesayangannya, ia mempunyai hobi yang ingin selalu memacu adrenalin. Darahnya bergejolak jika dirinya melihat atau melakukan sesuatu yang bisa memacu adrenalin nya itu. Menurutnya terasa mendebarkan dan menyegarkan.
Karena memakai motor Kane pun sampai di kampus dengan lebih cepat, ia segera memarkirkan motornya yang agak sedikit mencolok di antara motor yang lainnya. Motor KLX hitam yang sudah di modifikasi.
Kane membuka helm, mengunci motornya dan bersiap masuk ke dalam kampus. Ia mengerenyitkan kedua alisnya saat menyadari kehadiran seorang lelaki yang tidak disukainya. Kane menghela nafasnya kesal, lelaki itu selalu tau jadwal kuliahnya.
Lelaki itu bernama Gusti Devandra Arsa karena dia termasuk keturunan Kasta tinggi di Bali, semua orang memanggilnya Devandra.
"Hei Beb, gue masih setia menunggu jawabanmu nich," rayu devandra memulai gombalannya.
"Minggir loe! Gue udah bilang jangan ganggu Gue !" ketus Kane padanya.
"Gue juga udah bilang, semakin kamu jutek padaku beb kamu itu semakin gemesin, itu yang gue suka dari kamu sayang," gombal devandra lagi.
Kane yang mendengarnya langsung bergidik, ia segera pergi meninggalkannya. Lelaki itu otaknya sepertinya memang bermasalah, padahal sejak awal Devandra mendekatinya dirinya langsung menolaknya mentah-mentah.
Kane sampai ke kelasnya, ia melihat sahabatnya Nandita sudah datang. Ia pun berjalan menghampiri sahabatnya, duduk di sampingnya, mereka sudah lengket karena berteman sejak SMA.
"Tumben Loe udah dateng, biasanya loe paling males pelajaran sekarang," Kane menyikut tangan Dita.
"Eh Loe gak tau ya, coba deh loe perhatiin. Yang masuk kuliah pelajaran hari ini, semua hampir penuh dengan cewek. Mereka semua dapet kabar, katanya meskipun Dosen baru kita galak tapi ketampanannya bahkan menandingi Idola Loe Robert Pattinson!" sahabatnya itu menjerit bersemangat.
"Gila Loe! Idola kesayangan gue, mana ada yang bisa menyainginya. Sekali lagi Loe ngomong kayak barusan, gue gak bakal bantuin tugas-tugas kuliah Loe lagi. Paham loe Andita genit!" ancam Kane sambil melotot, dia fans garis keras Robert Pattinson setelah dia menonton Film Vampire Twilight.
"Ampun Ratu, ok! Seganteng apapun entar Dosen itu, gue gak kan pernah lagi membandingkan dengan idola kesayangan Loe. I'm Promise, hehe..." ujar Dita sambil mengangkat dua jari ke atas seakan bersumpah.
Mereka lalu tertawa terbahak-bahak seperti biasa hal-hal konyol yang mereka bicarakan selalu mengocok perut mereka. Lanjut mengobrol tentang liburan yang sebentar lagi tiba, mereka sudah merencanakan akan hiking bersama teman-teman satu jurusan dan Dosen Pembimbing. Saat mereka masih mengobrol seru, tiba-tiba kelas yang ramai menjadi hening. Kane dan Dita merasakan keheningan itu, mereka berdua memutar tubuhnya ke depan. Dita terpana melihat sosok Pria dewasa berumur kira-kira 30 tahun berwajah bule.
Sedangkan Kane merasa aneh saat matanya dan mata dosen itu bertemu, seperti ada sesuatu yang tidak asing akan sosok dosen itu. Ia merasakan kulitnya seketika merinding, terasa aura dingin terpancar keluar dari sosok Dosen itu. Tak ingin lebih lama bertatapan, dirinya dengan cepat segera mengalihkan tatapannya.
Sang Dosen bule itu pun berjalan ke mejanya sendiri. "Selamat pagi. Halo semua! Saya adalah Dosen sejarah yang baru. Meskipun saya Bule, saya sudah lancar berbahasa Indonesia. Jadi semoga kalian bisa mengikuti pelajaran saya dengan semangat!" Dosen itu mulai memperkenalkan dirinya.
"Nama Saya adalah Matyas Szilard, panggil saja saya matyas. Saya berasal dari Negara Rumania, sekian pengenalan diri saya. Terima kasih!" katanya mengakhiri pengenalannya.
Semua murid pun bertepuk tangan, bahkan murid wanita memberikan senyuman terbaik mereka.
Tapi tidak dengan Kane, saat ia mendengar kata Rumania, kepalanya terasa sakit seperti tertusuk jarum.
Dia memegang kepalanya karena kesakitan dan Dita yang melihatnya segera bertanya.
"Kane woi, loe kenapa?!" teriaknya tanpa sadar.
Matyas mendengarnya, melihat langsung ke arah Kane dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Tiba-tiba tubuh Kane lemas seperti akan terjatuh, tepat saat dia akan terjatuh Matyas dengan cepat sudah memeluk tubuhnya yang sudah tak sadarkan diri.
Matyas segera membawanya keluar ruangan kelas, membopongnya dalam pelukan menuju ruangan kesehatan.
Dia membaringkan Kane di atas ranjang, tiba-tiba dia mengelus rambut kane.
"Akhirnya kita bertemu, draga.." ucap Dosen itu memakai bahasa Rumania yang artinya sayang.
Kane masih tak sadarkan diri tapi samar-samar dirinya merasakan seseorang membisikkan sesuatu di telinganya.
Villa Bali.
Seorang Pria muda berusia sekitar 26 tahun sedang tersenyum memandangi beberapa lembar foto seorang wanita muda yang sepertinya berusia sekitar 21 tahun. Di foto wanita muda itu sedang tersenyum memandangi sebuah sunset di pinggir pantai.
Ada juga foto wanita itu sedang menaiki motornya yang terlihat sangat keren, juga foto-fotonya yang sedang berada di kampusnya. Ketika Lelaki itu melihat wanita di dalam foto, yang tak lain adalah Kane sedang bersama Devandra tadi pagi di tempat parkir seketika amarahnya menguasai dirinya, dia langsung menusuk-nusuk wajah Devandra dengan pisau. "Kau akan merasakan akibatnya karena sudah berani mendekati pasanganku
.
.
.
Kane perlahan membuka kedua matanya, ia melihat sahabatnya Dita sedang menatapnya.
"Heh ... loe gak pa pa kan Kane?! Ya ampun seorang Kane yang selama ini Gue kenal, akhirnya mengalami bagaimana rasanya itu pingsan! Haaha ... ups sorry," ledek Dita bercanda menertawakannya.
"Bang ke loe! Gue pingsan malah diketawain, dasar sahabat otak udang!" balas Kane sambil menjitak kepala bestie nya. "Woi dit, gue pingsan berapa lama? Apa pelajarannya udah selesai?" kane mencemaskan nilai mata kuliahnya.
"Ye kaleee blom kelar ... udah hampir satu jam loe pingsan. Makanya gue pas pelajaran selesai langsung cuss kesini periksa loe," jawab Dita.
"Ketinggalan pelajaran deh gue, btw yang bawa gue kesini siapa? Kagak mungkin loe kan ya, secara gitcu badan loe kurus kering udah kayak ikan teri dijemur. Kagak bakal kuat loe gendong gue!" merasa tak percaya bestienya sekuat itu.
"Biarpun gue kuat, ogah lah gue kudu gendong loe. Gak ada faedah nya!" masih saling melemparkan candaan.
"Dosen sejarah baru yang bawa loe kesini. Loe beruntung beut dah udah ngerasain badannya yang super kekar. Sialan gue iri! Tau gitu Gue pura-pura pingsan aja," Dita nyerocos mengagumi Dosen barunya.
Kane hanya menggelengkan kepalanya, ia sekali lagi mengetuk kepala sahabat bodohnya itu.
Dita masih nyerocos tak henti-hentinya, tapi Kane tidak mendengarkan celotehannya. Dirinya malah memikirkan Dosen barunya. Ia merasakan sangat familiar dengan aroma tubuh dosennya, bahkan dirinya merasakan aura teramat dingin di sekeliling tubuh Dosennya itu.
Setelah menyelesaikan semua mata kuliahnya, Kane yang sudah mengantar pulang Dita kerumahnya langsung melajukan motornya menuju Motel kecil milik orang tuanya. Orang tuanya hanya mempunyai usaha Motel kecil yang di dalamnya hanya terdapat 15 kamar.
Meskipun motel ini kecil, di bagian belakang motel sangat Indah. Jendela kamar langsung menghadap ke arah laut, para tamu yang menginap disini akan bisa merasakan angin hangat laut. Para tamu juga bisa mendengar deburan ombak laut dari dalam kamar mereka seperti sebuah harmoni musik.
Kane memarkirkan motornya di tempat biasanya, Ia berjalan lewat area belakang yang diperuntukkan bagi para pegawai.
Kane mempunyai ruangan kamar kecil khusus dari orang tuanya dibuat untuknya, jika dirinya sedang ingin tinggal di motel, ia bisa tinggal disana.
Kane membuka kunci pintu, berjalan masuk mengarah ke lemari pakaian. Ia langsung mengganti pakaiannya dengan seragam rapi bagi pegawai jka sedang bekerja membantu orang tuanya.
Bali adalah kawasan orang-orang luar negeri berdatangan, mereka berbisnis atau hanya menghamburkan uang untuk acara healing mereka. Wajahnya yang bule tidak terlihat aneh disana, bule yang berdatangan sangat banyak berseliweran.
Kane memulai pekerjaannya, membantu orang tuanya hingga hampir jam delapan malam. Karena pegawai orang tuanya juga lumayan banyak dia hanya membantu seadanya.
Esok pagi adalah weekend yang sering ramai pengunjung, Kane memutuskan pergi sebentar untuk berjalan-jalan terlebih dahulu di pesisir pantai di area belakang motelnya.
Saat dia sedang menikmati angin malam laut yang sangat sejuk, tiba-tiba telinganya mendengar seseorang meminta tolong.
Kane menghampiri sumber arah suara tersebut, ia melihat seorang lelaki bule berlumuran darah di sekitar area perutnya. Tanpa banyak berpikir ia menghampirinya untuk menolong.
"Are you ok?" tanya Kane cemas.
"Help me! Aku dirampok," jawab lelaki bule itu, dia ternyata bisa berbahasa Indonesia.
Kane pun mencoba menariknya berdiri, memapahnya lalu membawanya ke kamar pribadinya di motel, ia akan memberikan pertolongan pertama sebelum mengantarnya ke rumah sakit.
Setelah Kane membaringkan lelaki itu, ia memanggil Ayahnya agar menolongnya.
Ayahnya segera melakukan pertolongan pertama padanya, setelah selesai Kane dan Ayahnya segera membawa dia ke Rumah Sakit terdekat. Saat dalam perjalanan dengan mobil ayahnya, lelaki itu sudah tak sadarkan diri. Sesampainya di Rumah Sakit para petugas paramedis yang bertugas langsung membawanya ke ruangan UGD, sepertinya luka tusuknya lumayan dalam.
Kane menyuruh Ayahnya untuk pulang lebih dulu, keadaan motel mungkin saja sedang ramai karna malam itu adalah malam weekend.
Sekarang Kane sendirian menunggui lelaki itu, sekitar satu jam kemudian Ruang UGD terbuka. Dokter bilang padanya, untung saja luka tusukannya tidak terlalu dalam, juga tidak terkena organ dalam hingga lukanya hanya dijahit luka luarnya saja.
Tim medis memindahkan lelaki itu ke ruang rawat inap, Kane menemaninya masuk. Setelah sekitar setengah jam menunggu akhirnya lelaki itu sadarkan diri. Kane yang sedang menungguinya, langsung bergerak bangun dari tempat duduknya.
"Bagaimana perasaanmu sekarang? Aku sudah membawamu ke rumah sakit," ucap Kane.
"Makasih, kamu wanita baik. Orang yang tidak kamu kenal pun kamu tolong, aku merasa sangat bersyukur," jawabnya.
"I'm Ken, siapa namamu?" lelaki asing itu memperkenalkan diri.
"Wah, nama kita hampir sama. Namaku Kane loh," kane tersenyum padanya.
"Mungkin ... kita berdua jodoh," canda Ken.
"Haha ... Maybe. Sekarang kamu memerlukan sesuatu? Aku akan membantumu lagi sebelum pergi. Ah hampir lupa! Apakah ada keluargamu yang harus aku hubungi?" tanya Kane baru ingat pasien harus mempunyai wali, dirinya bukan wali pria di depannya.
"No! Tapi tidak apa-apa. Aku sudah merasa baikan, lagipula aku hanya punya beberapa orang kenalan. Sekali lagi makasih, kamu pergilah." Ken menggeleng.
"Ok kalau gitu, aku harus pergi. Cepat sembuh, setelah sembuh segeralah lapor polisi." Kane mengingatkan sebelum akhirnya pergi, karena ini adalah kasus perampokan.
Ken yang baru saja ditinggal pergi, langsung bangun dari pembaringannya dengan segar bugar tanpa terlihat sedang kesakitan. Tentu saja karena dirinya memang sengaja melukai diri sendiri, dengan cepat pula bisa menyembuhkan dirinya lagi.
Ken tersenyum saat membayangkan ketika Kane memeluk dirinya tadi saat menolongnya, aroma tubuhnya sangat membuatnya candu juga menghipnotisnya. Kane adalah pasangan Jiwa Abadinya, ia yang baru saja dekat dengannya lagi setelah bertahun-tahun berpisah, merasakan dahaga yang tak bisa lebih lama lagi dirinya tahan.
Ken turun dari ranjang pasien, berjalan pergi ke tempat penyimpanan Bank darah. Dengan cepat ia meminum darah segar dari beberapa kantong darah dengan lahapnya.
Setelah menghabiskan beberapa kantong darah, rasa hausnya sedikit berkurang. Ia dengan mudahnya keluar ruangan bank darah seperti hal nya dirinya masuk tadi. Para petugas yang berjaga diluar ruangan bank darah tentu saja sudah ia hipnotis, mereka hanya terdiam seperti manekin hidup. Saat dirinya melakukan semua itu, bahkan Cctv tentu saja sudah ia rusak, dirinya hanya cukup menjentikkan jari tangannya.
Kane keluar dari rumah sakit, berjalan linglung memikirkan yang terjadi barusan. Ia merasakan rasa sengatan listrik saat dirinya bersalaman ketika tadi berkenalan. Darah dalam dirinya seakan mendidih, tubuhnya merasakan rasa haus yang aneh. Ia mengenyahkan pikiran anehnya, tidak ingin berpikir banyak lagi, mungkin itu hanya perasaannya saja.
Esok harinya Kane sengaja bangun siang, hari libur menurutnya untuk dinikmati bermalesan, rebahan atau motoran, tapi terkadang hari libur sesekali membantu orang tuanya juga. Siang itu tepat ketika dia baru saja terbangun, deringan telepon mengagetkannya, tangannya menggapai gapai mencari ponselnya yang tak mau berhenti berbunyi.
Tangannya menemukannya, dia membuka mata memeriksa siapa si penelepon, ternyata Dita. "Hem ya ... hoammm," Kane menjawab sambil menguap, masih merasa mengantuk.
"Kalo denger dari suaranya, loe pasti baru bangun molor," ucap dita dari ujung telepon.
"Loe udah tau, pake diperjelas lagi. Cepetan ngomong ada apaan?" Kane ingin segera ke kamar mandi tak ingin berbasi basi.
"Ayo kita shopping terus ke bioskop, ada Film baru yang baru rilis!" semangat Dita mengajaknya.
"Ogah males, film yang loe tonton tuh biasanya yang mewek-mewek, lebay. Kagak suka gue, mau ngajak gue loe wajib cari favorit gue lah. Vampire dan action!" ide Dita ditolak mentah-mentah oleh Kane.
"Ya gue tau, makanya sekarang gue ajak loe. Film nya memang tentang Vampire!" pancing Dita.
"Beneran kan loe. Awas aja loe bo'ongin gue. Ntar gue bejek loe jadi ulek rujak kesukaan gue. Oke deh, entar abis mandi gue jemput loe. Bye gue matiin telefonnya," Kane mengakhiri obrolannya melempar ponselnya k tempat tidur berlari masuk ke dalam kamar mandi, dirinya tak sanggup lagi menahan panggilan alam.
Dua jam kemudian mereka berdua sudah berada di dalam sebuah Mall yang cukup besar di Bali, lengkap dengan adanya bioskop di dalamnya.
Dita berbelanja banyak sekali barang, Kane hanya melirik lirik pakaian yang biasa dipakai cowok. Merasa dirinya kelaparan, Kane segera menarik tangan Dita untuk makan lebih dulu. Masih ada waktu sebelum film diputar.
"Loe bakal pesen seperti biasa Kane? Daging setengah mateng, terus di dalem daging itu masih ada darah-darahnya gtu. Oeekk ... kapan sih kebiasaan loe berubah, masih bikin gue pengen muntah!" membayangkannya saja sudah membuat Dita tak berselera makan.
"Ya gimana lagi, selera makan gue emang gitu. Emang loe aja yang sebel, gue juga sebel tau kalo liat loe makan sayuran mulu. Alesan diet tapi udah kayak kambing aja. Weeee !" kane membalas cibiran dita dengan puas.
"Hisss loe tuh! Gue ledekin pasti bales ledek lagi. Udah ah kita pesen aja, entar film nya keburu mulai!"
Mereka siap dengan pesanan mereka masing-masing, selera makan yang berlawanan tapi mereka masih tetap solid dengan persahabatannya.
Selesai makan mereka segera bergegas menuju ke ruang teater, masuk ke dalam lalu memeriksa tempat duduk. Menemukan tempat duduk mereka, di pojok kiri atas paling belakang. Dita yang memaksa Kane memesan kursi itu, sebenarnya Dita agak sedikit takut dengan genre film nya.
Tak lama menunggu, setelah lampu teater dimatikan, film segera dimulai. Sampai film berjalan setengah, Kane melihat sahabatnya malah tertidur pulas, dirinya hanya menggelengkan kepala.
Tiba-tiba suatu Aura dingin yang aneh menyerbu ke arahnya, Kane memutar tubuhnya ke belakang, manik matanya memeriksa sumber Aura dingin itu berasal tapi ia tak menemukan apapun. Kane merapatkan jaketnya, berbalik badan kembali ke depan, ia kembali fokus menonton film di depannya.
Di pojok ruangan paling belakang, di tempat paling gelap, Ken sedang memperhatikannya dengan pancaran mata kerinduan. Dirinya sudah mencoba dengan segala cara menahan hasrat dan rasa hausnya. Tapi dirinya benar-benar tak sanggup jika harus berpisah sedetik saja dari pasangannya.
***
Seminggu telah berlalu dari saat Dosen itu datang ke kampus, akhirnya liburan semester tiba. Mereka dari satu jurusan sudah merencanakan hiking dari waktu yang sudah lama. Semua persiapan telah selesai dan rencananya mereka akan pergi selama tiga hari dan dua malam.
Mereka semua berjumlah sekitar 20 mahasiswa satu jurusan, karena ada beberapa mahasiswa yang tidak bisa bergabung dengan acara itu. Tentu saja Dosen pembimbingnya adalah Dosen sejarah yang baru yakni Dosen Matyas. Kane yang baru mengetahuinya juga sedikit terkejut.
Sebenarnya yang lebih menganggu Kane adalah dengan ikutnya si biang kerok Devandra, bersama pengikut-pengikut setianya. Sekitar tiga lelaki dan dua wanita. Lebih menyebalkan lagi salah satu wanita itu naksir sama Devandra, yang sering membully dirinya.
Wanita yang bernama Sasha itu marah pada Kane, karena lelaki incarannya malah menaksir dirinya. Akhirnya Kane menjadi musuh terbesar Sasha dan sering dijahili olehnya. Sekarang dengan adanya rombongan Devandra, menambah kuota peserta haiking.
Kane melihat mobil-mobil Jeep Cherokee sudah berjejer di depan kampus.
Tanpa menunggu lama mereka semua segera masuk ke dalam mobil bagian mereka. Mobil-mobil Jeep yang berjumlah lima mobil itu adalah mobil sewaan yang biasanya mereka sewa untuk kegiatan seperti ini di kampus. Kecuali satu Jeep Cherokee yang asli milik dari Devandra yang adalah asli keturunan orang kaya Kasta Tinggi. Keenam Jeep Cherokee itu pun segera dipenuhi oleh mereka.
Kane memeriksa teman-teman seperjalanannya, ia sedikit tidak nyaman dengan satu teman seperjalannya. Dalam mobil berisi 4 orang, termasuk dosennya. Dosennya itu malah membuat dirinya semakin merasakan sesuatu ketertarikan yang aneh tapi bukan tertarik antara hubungan wanita dan lelaki.
Kane memilih duduk di bagian belakang, ketika ia melihat dosennya duduk di jok depan. Tak ingin merasa lebih tak nyaman lagi, dirinya memilih memasang earphone di telinganya berpura-pura tidur memejamkan kedua matanya.
Di perjalanan semua orang di dalam jeep sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, tak lama sekitar satu jam mereka semua sampai di tempat tujuan. Saat semua turun dari mobil, mata mereka disuguhkan akan pemandangan indah.
Kane tak bisa menahan senyumannya ketika melihat pemandangan itu. Matyas yang memang sejak awal selalu memperhatikan Kane, ikut tersenyum melihat senyumannya.
Semuanya mengeluarkan barang-barang mereka masing-masing dari dalam mobil, memeriksa dan mempersiapkan safety mereka. Kane segera menarik tangan Dita dan segera bergabung dengan teman-teman yang lainnya.
Kane mulai berjalan menanjak naik, si biang kerok Devandra mengekornya dari arah belakang. Kane memeloti Devandra agar menjauh darinya. "Pergi menjauh, awas aja kalau loe berani menganggu gue disini!"
Matyas yang melihat Kane yang sepertinya risih didekati Devandra, langsung berjalan mendekati Kane dengan sengaja menyelip diantara mereka berdua.
Devandra yang kesal karena kelakuan dosennya tak berani marah, dirinya hanya bisa mengalah.
Setelah sampai jauh di atas gunung, tempat biasanya para pendaki berkemah, mereka semua segera berhenti.
Kane menaruh ransel gunungnya, matanya takjub melihat pemandangan yang sangat indah dari atas sini, dirinya merasa ingin berteriak keras. "Aaaaaaaaaaaaaaaa..." teriaknya, beberapa temannya yang berkumpul dengannya mengikuti kelakuannya.
Mereka semua bergegas membuat tenda masing-masing, agar selesai terpasang sebelum malam hari tiba. Semua orang menikmati semua acara kegiatannya. Malam akhirnya datang, mereka semua segera beristirahat karena memang sudah kelelahan.
Kane tidak bisa beristirahat, dirinya memang memiliki ekstra kekuatan di tubuhnya, ia luar biasa berbeda dari orang lain. Merasa tubuhnya masih sangat segar, dirinya memutuskan untuk keluar dari dalam tenda tuk mencari udara malam. Melirik sebentar sahabatnya yang sudah tertidur pulas, ia segera menyelinap pergi ke luar.
Kane bahkan tidak merasa kedinginan di pegunungan itu, dirinya sudah tidak merasa aneh lagi. Ia ingat perkataan Ibunya dulu, sejak kecil suhu panas tubuhnya itu berbeda dari orang lain.
Hanya memakai jaket seadanya, Kane berjalan ke arah area sedikit lebih gelap. Siang tadi dirinya melihat di sana ada tempat duduk untuk bersantai. ia bisa duduk disana sambil melihat pemandangan langit malam yang indah.
Baru saja ia mendaratkan pantatnya, telinganya mendengar suara-suara seperti sedang berkelahi dari arah samping kirinya. Rasa penasaran membuat dirinya berdiri dari duduknya, berjalan ke arah suara itu berasal.
Sekitar 15 langkah Kane menghentikan langkah kakinya, memeriksa sekeliling yang gelap tapi tak menemukan apapun. Mengangkat bahu tak peduli, dirinya tak ingin berlama-lama disana, berbalik badan berjalan kembali ke tempat dirinya duduk tadi. Memasang earphone, ia ikut menyanyikan lagu favorit yang sedang dirinya dengarkan dari musik di ponselnya.
Sedangkan di tempat area dari arah tadi Kane mendengar suara-suara, terdengar suara berat berwibawa seorang lelaki yang tak lain adalah Ken, dia sedang berbicara kepada para bawahannya.
"Cepat singkirkan mayat-mayat ini dan juga kepala yang sudah terpisah segera bakar!" perintahnya kepada para bawahannya.
"Baik! Mister," jawab para bawahannya serentak.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!