NovelToon NovelToon

For Twins

Pernikahan yang tak diinginkan

Malam itu di gelar satu pesta ulang tahun yang meriah di rumah Daniel pada hari kelahirannya. Keluarga besar Tuan Edo yang merupakan calon mertua Daniel, turut hadir dalam acara tersebut. 

"Happy birthday day baby," Ucap Rachel, tunangan Daniel. 

"Thanks baby," Daniel menyampaikan rasa terima kasihnya dengan mengecup bibir Rachel. Pria itu sedikit hilang kesadaran karena usai meneguk bir beberapa gelas. 

Satu bulan lalu mereka telah mengikat hubungan mereka dalam suatu pertunangan, dan dalam waktu dekat mereka akan melangsungkan pernikahan. 

Rachel adalah putri dari Tuan Edo dan Nyonya Dona, dia memiliki adik perempuan yang bernama Aura. Selisih usia mereka hanya delapan belas bulan, sehingga mereka sering di juluki si kembar karena postur tubuh mereka yang sama dan berwajah mirip. Hanya jenis rambut mereka yang berbeda, Aura memiliki rambut hitam lurus, sementara Rachel berambut ikal kecoklatan. Malam itu mereka sekeluarga memakai pakaian couple sehingga sulit membedakan antara Rachel dan Aura dengan riasan wajah dan rambut yang sama. 

"Kak, aku kebelet pipis nih. Kamar mandinya dimana?" Tanya Aura. 

"Sini ikut kakak," Jawab Rachel sembari menunjukkan arah kamar mandi tamu di rumah mewah Daniel. 

Karena kamar mandi tamu sedang ada orangnya, Rachel mengantar sang adik ke kamar mandi yang ada di kamar Daniel. 

Setelah Aura masuk, Rachel menunggu di depan pintu. Namun tiba tiba ibunda Daniel yang merupakan calon mertuanya datang menghampiri lalu mengajak Rachel pergi dari tempatnya berdiri untuk di kenalkan kepada saudara Daniel yang datang dari luar kota. 

Daniel yang sudah terlalu banyak meneguk bir bersama sama temannya mulai merasakan pusing. Dia berniat undur diri ke kamarnya karena kepalanya terasa begitu berat. 

Ceklek, 

Dengan sempoyongan Daniel masuk ke kamarnya lalu menutup kembali pintunya, bahkan mengunci rapat pintu tersebut. 

Ketika dia hendak merebahkan tubuhnya ke kasur, dia dengar ada suara gemercik air dari arah kamar mandi. Daniel pun perlahan berjalan mendekat ke arah kamar mandi. Setelah pria itu berdiri tepat di depan pintu, gagang pintu mulai berputar dan pintu hendak terbuka. 

Ceklek, 

Seketika Aura mendapat dekapan buas dari Daniel dan mendorongnya kembali masuk ke kamar mandi. 

"Kak, lepaskan kak. Ini aku Aura, bukan Kak Rachel." Aura berusaha menyadarkan Daniel tapi laki laki itu langsung menyambar bibir Aura dengan lapar karena Daniel beranggapan bahwa Aura adalah Rachel. 

Gadis itu sudah tidak mampu melawan karena bibirnya terkunci oleh bibir Daniel, sementara tubuhnya terpepet di tembok. Dengan sigap Daniel menyingkap dress pendek yang di pakai oleh Aura hingga benda segitiga yang di kenakan Aura terpampang jelas. Benteng pertahanan Aura pun berhasil di terjang oleh Daniel, calon kakak iparnya. Bahkan benih pria tersebut juga sempat masuk ke rahim Aura. Gadis itu hanya bisa menangis menerima perlakuan brutal Daniel, sementara Daniel belum sadar siapa perempuan yang sedang di hadapinya. 

Setelah berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Daniel, Aura lekas melarikan diri dari kamar tersebut. Dia pulang lebih awal dengan hati dan jiwa yang hancur. 

Keesokkan harinya ketika Daniel bangun, dia dapati beberapa pesan dari Rachel yang menanyakan dimana keberadaanya semalam. Sebelum sempat membalas pesan tersebut, Daniel memikirkan sesuatu. 

"Semalam? Bukankah semalam aku dan Rachel…? Jika Rachel semalam mencari diriku, lalu siapa yang semalam berada di kamar mandi ku?" Daniel masih ingin memastikan apakah yang dia alami semalam itu nyata atau mimpi. 

Namun keraguannya benar benar terjawab ketika dia melihat ada noda warna merah di celana nya yang berwarna coklat muda. Dia yakin betul bahwa satu minggu lalu dia sempat kebablasan membobol benteng ketahanan Rachel, tapi benihnya tidak sampai tertinggal di dalam. Dan hal itu sempat tiga kali mereka lakukan sehingga Daniel yakin bahwa Rachel sudah tidak segel lagi. Dan noda darah itu benar benar membuat Daniel bertanya tanya. 

"Astaga, jangan jangan benar benar itu Aura?" Mendadak Daniel teringat ketika semalam dia mendengar bahwa perempuan itu Aura, bukan Rachel. 

Satu bulan telah berlalu. Sejak kejadian itu, Aura berubah sikap. Dia menjadi lebih pendiam dan sedikit menjauhkan diri dari keluarga, terutama dari kakaknya. Hingga akhirnya di suatu pagi badan Aura demam, dia juga sempat muntah beberapa kali. Dan setelah di bawa ke dokter, Aura di nyatakan hamil setelah di lakukan test darah di laboratorium. 

"Katakan Aura, siapa bad-jingan yang sudah menghamili mu? " Tanya Tuan Edo dengan murka. 

Aura hanya bisa menangis, dia tidak mampu berkata jujur. Apalagi di sampingnya berdiri sang kakak yang dari tadi menemani dia selama di rumah sakit. Aura tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hati Rachel jika tahu bahwa dia mengandung benih calon suami kakaknya. Tapi tekanan keras dari Tuan Edo berhasil membuat Aura membuka suara lalu mengakui semuanya. 

Bagai di sambar petir di siang bolong, pengakuan dari Aura membuat seluruh keluarga terpukul. Terutama Rachel yang satu minggu lagi akan menikah dengan Daniel. 

Pada hari itu juga Tuan Edo menghubungi Daniel dan keluarganya demi mengklarifikasi masalah itu. Dan setelah kedua belah pihak keluarga saling bertemu, Daniel berusaha untuk menyangkal walaupun pada akhirnya dia mengakui perbuatan itu. 

Sebuah meja terpental jauh ke dinding setelah mendapat tendangan dari Tuan Edo. Laki laki itu nampak begitu murka karena kedua putrinya menjadi korban kebusukan Daniel. 

"Tapi tolong dengarkan penjelasanku, aku tidak sengaja melakukannya. Pada malam pesta itu, Aura dan Rachel memakai pakaian yang sama. Dalam keadaan mabuk aku tidak bisa membedakan mereka." Daniel berusaha membela diri. 

"Persetan dengan alasan kamu! Semua alasanmu tidak ada gunanya, sekarang yang ada Aura terlanjur hamil. Dan itu akan membawa aib dan luka untuk keluarga kami. Sekarang kamu harus bertanggung jawab, kamu harus menikahi Aura demi anak yang dia kandung. Tetapi, setelah menikah Aura bukan anakku lagi! Kalian pergilah jauh dari hadapanku!" Aura menangis histeris mendengar pernyataan dari papanya yang sedang murka. Namun Aura tahu bahwa semua yang sudah Tuan Edo ucapkan, tidak akan dapat di tarik kembali meski dia memohon dengan menangis darah. 

Bukan hanya Tuan Edo, Ayahanda Daniel pun juga ikut murka dan sempat melayangkan tamparan keras ke wajah putranya. 

"Ayah kecewa sama kamu! Sekarang kamu tanggung sendiri perbuatan yang sudah kamu lakukan . Nikahi gadis itu lalu keluar dari silsilah keluarga besar kita!" 

Daniel bagaikan tertusuk pedang tajam yang menyayat jiwa dan hatinya. Dia bersimpuh di bawah kaki ayahnya untuk memohon pengampunan, tapi semua sia sia. 

Hari itu juga Daniel dan Aura di nikahkan oleh keluarga masing masing. Pernikahan yang di selimuti oleh air mata dan murka angkara. Menikah karena anak yang kini tengah tumbuh di rahim Aura. Meski usia kandungannya masih sangat muda, tapi pantang bagi kedua keluarga terhormat tersebut untuk melakukan aborsi. 

"Aku sangat membencimu, hidupku hancur gara gara kamu! Aku bersumpah jika anak ini sudah lahir, aku akan menggunggat cerai padamu!" Ungkap Aura dengan sorot mata penuh kebencian usai dirinya di resmikan menjadi istri Daniel. 

"Kamu kira aku bahagia dengan keputusan ini? Semua ini juga gara gara kamu! Untuk apa kamu masuk ke kamarku malam itu? Jika kamu tidak ada di sana, semua ini tidak akan terjadi. Aku juga bersumpah akan menceraikan kamu sebelum kamu menggugat cerai kepadaku. Dan aku tidak akan sudi menyentuhmu meski kamu adalah istriku. Ingat itu!" Satu tatapan tajam bak Elang yang hendak mengcengkeram mangsanya muncul dari sorot mata Daniel. Dadanya naik turun menahan gelora amarah yang bersarang di dada. 

Pekerjaan baru

Rumah tangga dadakan yang di terima oleh Aura terasa begitu memilukan. Terlebih dia harus menerima kenyataan bahwa dirinya sudah tidak di akui oleh keluarganya lagi. 

Hidup tanpa fasilitas dan tabungan membuat mereka terpaksa tinggal di rumah kontrakan sederhana agar bisa berteduh. 

Aura menangis dengan lutut lemas ketika dia masuk ke dalam rumah sederhana yang sedikit kumuh yang kini akan menjadi tempat tinggalnya. Mungkin rumah itu sudah mirip seperti sebuah gudang bagi Aura yang terbiasa tinggal di rumah mewah. 

"Nggak ada gunanya kamu menangis. Pikirkan saja bagaimana caranya bisa makan dan bayar kontrakan ini. Kamu juga harus kerja! " Tanpa ada rasa iba Daniel justru membentak Aura. 

"Apa? Seharusnya kamu yang bertanggung jawab atas semua ini. Laki laki macam apa kamu?" Aura balas membentak Daniel.

Perempuan yang belum terbiasa dengan kehidupan barunya itu masih belum bisa berpikir secara jernih, apalagi memikirkan pekerjaan. Bukan hanya materi, bahkan ijazah ijazah pendidikan tinggi yang mereka tempuh pun tidak di berikan oleh keluarga masing masing, sehingga sulit bagi mereka untuk mendapat pekerjaan dengan gaji yang tinggi. 

"Kalau aku kerja sendiri itu nggak akan cukup buat semua kebutuhan kita selama tinggal di sini. Harusnya kamu itu tahu diri, sekarang kamu bukan putri orang kaya yang bisa bermanja manja di rumah dan tinggal minta uang semaunya!" Daniel semakin meninggikan suaranya hingga membuat Aura semakin tertekan. Hari pertama mereka sudah di hiasi oleh pertengkaran, dan mungkin pertengkaran itu akan selalu hadir di sepanjang pernikahan mereka.

Dua hari sudah Aura meratapi kepedihannya. Rupanya air mata yang dia torehkan tidak mengenyangkan perut dan tidak membawa perubahan apapun pada masalah hidup yang dia alami. Yang ada dia malah semakin merasa lemah. Dia berusaha untuk bangkit agar tetap mampu melanjutkan hidup. 

Dengan bekal tekad, Aura berniat untuk mencari kerja. Walaupun dia sendiri tidak tahu pekerjaan apa yang akan dia terima. Sejak kecil dia tidak pernah mengerjakan pekerjaan kasar bahkan semua pekerjaan rumah di kerjakan oleh pembantu. Aura masih memikirkan pekerjaan apa yang akan dia dapat tanpa menggunakan bantuan pendidikan? 

Bukan hanya Aura, Daniel pun juga merasakan hal yang sama. Dia juga sedang mencari pekerjaan tanpa tahu tujuannya karena terhalang hal yang sama dengan Aura, yakni tanpa modal pendidikan. 

Setelah satu hari menyusuri pinggiran kota, Aura belum juga menemukan pekerjaan yang tepat. Tukang cuci piring, tukang sapu, tukang masak, tukang laundry, pengasuh bayi adalah pekerjaan pekerjaan yang sangat tidak di kuasai oleh Aura. Dia takut jika sampai melakukan kesalahan justru akan membuatnya terkena masalah. Akhirnya dia tetap berusaha mencari pekerjaan yang lain, hingga akhirnya dia melihat ada lowongan di salah satu salon yang dulu pernah menjadi langganan nya ketika perawatan.

"Permisi Nyonya, " Sapa Aura dengan ramah. 

"Iya.. Eh Nona Aura, lama nggak ke sini. Mau nyalon Non?" Tanya Nyonya Cindy, pemilik salon tersebut. 

"Enggak Nyonya, saya mau- saya- saya mau melamar kerja." Ungkap Aura dengan jujur. 

"Apa? Jangan bercanda Non, masa iya putri duta besar mau melamar kerja di salon receh seperti ini?" Nyonya Cindy tidak percaya dengan ucapan Aura mengingat dari mana Aura berasal. Dan dengan bercampur rasa heran serta sungkan, Nyonya Cindy pun akhirnya menerima Aura sebagai karyawannya. 

Hal yang sama terjadi pada Daniel, hari itu juga dia mendapat pekerjaan di suatu kafe berkat bantuan temannya dengan jadwal kerja dari sore hingga larut malam.Rutinitas baru mereka membuat Daniel dan Aura menjadi jarang bertemu apalagi berkomunikasi. 

Ketika Daniel membuka mata di pagi hari, Aura sudah berangkat kerja. Lalu ketika Aura pulang kerja di sore hari, Daniel juga sudah meninggalkan rumah dan pulang larut malam ketika Aura sudah tidur. Dan begitulah seterusnya kegiatan mereka, apalagi jadwal libur mereka tidak sama, sehingga hubungan keduanya semakin renggang dan tidak layak di sebut suatu rumah tangga.

Bertengkar

Aura dan Daniel sudah mulai terbiasa dengan rutinitas hariannya. Aura semakin giat belajar agar pekerjaannya tidak sering mendapat komplain. Namun rupanya, materi adalah sesuatu yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Di tempat kerja masing masing, Aura dan Daniel kurang di hargai lantaran kini mereka kehidupan ekonomi mereka tengah terjatuh dan di keluarkan dari silsilah keluarga besar mereka. 

"Semua ini gara gara kamu!" Tiba tiba Aura berteriak kepada Daniel saat pria itu pulang kerja tengah malam. 

"Hei apa apaan kamu? Berteriak teriak tidak jelas! Ada orang datang kerja malam malam bukannya di kasih minum tapi malah berteriak teriak seperti orang gila!" Tegur Daniel. 

"Apa? Ambilkan minum? Berani ngasih nafkah berapa kamu sampai nyuruh aku ngambil kan minum? Jika bukan karena kamu, hidupku tidak akan sengsara seperti ini. Di mana mana aku selalu di rendahkan, di pandang sebelah mata. Di tempat kerja, di warung, di pasar. Aku malu! Aku malu menghadapi semua ini!" Aura semakin meninggikan suaranya. 

"Diam! Kamu pikir hanya kamu yang malu? Kamu pikir hanya kamu yang tersiksa? Aku juga! Kehidupan macam apa ini? Bahkan pembantu di rumahku saja kehidupannya lebih layak dari pada kehidupan kita! Ini semua juga gara gara kamu wanita penggoda!" Daniel pun tak kalah keras membentak. 

"Apa kamu bilang? Aku wanita penggoda? Dasar laki laki mes-um! Aku sudah peringatkan jika aku Aura, bukan kak Rachel. Tapi kamu tidak mendengarkan ucapanku, dan sekarang kamu bilang aku adalah wanita penggoda?" Tragedi buruk itu selalu terlintas dalam benak masing masing ketika mereka bertengkar. 

"Hah sudahlah! Aku capek seperti ini terus. Aku tidak tahan lagi!" Sahut Daniel sambil menggebrak pintu. 

"Heh, apa kalian tidak punya sopan santun dan etika? Kalau mau bertengkar, sana di lapangan! Jangan di sini! Kami semua terganggu gara gara kalian berteriak teriak malam malam! Sekali lagi kalian bikin onar, kami laporkan kalian ke pak RT!" 

Rupanya pertengkaran antara Aura dan Daniel tersebut mengundang perhatian tetangga kontrakan mereka. Daniel menoleh ke arah jarum jam yang memang menunjukkan pukul dua belas malam, waktu dimana orang sedang beristirahat. Sementara Aura berusaha untuk meminta maaf kepada tetangga. 

"Maafkan kami Pak," Ucap Aura dengan sopan. 

"Jadi orang miskin jangan banyak gaya. Kalau mau seenaknya, sana jadi orang kaya dan tinggal di rumah gedongan. Mau ngapain aja bebas!"

Satu kalimat dari tetangga kontrakan yang tidak tahu asal usul keluarga Aura dan Daniel tersebut memancing amarah Daniel, tapi Aura berusaha untuk menahannya. 

"Lepaskan! Ngapain kamu menahan aku? Biar aku kasih tahu kepada mereka siapa keluargaku!" Ujar Daniel dengan nafas menggebu. 

"Mau ngasih tahu apa? Ngasih tahu kalau kita di usir karena berbuat mes-um? Sana, cepat keluar dan kasih tahu sama warga! " Aura sangat geram dengan Daniel. 

Buuuugghh, 

Kepalan tangan Daniel kembali menghantam pintu untuk melampiaskan amarahnya, sementara Aura memilih masuk ke kamar sambil menangis. Dadanya terasa begitu sesak meratapi kehidupan yang kini dia jalani. Selain karena terpukul dengan keadaan yang sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya, rasa bersalah Aura kepada keluarganya terutama kakaknya selalu membayangi pikirannya dan membuatnya tidak bisa tenang.

Bertengkar dan bertengkar adalah kegiatan Aura dan Daniel setiap hari, tidak ada kasih sayang dan perhatian di antara keduanya karena memang pernikahan mereka terjadi hanya karena janin yang kini tengah di kandung oleh Aura. 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!