NovelToon NovelToon

My Future

Setia kawan

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.45 namun tak membuat gadis yang berada di bawah selimut itu bangun, padahal jam 07.00 dia harus berangkat sekolah.

"Tataaaaaa...." suara sang Nenek menggelegar sedari tadi membangunkan cucunya namun belum ada tanda-tanda sang cucu bangun dari tidur cantik nya.

"Taaa....bangun..!!!! mau sekolah apa nggak? sebentar lagi Andi dan Riko datang, kamu belum bangun juga." omel sang Nenek.

"Iya Mbah bentar lagi Tata bangun." jawab sang cucu dengan mata masih terpejam.

"Gak ada bentar-bentar, ini tuh sudah siang kamu belum mandi, sarapan juga belum. mau jam berapa berangkat sekolah? buruan bangun kalo nggak Mbah siram kamu loh." ancam sang Nenek.

"Ya ampun Mbah... iya, iya Tata bangun." jawab Tata sambil memanyunkan bibirnya.

Gadis itu bangun dan menyambar handuk lalu berjalan menuju kamar mandi dengan malas-malasan.

cukup lama Tata menghabiskan waktu di kamar mandi entah apa yang di lakukan gadis itu.

Sementara dihalaman rumah sudah nampak Andi dengan sepedanya.

"Mbah, Tata udah siap?" tanya Andi pada nenek dari sahabatnya itu.

"Lagi mandi Tata nya, dari tadi di bangunin susah bener."Jawab sang Nenek kesal.

"Dasar kebiasaan," ucap Andi yang sudah hafal dengan kebiasaan buruk sahabatnya itu.

Di ujung jalan Riko pun sudah terlihat dengan sepeda kesayangan nya.

"Masih lama si Queen?"tanya Riko pada Andi.

"Kalo gak lama berarti dunia mau kiamat." jawab Andi sewot.

Kedua pemuda itu dengan setia menunggu Arsinta di teras, sedangkan yang di tunggu dengan santainya bersiap.

Setelah beberapa menit bersiap, Tata keluar dari kamar dengan menggendong tak punggung nya.

"Mbah, Tata berangkat ya." pamitnya sambil mengulurkan tangan untuk salam dengan Mbah nya itu.

"Kebiasaan kamu, berangkat mepet waktu gak sempat sarapan." tegur si Nenek sambil menerima salam sang cucu.

"Besok-besok nggak Mbah, janji deh," bujuk Tata sambil menunjuk jarinya membentuk huruf V.

"Iya Mbah percaya, dari tahun lalukan juga gitu, besok nggak Mbah, besok Tata bangun pagi." mengulang janji sang cucu yang sudah terucap dari beberapa tahun yang lalu.

Tata tertawa dan memeluk wanita yang telah membesarkan nya itu. lalu keluar mengambil sepeda yang setia menemani nya untuk menuntut ilmu.

"Selamat pagi guys," Sapa Tata dengan suara renyah tanpa beban kepada kedua sahabatnya itu

"Hemmm" jawab Riko singkat.

sedangkan Andi hanya memutar bola matanya malas.

"Ya ampun muka kalian kenapa sih? ini masih pagi lho, muka udah kusut gitu. belum sarapan yah?" cerca Tata melihat wajah sahabatnya tak sedap di pandang.

Tidak ada yang menjawab, kedua sahabatnya itu melajukan sepedanya menuju ke sekolah. Jam 07.30 mereka Harus masuk sekolah, sedangkan sekarang sudah jam 07.10 belum lagi lamanya perjalanan mereka.

tidak ada obrolan sepanjang jalan, ketiganya fokus ngebut goes sepeda agar cepat sampai sekolah, karena mapel pertama hari ini adalah matematika dan Bu Henny adalah salah satu guru killer.

Sesampainya di sekolah mereka dengan cepat memarkirkan sepeda di deretan sepeda milik murid lain yang sudah tertata rapih.

ketiganya berlari menuju kelas, dengan harapan Bu Henny belum masuk. Namun harapan tinggal harapan ternyata Bu Henny sudah memulai pelajaran nya.

Tok

Tok

Tok...

"Selamat pagi Bu, maaf kami terlambat." ucap Riko dengan perasaan was-was.

"Kalian tahukan bahwa saya paling tidak suka jika ada yang terlambat?"Tanya Bu Henny ketus.

"Iya Bu, maaf. Tadi ban sepeda Tata bocor, jadi kami terlambat." jawab Riko

sedangkan Tata diam saja, merasa bersalah karena dirinya bangun kesiangan, jadi diam dan pasrah saja ketika Riko menumbalkan dirinya.

"Iya Bu, kami kan telat belum ada lima menit, izinkan kami masuk ya Bu." timpal Andi merayu sang Guru.

"Lain kali saya tidak mau mendengar ataupun menerima alasan apapun." Jawab sang Guru mempersilahkan muridnya untuk masuk kelas.

Sekolah SMAN Pertiwi ini bukanlah sekolah elit apalagi favorit, sekolah ini masih kurang sarana dan prasarana nya, semuanya masih alakadarnya, bangunannya pun sangat teramat sederhana. Mereka yang bersekolah di sini adalah anak para petani dan pekerja di kebun tebu, ada beberapa anak pemilik toko juga nelayan.

Setiap sebulan sekali para murid harus membawa sabit/arit untuk membabat ilalang di halaman sekolah juga lapangan. Bukan untuk tawuran ya, di Desa ini memang wajar jika anak sekolah membawa senjata tajam, sabit/arit itu hal biasa bagi mereka sejak kelas 4 sd.

Kenapa demikian? karena segalanya masih di kerjakan secara manual, walaupun bangunan sekolah alakadarnya namun luas halaman sekolah juga lapangan sepak bola tempat para murid berolah raga dan bermain sangat luas, jadi setiap sebulan sekali pasti di adakan membabat rumput di lapangan, jangan salah mereka yang masih SD pun bisa membabat rumput. Maklum anak petani, jadi mengunakan sabit/arit sudah biasa.

Kadang anak SMP/SMA yg lelaki malah bawa cangkul...

lapangan sekolah juga di pakai orang-orang desa situ, dan jika ada acara dadakan para bapak-bapak desa lah yang membabat rumput dan merapihkan lapangan.

Setiap sekolah juga memiliki ladang, di SMAN Pertiwi sendiri memiliki ladang setengah hektar, ladang itu di tanami singkong, jika sudah di panen uang nya akan masuk kas sekolah juga buat modal kembali, siapa yang menanam singkong nya? tentu saja seluruh siswa/siswi SMAN Pertiwi. Bukan hal yang sulit bagi para murid mengerjakan hal itu, sekali lagi kerena mereka semua terlatih sejak dalam kandungan haha.....

di desa Mekar Jaya ini semua serba gotong royong, mayoritas penduduk memakai sepeda, motor adalah barang mewah yang hanya beberapa orang saja yang memiliki.

Setelah selesai pelajaran matematika yang cukup menguras otak, break 10 menit sebelum pelajaran kedua di mulai.

"Hufff akhirnya selesai juga Bu Henny Meres otak gue," keluh Tata yang memang payah dalam matematika.

"Sok-sokan mikir keras, emang otak Lo ada isinya?" tanya Devi teman sebangku Tata.

"Sembarang kalo ngomong, otak gue jelas ada isinya, perkara berfungsi apa nggak itu lain cerita." jawab Tata tak terima dengan pernyataan temannya.

"Jadi apa beda nya dodol." ucap Devi keki dengan temannya itu, sebab dia lah tumpuan Tata jika tiba-tiba Bu Henny mengadakan ulangan/ujian dadakan.

"Ya beda dong, isi sama fungsi," kekeh Tata yang tak mau di salahkan.

"Udah deh terserah apa kata Lo aja. Btw nanti jadi ikut kemah nggak?"tanya Devi antusias

"Jadi dong. memang Gue pernah absen dari kegiatan Pramuka? kegiatan yang paling berkesan dan menyenangkan gak mungkin Gue lewatkan begitu saja, apa lagi ini tahun terakhir kita bisa ikut. Tahun depan udah kelas 12 mana bisa ikut kegiatan Pramuka lagi." jawab Tata dengan penuh semangat dan panjang lebar.

"Bener banget," ucap Devi lesu.

"Gak nyangka yah kita udah hampir lulus, dua tahun itu gak lama. Dan Gue pasti bakalan kangen banget sama Lo juga teman satu kelas ini." mendramatisir ucapannya.

"Biasa aja kali, sok-sokan melow padahal seneng kan gak ada gue yang bakalan ngerengek minta contekan," ucap Tata jengah dengan temannya itu.

"Ish...gak gitu juga kali Ta, Lo temen Gue yang gak bakalan Gue lupain sampai kapanpun, temen yang paling super..." jawab Devi menggantung.

"Super..?? super ngeselin maksud Lo?"terka Tata.

"Apapun itu, yang penting kan super, dan Lo satu-satunya the only one, lemited edition." bual Devi dengan penuh semangat.

Sedangkan Tata memandang wajah teman nya dengan malas.

Tata dan Devi berteman sejak duduk di bangku SMP, merekapun selalu duduk di bangku yang sama hingga sampai saat ini.

Desa Mekar Jaya adalah desa yang besar, ada sekitar 8 sekolah SD, namun untuk SMPN dan SMAN hanya ada dua saja, karena untuk pendidikan lebih lanjut masyarakat desa belum terlalu aware akan pentingnya menuntut ilmu. Tak jarang ada yg hanya lulusan SD saja dan setelah beberapa tahun langsung di nikahkan oleh kedua orang tuanya. Di desa ini masih banyak terjadi pernikahan under seventeen. Miris memang namun mau bagaimana lagi, beruntung Arsinta memiliki Nenek yang selalu mendukung nya, apapun itu asalkan positif pasti sang Nenek mendukung. Termasuk melanjutkan sekolah hingga jenjang SMA ini.

Hidup sederhana dan pas-pasan tidak membuat semangat belajarnya berkurang, meskipun otaknya juga sangat teramat pas-pasan, namun Tata selalu semangat belajar. beruntung juga dia di kelilingi teman pintar seperti Andi, Riko, juga Devi.

Riko yang selalu mendapat peringkat pertama , Andi dan Devi pun selalu masuk sepuluh besar. Sedangkan Tata jangan di tanya, sebab tidak tinggal kelas itu sudah suatu keajaiban.

teng...teng...teng...

Bunyi bel istirahat...

semua siswa siswi keluar menuju warung di belakang sekolah. Ingat ini bukan sekolah elite jadi disini tidak ada kantin, yang ada hanya warung di dekat tempat parkir sepeda yang ada di belakang sekolah,

ada dua orang yang berjualan disana, dagangan nya tidak jauh beda, ada nasi uduk, bubur kacang ijo, bubur sumsum, cilok, es cendol, es cincau, es jas jus, es marimas, teh sisri, segala ciki juga permen, ada juga gorengan...

semua murah meriah, mulai harga Rp.1000 sampai Rp.5000 yang paling mahal.

Tata dan Devi keluar kelas beriringan menuju warung tersebut, karena tadi Tata tidak sempat sarapan jadi gadis itu berniat membeli nasi uduk. Cacing di perut sudah demo minta jatah, maklum saja ini sudah jam 11.15 sudah pasti si cacing sangat ingin menggiling makanan.

Namun begitu sampai di belakang sekolah kedua warung nampak penuh dengan adik kelas juga kakak kelas yang sedang mengantri.

"Penuh banget sih, gak tahu apa disini ada orang kelaparan." keluh Tata, memandang sedih ke arah warung.

"Bukan Lo aja kali yang laper, mereka juga laper dan ya mereka mana tahu kalo Lo kelaparan gara-gara gak sarapan kerena bangun kesiangan," sahut Devi

Dari arah belakang kedua gadis itu Riko dan Andi berjalan mendekati mereka.

"Kenapa berhenti disini?" tanya Andi.

"Noh liat sendiri"." jawab Tata sambil mengedikkan dagunya ke arah warung.

"Oh.." Andi hanya ber-Oh ria

lalu berjalan ke arah parkir sepeda bersama Riko.

"Ckk," Tata berdecak sambil memandang kedua sahabatnya itu.

"Kalian mau kemana?"tanya Tata penasaran.

"Ke toko pak Joko, beli kertas HVS," jawab Andi, berlalu menggunakan sepeda nya.

"Ngapain beli kertas HVS?" tanya Tata pada Devi yg ada di sebelahnya.

Devi hanya mengangkat kedua bahunya nya pertanda bahwa dia pun tak mengerti.

"Mau ikut ngantri atau ke belakang kantor aja?" tanya Devi pada Tata.

"Balik ke kelas aja deh." pasrah Tata.

"Ngapain ke kelas? mending juga duduk-duduk di belakang kantor sambil liat sawah dan pohon bambu, biar gak suntuk." saran Devi.

Di belakang kantor memang ada pohon bambu yg lumayan rindang, juga sawah warga desa. Karena Sekolah ini di bangun di pinggir sawah, agak miring dengan ruang kelas menghadapi ke arah Timur dan bangunan kantor Guru menghadap ke arah Utara. Ada juga pohon akasia mengelilingi kawasan Sekolahan.

Sekali lagi ini bukan Sekolahan elite jadi tidak ada pagar batu apalagi pintu gerbang.

Namun semua siswa siswi nya tertib. Jarang ada yg terlambat Kecuali ARSINTA MAULIDA.

Di belakang kantor kedua gadis itu duduk sambil memandang ke arah sawah yang baru saja di tanami padi oleh pemiliknya.

keduanya diam tenggelam dengan pemikiran masing-masing.

"Dor..." suara Andi mengejutkan sahabatnya.

"Apaan sih," kesal Tata dan Devi bersamaan.

"Nih.." Riko menyerahkan jajanan pasar pada Tata, tak lupa es jas jus rasa mangga kesukaan Tata. Bukan Jus ya, tapi Jas jus minuman segar murah meriah.

"Aaa.....baik banget sih sahabatku ini," ucap Tata dengan nada manja pada Riko.

"Geli Gue dengernya," ucap Andi.

"Gak ada yg nyuruh Lo denger ya," galak Tata menjawab ucapan Andi.

"Nih buat Lo," Andi memberikan es jas jus rasa jeruk pada Devi.

"Thanks Ndi," jawab Devi nerima minuman dari tangan Andi.

lalu ke empat sahabat itu makan dengan tenang jajanan pasar yang di belikan dua mahluk Adam itu.

Semilir angin membuat pohon bambu itu bergoyang dan menambah kesejukan bagi mereka yang berada di bawah rindang nya pepohonan.

^^^🌺Hai salam kenal semua, ini novel pertama aku, mohon maaf jika banyak kata yg salah atau kalimat yg tidak tepat, maaf juga jika banyak typo nya. Terimakasih yg berkenan mampir dan membaca🌺^^^

Arsinta Maulida

Pukul 13.45 para siswa siswi SMAN Pertiwi telah pulang. Begitu pun Tata dan teman-temannya, mereka berjalan menuju tempat parkir sepeda, banyak pula siswa siswi yang berjalan kaki karena rumah mereka dekat. Sedangkan rumah Tata jauh dari Sekolahan, jika di tempuh dengan sepeda kurang lebih 30 menit baru sampai rumah.

"Tata... tunggu...!!" suara Fitri menghentikan Tata.

"Apaan?" jawab Tata singkat.

"Hehe...Nebeng dong sampai ujung gang rumah gue" ucap Fitri memelas, rumah Fitri memang tak jauh dari sekolahan namun jika jalan kaki lumayan juga, apalagi di tengah cuaca yang panas terik begini.

"Boleh, tapi Lo yang bonceng yaa. Rumah Lo kan Deket sedangkan rumah gue masih jauh di mata, masih perlu banyak energi untuk sampai ke rumah." jawab Tata yang tak mau rugi.

"Oke." jawab Fitri setuju dengan pendapat Tata. Mereka pun melajukan sepeda dengan senang hati.

"Guys tunggu gue di tempat biasa yaaaa." pinta Tata kepada kedua sahabat baiknya itu.

Keduanya pun hanya memandang kesal pada sang sahabat yang mulai jauh dari penglihatan nya.

"Si Tata suka banget bikin temen lumutan." gerutu Andi yang selalu menunggu sahabatnya itu.

Pasalnya Tata memang sering membuat mereka menunggu, tidak saat berangkat sekolah maupun saat pulang. Ya seperti sekarang ini, setiap hari ada saja teman sekelas yang nebeng pada Tata, mereka berangkat jalan kaki tapi pulang selalu cari tumpangan dengan alasan hari sudah panas.

Setelah sampai di tempat yang dimaksud oleh Tata keduanya berhenti, menunggu gadis itu datang.

"Rik, nanti kemping Lo ikut nggak?" tanya Andi pada sahabatnya.

"Ikut lah, kesempatan terakhir masa gak ikut."

jawab Riko dengan apa adanya.

"Iya juga yah, tahun depan kita udah gak bisa ikut kegiatan Pramuka lagi, karena harus fokus belajar untuk UN." sahut Andi dengan nada sendu.

"Hem...gak berasa ya, kayaknya baru kemarin lulus SMP. Dan sekarang kita udah setengah perjalanan di SMA." jawab Riko membenarkan perkataan Andi.

"Pasti gue bakalan kangen momen-momen unfaedah ini. Nungguin si Queen, goes sepeda bareng-bareng, kerja kelompok, dan masih banyak lagi deh." ucap Andi membayangkan hal-hal yang akan berlalu.

"Guys...." pekik Tata dari kejauhan, dengan menuntun sepedanya karena jalan menanjak.

huh...huh...huh....deru nafas Tata terdengar seperti habis lagi maraton.

"Istirahat dulu ya..." pinta Tata memelas pada kedua sahabatnya itu.

"Langsung aja, kita naik santai naik sepedanya biar cepat sampai rumah. gue udah laper." putus Riko yang sudah kembali mengendarai sepeda nya.

di susul Andi dan mau tak mau Tata pun mengikutinya.

"Nanti belajar dimana?" tanya Tata sambil menggoes sepeda nya.

"Dimana aja, asal Lo gak nyontek." sahut Andi kesal, karena setiap belajar bersama ujung-ujungnya nyontek dengan alasan kepalanya mau pecah, kebanyakan mikir rumus.

"Biasa aja kali jawab nya, gak ikhlas banget bantu temen yang susah." jawab Tata mencari pembenaran.

"Lo susah banget di bilangin." jawab Andi putus asa menasehati Tata.

"Ingat Ta, mulai tahun ini kita gak bisa main-main lagi. Harus fokus belajar, apalagi nanti setelah 17 Agustus. pasti para Guru nanti bakalan sering ngasih ulangan dadakan, tes lisan dan lainnya." kata-kata bijak Andi sudah keluar.

Di antara ketiga sahabat itu hanya Andi lah yg paling sering mengingatkan, paling cerewet meskipun dia lelaki. Tapi semua itu di lakukan karena perduli pada sahabatnya. Mereka bersahabat sejak kelas 4 SD, selain rumah mereka berdekatan, mereka juga bersekolah di Sekolah yang sama. Andi dan Riko adalah murid pindahan di sekolah Tata, di awal pertemuan mereka langsung cocok dan satu frekuensi jadi persahabatan mereka awet hingga ke jenjang kelas atas.

Berbeda dengan Devi yang memang baru berteman beberapa tahun terakhir, meskipun akrab tapi tak sedekat Andi dan Riko. Selain rumah nya tidak berdekatan Devi juga anak orang yang berada, setidaknya orang tuanya memiliki kendaraan bermotor dimana motor adalah barang mewah di desa itu.

Tata membelokkan sepeda nya ke halaman rumah.

"Dahhhh hati-hati di jalan yaaaa." ucap Tata pada kedua sahabatnya, kerena rumah keduanya berada di blok yang berbeda dengan Tata.

Setelah menyenderkan sepeda di samping rumah, Tata berjalan masuk kerumah.

"Assalamualaikum Mbahhhh....." teriak Tata dengan lantang.

"Walaikumsalam." sahut si Mbah dari belakang rumah.

"Mbah masak apa? Tata laper banget nih." tanya Tata sambil mencium punggung tangan sang nenek.

"Tumis jantung pisang campur ikan teri, ada tempe goreng juga." jawab Mbah Ni sambil membuka tudung saji di meja.

"Ganti baju dulu, cuci tangan baru makan.." perintah si Nenek pada sang cucu.

"Ganti baju nanti aja Mbah, Tata udah laper banget nihh," jawab Tata memohon pada sang Nenek.

"Kamu tuh kebiasaan, jagi gadis rajin dikit ngapa? jangan jorok banget, nanti gak ada yang mau sama kamu." jawab sang Nenek sambil menasehati cucu kesayangan nya itu.

"Tenang Mbah, masih ada Andi dan Tiko yang sama Tata, selalu setia menunggu dan menuruti kemauan Tata." jawab Tata dengan enteng.

Sang nenek hanya menggeleng kepalanya berlalu menuju belakang rumah.

sedangkan Tata menikmati makan siangnya dengan lahap, gadis itu tidak pernah pilih-pilih makanan, apapun yang di masak oleh Nenek selalu di makan tanpa protes apapun.

Baginya Nenek nya adalah segalanya, sedari kecil hidup bersama sang Nenek setelah Ibunya meninggal saat Tata berusia 3 tahun. Sedangkan Ayahnya, entah kemana perginya lelaki itu, dulu pamit merantau ke Negeri sebrang saat Tata masih dalam kandungan sang Ibu. tapi hingga kini sang Ayah tak juga kembali.

Dulu Tata pun sering menanyakan keberadaan Ayah nya pada sang Nenek, namun kerena sudah terbiasa kini Tata tak lagi mau tahu tentang keadaan ataupun keberadaan sang Ayah.

Tata menjalani hari-hari nya dengan suka cita bersama sang Nenek, Tata hanya berharap dan selalu berdoa agar sang Nenek selalu sehat dan berumur panjang.

Setelah selesai makan, Tata mengganti baju dan menuju kebelakang rumah mencari sang Nenek.

"Mbah ngapain sih?" tanya Tata penasaran.

"Mbah lagi petik kopi, sudah banyak yang merah. Nanti di makan codot kalo gak cepat di petik." jawab sang Nenek.

Di belakang rumah memang ada beberapa pohon kopi yang sengaja di tanam sang Nenek untuk konsumsi pribadi. Pekarangan yang luas membuat berbagai macam jenis tanaman bisa tumbuh dengan subur di pekarangan itu, ada beberapa pohon kelapa, pohon mangga, pohon jambu biji, jambu air, kopi coklat, pohon Pete, pohon pisang dan masih banyak lagi lainnya yang tumbuh di area pekarangan tersebut.

Sekolahan

Sedikit gambaran tentang desa Mekar Jaya.

Desa ini adalah desa terpencil, jauh dari kota, berada di pedalaman PT. Sweet Sugar atau disebut PTSS oleh masyarakat sekitar. untuk masuk kedalam Desa ini melalui 3 jam perjalanan sepanjang kebun tebu, itupun jika hari cerah dan musim kemarau.

Jika musim penghujan sudah di pastikan akan lebih memakan waktu 4 sampai 6 jam. karena jalanan pasti hancur seperti bubur, maklum saja jalanan PT jadi selalu di lewati Truk Tronton besar juga Truk Fuso jumbo itu.

Desa ini di bagi beberapa kelompok ya, ada Desa Mekar Jaya, Harapan Jaya, Terusan Jaya dan masih banyak lagi.

Untuk lokasi SMAN Pertiwi itu terletak di desa Terusan Jaya, karena Desa itu adalah pusat dari beberapa Desa, berbeda dengan Desa Mekar Jaya yang memang lebih masuk ke area dalam. Namun tergantung kita mau ke arah mana? jika pergi ke kota lewat kebun tebu, Desa Mekar Jaya sudah pasti lebih jauh, tapi jika pergi ke kota menyebrang sungai, maka Desa Mekar Jaya lebih dekat.

Di desa Terusan Jaya ini juga ada pasar, tapi tidak setiap hari buka nya. hanya setiap Kamis dan Minggu. Pasar tersebut juga dekat dengan SMAN Pertiwi, hanya berjarak 100 meter dari area Sekolahan.

Pukul 06.30 Tata sudah ada di kamar mandi, ia tengah menimba air dari dalam sumur untuk di tampung dalam bak, ya semua masih serba manual tidak ada yang namanya kran air, jika perlu menggunakan air harus nimba dari dalam sumur dulu.

"Udah bangun nduk?" tanya si Mbah basa basi.

"Udah dong Mbah, nanti kalo Tata bangun siang Mbah nyanyi lagi." jawab Tata sambil menyindir.

"Mbah, Tata cuci piring dulu." seru Tata memberi tahu Neneknya.

"Sekalian wajan sama dandang nya sempat nggak?" tanya Neneknya.

"Bisa Mbah, tapi bagian dalam aja ya, di luarnya nanti sore saja." tawar Tata. Sebab Nenek memasak dengan kayu bakar, otomatis bagian luar dandang dan wajan itu menghitam dan untuk membersihkan nya harus di gosok dengan abu merang padi.

"Ya terserah kamu aja." jawab Mbah sekenanya.

Tata bukan gadis yang rajin, namun dirinya cukup tahu kapan harus berkerja membantu Nenek di dapur. sebab semuanya dikerjakan oleh Neneknya, dari bekerja di ladang hingga menu makanan yang selalu tersedia di meja makan.

Nenek Tata memiliki setengah hektar kebun kopi coklat, setengah hektar lainnya di tanami singkong atau jagung jika musim penghujan. ada juga beberapa petak sawah yg di tanami padi. hasil dari semua ladang Nenek sudah lebih dari cukup untuk menghidupi keduanya

. Ibu Tata adalah anak pertama sang Nenek, anak kedua sang Nenek ikut suaminya di Provinsi sebelah, sedangkan anak bungsu Nenek tinggal tidak jauh dari rumah mereka, hanya dua blok dari rumah Nenek.

Tata sudah rapih dengan seragam sekolahnya, kemeja batik dan rok abu-abu selutut, kaos kaki putih dan sepatu hitam, rambut panjangnya di ikat kuncir kuda.

Tata tengah membaca catatan sejarah yang membuatnya pening. Sepertinya semua mapel memang susah buat Tata, dia harus bekerja keras untuk mendapatkan nilai minimal 8, jika lebih dari nilai delapan sudah pasti dia mendapatkan contekan.

"Wahhh.....ada angin apa ini." sindir Andi heran karena melihat sahabatnya sudah rapih siap berangkat ke sekolah.

Tata memutar bola matanya dengan malas, sudah bisa ia tebak beginilah reaksi sahabatnya.

"Riko mana?" tanya Tata mengalihkan pertanyaan Andi.

"Tuh.." jawab Andi sembari mengedikkan dagunya.

Ketiga sahabat itu beriringan melajukan sepedanya menuju sekolahan.

"Eh...tahu nggak?"

suara Tata memecahkan keheningan.

"Nggak." potong Andi.

"Ck...denger dulu makanya. Gue semalam mimpi udah kemping tahu." bercerita dengan semangat.

" Nggak sabar banget kayaknya mau kemping?" tanya Riko, yang tahu betul jika Arsinta Maulida sangat menyukai kegiatan Pramuka.

"Beuhhhh...bener banget, dalam mimpi aja udah seru banget apalagi kalo nyata." senyum mengembang di bibirnya membayangkan kegiatan menyenangkan itu.

Inilah kebiasaan mereka bertiga, menceritakan tentang mimpi semalam, sudah hal biasa, dan selalu membicarakan hal-hal yang menarik. Tata tidak mau membahas tentang pelajaran, karena sudah cukup pusing di sekolah dan tumpukan PR yg di berikan oleh sang Guru. jadi sepanjang perjalanan hanya akan membahas dan membicarakan hal-hal yang menyenangkan.

Sesampainya di Sekolah Tata langsung menuju kelasnya, di sana Devi sudah duduk manis. Memang siswi yang rajin, baik juga cantik plus pintar, itulah mengapa Tata betah berteman dengan Devi, selain itu juga Devi anaknya tidak macam-macam, pokoknya se-frekuensi dengan Tata.

"Pagi Devi lestari harum mewangi seperti bunga melati." seloroh Tata menyapa teman sebangkunya.

"Pagi Queen super." jawab Devi dengan malas.

"Ish..." Tata mendengus.

"Tugas sejarah udah selesai." tanya Tata dengan maksud tersembunyi.

"No contekan." jawab Devi yang tahu kemana arah pembicaraan tersebut.

"Gue udah ngerjain koq, sapa juga yg mau nyontek" Tata membela diri.

"So.." jawab Devi sambil menatap Tata dengan tidak percaya.

"Ya Gue mau mencocokkan aja jawabannya, sama apa nggak, kalo gak sama biar bisa gue samain dengan jawaban Lo." kilah Tata.

"Makasih atas niat baiknya, tapi gue lebih suka jika jawaban kita berbeda." Tolak Devi yg paham dengan maksud temannya itu.

"Oke kalo gitu." Tata menyerah.

lalu berjalan ke meja depan mencari peluang untuk mencontek.

"Jaka..." seru nya memanggil teman sekelasnya.

"Apa?" jawab Jaka singkat.

"Tugas sejarah udah selesai?" tanya Tata tanpa basa-basi.

"Emang ada ya?" Jaka tanya balik.

"Kan gue gak masuk hari Senin" mapel sejarah ada di hari Senin dan Kamis.

"Emang Lo gak masuk?" tanya Tata dan mendapatkan anggukan dari Jaka.

"Rifan gak ngasih tahu kalo Bu Sri ngasih tugas?" tanya Tata tak percaya. Rifan adalah ketua OSIS dan Berteman cukup dekat dengan Jaka, Roni, Yudi yang memang berdekatan rumahnya.

"Gak ada bilang si Rifan, kalo Bu Sri ngasih tugas." jawab Jaka tanpa menutupi apapun.

"Mana tugasnya?" Jaka menadahkan.

tangannya pada Tata.

"Sekali-kali gue nyontek Elo" pinta Jaka pada Tata.

"Nih.." Tata memberikan bukunya pada Jaka.

"Gue gak tanggung jawab kalo banyak yang salah." ucap Tata memperingatkan Jaka.

"It's Ok, dari pada gue di hukum suruh lari mengelilingi sekolah sambil mungut sampah." Jawab Jaka pasrah, karena paham dengan kapasitas otak Tata.

"Jangan lupa nanti kasi Roni." pesan Tata, karena Jaka duduk di bangku pertama, sedangkan Roni di bangku kedua dan Tata berada si bangku ketiga.

Di kelas ada lima bangku dan meja dari arah depan kebelakang dan menjadi empat baris, jumlah siswa siswi satu kelas ada 32, setiap bangku tidak hanya berisi dua orang murid, banyak yang sebangku duduk bertiga.

Entah mengapa Tata dan Devi selalu duduk berdua, tidak pernah ada pihak ketiga, padahal mereka satu kelas berteman cukup baik satu sama lain, tidak ada pembullyan, ataupun siswa siswi yang merasa sok cantik, sok tampan, maupun sok populer..., semua berjalan dengan baik, hanya kadang kelas mereka adalah kelas paling berisik dan heboh. itu terkenal sejak di bangku kelas sepuluh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!