Gavin Trey Camberra, remaja tampan berusia 18 tahun dan sekarang duduk di bangku kelas 3 SMA. Gavin merupakan putra sulung dari pasangan tangguh yang penomenal Gea dan Victor ( THE BEAUTIFUL BODYGUARD ).
Langit Razaksman, remaja tampan berusia 18 tahun dan merupakan anak tunggal dari pasangan Novelia dan Angkasa ( NOVELIA ).R
Arsya Krismawan, remaja tampan berusia 18 tahun dan merupakan anak dari pasangan konyol Gilsya dan Arka ( THE BEST COUPLE )
Putra Edision, remaja tampan berusia 18 tahun yang merupakan anak dari Putri dan Alfa ( KCSP VERSI BARU ).
Gabby Trey Camberra, remaja cantik berusia 16 tahun dan duduk di bangku kelas 1 SMA. Dia merupakan putri kedua pasangan Gea dan Victor ( THE BEAUTIFUL BODYGUARD ).
Alexa Freedy, remaja cantik berusia 16 tahun Putri tunggal dari pasangan Thalita dan Fox ( THE BEAUTIFUL BODYGUARD ).
Alea Saputra Darwis, remaja cantik berusia 16 tahun dan merupakan putri tunggal dari pasangan Queen dan Rifki ( KCSP VERSI BARU ).
Aleena KHOIRUNNISA, remaja cantik berusia 16 tahun dan merupakan putri dari pasangan Annisa dan Alwi ( BIDADARI SURGA UNTUK ALWI ).
Ghani GANENDRA, remaja tampan berusia 18 tahun dan merupakan kembaran dari GARRA dan juga Gaza. ( SUAMI AMNESIAKU ).
Vinata Anggasta, remaja cantik berusia 16 tahun. ( CINTA SANG MILYARDER ).
Vira ALIENDRA HALBERT, remaja cantik berusia 16 tahun. ( Mrs.ARROGANT )
Dira Sugiono, remaja cantik berusia 16 tahun. ( Perfect Love ).
🌺
🌺
🌺
Gavin dan Gabby adik kakak yang mempunyai sifat dingin dan cuek kepada semua orang. Sifat mereka menurun dari kedua orangtuanya, meskipun keluarga mereka sudah tobat dan tidak lagi berkecimpung di dunia hitam tapi darah mafia mengalir di tubuh Gavin dan Gabby membuat keduanya tumbuh menjadi pribadi yang sangat menyeramkan.
Langit Razaksman, mempunyai sifat yang menurun kepada Mommynya. Langit merupakan anak yang menyenangkan, ramah, dan tidak sombong walaupun dia anak pemilik sekolahan tapi Langit begitu baik hati.
Arsya Krismawan, remaja tampan yang satu ini adalah sifatnya menurun sekali dari Mommynya. Arsya anak yang konyol, suka bercanda, dan juga penyayang.
Putra Edison, kehilangan Mamanya sejak bayi membuat Putra menjadi anak yang pendiam, menutup diri, dan sangat over protective kepada sepupunya Alea.
Alexa Freedy, remaja yang satu ini merupakan anak yang centil, periang, dan juga baik tapi Alexa juga merupakan anak yang penakut, sehingga Alexa selalu mengikuti Gavin dan Gabby ke mana pun mereka pergi.
Alea Saputra Darwis, remaja cantik yang ramah, sopan, dan baik hati. Banyak sekali yang menyukai Alea tapi tidak ada satu pun laki-laki yang berani mendekati Alea karena mereka takut harus berhadapan dengan Putra.
Aleena Khoirunnisa, remaja muslimah yang taat beribadah ini merupakan anak yang lumayan bawel. Dia selalu mengeluarkan ceramah-ceramahnya untuk mengingatkan para sahabat-sahabatnya supaya tetap berada dalam jalur yang benar.
Ghani, Garra, dan Gaza, remaja tampan yang kembar itu mempunyai sifat yang menurun dari Papanya. Mereka sangat dingin dan juga cuek, Ghani merupakan pembalap motor handal, Garra pembalap mobil yang handal juga, sedangkan Gaza si kutu buku yang jarang sekali bicara.
Vinata Anggasta, remaja cantik Putri dari Viola dan Nata ini sangat energik, ceria, konyol, dan si tukang kepo.
Vira Aliendra Halbert, seperti Mommynya, Vira anak yang sombong dan juga angkuh.
Dira Sugiono, Dira sangat pendiam, pemalu, dan jarang bicara.
***
Suatu pagi di hari Minggu yang cerah....
Di sebuah sekolah ternama dan terkenal yang merupakan milik keluarga Langit, hari ini begitu sangat sibuk karena Langit dan sahabat-sahabatnya sedang menyiapkan penyambutan hari pertama penerimaan siswa dan siswi baru pada esok hari.
Langit yang merupakan anak pemilik sekolahan sekaligus ketua OSIS di sekolahan itu, begitu sangat sibuk mempersiapkan semuanya.
"Woi, bantu dong gue capek tahu," keluh Langit.
"Malas ah, Lo kan ketua OSISnya jadi Lo sendiri yang urus," sahut Arsya.
"Astaga, kalian benar-benar tidak ada setia kawannya sama sekali ya," kesal Langit.
"Siapa suruh Lo gangguin hari Minggu kita, hari Minggu itu hari libur dan waktunya untuk bersantai-santai bukannya sibuk nyiapin ini itu," seru Putra.
"Woi, kalian juga kan sama-sama pengurus OSIS jadi harus saling membantulah," kesal Langit.
Arsya dan Putra tidak ada pilihan lain, akhirnya mereka pun membantu Langit untuk mempersiapkan penyambutan siswa dan siswi baru, kecuali Gavin, dia hanya fokus dengan game yang dia mainkan di ponselnya.
Langit, Arsya, Putra, dan Gavin mereka merupakan satu geng dan tidak ada yang berani mencari gara-gara kepada mereka kecuali tiga remaja tampan yang kembar, siapa lagi kalau bukan Ghani, Garra dan Gaza.
Kedua Genk itu tidak pernah akur dan selalu berselisih paham, tidak ada yang mau mengalah mereka saling adu ketangkasan untuk menjadi siswa yang paling disegani di sekolahan itu.
"Nanti adik gue bakalan masuk di sekolah ini, awas saja kalau kalian berani menyuruh ini itu kepada adik gue," seru Gavin dingin.
"Yaelah Vin, kalau yang namanya MOS gak lihat anak itu adik siapa atau pun anak siapa, semuanya harus wajib mengikuti semua yang diperintahkan oleh kita," sahut Langit.
"Pokoknya adik gue jangan sampai di apa-apain, awas saja Lo," ancam Gavin.
Ketiga sahabatnya hanya bisa diam, Gavin merupakan ketua Genk mereka dan tidak ada yang berani macam-macam kepada Gavin karena wajah Gavin sangat menyeramkan kalau sedang marah.
"Sepupu gue juga bakalan masuk ke sini, jangan dikasarin dia, kasihan," seru Putra.
"Gue juga punya kenalan, dia anaknya sahabat Mami gue. Anaknya pendiam dan pemalu, sekali saja Lo bentak dia, dia bakalan pingsan. Jadi jangan berkata kasar kepada dia," seru Arsya.
"Astaga, kalau gue memperlakukan istimewa kepada adik Lo, sepupu Lo, dan anak sahabat Mami Lo itu, bisa-bisa gue diserang netizen," geram Langit dengan menunjuk satu persatu wajah sahabatnya itu.
"Bodo amat!" sentak ketiganya bersamaan membuat Langit memegang dadanya karena kaget.
"Astaga, kalian memang sahabat laknat, gak ada akhlak!" bentak Langit.
Langit pun kembali menyiapkan semuanya dibantu Arsya dan juga Putra, sedangkan Gavin dia sama sekali tidak mau membantu. Orangtua dan keluarga Gavin memang semuanya sudah insyaf, tapi tetap saja darah mafia dari kedua orangtuanya masih mengalir deras di tubuhnya.
Apalagi jika ada orang yang menantangnya dalam hal apa pun, langsung saja jiwa mafianya muncul dengan sendirinya.
*
*
*
Hallo guys, bertemu lagi dengan karya terbaru Author receh. Jangan lupa rate 🌟 lima, tap tanda ❤️, like 👍, komen ✉️, gift 🎁, dan juga vote🎟️.
Kita seru-seruan di masa SMA yang penuh dengan kenangan, selamat membaca semoga kalian semua suka bagi yang tidak suka di skip saja jangan komen yang bisa menjatuhkan semangat Author☺️☺️
Keesokan harinya....
Sekolah terlihat sangat ramai dengan hiruk-pikuk para siswa dan siswi baru. Gavin berangkat ke sekolah bersama adiknya Gabby, kedua remaja itu mempunyai sifat yang dingin bahkan wajah keduanya terlihat tanpa ekspresi sama sekali.
"Kalau nanti ada yang macam-macam sama Lo, Lo bilang saja sama gue," seru Gavin.
"Gue bisa jaga diri gue sendiri Bang, jadi Lo gak usah khawatir sama gue," sahut Gabby dingin.
"Oh iya, gue hampir lupa kalau gue itu punya adik hebat yang jago bela diri."
Gavin pun kembali fokus melajukan mobilnya, sementara itu di tempat yang berbeda.
"Mami, bagaimana keadaan Alea?" tanya Putra.
"Alea badannya masih demam, dan sepertinya Alea gak bisa masuk sekolah dulu deh," sahut Mami Queen.
"Ya sudah, nanti biar Putra yang bilang sama gurunya. Al, kamu istirahat saja dulu ya, dan jangan lupa minum obat biar cepat sembuh," seru Putra dengan mengusap kepala Alea.
"Iya, Kak."
Seharusnya yang manggil Kakak itu Putra kepada Alea karena Putra merupakan anak dari Tante Alea, tapi karena usianya lebih tua dari Alea, jadi Alea memanggil Kakak untuk menghormati saja.
"Mami, Putra berangkat sekolah dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, kamu hati-hati ya, bawa mobilnya jangan ngebut-ngebut."
"Siap Mamiku, sayang."
Putra pun segera pergi dari rumah Alea dan segera melajukan mobilnya menuju sekolah. Putra sangat menyayangi Alea, bahkan saking sayangnya, Putra sampai over protektif kepada Alea.
Sementara itu, di rumah Gavin dan Gabby...
"Mommy Gea!" teriak Alexa.
Gea pun keluar rumah dengan menutup kedua telinganya.
"Astaga Alexa, bisa tidak kamu itu masuk ke rumah terus bicara pelan-pelan jangan teriak-teriak dari luar, sudah kebiasaan banget," cerocos Mommy Gea.
"Hehehe...maaf Mommy, Alexa hanya ingin berangkat sekolah bareng sama Bang Gavin dan Gabby juga."
"Mereka baru saja berangkat."
"Hah, astaga mereka jahat kenapa mereka tidak menunggu Alexa sih, ya sudah kalau begitu Alexa berangkat dulu ya. Bye, Mommy."
"Bye, sayang."
Alexa pun segera masuk ke dalam mobilnya, Alexa yang merupakan anak dari sahabat Tata dan Fox itu sangatlah ceria dan cerewet bahkan Alexa sangat nempel kepada Gavin dan itu membuat Gavin kesal.
Gavin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, tidak lama kemudian di belakang mobil Gavin ada mobil Putra. Gavin sudah tahu itu, dia mengeluarkan tangannya dan melambai ke arah Putra.
Putra segera mempercepat laju mobilnya sehingga saat ini mobil Gavin dan Putra melaju bersamaan.
"Gas Vin!"
"Siap!"
Baru saja Gavin dan Putra akan balapan di jalanan, tanpa di sangka-sangka dari arah belakang sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi membuat Gavin dan Putra sedikit kaget.
"Anjir, itu si Garra kan? kurang ajar, dia ngajak main-main sama kita," seru Gavin.
Tidak lama kemudian, sebuah motor pun melesat dengan kecepatan tinggi.
"Brengsek mereka, ternyata mereka mau cari gara-gara rupanya sama kita," seru Putra.
"Gas pol, Put!" teriak Gavin.
Gavin dan Putra pun mulai melajukan mobil mereka dengan kecepatan tinggi, darah Gavin seolah mendidih melihat kelakuan si kembar itu.
"Bang, ngapain sih Lo ladenin mereka?" seru Gabby.
"Mereka itu selalu ingin menjadi yang pertama di sekolah, dan gue gak bakalan biarkan mereka menguasai sekolah," sahut Gavin.
"Lah, bukanya sekolah itu milik sahabat Lo? jadi, ngapain Lo takut sama mereka."
Gavin tidak menjawab lagi ucapan Gabby, dia terus saja memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, begitu pun dengan Putra.
Hingga tidak berapa lama, mereka akhirnya sampai di sekolah secara bersamaan.
Gavin segera turun dari dalam mobilnya dan menghampiri Garra dan kedua saudara kembarnya.
"Maksud Lo apa? tadi main nyalip-nyalip segala, kalian mau cari gara-gara sama gue!" sentak Gavin.
"Apaan sih Lo, gak penting banget. Lo ngaku aja gak becus bawa mobil jangan salahkan gue yang jauh lebih jago daripada Lo!" sentak Garra dengan mendorong pundak Gavin.
Putra segera keluar dari dalam mobilnya dan balik mendorong dada Garra.
"Santai Bro, jangan dorong-dorong segala," seru Putra.
Ghani turun dari atas motor sportnya, dan menghampiri semuanya.
"Sudahlah Gar, apaan sih Lo ladenin anak-anak ini? kurang kerjaan banget, mereka itu anak-anak payah yang hanya mengandalkan nama besar orangtuanya saja, beda sama kita bahkan sekolah ini namanya harum karena gara-gara ada kita," seru Ghani dengan sombongnya.
"Kurang ajar."
Gavin hendak memukul Ghani tapi Gabby dengan cepat berlari dan menahan Abangnya itu.
"Sudah Bang, tadi kan gue bilang jangan ladenin mereka, gampang banget Lo kepancing emosi sama curut-curut kaya mereka," ledek Gabby.
"Apa, curut Lo bilang!" sentak Ghani dengan mencengkram pergelangan tangan Gabby.
Gavin paling tidak suka kalau adiknya disentuh oleh siapa pun, apalagi sekarang yang nyentuh Gabby adalah musuhnya sendiri.
"Lepasin tangan adik gue ban*sat!" bentak Gavin dengan mendorong tubuh Ghani sampai dia tersungkur ke tanah.
"Wah, Lo sudah main fisik sekarang," seru Gaza.
Garra dan Gaza sudah maju dan hendak memukul Gavin, tapi tiba-tiba terdengar suara teriakan.
"Stooooooppp!" teriak Langit.
Langit dan Arsya pun segera berlari menghampiri semuanya.
"Vin, Put, sudah dong, ini masih pagi dan apa kalian tidak malu dilihatin sama siswa-siswi baru? sekolahan ini terkenal sebagai sekolahan bagus dan terbaik, jangan sampai ada salah satu dari anak baru merekam kalian dan menyebarkannya ke media sosial, nama sekolahan ini bisa hancur," seru Langit.
"Mereka duluan yang mulai, Lang," seru Putra.
"Nah, inilah yang Ghani bilang, kalian itu hanya bisanya bersembunyi di bawah ketiak orangtua kalian," ledek Garra.
"Lo diam Garra, kalian juga selalu mencari gara-gara sama kami. Lo jangan bilang kami selalu memakai nama besar orangtua kami, karena pada dasarnya, kalian juga sama memanfaatkan nama besar keluarga kalian. Buktinya, Lo dan Ghani gak bakalan semudah itu masuk ke club' pembalap kalau bukan karena campur tangan dari orangtua Lo. Jadi, jangan bawa-bawa orangtua di hadapan kami," seru Langit dengan menunjuk-nunjuk dada Garra.
Kedua Genk itu saling tatap satu sama lain dengan tatapan tajamnya, tapi berbeda dengan Ghani yang entah kenapa dia tidak bisa memalingkan wajahnya melihat Gabby yang tidak lain adalah adik Gavin, musuh terbesarnya.
Gabby memang cantik walaupun tanpa make up, namun sayang wajahnya sangat dingin dan tanpa ekspresi.
"Ingat, jangan macam-macam dan jangan ganggu acara kami hari ini," ancam Langit.
"Sorry, kita sama sekali tidak tertarik dengan acara kalian. Cabut Brother!"
Garra dan kedua saudara kembarnya pun akhirnya pergi.
"Jangan pegang gue guys, jangan pegang gue, biar gue hajar mereka satu-satu," seru Arsya dengan hebohnya.
Gabby dan ketiga sahabatnya hanya bisa melihat kelakuan konyol Arsya dengan cara geleng-geleng kepala.
Langit menghampiri Arsya dan menyentuh kening Arsya.
"Lo salah minum obat ya? siapa juga yang pegangin Lo, orangnya sudah pergi baru aja Lo nantang-nantang, giliran tadi ada di depan mata, Lo malah diam aja, dasar bule stres," seru Langit dengan menoyor kepala Arsya.
Langit pun segera menyusul para sahabatnya yang sudah pergi.
"Woi, tungguin gue!" teriak Arsya dengan berlari menyusul para sahabatnya.
Akhirnya semuanya pun masuk ke dalam sekolah.
Langit dan ketiga sahabatnya sudah duduk dengan santainya di pinggir lapangan untuk menunggu siswa dan siswi baru.
"Sayang, bekal makan kamu sudah Umi simpan di dalam tas, jangan lupa dimakan ya," seru Umi Annisa.
"Siap, Umi."
"Nanti Abi jemput kamu."
"Oke, Abi. Kalau begitu Aleena masuk dulu ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aleena keluar dari dalam mobil Abinya dan masuk ke dalam sekolah dengan riangnya.
"Huawaaa...cowoknya cakep-cakep sekali, Vina jadi semakin semangat sekolah nih," seru Vinata.
"Sayang, lihatlah hasil didikan mu, baru masuk sekolah bukanya fokus pada sekolah malah cowok-cowoknya yang bikin dia semangat," keluh Papa Nata.
"Gak apa-apa sayang, memang cowok-cowoknya tampan-tampan, gemes banget, aku jadi ingin kembali muda lagi," sahut Mama Vio.
"Oh, jadi gitu sekarang mau daun muda? oke, tapi jangan salahkan aku kalau uang belanja bulanan kamu, aku potong," kesal Papa Nata.
"Astaga sayang, aku hanya bercanda gitu aja baper."
"Ma, Pa, Vina masuk dulu ya."
"Oke, nanti kalau Papa gak sempat jemput kamu, Om Bayu yang akan jemput kamu."
"Oke, Pa."
"Hati-hati sayang, have fun ya!" teriak Mama Vio.
Vinata berlari-lari kecil masuk ke dalam sekolah, tidak lama kemudian sebuah mobil pun kembali berhenti di depan sekolah.
"Astaga, si Gabby kebiasaan deh gak pernah jawab telepon dari aku, Bang Gavin juga gak jawab telepon dari aku, dasar duo manusia kutub sangat menyebalkan," gerutu Alexa.
Alexa masuk ke dalam sekolah dengan menghentak-hentakan kakinya.
"Sayang, wajah kamu jangan cemberut kaya gitu dong, kalau wajah kamu judes seperti itu gak bakalan ada teman yang mau mendekati kamu," seru Daddy Ibra.
"Biarin saja, lagipula Vira gak butuh teman," ketus Vira.
Daddy Ibra menghembuskan napasnya dengan kasar, Vira benar-benar menurun dari Mommynya sombong dan angkuh. Sesampainya di sekolah, Vira langsung keluar dari dalam mobil Daddynya dan setelah mencium punggung tangan Daddynya, Vira pun langsung masuk ke dalam sekolah membuat Daddy Ibra geleng-geleng kepala.
"Dira sayang, kamu yang rajin ya sekolahnya tadi Bunda kamu tidak sempat membuatkan bekal jadi kamu beli saja di kantin sekolah ya," seru Ayah Demir.
"Iya Yah, tapi Dira takut Yah, soalnya Dira tidak kenal sama siapa-siap di sini," lirih Dira.
"Kan ada Kak Arsya, kalau ada yang jahat sama kamu, kamu bilang saja sama Arsya."
"Baiklah, Yah. Kalau begitu, Dira masuk dulu ya Yah."
Dira pun mencium punggung tangan Ayahnya itu, lalu masuk ke dalam sekolah dengan menundukkan kepala.
Dira tumbuh menjadi anak yang sangat pemalu dan juga penakut, padahal Dira cantik tapi entah kenapa Dira merasa tidak percaya diri.
Saat ini Demir bekerja di perusahaan Mommy Gilsya yang tidak lain Mommynya Arsya, perusahaan Ayah Demir mengalami kebangkrutan sehingga Ayah Demir jatuh miskin.
Gavin, Langit, Arsya, dan Putra memperhatikan setiap anak baru yang datang ke lapangan.
"Bro, anak barunya cantik-cantik ya, bikin gemas," seru Arsya.
"Yoi, aku jadi semangat nih," sahut Langit.
Sementara itu Gavin dan Putra hanya diam saja, kedua remaja dingin itu terlihat biasa saja karena tidak ada yang menarik sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan di koridor, Ghani berdiri dengan melipat kedua tangannya di dada. Ghani memperhatikan Gabby, semenjak pertemuannya tadi pagi, Ghani merasa tertarik kepada remaja cantik yang tanpa ekspresi itu.
"Cantik," batin Ghani dengan senyumannya.
"Lagi ngapain Lo di sini?" tanya Garra dengan menepuk pundak Ghani membuat Ghani kaget.
"Apaan sih, bikin kaget saja."
"Tumben Lo diam di sini, apa ada sesuatu yang sudah menarik perhatian Lo?" tanya Gaza dengan fokus kepada buku yang dipegangnya.
"Gak ada," sahut Ghani dengan pergi dari sana.
Garra dan Gaza pun mengikuti Ghani masuk ke dalam kelasnya, Ghani takut ketahuan kalau saat ini dia sedang memperhatikan Gabby yang tidak lain adik dari musuh bebuyutan mereka.
"Gab, kok kamu ninggalin aku sih?" seru Alexa dengan berdiri di samping Gabby.
Gabby hanya melirik sedikit ke arah Alexa, setelah itu Gabby kembali melihat ke depan dengan dinginnya.
"Astaga, aku itu serasa ngomong sama hantu tahu, aku saja yang nyerocos tapi sedikit pun kamu tidak pernah menanggapinya," gerutu Alexa.
"Hai, boleh kenalan?" seru Aleena.
"Hai juga, nama aku Alexa."
"Aku Aleena."
Alexa dan Aleena saling berjabat tangan, Alexa melirik ke arah Gabby.
"Dia namanya Gabby, dia jarang bicara dan wajahnya pun tanpa ekspresi jadi harap dimaklum," seru Alexa dengan senyumannya.
"Hai, Gabby!" sapa Aleena.
Gabby hanya melirik sedikit, lalu kembali menatap ke depan. Tidak lama kemudian, Vina pun datang dan berdiri di samping Aleena, mereka kembali berkenalan. Ketiga remaja cantik itu langsung klop, karena mereka sama-sama ceria dan periang.
Vira pun datang dengan sikap angkuhnya dan berdiri di samping Vina.
"Hai, nama kamu siapa?" tanya Vina ramah.
"Memangnya kenapa?" ketus Vira.
ketiga remaja cantik itu mengerutkan keningnya melihat respon dari Vira.
"Kita hanya ingin berkenalan saja, siapa tahu nanti kita jadi teman sekelas," seru Vina.
"Aku tidak butuh teman, tidak sekelas dengan kalian pun, aku tidak peduli," ketus Vira.
"Astaga, dia sombong sekali," bisik Alexa.
Ketiga remaja itu pun akhirnya memilih diam dan tidak memperdulikan Vira, sedangkan Dira, dia berdiri di belakang Gabby dan teman-teman yang lainnya dan Dira berdiri dengan menundukkan kepalanya.
Gavin dan para sahabatnya berdiri di depan semua murid baru beserta para pengurus OSIS yang lainnya membuat para siswi baru bersorak kegirangan di dalam hatinya.
"Astaga, mereka tampan-tampan sekali," bisik Vina.
"Iya, tidak disangka kalau Bang Gavin punya teman-teman setampan itu. Kok, aku gak pernah lihat mereka main ke rumah Bang Gavin ya?" bisik Alexa.
"Kamu bisa diam tidak?" sentak Gabby.
"Astaga Gabby, biasa aja kali ngomongnya," kesal Alexa.
"Selamat pagi semua!" seru Langit.
"Selamat pagi, Kak."
"Selamat datang di sekolah tercinta ini, kami selaku pengurus OSIS akan mengadakan MOS untuk para siswa dan siswi baru di sekolah ini. Tapi kalian jangan khawatir, kami tidak akan melakukan kekerasan. Tujuan MOS ini, hanya untuk perkenalan saja supaya kalian tahu seluk beluk sekolah ini sehingga di saat nanti kalian mulai masuk sekolah, kalian tidak akan bingung lagi mencari dimana kelas kalian, letak perpustakaan, letak kantin, dan sebagainya," seru Langit.
"Untuk itu, MOS di sekolah ini resmi dimulai dan MOS akan dilaksanakan selama 3 hari. Dan selama itu juga, tidak boleh ada siswa atau pun siswi yang telat datang ke sekolah kalau ada yang telat, kami akan menghukum kalian. Apa kalian mengerti!" teriak Putra.
"Mengerti, Kak."
"Bagus, sekarang silahkan kalian buat kelompok kalian sendiri. Satu kelompok terdiri dari 7 orang dan kalian bebas memilih teman untuk kelompok kalian," seru Arsya.
Semua siswa dan siswi mulai sibuk mencari kelompok mereka dan otomatis, Alexa langsung menarik Gabby, Vina, dan juga Aleena.
"Kita satu kelompok," seru Alexa.
"Tapi kita hanya berempat, butuh 3 orang lagi," sahut Aleena.
Keempatnya langsung melihat ke arah Vira yang masih berdiri sendirian.
"Apa anak itu kita ajak saja?" seru Alexa.
"Kamu saja yang ajak, aku gak mau. Dia sombong banget," sahut Vina.
"Biar aku saja yang ajak," seru Aleena.
Aleena pun menghampiri Vira. "Hai, apa kamu mau bergabung dengan kami?" seru Aleena ramah dengan senyumannya.
"Boleh," sahut Vira dingin.
Aleena pun menarik tangan Vira dan bergabung dengan yang lainnya.
"Baru 5 orang, tinggal 2 orang lagi," seru Alexa.
Mereka pun celingukan mencari teman-teman yang lain, terlihat seorang siswi sedang celingukan seperti kebingungan karena tidak ada yang mengajaknya.
"Hai, kamu belum ada kelompok?" tanya Vina.
Dira menggelengkan kepalanya...
"Ya sudah, kamu ikut kelompok kami saja."
Vina menarik tangan Dira dan mereka pun mulai berkenalan satu sama lain. Semuanya sudah mendapat kelompok masing-masing, hanya kelompok Gabby saja yang masih kurang satu orang.
"Apa kalian sudah mendapatkan kelompok masing-masing?" seru Langit.
"Sudah, Kak."
Alexa mengangkat tangannya. "Maaf Kak, kelompok kami kurang satu orang," seru Alexa.
Putra tanpak berpikir. "Ah iya, sepupu aku gak masuk hari ini karena masih sakit, jadi besok kalau dia masuk, masuk kelompok kalian saja," seru Putra.
"Oke, Kak."
"Oke, semuanya sudah selesai dan sudah mendapat kelompok masing-masing jadi kami resmikan hari ini, MOS dimulai!" seru Langit.
Semua siswa bertepuk tangan, dan hari ini mereka akan mulai menjalankan MOS untuk 3 hari ke depan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!