NovelToon NovelToon

Ketika Takdir Yang Memilihku

Luka hati Alena

Di sebuah taman kota, Terlihat seorang gadis cantik dengan rambut di ikat ekor kuda sedang terdiam sendiri di sana. Memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di tempat itu, Tempat yang selalu terlihat ramai setiap akhir pekan.

Di tengah keramaian, Alena memejamkan sejenak kedua matanya. Hatinya masih terasa begitu nyeri, Seperti tertusuk ribuan jarum yang mengenai tepat di ulu hati, Rasanya benar-benar menyakitkan.

Alena atmaja, Seorang gadis cantik berusia 20 tahun harus menelan pil pahit setelah kepergian bundanya satu tahun yang lalu. Hidupnya yang dulu sempurna seketika berubah menjadi sangat menyedihkan setelah insiden itu terjadi.

Alena masih memejamkan kedua matanya yang terasa sangat panas, Air mata itu tiba-tiba saja meluruh begitu saja. Kehidupan yang dulu bisa di bilang sempurna, Seketika merubah menyedihkan. Tiada hari yang dia lewati tanpa air mata.

"Bunda, Kenapa bunda harus harus tinggalkan Ale, Ale sendirian bunda, Ale sangat kesepian" ucap Alena yang terdengar sangat lirih.

Dadanya terasa sangat sesak saat mengingat akan nasibnya sendiri. Di jadikan pembantu di rumahnya sendiri oleh ibu tiri juga saudara tirinya.

Alena mengambil nafas panjang. Hari ini dia memang sengaja pulang terlambat ke rumahnya karna ingin menenangkan hatinya yang begitu luka.

"Sabar, Alena. Semua ini akan berlalu dengan semestinya. Jangan pernah menyalahkan keadaan atas takdir yang sudah memilihmu, Karna kamu hanya perlu mengikuti alur skenario yang sudah di rencanakan" ucap Alena sambil mengusap kedua matanya yang sudah mulai basah.

Tempat itu terlihat sangat ramai, Namun Alena masih suka merasa kesepian. Setelah cukup lama di sana, Alena bangun dari duduknya, Mengambil nafas sejenak lalu melangkah pergi dari tempat itu.

"Aku harus kuat demi ayah. Jika aku menyerah, Lalu bagaimana dengan nasib ayah. Aku bisa, Iya, Aku pasti bisa" ucap Alena di sela langkahnya.

5 bulan yang lalu, Tuan Atmaja, Ayah dari Alena mengalami sebuah kecelakaan tunggal dan membuatnya harus terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Karna kecelakaan itu, Ayah Alena mengalami koma dan belum sadarkan diri hingga detik ini.

Di Rumah

"Kemana itu si Alena. Jam segini belum pulang. Apa dia tidak tau kalau mama sudah kelaparan" ucap seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah mama tiri Alena.

"Tau tuh ma. Mana aku juga udah laper banget lagi ma. Nanti kalau dia pulang harus di kasih pelajaran" ucap Larisa, Kakak tiri Alena.

"Itu harus. Biar dia tau apa konsekuensi yang harus dia terima jika berani membuat kita kelaparan seperti ini. Astaga, Menyebalkan sekali itu anak tak berguna" ucap Lina.

"Kita pesan di restoran biasa ajalah ma, Nunggu si Alena nanti kita keburu pingsan"

"Kamu benar juga. Ya sudah, Mama ambil ponsel dulu"

Lina bangun dari duduknya, Mengambil ponselnya dan memesan beberapa makanan dari restoran langganan mereka.

Semenjak ayah Alena koma, Semua keuangan memang di pegang penuh oleh Lina. Bahkan bukan hanya itu, Lina dan Larisa sudah membuat Alena menjadi pembokat di rumahnya sendiri.

Memang seperti itulah kerjaan Larisa dengan mamanya. Bisanya hanya memesan makanan dari luar saat tak ada Alena di rumah.

1 Jam kemudian, Alena baru saja sampai ke rumah itu. Melihat kedatangan Alena, Larisa dengan mamanya meletakkan makan mereka. Kedua orang itu saling lirik dan menoleh ke arah Alena dengan tatapan tajam nya secara bersamaan.

"Assalamualaikum, Ma" ucap Alena sambil mencium punggung tangan sang mama.

Bukannya menjawab salam, Lina malah mendorong Alena dan membuatnya terjatuh ke lantai"Dari mana saja kamu? Apa kamu tau, Saya dengan Larisa kelaparan karna menunggu kamu yang kelamaan" sentak nya sambil mengangkat wajah Alena dan mencengkram dagunya keras.

"Maaf, Ma. Tadi Ale tidak dapat taksi. Makanya Ale harus jalan kaki dari pasar" ucap Alena

"Eleh, Soal itu saya tidak mau tau. Larisa, Bawa dia ke kamar mandi, Lalu kunci di sana" ucap Lina pada Larisa.

Larisa tersenyum puas saat mendengar apa yang baru saja di katakan oleh mamanya."Siap mama, Dengan senang hati Larisa melakukan itu" ucapnya sambil menarik tangan Alena.

"Malam ini kamu tidur di kamar mandi. Tidak ada jatah makan sampai besok sore" ucap Lina dan langsung berlalu dari sana.

"Lho denger kan. Malam ini lho tidur di kamar mandi. Nikmati saja hukuman yang di berikan mama" ucap Larisa sambil menarik kasar Alena.

"Kenapa kalian jahat sekali sama aku? Memangnya apa salah ku? Kenapa kakak dan mama berubah" ucap Alena sambil menatap Larisa.

Mendengar itu membuat Larisa tertawa."Lho mau tau apa alasannya. Gue sama mama dulu baik itu hanya untuk mengambil hati lho dan juga papa. Sekarang semua sudah bisa kita miliki, Jadi, untuk apa lagi berpura-pura baik" ucap Larisa sambil tersenyum sinis.

"Jadi, Selama ini semua kebaikan kakak dan mama hanya karna harta. Apa mama menikah dengan papa juga karna harta?" tanya Alena sambil menatap Larisa.

"Iyalah, Menurutmu mama cinta, Begitu? sudah jangan banyak tanya. Ayo kamu masuk dan nikmati bermalam di kamar mandi" ucap Larisa sambil mendorong keras tubuh Alena.

Setelah pintu kamar mandi terkunci, Alena menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin. Kenapa selama ini dia tidak menyadari semua itu, Kenapa Alena harus terjebak oleh kebaikan sesaat yang di lakukan Larisa dengan mamanya.

****

Dttttt.....Dttttttt.....Dttttttt

Mendengar suara dering ponselnya, Lina mengambil cepat ponsel itu. Kedua sudut bibirnya terangkat saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Wah jeng Sinta, Ini pasti mau membahas perihal lamaran" ucapnya yang terlihat sangat senang.

Dengan cepat Lina mengusap tombol hijau di layar ponselnya. Karna yang menghubunginya adalah, Salah satu konglomerat yang yang paling di segani di kota itu.

📲:Halo jeng, Akhirnya jeng Sinta telpon juga

📲:Malam ini saya akan datang ke rumah jeng Lina untuk melamar anak jeng buat menjadi istri Anak pertama saya

📲:Baik, Jeng. saya akan menunggu kedatangannya.

Setelah itu, Sambungan telpon itu pun terputus, Lina keluar dari dalam kamarnya dan memberitahu kabar yang baru saja dia dengar dari jeng Sinta pada Larisa.

Larisa yang melihat kedatangan mamanya mengerutkan kecil keningnya, Pasalnya sangat terlihat jelas jika sang mama sedang merasa sangat bahagia.

"Mama kenapa? Kenapa terlihat sangat bahagia begitu?" tanya Larisa pada Lina.

"Ini kabar yang kita tunggu-tunggu sayang. Malam ini, Keluarga Mera akan datang dan melamar kamu untuk menjadi istri dari dari anak pertama mereka"

Larisa tentu saja merasa sangat senang dengan apa yang baru saja di katakan oleh sang mama.

"Wah. Larisa gak sabar ma" ucapnya.

Flashback satu tahun yang lalu

Waktu terus berputar, Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 19:00. Jam yang sejak tadi dinantikan oleh Larisa dan juga mamanya.

Ceklek

Mendengar suara pintu terbuka, Larisa yang sedang sibuk dengan wajahnya seketika menoleh ke arah pintu. Di sana ternyata sudah ada sang mama yang sedang berjalan ke arahnya.

"Bagaimana sayang, Apa kamu sudah siap untuk di lamar oleh anaknya jeng Sinta? " tanya Lina pada Larisa

"Tentu, Ma. Bukankah memang ini yang selama ini kita nantikan. Larisa sudah tidak sabar ingin menjadi nona muda keluarga Mera" jawab Larisa sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.

Lina memperhatikan Larisa yang sudah terlihat cantik dengan dress berwarna navy sudah melekat indah di tubuh rampingnya.

"Kamu benar-benar cantik sayang. Mama jamin anaknya jeng Sinta akan langsung jatuh hati pada pandangan pertama" puji Lina sambil terus memperhatikan Larisa.

"Iya dong ma, Anaknya siapa dulu. Anaknya mama Lina" balas Larisa sambil mengangkat kedua sudut bibir nya.

Di Dapur

"Akhirnya selesai juga masaknya. Capek banget" ucap Alena setelah selesai meletakkan beberapa makanan yang sudah dia masak di meja makan.

Setelah mendengar jika keluarga Mera akan datang malam ini, Lina memang mengeluarkan Alena dari dalam kamar mandi untuk masak dan membuat jamuan buat menyambut kedatangan mereka.

Alena menatap masakannya yang sudah tertata rapi di sana. Setelah itu, Alena masuk ke dalam kamar nya saat teringat akan apa yang sudah dikatakan oleh Lina siang tadi.

Ingat, Jangan pernah menampakkan wajahmu saat keluarga Mera datang. Kalau sampai kamu keluar, Mama akan kembali mengunci kamu di dalam kamar mandi,

Kata-kata itu tiba-tiba saja terngiang pada indra pendengaran Alena. Karna tak ingin kembali merasakan hukuman, Akhirnya Alena masuk ke dalam kamarnya.

Alena mandi dan memutuskan untuk berendam di dalam bathtub. Memejamkan kedua matanya sambil memutar musik yang selalu mampu membuatnya tenang walaupun hanya untuk sesaat.

Di saat seperti itu, Ingatan Alena kembali pada kejadian satu tahun yang lalu. Tepatnya saat acara ulang tahunnya yang ke 19 tahun.

Flashback satu tahun yang lalu

"Kamu sudah siap kan sayang?"

Suara itu membuat Alena membalikkan tubuhnya, Menoleh pada sosok seorang paruh baya yang tak lain adalah mamanya, Diana.

Melihat sosok itu, Alena mengangkat kedua sudut bibirnya"Sudah, Bunda. Bunda juga sudah siap kan?"tanya Alena sambil berjalan mendekat pada bunda nya.

"Sudah, Sayang. Apa kita berangkat sekarang, Ini sudah jam 18:00. Satu jam lagi acaranya akan segera di mulai. Kasian kalau membuat para tamu undangan menunggu lama" ucap Diana sambil membelai lembut rambut Alena yang memang di biarkan tergerai.

"Ayo ma, Ayah sudah siap juga kan? " tanya Alena sambil berjalan keluar dari dalam kamarnya.

"Sudah dong sayang. Ayah sedang menunggu kita di depan"

Alena dan sang bunda berjalan pelan sambil menuruni anak-anak tangga di rumah itu. Kali ini Alena menggunakan dress berwarna putih dengan rambut yang di biarkan tergerai. Sebuah kalung dengan liontin berlian melingkar indah di leher jenjangnya.

Sedangkan Atmaja, Saat melihat kedua sosok bidadari keluar dari dalam rumahnya membuat pria paruh baya itu menaruh tangannya dipinggang. Atmaja menaikkan sebelah alisnya sambil menggeleng kan pelan kepalanya.

"Bunda sama Ale lama sekali" ucapnya pada Alena dan juga Diana.

"Maaf ya, Ayah. Tadi Alena masih bingung mau pakai baju apa, Makanya cukup lama. Bagaimana penampilan Alena malam ini, Ayah" ucap Alena pada sang ayah.

"Penampilan kamu malam ini luar biasa sayang. Kamu selalu terlihat cantik, Ah bukan, Lebih tepatnya sempurna. Ya, Satu kata yang mampu menjabarkan penampilan kamu malam ini adalah kata sempurna" ucap Atmaja sambil mengusap lembut kepala Alena.

"Iya dong, Ayah kan tampan, Bunda juga cantik, Tentu saja aku luar biasa" jawab Alena sambil mengatakan kedua sudut bibirnya.

Mendengar itu membuat Diana terkekeh "Sudah, Ayo kita berangkat sekarang. Jangan sampai membuat para tamu undangan menunggu" ucap Diana dan langsung masuk ke dalam mobil itu.

Setelah memastikan Diana dan juga Alena menggunakan safety belt, Atmaja melakukan mobilnya, Melesatkan mobil itu dengan kecepatan sedang menuju tempat acara perayaan ulang tahun Alena yang di laksanakan di salah satu gedung mewah di kota itu.

30 Menit kemudian, Mobil Atmaja sudah tiba di tempat acara, Tepat seperti apa yang mereka duga, Di sana sudah ramai dengan tamu undangan dan menunggu kedatangan yang punya acara.

Di saat Alena dan kedua orang tuanya mau masuk ke dalam gedung, Tiba-tiba saja ada suara khas yang menghentikan langkah mereka.

"Alena" panggil orang itu.

Alena yang mendengar itu menghentikan langkah kakinya lalu membalikkan tubuhnya menoleh ke arah sumber suara.

"Kak Larisa. Terimakasih kakak sama tante sudah kau datang ke ulang tahun Alena" ucap Alena sambil memeluk Larisa dan mencium punggung tangan Lina.

"Tentu saja aku akan datang di hari yang paling spesial dalam hidup kamu Alena. Malam ini kan malam yang paling kamu nantikan, Malam yang begitu istimewa" ucap Larisa sambil memeluk Alena.

Malam yang paling membahagiakan serta malam yang akan membuat hidupmu menderita. Nikmati saja sisa kebahagiaan yang masih kamu miliki, Alena.

Larisa bermonolog dalam batinnya sambil memperhatikan apa yang saat ini sedang Alena gunakan. Dress yang terlihat begitu elegan serta kalung yang terlihat sangat cantik.

"Kalung itu indah sekali. Aku harus bisa mendapatkannya" batin Larisa lagi.

Mereka semua masuk ke dalam gedung itu bersama. Senyum merekah terlihat jelas dari kedua sudut bibir Alena. Semua orang bisa membaca jika saat ini Alena pasti sangat bahagia.

"Selamat ulang tahun sayang" ucap Kenzo, Kekasih Alena sambil memberikan sebuah kotak beludru berwarna merah.

"Terimakasih, Kak" balas Alena sambil menerima kotak pemberian Kenzo.

Larisa menatap tak suka dengan pemandangan yang ada di depan matanya. "Huh, Kita lihat saja Alena. Setelah rencana malam ini berhasil, Kamu akan ku buat kehilangan segalanya. Bukan hanya harta, Tapi juga Kenzo" batin Larisa lagi.

Selama ini, Larisa memang hanya berpura-pura baik pada Alena dan juga kedua orang tua Alena. Ada tujuan tertentu di balik kebaikan itu.

Acara itu pun di mulai, Tepat setelah tiup lilin itu selesai, Bunda Alena memegang kepalanya yang terasa pusing. Hingga tak berselang lama, Wanita paruh baya itu terjatuh dengan busa yang keluar dari mulutnya.

BRUGH

"Bunda" teriak Alena sambil menjatuhkan gelas yang ada di tangannya.

Alena berlari ke arah bundanya yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di sana. "Bunda, Bunda bangun" ucapnya sambil menepuk kedua pipi Diana.

Di saat seperti itu, Ada seseorang yang tersenyum senang saat melihat apa yang sedang terjadi saat ini. Siapakah orang itu?

Rasa bingung Alena

Alena menepuk kedua pipi bundanya. Sedangkan Atmaja yang sejak tadi sibuk dengan kolega-koleganya langsung berjalan setengah berlari menuju tempat Diana saat mendengar apa yang saat ini terjadi pada istrinya.

"Astaga, Bunda. Bunda kenapa Ale?" tanya Atmaja panik pada Alena.

"Ale juga tidak tau, Ayah. Ayo kita cepat bawa bunda ke rumah sakit, Ale tidak mau terjadi sesuatu sama bunda" ucap Alena dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.

Atmaja tak menjawab perkataan Alena, Pria itu hanya menggendong tubuh istrinya dan berjalan cepat keluar dari gedung itu. Satu hal yang ada dalam benak Atmaja saat ini. Dia takut terjadi hal yang tidak-tidak terhadap istrinya.

"Bertahan, Bunda. Ayah akan membawa bunda ke rumah sakit" ucap Atmaja sambil berjalan cepat menuju mobilnya.

Alena mengekor di belakang ayahnya. Melihat bundanya seperti itu membuat dadanya terasa sangat sesak.

"Sabar, Sayang. Bunda pasti baik-baik saja" ucap Kenzo sambil mengikuti langkah Alena.

Alena naik ke dalam mobil Kenzo, Karna mobil ayahnya sudah melesat lebih dulu dan meninggalkan gedung itu"Cepetan, Kak. Kita kejar mobilnya ayah" titah Alena yang terdengar sangat lirih.

"Iya, Sayang. Ini sudah ngebut kok"

Satu jam kemudian, Mobil itu sudah tiba di rumah sakit terdekat. Alena keluar dari dalam mobil Kenzo dan berjalan setengah berlari masuk ke dalam rumah sakit.

"Bagaimana, Ayah. Apa bunda sudah di tangani?" tanya Alena setelah sampai di ruangan IGD

Atmaja menatap Alena dan membawa tubuh Alena ke dalam dekapannya"Kita berdoa untuk bunda ya, Sayang. Semoga bunda masih bisa di selamatkan" ucapnya

Tak berselang lama, Pintu ruangan IGD sudah terbuka. Alena dan juga Atmaja berjalan mendekat saat melihat dokter keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana keadaan istri saya, Dokter?" tanya Atmaja pada dokter itu.

Mendengar pertanyaan Atmaja membuat dokter itu mengambil nafas panjang. Menatap Alena dan juga Atmaja secara bergantian.

"Kenapa dokter diam saja?"

"Mohon maaf, Pak, Mbk. Istri anda tidak bisa saya selamatkan. Beliau sudah tidak ada tepat saat dia sampai di tempat ini" terangnya.

Deg

Perkataan dokter itu membuat Alena terdiam untuk beberapa saat, Jantungnya seakan berhenti untuk berdetak. Kata-kata itu terdengar seperti mimpi terburuk yang singgah dalam tidurnya.

"Jangan bercanda, Dokter." tanya Alena lirih dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

"Saya tau ini berat, Saya turut berduka cita ya"

Hari, Minggu dan bulan sudah berlalu. Setelah kepergian bundanya, Alena merasa hidupnya sangat kesepian. Apalagi setelah pernikahan antara Ayahnya dengan mamanya Larisa. Hidupnya terasa seperti di neraka.

Kedua orang itu selalu semena-mena terhadap Alena saat tidak ada Atmaja di rumah.

Di Kediaman keluarga Mera

"Sayang. Kamu sudah siap kan untuk melamar anaknya jeng Sinta?" tanya Sinta pada Alkanna.

"Hm, Bukan kah siap tak siap mama akan tetap melamar wanita itu untukku"

Mendengar itu membuat Sinta mengambil nafas panjang. Karna memang rencana ini hanyalah keinginannya dan juga keinginan suaminya. Alkanna hanya terpaksa menerima permintaan kedua orang tuanya.

"Sayang, Mama lakukan ini demi kebaikan kamu. Siapa tau saja dengan kamu menikah, Kamu bisa melupakan wanita itu, Wanita yang sudah membuat kamu kehilangan penglihatan mu"

Alkanna tak menjawab perkataan mamanya, Karna mau bagaimanapun, Semua yang di katakan oleh sang mama memang benar adanya.

Setelah itu, Sinta membawa Alkanna keluar dari dalam kamarnya. Bersiap untuk berangkat ke kediaman keluarga Atmaja.

Satu jam kemudian. Mobil dari rombongan keluarga Mera sudah tiba di tempat Atmaja.

Di Ruang Tamu rumah Atmaja

Larisa dan mamanya tersenyum senang saat melihat rombongan dari keluarga Mera sudah tiba di sana. Hari ini adalah hari di mana yang paling di nantikan oleh Larisa. Wanita itu mengira jika yang akan di jodohkan dengannya adalah Kenzo. Tapi ternyata dia salah orang. Karna anak pertama di Keluarga Mera bukan Kenzo, Tapi Alkanna. Seorang CEO muda yang dingin dan juga kaku. Namun ada satu peristiwa yang membuatnya kehilangan penglihatannya.

"Selamat datang di kediaman saya, Jeng" ucap Lina ramah.

"Selamat datang, Tante"

Semua rombongan dari kelurga Mera sudah masuk ke dalam rumah Atmaja, Sejak tadi pandangan Larisa terus fokus pada sosok Kenzo yang terlihat sangat tampan malam ini.

"Siapa pria yang ada di samping Kenzo. Tampan sekali dia, Bahkan lebih tampan dari pada Kenzo" balin Laris sambil melirik pada Alkanna yang masih menggunakan kacamata hitam. Tidak ada yang mengira jika pria itu buta.

"Silahkan duduk semuanya" ucap Lina pada mereka.

Semua rombongan keluarga Mera duduk setelah memberikan semua seserahan yang sudah mereka siapkan untuk melamar Larisa.

"Langsung saja ya, Jeng. Kedatangan saya kesini adalah untuk melamar anak jeng Lina untuk anak pertama saya, Alkanna"

Mendengar itu membuat Lina mengerutkan keningnya"Alkanna, Bukan kah anak pertama jeng Sinta itu adalah Kenzo ya?" tanya Lina sambil menatap Sinta.

"Oh, Bukan Jeng. Anak pertama saya Alkanna" jawab Sinta.

"Perkenalkan. Ini anak pertama saya, Namanya Alkanna Mera. Mohon maaf sebelumnya, Anak saya tidak bisa melihat karna sebuah insiden satu tahun yang lalu" terang Sinta lagi.

Mendengar itu membuat Larisa menoleh ke arah Lina. "Ma, Ikut Larisa sebentar" ucap Larisa sambil melangkah masuk ke dalam kamarnya.

"Sebentar ya jeng"

Lina mengekor di belakang Larisa yang sudah menaiki anak-anak tangga di sana. Setelah tiba di lantai atas, Larisa menutup pintunya sambil menghentakkan kakinya kesal.

"Ada apa, Larisa. Kenapa kamu ngajak mama kesini?"

"Kenapa mama malah tanya ada apa? Tentu saja Larisa mau mengatakan jika Larisa tidak mau menerima lamaran itu ma. Masa iya Larisa menikah dengan pria buta, Apa kata dunia"

"Lalu bagaimana dong, Larisa. Kalau sampai kita menolak, Itu artinya kita akan gagal menjadi bagian dari keluarga Mera" ucap Lina sambil menatap Larisa.

Larisa mengangkat kedua sudut bibirnya saat satu akal muncul begitu saja. "Alena, Kenapa kita tidak minta di saja yang menikah dengan pria buta itu" usul Larisa yang langsung di setujui oleh sang mama.

"Is good idea"

Setelah itu, Lina keluar dari dalam kamar Larisa. Berjalan cepat menuju kamar Alena yang letaknya tidak jauh dari sana.

Tok....Tok....Tok...

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Alena dan membuatnya tersadar. Alena membuka kedua matanya sambil menoleh ke arah pintu kamar mandi.

"Keluar kamu Alena. Ada hal penting yang harus mama katakan"

Tok ...Tok....tok...

"Alena, Kamu dengar saya kan?" ucap Lina lagi.

"Iya ma"

Alena keluar dari dalam bathtub sambil menggunakan bathrobe dengan rambut yang di balut handuk kecil.

"Ada apa, Ma?"

"Ganti baju sekarang lalu keluar. Mama tunggu di bawah"

Setelah mengatakan hal itu, Lina keluar dari dalam kamar Alena, Meninggalkan Alena yang masih terdiam di sana.

"Ada apa dengan mama, Kenapa tiba-tiba saja dia minta aku untuk turun, Bukan kah tadi melarang ku untuk turun" ucap Alena bingung sambil menatap kepergian Lina.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!