Jurong Island Singapura Sebelum Acara Pernikahan Garvita dan Gabriel
Jayde dan Sadawira berlari kencang berusaha melepaskan diri dari kejaran banyak orang yang hendak membunuh mereka berdua.
"Hosh...hosh..." Nafas keduanya terdengar terengah-engah.
"Wir... dimana?" tanya Jayde ke arah sepupunya.
"500 meter lagi... " jawab Sadawira atau biasa dipanggil Wira.
"Brengsek! Si... Lee pengkhianat! Awas! Aku cincang dia nanti!" umpat Jayde.
"Jangan banyak bicara... simpan nafasmu..." ucap Sadawira. Mereka tiba di bridge dan tiba di bagian dock tempat kapal-kapal biasa terparkir.
"Kita ke... " Jayde melirik ke Sadawira.
"JUMP!" teriak Sadawira yang membuat Jayde pun terjun ke laut.
BYUUURRR!
Keduanya pun langsung menyelam berusaha menghindari tembakan peluru yang dilepaskan olej pemburu mereka.
***
Tokyo Jepang Satu Setengah Tahun Lalu...
Luke Bianchi bersama dengan Hidetoshi Shinoda dan Tama mendatangi kamar jenazah di rumah sakit kepolisian Tokyo. Chief Kepolisian Pusat Tokyo adalah teman Luca Bianchi dan dia tahu sesosok mayat itu adalah salah satu anak buah Luke Bianchi.
Chief Kenji Nakamoto menemui Luke yang memasang wajah dingin tapi semua orang tahu kalau matanya tampak sedih.
"Bianchi-san" sapa Chief Nakamoto.
"Chief. Apa benar korban adalah Shota Iwasaki?" tanya Luke.
"Benar, Bianchi-san. Korban adalah Shota Iwasaki. Oh Bianchi-san, ada hal yang harus saya sampaikan."
"Apa itu chief?" Perasaan Luke semakin tidak enak mendengar nada bicara Chief Nakamoto.
"Beberapa organ penting milik korban Shota Iwasaki... hilang..."
Luke, Hidetoshi dan Tama terkejut.
"Bagaimana bisa?" tanya Hidetoshi bingung. "Bisa diceritakan kronologis nya?"
Tama sendiri menangis dalam diam karena pertama harus kehilangan sahabatnya tapi mendengar beberapa organ pentingnya hilang, membuat dirinya semakin sedih.
"Bisa kita bicara disana, di ruang dokter ahli forensik." Chief Nakamoto mempersilahkan ketiga anggota Yakuza Takara itu masuk ke sebuah ruangan.
Luke mengeraskan rahangnya mendengar bahwa organ tubuh salah satu pengawal andalannya hilang. Kurang ajar! Siapa yang berani mengambilnya?
***
Ruang Kerja Dokter Ahli Forensik
Luke duduk berhadapan dengan Chief Nakamoto sedangkan Hidetoshi dan Tama berdiri di belakang pemimpin Yakuza itu.
"Jadi kronologis nya saat itu saudara Shota berada di bar daerah Asakusa dan terlibat perkelahian disana. Menurut bartender disana, saudara Shota sangat mabuk hingga akhirnya oleh pihak keamanan dilempar keluar karena membuat keributan."
Luke mengangguk karena tahu Shota tinggal di area sana dan sangat suka minum sake.
"Menurut hasil pemeriksaan CCTV di area bar, saudara Shota begitu diusir, jalan sempoyongan lalu ada dua orang yang mendekati Shota dan setelahnya tidak terlihat lagi. Pihak keamanan bar mengira bahwa keduanya adalah anggota Yakuza Takara yang membantu Shota."
"Lalu?" Luke menatap serius ke Chief Nakamoto.
"Dua hari kemudian, ada laporan ditemukan sesosok mayat dekat pembuangan sampah. Yang membuat kami surprise, kondisi membeku seperti dimasukkan ke dalam freezer. Dan tadi saat dokter berhasil mengautopsi... " Chief Nakamoto harus menghela nafas panjang sebelum melanjutkan. "Jantung, dua ginjal, liver, kedua kornea mata ... hilang..."
"Astaghfirullah..." ucap Luke sedangkan Hidetoshi dan Tama terkesiap.
"Dear Lord..." ucap Hidetoshi.
"Saya rasa semua organ itu diambil oleh organisasi gelap khusus penjualan organ tubuh manusia. Biasanya mereka mengambil dari para gelandangan atau orang yang kabur dari rumah..."
"Ngajak mati mereka!" desis Luke geram. "Apakah anda tahu markas mereka? Yang di Tokyo atau kota manapun di Jepang? Karena sejujurnya saya tidak mau berurusan dengan bisnis haram seperti itu!"
"Sudah menghilang setelah kami grebek usai mendapatkan laporan dari masyarakat."
Luke mengusap wajahnya kasar lalu menggebrak meja kerja milik dokter forensik itu.
"AAAAAAHHHH !" teriaknya emosi. "F***! F***! F*****!!!"
***
Rumah Sakit High Land Singapura
Sadawira Giandra Yustiono menguap saat harus berjaga di rumah sakit untuk menyelesaikan program koasnya. Dirinya merasa mengantuk luar biasa karena biasanya jika koas di bagian ginekologi, lebih santai daripada bedah karena tidak setiap hari ada wanita melahirkan tidak seperti di bedah karena biasanya pasien bedah adalah pasien yang sudah ada jadwal untuk dioperasi.
Sadawira berjalan menuju ruang resident untuk membuat kopi dan ini adalah kopinya yang kedua di tengah malam ini. Bersama dengan beberapa rekan koasnya, mereka terbiasa bergantian untuk tidur dan kini gilirannya berjaga.
Cicit Abimanyu Giandra dan Ghani Giandra itu rasanya ingin merokok tapi dirinya harus ke rooftop. Sadawira harus menahan keinginannya untuk menyesap rasa tembakau itu. Meskipun sang Ayah Pandega sudah melarangnya merokok tapi Sadawira tidak bisa tanpa rokok paling tidak satu hari satu batang.
Apalagi kondisi mengantuk begini, memang lebih enak jika merokok. Sadawira berjalan keluar ruang resident sambil membawa cangkir kopinya. Jam dinding di rumah sakit menunjukkan pukul dua malam.
Masih ada waktu satu jam untuk membangunkan Andre buat gantian berjaga. Sadawira pun berjalan ke lorong dekat pintu keluar untuk duduk disana. Di daerah sini, dia bisa melihat resepsionis bagian IGD jika ada pasien darurat.
Sadawira menyesap kopinya sambil memperhatikan lalu lalang orang yang tidak terlalu banyak karena memang sudah sepi. Biasanya hanya dua tiga orang keluarga pasien yang keluar untuk mencari makan di tempat makan buka 24 jam dekat rumah sakit.
Pria yang mewarisi garis wajah ayahnya tapi sifatnya gabungan antara Abimanyu dan Ghani Giandra itu menggerakkan lehernya ke kiri dan ke kanan untuk mengurangi rasa pegal dan kantuk.
Ketika menoleh ke bagian resepsionis, Sadawira melihat tiga orang dengan wajah mencurigakan. Mahasiswa kedokteran itu tidak bisa menebak ketiga orang itu antara orang China, Jepang atau Korea kalau tidak mendengar percakapan mereka.
Entah kenapa, perasaannya mereka datang bukan untuk menjaga seorang pasien. Dengan memasang wajah dingin dan acuh Sadawira berjalan sambil meminum kopinya menuju resepsionis. Telinganya dibukanya lebar-lebar untuk mendengarkan percakapan mereka.
Sadawira Giandra Yustiono
"能见到黄医生 - Néng jiàn dào huáng yīshēng ( Bisa bertemu dengan dokter Huang )?" tanya salah satu orang itu.
Sadawira yang berjalan sambil mengambil majalah, melewati ketiga orang itu dan betapa terkejutnya dia melihat kotak yang dibawa tiga orang itu.
人体器官 - Réntǐ qìguān ( Human Organ )
Sadawira memang belajar bahasa China meskipun tidak terlalu fasih tapi selama tinggal di Singapura, dia menjadi banyak tahu.
Mau apa malam-malam mengantarkan organ tubuh manusia? Mana tanpa prosedur pula? - batin Sadawira.
Dokter muda itu pun berjalan menuju lorong yang berlawanan dengan ruang dokter Huang yang dia tahu masih berjaga di ruangannya. Sadawira bersembunyi untuk mendengarkan lebih lanjut.
"黄医生的房间在电梯上,在三楼。那里有铭牌. - Huáng yīshēng de fángjiān zài diàntī shàng, zài sān lóu. Nà li yǒu míngpái. ( Ruang dokter Huang naik lift lalu kelantai tiga. Ada papan namanya disana )" jawab resepsionis itu.
"Xie Xie ." Ketiga orang itu pun menuju lift sedangkan Sadawira memilih menuju area tangga darurat menuju lantai tiga.
Mau apa ketiga orang itu ke ayahnya Sandra?
***
Yuhuuuu lebih cepat dari jadwal gegara minta out dari otak.
Cerita Jayde dan Wira berbau kriminal dan agak dark yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Rumah Sakit Highland Singapura
Sadawira menaiki tangga dengan sedikit memburu dan dirinya bersyukur mengenakan sneaker yang tidak membuat berisik. Setibanya di pintu lantai tiga, pria seumuran dengan Shinichi itu membuka pintu darurat perlahan bertepatan dengan suara lift berbunyi tanda tiba dan terbuka.
Sadawira sebenarnya adalah putra kedua Pandega setelah anak pertamanya meninggal saat masih dalam kandungan. Jika masih hidup, akan seumuran dengan Arkananta. Meskipun sempat down akibat kehilangan putra pertama mereka, Pandega dan Anjani tidak menyerah. Tiga tahun kemudian mereka dikaruniai Sadawira.
Arti nama Sadawira sendiri berarti tidak kenal takut dalam agama Hindu bahasa Sansekerta dan menurut Pandega, sangat cocok untuk anaknya. Di keluarga Giandra, terbiasa mereka memberikan nama dengan bahasa Jawa, Sansekerta maupun Hindu.
Sadawira Giandra Yustiono berarti anak laki-laki yang cerdas, mandiri dan tidak kenal takut. Mungkin kalau di Sadawira, terlalu berani dan nekad macam dua opa buyutnya, Abimanyu Giandra dan Ghani Giandra yang mantan kapten NYPD.
Mahasiswa kedokteran yang hendak mengambil bedah itu pun mengendap-endap mengikuti ketiga orang yang mencurigakan tersebut. Beruntung dia digembleng oleh abangnya Luke Bianchi dan Duo kampret hingga dirinya memiliki bekal bela diri dan menembak yang merupakan wajib bagi semua anak keturunan keluarga Pratomo.
Ketiga orang itu masuk ke dalam ruang kerja Dokter Huang dan terdengar percakapan salam dan sapa mereka. Sadawira merasa kesal karena ruangan itu kemudian terkunci hingga membuatnya tidak bisa mendengar mereka.
Brengseeekkk! Sadawira kemudian memutar akal. Airpods! Pria itu mengambil airpods nya yang kemudian diambil satu pod nya dan diselipkan di bawah sela pintu yang memang agak renggang di sudut yang tidak terlihat. Setelahnya Sadawira mensetting ponselnya untuk bisa mendengar percakapan mereka dan merekamnya di sebelah ruang dokter Huang yang merupakan ruang dokter lain dan untungnya tidak terkunci.
Di dalam kegelapan ruang sebelah dokter Huang, Sadawira duduk menempel kan telinganya di dinding sebelah sembari mendengarkan percakapan mereka melalui podnya.
***
Ruang Dokter Huang... ( mereka berbicara dalam bahasa Mandarin )
"APPAAAAAA? Ini semua organ kalian ambil dari Tokyo?" jerit Dokter Huang tertahan.
"Kami harus kabur dari Tokyo karena orang yang kami ambil organnya rupanya anak buah Yakuza Luke Bianchi..."
"BODOOOHHH! BODOH KALIAN! Bagaimana bisa? Luke Bianchi tidak akan diam saja jika dia tahu kita yang mengambil organ anak buahnya!" bentak dokter Huang tidak tahan menahan emosi.
Sadawira yang berada di ruang sebelah terkejut. Astaghfirullah! Siapa yang kena? Bang Hide?
"Golongan darah orang ini langka Dokter! Anda kan membutuhkan untuk kepala Triad kami yang harus segera transplantasi ginjal dan jantung!"
"Sudah berapa jam?"
"Hampir 72 jam dan dalam kondisi beku dengan baik. Peralatan kami cukup canggih hingga bisa digunakan semua organ-organ ini!"
Dokter Huang hanya bisa menghela nafas panjang. "Kita operasi sekarang!"
Sadawira terkejut. What the hell?
Pria itu menunggu sampai keempat orang itu keluar dan masuk ke dalam lift. Setahu Sadawira, ada pasien VIP yang anak koas pun tidak bisa ikut visite dan saat itu dirinya tidak perduli karena banyaknya pasien sok elite dan VIP jadi dirinya yang anak bawang tidak dianggap.
Setelah dirasa aman, Sadawira keluar dari ruang dokter dan mengambil podnya yang diletakkan dekat pintu ruang praktek dokter Huang. Setelahnya dirinya menuju ruang monitoring untuk mengutak-atik CCTV yang memperlihatkan dirinya berada di dekat ruang praktek dokter Huang.
Biasanya penjaga ruang monitor jam segini tidur akibat kebanyakan minum miras.
Sadawira bergegas membuka ruang monitoring dan dugaannya benar, si penjaga tertidur sambil memeluk botol whiskey. Tanpa membuang waktu, pria itu langsung mengambil keyboard dan mensetting dengan menghack gambar dirinya dibuat menghilang berkat ajaran Oomnya Benjiro Smith.
Thanks Oom Benji, ajarannya sangat berguna bagi Nusa dan bangsa!
Setelah dirinya memeriksa ulang dan tidak ada gambar dirinya baik naik tangga darurat maupun berkeliaran di lantai tiga, Sadawira mulai mensetting cctv ruang monitor agar tidak terlihat dirinya yang utak Atik plus membuat dirinya masuk ke dalam lift seolah naik ke arah rooftop.
Sadawira mengambil gambar tiga orang yang masuk lift awal tadi dan menyimpan nya di dalam ponselnya. Dirasa sudah aman, Sadawira pun lerhi mengendap-endap masuk ke dalam lift dan menuju rooftop. Dirinya tidak sabar untuk tidak menghubungi kakak sepupunya, Luke Bianchi.
Alamat Empang bang Luke makan kenyang ini!
***
Sementara itu di Manchester Inggris ...
Jayden Neville kedatangan dua orang berkebangsaan Hongkong untuk meminta dirinya melakukan audit perusahaannya.
Jayde Neville
"Ada yang bisa kami bantu?" tanya Jayde yang merasa dua orang ini bukanlah dari keluarga Triad klan Chen, sahabat keluarga besarnya.
"Perkenalkan saya Mark Wong dan ini saudara saya Gary Wong. Kami dari perusahaan finance Wong yang berpusat di Hongkong" salam Mark Wong sembari mengulurkan tangannya yang disambut Jayde.
"Jayde Neville. So gentlemen, apa yang bisa kami bantu?"
"Saya... kami dengar anda adalah salah satu akuntan yang kompeten?"
Jayde menaikkan sebelah alisnya. "Apakah perusahaan anda hendak bekerja sama dengan PRC Group Inggris?"
"No, Mr Neville. Permintaan ini kami minta secara personal. Begini, kami posisinya adalah boss kami yang juga ayah kami, Terry Wong sedang dalam kondisi tidak baik dan masih menunggu jadwal mendapatkan transplantasi jantung dan ginjal. Kami ingin anda mengaudit perusahaan kami."
Jayde menatap bingung. "Tapi saya tidak membuka jasa konsultan akuntansi. Saya disini bekerja di perusahaan saya sendiri."
"Tapi anda kan akuntan berlisensi bukan?"
"Benar tapi saya tidak menerima audit secara personal dari perusahaan lain. Kenapa anda tidak meminta perusahaan accounting yang lebih resmi untuk melakukan audit perusahaan anda berdua?" Jayde menatap dengan wajah dingin tapi penuh waspada.
"Kami tidak meminta, kami memaksa." Mark Wong menodongkan pistolnya ke arah Jayde yang sekarang duduk di kursi kebesarannya.
Jayde hanya berharap kedua orangtuanya tidak masuk ke dalam ruang kerjanya agar tidak melihat dirinya ditodong. Bisa - bisa mommy kalap dan brutal menghajar mereka berdua.
"Anda cukup berani datang ke rumah saya dengan ancaman seperti ini" jawab Jayde tenang.
"Kami memang pemberani dan bisa berbuat lebih dari ini jika anda tidak melakukan audit. Ayah dan ibu anda, paman anda yang merupakan petinggi Old Trafford dan adik anda yang bekerja di Helsinki, sudah dalam pengawasan kami. Jadi, sebelum anda bertindak, kami sudah lebih dulu berada tiga langkah di depan." Mark dan Gary Wong tersenyum smirk yang membuat tambah merinding.
Jayde mengumpat dalam hati. Siapa mereka ini? Kenapa bisa ke Manchester?
"Kenapa kalian datang pada saya?" tanya Jayde.
"Karena kami tahu, anda bisa bekerja dibawah radar karena nama besar anda bisa menutuupi semua audit ini!" Gary Wong menyerahkan sebuah laptop. "Jika kamu tidak mengerjakan, akan ketahuan."
"Apa yang harus saya kerjakan?" Jayde menatap kedua orang itu.
"Hilangkan uang sebesar HK$100jt tanpa terlihat dan pindahkan ke rekening kami."
Jayde melongo. "Kalian gila! Tidak mudah menghilangkan HK$100juta!"
"Lakukan atau keluarga kamu tewas mengenaskan!"
Brengseeekkk!
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
PRC Group Manchester
Jayde masih terpekur usai dua orang dari Triad Hongkong pergi meninggalkan ruang kerjanya. Pria berwajah dingin itu membuka laptop yang diberikan dan mulai mencari file yang berisikan semua pembukuan perusahaan finance Wong yang berada di Hongkong dan mata Jayde melotot tidak percaya saat membaca soal transaksi penjualan organ tubuh manusia.
Anj...! F***! Ini sudah keterlaluan!
Jayde bisa melihat bahwa dua orang anak Terry Wong hendak menggelapkan uang perusahaan dan jumlahnya tidak main-main. Dan yang menjadi tumbalnya adalah aku! Jayde tersenyum licik. Kalian kira aku bisa diintimidasi hingga membawa-bawa keluarga aku? Oke, aku ikuti cara main kalian!
Pria itu melepaskan dasinya dan membuka jasnya lalu melepaskan dua kancing kemejanya dan menggulung lengannya. "Oke, Triad Wong, jika kamu mengira aku takut, kamu salah!'"
Jayde segera mengetik keyboard laptop itu dan mulai memainkan kalkulasi pembukuan agar uang sebanyak itu tidak langsung terlihat menghilang.
Jayde lalu menelpon sahabatnya yang mewarisi bank di Manchester. Uang sebanyak ini tidak bisa disembunyikan tanpa bantuan bank yang mudah diakses olehku.
"Halo Inggrid... Bisakah aku minta tolong?" tanya Jayde usai sahabatnya menerima teleponnya.
"Ada apa Jayde? Kamu terdengar tegang" jawab Inggrid, sahabatnya saat kuliah dulu.
"Bisakah aku meminjam akun untuk menitipkan uang sementara?"
Inggrid mengganti panggilan Jayde menjadi panggilan video.
"Jayde, ada apa?" tanya gadis cantik itu.
Introducing Inggrid Pascale
"Aku butuh akun bank, Grid. Hanya sementara."
"Jayde, apakah perusahaan kamu bermasalah?" tanya gadis bermata biru itu.
"Bukan perusahaan ku tapi aku yang kena masalah. Aku sebenarnya tidak mau menyeret kamu dalam bahaya tapi aku tidak bisa meminta bantuan Oom ku... Ini masalah pelik."
"Jayde, jangan remehkan aku. Jika kamu dalam masalah, aku akan menolong mu. Bagaimana pun caranya. Bahaya? Apa kamu lupa aku anak siapa?" kekeh Inggrid.
"Damn, aku lupa kalau ayahmu dulu adalah agen MI6!"
"Yup, aku memiliki bank karena warisan kakekku dan mommy tidak mau aku mengikuti jejak Daddy menjadi agen MI6 karena tidak mau seperti Daddy yang KIA ( killed in action )."
"Inggrid, apa kamu yakin?" tanya Jayde.
"Jayde, kita bersahabat sejak masih junior dan jika kamu menganggap aku penakut, kamu salah! Lagipula bekerja di bank cukup membosankan... Aku butuh adrenalin."
Jayde tertawa. "Oke, tapi kita lakukan diam-diam dan hanya kita berdua yang tahu."
"Oke. Berapa dana yang hendak kamu simpan sementara di bank aku?" tanya Inggrid.
"HK$100jt."
Inggrid tampak terkejut. "£11juta? Uang siapa itu Jayde?"
"Uang haram dan panas."
***
Rumah Sakit Highland Singapura
Sadawira langsung menghubungi Luke Bianchi yang dia tahu pasti sudah pagi di Tokyo. Deringan kedua, Luke langsung menerimanya.
"Ada apa Wira?" tanya Luke usai mengucapkan salam.
"Bang, siapa anak buahmu yang tewas?" tanya Sadawira tanpa basa basi.
"Apa maksudmu Wira? Bagaimana kamu tahu?" seru Luke bingung.
"Siapa bang? Apakah bang Hidetoshi?" tanya Sadawira tidak sabar.
Ada jeda disana. "Bukan... Shota Iwasaki..."
Sadawira memejamkan matanya. Ya Allah bang Shota.
"Wira, ada apa? Bagaimana kamu tahu ada korban di anak buahku?" tanya Luke tidak sabar.
Sadawira menceritakan semuanya bahkan mengirimkan foto tiga orang yang membawa kotak berisikan organ tubuh yang diduganya adalah milik Shota.
"Apakah golongan darah bang Shota langka?" tanya Sadawira.
"Sangat langka. Shota memiliki golongan darah O Rh negatif dan bisa dibilang..."
"Golongan darah emas. Hanya 8% yang memiliki golongan darah ini di seluruh dunia."
"Bingo Wira. Siapa yang menampung organ tubuh Shota?"
"Namanya dokter Huang, yang sialannya adalah ayah dari Sandra, mantan pacarku yang dihamili oleh temanku."
"Yang kamu berantem dengan Gabriel di Manchester?"
"Betul bang. Dan aku tidak mengira mereka keluarga bejat!" umpat Sadawira.
"Untung kamu tidak jadi dengan cewek itu!"
"Bang, sebangkeenya aku, masih bisa menahan diri meskipun pacarku banyak."
"Wira, apa yang akan kamu lakukan?"
"Menyelidiki nya ! Aku penasaran bang!"
"Kamu tahu mereka dari mana?"
"Menilik aksennya, kemungkinan Hongkong atau Taiwan. Tapi aku lebih yakin mereka dari Hongkong."
Luke terdiam. "Triad Chen tidak pernah berbisnis organ tubuh usai kasus beberapa puluh tahun yang lalu."
"Kasus Opa Ghani?" tanya Sadawira.
"Exactly. Triad Chen adalah sahabat keluarga besar kita dan setahu kami, bisnis nya memang gelap tapi bukan organ tubuh!"
Sadawira menghembuskan asap rokoknya. "Akan aku cari tahu bang."
"Wir, CCTV?"
"Sudah aku bereskan."
"Good!"
***
Sadawira pun turun menuju lantai dua yang merupakan area ruang operasi. Sedikit berlagak pilon, pria berwajah dingin itu berjalan seolah memperhatikan para pasien yang berada disana. Mata elangnya semakin tampak dingin saat mendekati ruang operasi.
Tiga orang pria yang berada disana langsung menghadang Sadawira yang hendak melewati ruang operasi.
"Mau kemana kamu?" tanya salah satu orang dengan wajah bengis. Logat bahasa Inggris nya membuat Sadawira yakin bahwa mereka dari Hongkong.
"Mau memeriksa para pasien. Apa tidak melihat, aku seorang resident?" Sadawira menunjukkan ID card nya tapi menutupi namanya, hanya wajahnya yang ditunjukkan kemiripan nya.
"他是一个医生 - Tā shì yīgè yīshēng ( dia seorang dokter )" ucap pria yang menatap bengis itu ke rekan-rekannya.
"让他过去 - Ràng tā guòqù ( biarkan dia lewat )" balas rekannya.
"Kalian apakah keluarga pasien? Apakah ada jadwal operasi pagi ini?" tanya Sadawira masih dengan wajah polos.
"Bukan urusan kamu!" ucap pria itu sambil mendorong Sadawira hingga sedikit terhuyung.
"Jeez! Tidak usah kasar, Dude! Ini rumah sakit, kalian harus tenang!" balas Sadawira.
"Pergi atau... " Pria itu mendekati Sadawira dan menunjukkan pistol Glock yang tersembunyi di balik jaketnya. "Wajahmu yang tampan akan aku buat buruk rupa." Pria itu menyeringai dengan menyeramkan namun Sadawira hanya menatap datar.
"Senjata api ilegal di Singapura terutama Rumah Sakit!"
"Kami punya ijin khusus! Atau kamu benar-benar ingina aku permak wajahmu?" ancam pria itu.
Sadawira menatap ke arah dua orang pria yang berdiri di belakang pria yang mengancamnya. "Baiklah. Selamat menunggu entah siapa pun yang dioperasi." Pria itu pun berbalik dan berjalan meninggalkan ketiga orang itu.
"你知道他的名字?- Nǐ zhīdào tā de míngzì? ( apa kamu tahu siapa namanya )?" tanya rekannya.
"Aku hanya melihat namanya... Andre tapi tidak tahu nama belakangnya."
"Namanya sangat umum" gumam rekannya yang lain.
"Biarkan saja, biasa dokter muda sok tahu dan ingin tahu. Dia tidak bisa mengakses data karena dia tidak ada hak pasien VIP..."
"Lagipula, boss kita kan tidak terdaftar" kekeh rekannya.
***
Sadawira kemudian menukar ID Card milik Andre dengan ID Card miliknya. Beruntung wajah Andre dan dirinya agak sedikit mirip dan tadi penerangan di area operasi memang hanya beberapa lampu yang menyala hingga saat pria berwajah seram itu melihat, tidak terlalu jelas.
Sadawira bergegas masuk ke dalam lift menuju ruang resident. Untung tadi saat dirinya belum ke lantai operasi, masuk ke dalam ruang resident dan mengambil ID Card Andre yang diletakkan diatas meja sedangkan pemiliknya masih tidur.
Sekarang aku harus kembalikan ke Andre dan mengambil sample sidik jari orang yang menyentuh bahu aku tadi.
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!