NovelToon NovelToon

REVENGE OF FOX CONSORT

BAB 1. Rubah Putih

***Qing Qiu***

Pintu gua yang sudah tersegel selama sembilan puluh delapan tahun terbuka secara perlahan. Sinar matahari menembus ke dalam gua sehingga memperlihatkan setiap lekuk dan isi di bagian dalam gua.

Cahaya matahari membuat rasa hangat menyelimuti seisi gua. Secara perlahan cahaya matahari berhenti tepat di tubuh seekor rubah putih.

Rubah putih seukuran anjing itu duduk dalam posisi bersila. Sepasang matanya yang cemerlang terbuka dan melihat sekeliling gua.

"Akhirnya pelatihan meditasiku selesai!" pekik Ying Ying, si rubah putih kegirangan.

Ying Ying berlari lincah di dalam gua. Semua bagian tubuhnya digerakkan dengan bebas hingga akhirnya Ying Ying berhenti di depan sebuah cekungan yang berisi genangan air.

Ying Ying mengamati pantulan wajahnya dari genangan air itu. Penampilannya masih sama seperti sembilan puluh delapan tahun yang lalu.

"Terima kasih Dewi Rubah. Tidak lama lagi aku bisa menjadi manusia," ucap Ying Ying kegirangan.

Dewi Rubah yang dimaksud Ying Ying adalah rubah ekor sembilan, yang merupakan dewi pelindung rubah di Qing Qiu.

Legenda menceritakan seekor rubah ekor sembilan berubah menjadi wanita cantik dan memiliki kekuatan sihir setelah pelatihan meditasi selama seribu tahun. Rubah ekor sembilan itu melakukan banyak kebajikan sepanjang hidupnya sehingga akhirnya menjadi Dewi Rubah dan tinggal di alam dewa.

Para keturunan rubah putih yang berjodoh dengan Dewi Rubah akan menemukan patung wujud rubah berekor sembilan dan bisa membuat permohonan kepada Dewi Rubah.

Sembilan puluh delapan tahun yang lalu, Ying Ying mendapatkan keberuntungan itu. Ying Ying membuat permohonan untuk menjadi manusia dan berumur panjang. Ying Ying membuat permohonan itu karena seekor rubah hanya bisa hidup hingga sepuluh tahun di alam liar.

Permohonan Ying Ying dikabulkan. Dewi Rubah datang di dalam mimpi Ying Ying dan memberitahukan rubah kecil itu harus melewati dua percobaan selama seratus tahun agar bisa menjadi manusia.

Mulai saat itulah Ying Ying mengikuti petunjuk dari Dewi Rubah di mimpinya melakukan pelatihan meditasi di dalam gua. Pelatihan meditasi merupakan percobaan pertama bagi Ying Ying.

Secara ajaib pintu gua tertutup rapat saat Ying Ying mulai melakukan pelatihan meditasi. Pintu gua akan terbuka dengan sendirinya setelah sembilan puluh delapan tahun.

Ying Ying membuka telapak tangannya, lalu memusatkan pikirannya untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam tubuhnya.

Dalam waktu singkat satu buah kelereng berwarna putih transparan keluar dari mulut Ying Ying dan berhenti di atas telapak tangannya.

Kelereng putih transparan itu merupakan hasil pelatihan meditasi Ying Ying selama sembilan puluh delapan tahun di dalam gua. Kelereng putih transparan itu akan berubah warna seperti mutiara asli setelah mencapai seratus tahun pelatihan Ying Ying.

Ying Ying menyimpan kembali kelereng putih transparan itu ke dalam tubuhnya.

"Sekarang saatnya menghadapi percobaan kedua," kata Ying Ying dengan semangat.

Ying Ying, si rubah putih kecil berlari keluar dari gua. Pemandangan alam dan juga udara segar di luar dinikmati oleh Ying Ying dengan riang.

Ying Ying tidak takut akan bahaya yang mengancam di luar gua karena Ying Ying mempercayai perkataan Dewi Rubah. Percobaan kedua akan muncul saat dirinya berada di luar gua.

Tiga puluh menit berlalu, Ying Ying kecapekan karena berlari dalam waktu yang lama memutuskan untuk duduk beristirahat di atas rumput hijau.

Sepasang telinga Ying Ying naik ke atas secara spontan saat mendengar suara langkah kaki di belakangnya.

Suara langkah kaki yang semakin mendekat tidak membuat Ying Ying melarikan diri maupun panik. Ying Ying duduk dengan tenang seperti semula.

"Jangan takut! Aku tidak akan melukaimu."

Suara seorang pria yang lembut terdengar oleh Ying Ying sehingga rubah putih kecil itu menoleh ke belakang.

Sepasang mata jernih Ying Ying menatap wajah pria itu dengan saksama, sedangkan pria itu membungkukkan badannya secara perlahan sehingga jarak diantara mereka semakin dekat.

"Rubah putih yang cantik. Bersediakah kamu pulang bersamaku?" tanya pria itu.

Senyum lebar menghias di sudut bibir pria itu saat melihat jelas rubah putih di hadapannya menganggukkan kepala satu kali, seolah-olah mengerti perkataannya.

Pria itu mengangkat tubuh Ying Ying secara perlahan dan lembut, lalu menggendong Ying Ying ke dalam pangkuan lengannya.

"Apakah dia tuanku?" batin Ying Ying.

Dewi Rubah memberitahukan kepada Ying Ying bahwa orang pertama yang ditemuinya akan menjadi pemiliknya dan juga merupakan percobaan kedua yang harus dihadapi oleh Ying Ying untuk menjadi manusia.

Ying Ying harus tinggal bersama pemiliknya selama dua tahun hingga pada saat malam bulan purnama, Ying Ying bisa berubah wujud menjadi manusia.

***

Pria itu melangkahkan kakinya dengan cepat dan semangat, sedangkan Ying Ying menatap wajah pria itu tanpa berkedip satu kali pun.

Beberapa saat kemudian, pria itu berhenti di samping kereta kuda dan tersenyum lembut menatap jendela kereta kuda yang tirainya terbuka.

Ying Ying merasa penasaran sehingga ikut melihat ke sana. Ternyata pria itu bertatapan dengan gadis muda yang sangat cantik.

"Kak Feng Xi! Kak Feng Xi!" pekik gadis muda itu kegirangan. Matanya berbinar-binar menatap Ying Ying.

"Chang Le! Aku menemukannya!" ucap Feng Xi, pria muda yang menggendong Ying Ying di pangkuan lengannya.

Chang Le tertawa kecil dan turun dari kereta kuda dengan tergesa-gesa. Seorang pelayan muda mengikuti Chang Le dari belakang.

"Hati-hati Nona Chang Le!" ucap Tan Xiang, si pelayan muda.

Chang Le berdiri tepat di hadapan Feng Xi dan mengambil Ying Ying dari pangkuan lengan Feng Xi.

"Cantik! Aku suka!" kata Chang Le sambil membelai bulu putih halus di tubuh Ying Ying.

"Nona juga cantik!" balas Ying Ying.

"Kita berdua cantik!" ucap Chang Le.

"Dia bisa mendengar perkataanku!" batin Ying Ying.

"Chang Le! Ayo kita pulang sekarang!" ajak Feng Xi.

"Iya, Kak Feng Xi!" jawab Chang Le dengan patuh.

Tan Xiang membantu Chang Le naik ke dalam kereta kuda, sedangkan Feng Xi duduk disamping kusir kuda.

Kereta kuda bergerak menuju Kediaman Li Jin, Jenderal Kerajaan Wei dan merupakan ayah Li Chang Le.

Ying Ying duduk tenang di atas lutut Li Chang Le dan menikmati belaian lembut dari tangan Li Chang Le. Ying Ying ingin memastikan apakah Li Chang Le memang benar bisa mengerti ucapannya.

"Nona Chang Le! Rubah putihnya sangat cantik dan penurut," kata Tan Xiang sambil ikutan membelai bulu halus di tubuh Ying Ying.

Walaupun rubah merupakan hewan liar, tetapi Tan Xiang tidak takut. Selain dikarenakan Tan Xiang bisa ilmu bela diri, juga karena Tan Xiang berfirasat Ying Ying tidak mungkin melukai Li Chang Le.

"Cantik! Penurut!" Li Chang Le mengulang perkataan Tan Xiang dengan singkat.

Insting Ying Ying sangat peka sehingga menyadari ada perbedaan sikap yang sangat jelas antara Li Chang Le dan Tan Xiang.

"Nona bisa memberinya nama," usul Tan Xiang.

"Namaku Ying Ying!" ucap Ying Ying spontan.

"Ying Ying!" kata Li Chang Le.

"Nama yang bagus," puji Tan Xiang.

"Tan Xiang! Kalung! Kalung!" kata Li Chang Le sambil membuka telapak tangan kanan dan menghadap ke Tan Xiang.

"Ini kalungnya, Nona Chang Le," jawab Tan Xiang.

Tan Xiang memberikan satu kotak perhiasan kecil ke Li Chang Le. Li Chang Le membukanya dengan cepat.

Isi kotak perhiasan itu adalah sebuah kalung dengan bandul lonceng berwarna emas. Li Chang Le mengenakan kalung itu ke leher Ying Ying.

Secara ajaib, kelereng putih transparan keluar dari tubuh Ying Ying dan masuk ke dalam bandul lonceng. Kejadian ini hanya terlihat oleh Ying Ying sendiri saja.

Bersamaan dengan itu, beberapa kejadian yang berhubungan dengan Li Chang Le muncul di pikiran Ying Ying sehingga Ying Ying mengetahui identitas asli Li Chang Le.

Li Chang Le merupakan putri pertama Jenderal Li Jin. Lima tahun yang lalu Li Chang Le demam tinggi sehingga sifatnya berubah seperti anak kecil berumur lima tahun saat sembuh dari sakit.

Semalam Li Chang Le bermimpi akan bertemu dengan rubah putih cantik di Qing Qiu. Ketika bangun di pagi hari, Li Chang Le berulang kali mengucapkan beberapa kata yang sama.

Qing Qiu!

Rubah putih!

Feng Xi berinisiatif membawa Li Chang Le ke Qing Qiu dan benar saja, Feng Xi menemukan Ying Ying di sana sehingga membawanya untuk diberikan ke Li Chang Le.

***

Ying Ying semakin yakin percobaan keduanya adalah menjadi hewan peliharaan Li Chang Le, seperti yang dikatakan oleh Dewi Rubah sembilan puluh delapan tahun yang lalu.

"Tenang saja, Nona Chang Le. Setelah dua tahun, kelereng putih ku bisa menyembuhkan penyakitmu. Kamu akan menjadi normal seperti semula," batin Ying Ying.

***

Selamat malam readers tercinta. Welcome to novel ke 7 Author LYTIE.

Novel ini bercerita tentang transmigrasi dan hubungan antara siluman rubah dengan pangeran impoten.

Penasaran kan? Baca terus novel ini ya dan dukung dengan menekan tombol favorit, memberikan like, vote, tips iklan, maupun komentar positif.

Ide untuk pemeran utama novel ini berasal dari dracin ( Eternal Love Of Dream dan Unchained Love) yaitu Siluman rubah (sudah transmigrasi ke tubuh manusia) dan Pangeran impoten 😁ditambah kehaluan author.

Visualnya nyusul ya.

LOVE YOU ALL

THANK YOU

AUTHOR : LYTIE

BAB 2. Putri pertama Jenderal Li Jin

***Kediaman Jenderal Li Jin***

Kereta kuda berhenti di depan pintu masuk Kediaman Jenderal Li Jin. Feng Xi mengulurkan tangannya untuk membantu Chang Le turun dari kereta kuda.

"Terima kasih Kak Feng Xi," ucap Chang Le dengan riang.

"Sama-sama Chang Le," balas Feng Xi.

Chang Le berjalan masuk ke dalam kediaman diikuti oleh Feng Xi dan Tan Xiang, sedangkan Ying Ying mengedarkan pandangannya di sepanjang jalan.

"Rumah yang sangat besar," batin Ying Ying.

Chang Le berhenti di ruang makan. Di sana ada beberapa orang yang sedang duduk di depan meja makan besar berukuran bulat.

"Tuan besar! Nyonya muda!"

"Ayah angkat! Ibu angkat!"

Feng Xi dan Tan Xiang bergantian menyapa sepasang pria dan wanita paruh baya, yang menoleh ke arah mereka.

Chang Le berlari kecil menghampiri pria paruh baya itu.

"Chang Le!" panggil Li Jin dengan senyuman lembut di sudut bibirnya.

Sepasang mata tajamnya menatap rubah putih di pangkuan Chang Le.

"Ayah! Ying Ying!" ucap Chang Le.

"Rubah ini masih kecil. Apakah dia berbahaya?" tanya Li Jin sambil menatap Feng Xi.

"Rubah putih sangat penurut. Aku yakin dia tidak akan melukai Chang Le," jawab Feng Xi.

"Ying Ying! Ini Ying Ying!" protes Chang Le karena Li Jin dan Feng Xi tidak memanggil sesuai nama pemberiannya.

"Iya! Ying Ying!" kata Li Jin sambil tertawa kecil.

"Ying Ying!" ucap Feng Xi.

Chang Le tersenyum puas dan mencium wajah Ying Ying. Suara gelak tawa menghiasi ruang makan karena tingkah polos Chang Le.

"Ayo makan, Chang Le! Ada ikan asam manis kesukaanmu," kata Bai Lu.

Bai Lu merupakan selir Li Jin sehingga para pelayan menyapanya dengan sebutan nyonya muda. Bai Lu melahirkan sepasang anak kembar pria dan perempuan, yang diberi nama Li Chang Ru dan Li Teng.

Sementara Chang Le dilahirkan oleh Ling Qi, istri resmi Li Jin. Akan tetapi, Ling Qi sudah meninggal saat Chang Le masih kecil. Chang Le memiliki seorang kakak laki-laki bernama Li Ming.

Acara makan malam berlangsung dengan tenang dan rukun. Ying Ying duduk di samping Chang Le. Tan Xiang bertugas menyuapi Ying Ying dengan lauk pauk yang sudah di potong kecil-kecil.

"Makanan manusia sangat enak!" puji Ying Ying di dalam hatinya.

Ying Ying sangat senang menikmati makanannya. Kesenangan Ying Ying berlipat ganda saat melihat semua anggota keluarga Chang Le sangat menyayangi Chang Le, walaupun gadis muda itu bersikap seperti anak kecil.

Malam harinya Ying Ying tidur di samping Chang Le, setelah dimandiin oleh Tan Xiang. Walaupun Ying Ying tidak mengantuk karena sudah pelatihan meditasi selama 98 tahun di gua, tetapi pelukan hangat dari Chang Le membuat Ying Ying tertidur pulas dalam waktu singkat.

***

Pagi hari suasana Kediaman Jenderal Li Jin sangat meriah. Para anggota keluarga sudah berpenampilan bersih dan rapi, termasuk Chang Le.

Saat ini Chang Le berkumpul bersama keluarganya di depan pintu gerbang Kediaman Jenderal Li Jin. Tentu saja Ying Ying turut serta dan berada dalam gendongan Chang Le. Tan Xiang berdiri disamping Chang Le.

Ying Ying melihat ratusan prajurit dengan kuda perang berkumpul di hadapannya.

Jenderal Li Jin, Feng Xi, dan Li Ming mengenakan jubah perang. Ternyata hari ini rombongan Jenderal Li Jin maju ke medan perang melawan kerajaan lain.

"Chang Le! Tunggu ayah pulang!" pesan Li Jin.

"Iya, ayah! Chang Le tunggu ayah di rumah!" jawab Chang Le sambil memeluk Li Jin.

Li Jin melepaskan pelukannya dan menatap Chang Le dengan perasaan khawatir. Entah mengapa, Li Jin mempunyai firasat hari ini akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan Chang Le.

Bai Lu berjalan mendekati Li Jin diikuti oleh Li Chang Ru dan Li Teng.

"Jangan khawatir, Li Jin! Aku akan menjaga Chang Le dengan baik," janji Bai Lu.

"Iya, ayah. Tidak ada orang yang berani menindas putri Jendral Li Jin!" ujar Chang Ru.

"Ayah pasti pulang cepat dan menang perang," kata Li Teng.

"Aku percaya padamu!" kata Li Jing ke Bai Lu.

Selama ini Li Jing melihat jelas kasih sayang Bai Lu terhadap Chang Le dan Li Ming, walaupun mereka berdua bukan anak kandung Bai Lu.

"Li Teng! Jaga ibumu dan kedua kakakmu dengan baik!" pesan Li Jin sambil menepuk pundak Li Teng dengan lembut.

"Baik, ayah!" jawab Li Teng.

Sementara Li Jing berbicara dengan Bai Lu dan sepasang anak kembarnya, Feng Xi berjalan mendekati Chang Le.

"Tan Xiang! Jaga Nona Chang Le dengan baik!" pesan Feng Xi.

"Baik, Tuan muda Feng Xi!" jawab Tan Xiang.

Feng Xi menatap Chang Le dengan lembut. "Chang Le! Aku pasti akan kembali dengan selamat!" janji Feng Xi.

"Iya!" jawab Chang Le.

"Feng Xi! Kita berangkat sekarang!" ujar Li Jin.

"Baik, ayah angkat!" jawab Feng Xi.

Li Jin, Feng Xi, dan Li Ming naik ke atas kuda mereka. Ratusan prajurit berbaris rapi di belakang mereka bertiga.

Tidak lama kemudian terdengar gemuruh suara derap kuda menggema, meninggalkan Kediaman Jenderal Li Jin.

"Selamat jalan ayah, Kak Li Ming, Kak Feng Xi!" ucap Chang Le sambil melambaikan tangan.

***

Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Ying Ying sudah berada di sisi Chang Le hampir dua tahun.

Ying Ying sangat gembira menunggu malam bulan purnama yang akan tiba besok malam, menandakan dirinya bisa menjadi manusia sesuai perkataan Dewi Rubah.

Sementara rombongan Li Jin yang pergi ke medan perang akan pulang dalam waktu dekat.

"Nona Chang Le akan menjadi putri mahkota setelah tuan besar pulang nanti. Tan Xiang sangat senang," kata Tan Xiang dengan antusias.

"Putri mahkota! Putri mahkota!" ujar Chang Le sambil bertepuk tangan.

Jenderal Li Jin termasuk salah satu jenderal besar di Kerajaan Wei dan memiliki banyak pasukan.

Kaisar Wei mengagumi kehebatan dan kesetiaan Jenderal Li Jin terhadap Kerajaan Wei sehingga memberikan titah bahwa putri pertama dari Jenderal Li Jin akan menjadi permaisuri putra mahkota.

Pernikahan Li Chang Le dan Wei Wu Xian akan dilaksanakan saat Li Jin pulang dari medan perang, tetapi tidak disangka peperangan ini berlangsung dua tahun lamanya.

***

Terdengar suara ketukan pintu dari luar sehingga Tan Xiang membuka pintu kamar.

"Selamat siang Nyonya muda!" sapa Tan Xiang ke Bai Lu.

Bai Lu datang bersama Chang Ru. Mereka berdua langsung menghampiri Chang Le, diikuti seorang pria paruh baya. Tan Xiang dan Ying Ying mengenal pria paruh baya itu karena sering datang mengunjungi Chang Le sebulan sekali.

"Chang Le! Tabib Huo datang untuk memeriksa kesehatanmu," kata Bai Lu dengan suara lembut.

"Nona Chang Le!" sapa Tabib Huo sambil memberi hormat.

"Tabib Huo! Tabib Huo!" ucap Chang Le.

Beberapa saat kemudian, Tabib Huo sudah selesai memeriksa Chang Le. Bai Lu menghampiri Tabib Huo dengan antusias.

"Bagaimana keadaan Chang Le, Tabib Huo?" tanya Bai Lu.

"Hamba belum berhasil menyembuhkan Nona Chang Le!" jawab Tabib Huo dengan wajah lesu.

"Tidak apa-apa Tabib Huo. Aku yakin putra mahkota tidak akan keberatan dengan keadaan Chang Le," ucap Bai Lu.

Tabib Huo berpamitan pulang setelah melakukan tugasnya. Tugas yang diberikan oleh Wei Wu Xian, putra mahkota Kerajaan Wei.

Tentu saja tugas utama Tabib Huo adalah menyembuhkan Chang Le sehingga gadis muda itu menjadi normal seperti semula dan bukannya seperti anak kecil umur lima tahun.

Tabib Huo rutin datang memeriksa Chang Le setiap bulan dan memberikan banyak obat racikan untuk diminum oleh Chang Le, tetapi semuanya sia-sia.

"Tenang saja Tabib Huo. Besok malam Nona Chang Le akan sembuh setelah memiliki kelerengku," batin Ying Ying.

***

"Kak Chang Le. Besok Festival kue bulan. Kita berkumpul di taman yang dihiasi lampion sambil makan kue bulan," ajak Chang Ru.

"Kue bulan! Kue bulan!" jawab Chang Le dengan semangat.

Sepasang mata Ying Ying pun berbinar-binar karena tahun lalu, Ying Ying pernah makan kue bulan dan sangat menyukainya.

"Baiklah. Aku tunggu kakak di taman besok malam," ucap Chang Ru, sebelum bersama Bai Lu meninggalkan kamar Chang Le.

***Taman Kediaman Jenderal Li Jin***

Beraneka ragam lampion warna warni menghiasi taman. Chang Le dan Chang Ru duduk berhadapan. Mereka berdua menikmati kue bulan yang tersaji di atas meja.

Seperti biasa, Ying Ying duduk di pangkuan Chang Le. Ying Ying juga menikmati potongan kecil kue bulan sambil menatap bulan purnama di langit.

"Aku bisa berubah menjadi manusia saat Nona Chang Le ke kamar," batin Ying Ying.

Malam ini merupakan malam terakhir Ying Ying tinggal bersama Chang Le sehingga Ying Ying ingin menghabiskan setiap detik bersama Nona mudanya yang baik hati dan sangat menyayanginya selama ini.

"Nona Chang Le. Tan Xiang ingin ke toilet sebentar!" kata Tan Xiang.

Ying Ying melihat wajah Tan Xiang sangat pucat dan kedua tangannya memegang bagian perut.

"Iya," jawab Chang Le.

Tan Xiang pun berlari kecil menuju toilet. Setelah Tan Xiang pergi, Chang Ru berdiri dari kursi dan berjalan mendekati Chang Le.

"Kak Chang Le. Bolehkah aku menggendong Ying Ying?" Tanya Chang Ru.

"Boleh!" jawab Chang Le.

Chang Ru tersenyum lebar dan mengambil Ying Ying dari pangkuan Chang Le, lalu berjalan menuju tepian kolam. Chang Le mengikuti Chang Ru.

"Kak Chang Le. Air di kolam ini pasti sangat dalam," ucap Chang Ru.

Chang Le menatap ke arah kolam dan memang tidak terlihat dasar kolam.

"Tidak ada apa pun. Hanya air saja," jawab Chang Le polos.

Chang Ru tersenyum samar dan menusuk tubuh Ying Ying dengan jarum beracun, yang sudah dipersiapkannya sejak awal.

"Sakit sekali!" teriak Ying Ying.

"Ying Ying! Ying Ying!" Chang Le yang bisa mendengar suara Ying Ying menjadi panik dan ingin merebut Ying Ying dari tangan Chang Ru.

Gerakan tangan Chang Ru lebih cepat. Chang Ru melempar Ying Ying ke dalam kolam air.

"Kak Chang Le! Ying Ying jatuh ke kolam!" teriak Chang Ru.

Chang Le melompat ke dalam kolam untuk menyelamatkan Ying Ying, sedangkan Chang Ru menatap ke arah kolam dengan senyuman sinis.

"Chang Le idiot! Kamu pasti mati!" batin Chang Ru.

***

Selamat malam readers. Jangan lupa baca kelanjutan ceritanya ya.

Terima kasih yang sudah mendukung novel ini. Ayo yang belum pakai vote nya bisa vote novel ini 😂😂. Selain itu bisa nonton iklan juga.

TERIMA KASIH

SALAM SAYANG

AUTHOR : LYTIE

BAB 3. Transmigrasi

***Kamar Li Chang Le***

"Siapa? Siapa yang menangis? Apakah aku di alam kematian sekarang?"

Suara isak tangis membuat Ying Ying berusaha membuka matanya untuk melihat sekeliling.

Ying Ying merasakan tubuhnya sangat dingin. Lebih dingin daripada kolam air, tempat dirinya tenggelam.

Saat kedua mata Ying Ying terbuka lebar, Ying Ying melihat langit-langit kamar yang sangat dikenalinya.

"Ini kamar Nona Chang Le!" batin Ying Ying.

Ying Ying merasa heran mengapa alam kematian yang ditujunya mirip dengan kamar Chang Le, tempatnya tidur selama dua tahun ini.

Suara isak tangis itu masih terdengar jelas sehingga Ying Ying mengalihkan perhatiannya dari langit kamar ke sumber suara.

"Tan Xiang!"

Ying Ying memanggil Tan Xiang dengan suara yang lemah dan tidak bertenaga.

"Apakah Tan Xiang juga dibunuh oleh Chang Ru?" batin Ying Ying.

"Nona Chang Le! Nona Chang Le sudah bangun!" teriak Tan Xiang.

"Di mana Nona Chang Le?" tanya Ying Ying kebingungan.

Tan Xiang menangis keras saat mendengar pertanyaan Ying Ying. "Nona tidak ingat nama nona sendiri? Aku harus memanggil tabib sekarang!" ucap Tan Xiang panik.

"Berhenti!"

Suara teriakan Ying Ying membuat Tan Xiang menghentikan langkah kakinya.

"Apa maksudmu? Aku Ying Ying!"

"Ying Ying mati tenggelam. Aku menguburkannya tadi," jawab Tan Xiang.

"Tidak mungkin! Aku Ying…."

Ying Ying tidak melanjutkan perkataannya karena tersadar ada sesuatu yang berbeda dengan tubuhnya. Tidak ada lagi bulu putih seperti warna salju.

"Mengapa aku memakai pakaian Nona Chang Le? Ini tangan manusia, bukan tanganku!" batin Ying Ying.

"Tan Xiang! Ambilkan cermin!"

Tan Xiang mematuhi perintah Ying Ying dan memberikan cermin yang diambilnya dari meja rias milik Chang Le.

Ying Ying menarik napas dalam-dalam sebelum mendekatkan cermin ke wajahnya.

Prang!

Cermin di tangan Ying Ying jatuh ke lantai, sedangkan Ying Ying meringkuk di atas tempat tidur sambil memeluk kedua lututnya.

"Tidak! Tidak mungkin!" ucap Ying Ying berulang kali.

Ying Ying terkejut mengapa wajah Chang Le yang terlihat di pantulan cermin. Berbagai pertanyaan muncul di pikiran Ying Ying.

Apakah dirinya bertukar tubuh dengan Chang Le? Di mana Chang Le yang asli sekarang? Ying Ying mengingat jelas perkataan Tan Xiang bahwa tubuh nya sudah dikuburkan. Apakah Chang Le sudah meninggal? Bagaimana mungkin rohnya masuk ke tubuh Chang Le?

Ying Ying memegang kepalanya yang terasa sakit dan berusaha mengingat kejadian saat Chang Ru melemparnya ke dalam kolam air.

###Flashback On###

Tubuh Ying Ying mulai tenggelam ke dasar kolam. Ying Ying tidak bisa menyelamatkan diri sendiri karena efek jarum beracun itu membuat tubuhnya kaku dan kesakitan.

Tiba-tiba Ying Ying melihat Chang Le berusaha mendekat dan meraih tangannya dari atas.

Darah bercucuran dari kening Chang Le, yang disebabkan oleh benturan dengan batu besar di kolam. Chang Le berhasil memeluk erat tubuh Ying Ying.

Sebenarnya Chang Le tidak bisa berenang dan Chang Ru mengetahui hal itu dengan pasti. Saat ini Chang Le kehabisan napas dan tidak bisa berenang ke atas. Tubuh mereka berdua mulai jatuh ke dasar kolam, tetapi Chang Le tidak melepaskan tubuh Ying Ying di pelukannya.

"Aku hampir mati! Nona Chang Le tidak boleh mati!" batin Ying Ying.

Ying Ying memaksa keluar kelereng miliknya dari kalung bandul lonceng di lehernya. Secara ajaib kelereng itu bergerak mendekati Chang Le.

"Ini balas budiku terhadap kebaikan nona selama ini," batin Ying Ying.

Ying Ying yakin kelereng putih miliknya bisa menyelamatkan Chang Le. Ying Ying menerima takdirnya sendiri yaitu meninggal sebelum berhasil menjadi manusia.

Ying Ying tidak menyadari saat dirinya kehilangan kesadaran akibat jarum beracun, Chang Le sudah meninggal sehingga kelereng putih itu bergerak masuk ke dalam tubuh Ying Ying lagi. Bersamaan dengan itu muncul cahaya putih menyelimuti tubuh mereka berdua.

###Flashback Off###

Ying Ying tahu kelereng putih miliknya yang membuat rohnya masuk ke dalam tubuh Chang Le karena Chang Le sudah meninggal. Air mata bercucuran deras di pipi Ying Ying.

"Nona Chang Le pasti kesakitan! Aku panggil tabib sekarang!" ujar Tan Xiang sambil berlari keluar dari kamar.

Beberapa saat kemudian, suara langkah kaki yang kuat masuk ke dalam kamar.

"Nona Chang Le! Hamba akan memeriksa keadaan nona!" ucap Tabib Chang, yang merupakan tabib keluarga.

Ying Ying duduk dengan tatapan mata kosong dan membiarkan Tabib Chang memeriksa luka di keningnya.

"Bagaimana keadaan Chang Le?"

"Bagaimana keadaan Kak Chang Le?'

Suara Chang Ru membuat Ying Ying tersadar dari lamunannya.

"Pembunuh! Kamu pembunuh!" teriak Ying Ying sambil menunjuk Chang Ru.

"Maafkan aku, Kak Chang Le! Ying Ying terlepas dari tanganku dan jatuh ke kolam!" ucap Chang Ru dengan wajah memelas dan berlinangan air mata.

"Chang Ru tidak bersalah!" bela Bai Lu.

Tan Xiang maju dan memeluk tubuh Ying Ying. "Maafkan Tan Xiang! Jika Tan Xiang tidak ke toilet, Tan Xiang pasti bisa menyelamatkan Ying Ying!" kata Tan Xiang.

"Benar! Tan Xiang sakit perut pasti karena ulah Chang Ru. Aku harus tenang dan menyelidiki siapa yang menginginkan kematian Nona Chang Le, lalu membantunya balas dendam!" batin Ying Ying.

"Aku adalah Ying Ying! Bukan Chang Le!"

Ying Ying sengaja mengatakan hal itu karena untuk sementara waktu dirinya harus bersikap seperti anak kecil dan mengucapkan hal yang tidak masuk akal agar tidak dicurigai oleh Chang Ru.

"Nona Chang Le mengalami benturan keras dikepalanya sehingga lupa akan banyak hal, termasuk namanya sendiri!"

Tabib Chang mengambil kesimpulan dari keadaan Ying Ying saat ini.

"Tabib Chang! Tolong sembuhkan Chang Le!" pinta Bai Lu.

"Lupa ingatan hanya sementara waktu saja. Anggota keluarga bisa membantu Nona Chang Le mengingat kejadian-kejadian di masa lalu," ucap Tabib Chang.

"Tabib Chang, nyawa Kak Chang Le sudah terselamatkan? Kak Chang Le tidak akan meninggal secara tiba-tiba?" tanya Chang Ru.

"Selain luka di kening, semua organ vital Nona Chang Le sangat sehat dan tidak masalah," jawab Tabib Chang.

"Aku senang nyawa Kak Chang Le tidak dalam bahaya," kata Chang Ru.

Chang Ru mendekati tempat tidur dan menggenggam erat tangan Ying Ying.

Ying Ying menatap senyuman tulus di wajah Chang Ru. Jika saja tidak ada kejadian semalam, Ying Ying tidak akan pernah tahu selama ini Chang Ru hanya berpura-pura baik terhadap Chang Le.

Ying Ying yakin tujuan utama Chang Ru membunuhnya adalah agar Chang Le mati. Ying Ying dijadikan bidak catur untuk memancing Chang Le terjun ke dalam kolam air.

"Aku mau tidur!" kata Ying Ying sambil menepis tangan Chang Ru.

"Baiklah. Tan Xiang jaga Nona Chang Le dengan baik," pesan Bai Lu.

"Baik Nyonya muda," jawab Tan Xiang.

Ying Ying berpura-pura berbaring di tempat tidur setelah Bai Lu, Chang Ru, dan Tabib Chang keluar dari kamar. Sementara Tan Xiang duduk di samping tempat tidur untuk menjaga Ying Ying, yang berada di dalam tubuh Chang Le.

"Mengapa Chang Ru ingin membunuh Nona Chang Le? Apakah Bai Lu dan Li Teng juga terlibat?" batin Ying Ying.

Ying Ying memutuskan untuk menyelidiki terlebih dahulu alasan Chang Ru membunuh Chang Le dan apakah ada komplotan yang membantu Chang Ru.

***

Suara ketukan pintu kamar membuat Tan Xiang bediri dari tempat duduknya untuk membuka pintu kamar.

"Hamba memberi hormat ke putra mahkota!" ucap Tan Xiang.

Ying Ying yang berpura-pura tidur mendengar suara kaki berjalan masuk ke dalam kamar.

"Putra mahkota datang untuk menjenguk Kak Chang Le," kata Chang Ru.

"Maaf putra mahkota. Nona Chang Le masih tidur," ucap Tan Xiang.

"Tidak apa-apa. Aku tunggu Chang Le bangun," jawab Wei Wu Xian, tunangan Li Chang Le.

Wei Wu Xian dan Chang Ru duduk di depan meja. Tan Xiang menuangkan teh melati ke cangkir Wei Wu Xian dan Chang Ru.

"Tan Xiang. Kamu ke dapur ambil obat yang sudah selesai dimasak dari Tabib Chang," kata Chang Ru.

Tan Xiang menatap ragu sebentar ke arah tempat tidur. Tan Xiang mengkhawatirkan nona mudanya yang masih tidur, tetapi sebagai pelayan, Tan Xiang tidak berani membantah perkataan Chang Ru.

"Baik Nona Chang Ru," jawab Tan Xiang.

***

Ying Ying mendengar suara pintu dibuka, lalu ditutup dari luar. Sekarang di dalam kamar hanya ada Ying Ying, Chang Ru, dan Wu Xian.

"Putra mahkota adalah tunangan Nona Chang Le. Aku bisa mengumpulkan bukti kejahatan Chang Ru dan menyerahkannya ke putra mahkota. Putra mahkota pasti akan memberikan keadilan untuk kematian Nona Chang Le," batin Ying Ying.

"Kenapa bisa gagal?"

Suara Wei Wu Xian terdengar jelas di telinga Ying Ying. Padahal jarak tempat tidur ke meja sekitar dua puluh langkah kaki dan seharusnya Wei Wu Xian berbicara dengan suara kecil ke Chang Ru.

"Aku memiliki kekuatan sihir mendengar jarak jauh," batin Ying Ying.

Ying Ying penasaran apa maksud dari perkataan Wei Wu Xian sehingga menguping pembicaran mereka berdua.

"Maaf, Putra mahkota. Aku tidak menduga Kak Chang Le bisa bertahan di kolam air selama itu," jawab Chang Ru.

"Apa? Wei Wu Xian komplotan Chang Ru?" batin Ying Ying.

"Gadis idiot tidak pantas menjadi putri mahkota! Aku tidak mau ditertawakan rakyat Kerajaan Wei!" ujar Wei Wu Xian.

"Jangan khawatir putra mahkota. Aku tidak akan gagal lagi," ucap Chang Ru dengan pasti.

"Bagus! Aku tunggu kabar baik darimu!"

Wei Wu Xian meninggalkan kamar bersama Chang Ru. Ying Ying pun segera bangun dan turun dari tempat tidur.

"Wei Wu Xian! Li Chang Ru! Aku pasti akan membalaskan dendam untuk Nona Chang Le!" tekad Ying Ying sambil mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

***

Selamat malam readers tercinta. Jangan lewatkan bab berikutnya ya karena protagonis pria akan muncul.

Follow Author LYTIE di Noveltoon 🥰 Readers bisa gabung dalam grup chat untuk mendapatkan info terupdate novel.

TERIMA KASIH

SALAM SAYANG

AUTHOR : LYTIE

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!