NovelToon NovelToon

Bukan Pengganti

Maaf Sayank

"Maaf sayank, aku harus pergi. Papah meminta aku untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri dan aku tidak bisa menolak."

Satu persatu air mata keluar dari mata indah Naomi, gadis cantik yang masih berusia 16 tahun itu harus rela ditinggalkan oleh kekasihnya dengan alasan melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.

Malvino Abraham, seorang laki-laki dewasa dengan perawakan tinggi mempunyai hidung yang mancung dan juga alis yang tebal saat ini berada di depan Naomi.

Antara Malvino dan Naomi sudah terjalin hubungan asmara selama 3 tahun dan selama 3 tahun itu pula hubungan mereka tidak semulus jalan tol, putus nyambung putus nyambung sudah menjadi makanan mereka sehari-hari.

Malvino atau yang akrab di panggil Vino, bukan dan laki-laki yang setia bahkan ia dulu pernah dengan terang-terangan menghianati Naomi dengan berkencan dengan sahabat Naomi sendiri tetapi karena Naomi cinta mati dan dibutakan cinta oleh Malvino, gadis itu menerima kembali Malvino dan memaafkan semua kesalahan dari Malvino.

Hingga akhirnya hari ini Naomi kembali harus menelan kekecewaan ia kembali harus menumpahkan air matanya karena mendengar keputusan dari Vino yang akan melanjutkan pendidikannya Ke luar negeri.

Bukan tidak mudah untuk Naomi setia, bukan masalah dirinya tetapi Vino di Indonesia saja sudah berulang kali menduakannya apalagi kalau jauh dari dirinya saat ini,  ingin putus tetapi Naomi tidak bisa karena sudah terlanjur cinta dengan laki-laki itu.

"Apa tidak ada cara lain Kak, bagaimana dengan hubungan kita?"

Sebisa mungkin Naomi akan mempertahankan hubungannya dengan vino tetapi entahlah bagaimana dengan Vino sendiri.

"Tidak ada cara lain sayank,  aku harus melanjutkan pendidikan ke luar negeri dan untuk hubungan kita, Aku akan berusaha untuk menyayangi dan mencintai kamu, tidak apa-apa ya kita sementara waktu kita berjauhan dulu."

Cup

Satu ciuman mendarat di kening Naomi yang membuat hati gadis itu luluh seketika dan terpaksa Naomi menganggukkan kepalanya, mau tidak mau ia setuju dengan keputusan yang diberikan oleh Vino.

"Janji ya, Kakak di sana hubungin aku terus dan tidak boleh selingkuhin aku."

"Aku janji sayank?"

Setelah mengatakan semuanya kepada Naomi, Vino lalu mengajak Naomi ke sebuah tempat tempat di mana hanya ada mereka berdua saja.

"Kak ini di mana? bukannya kakak harus pulang untuk mempersiapkan semuanya besok?" tanya Naomi yang sepertinya ragu untuk masuk ke sebuah bangunan gedung berlantai 5 itu.

"Apartemen sayank, kita ke apartemen sebentar ambil barang-barang aku di sana lalu setelah itu aku antarkan kamu."

Naomi mengangguk, ucapan dari vino memang ada benarnya juga. Memang selama ini ia tidak pernah diajak ke apartemen nya Vino dan baru kali ini saja.

Mereka berdua turun dari mobil, lalu Vino menghampiri Naomi dan menggenggam tangan Naomi dengan sangat erat ,seperti pasangan pada umumnya yang tidak ingin melepaskan kekasihnya sampai kapanpun.

Ceklek...

pintu dibuka Vino lalu membawa Naomi langsung masuk ke dalam kamarnya dengan dalih ntuk mengambil pakaiannya, tetapi ada sesuatu yang sudah direncanakan oleh Vino di sana.

Sepertinya Naomi memang tidak curiga, gadis itu dengan cepat memasukkan barang-barang yang diperlukan oleh Vino ke dalam koper.

"Sayank" ucap Vino yang sudah memeluk Naomi dari belakang, laki-laki itu juga sudah membenamkan ciumannya di leher Naomi yang membuat gadis itu bergidik ngeri dengan sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh Vino.

"Kak jangan seperti ini..."

Naomi dengan sekuat tenaga melepaskan tangan Vino ia tidak ingin Vino macam-macam dengan dirinya, apalagi besok Vino sudah berada di luar negeri dan tentunya sudah jauh dari dirinya.

Naomi paham apa yang diinginkan oleh Vino saat ini, karena bukan hanya kali ini saja Vino ingin melakukan begini an, tetapi sudah beberapa kali menginginkan untuk berhubungan badan dengan dirinya tetapi Naomi selalu menolaknya.

"Please sayank, aku tidak kuat dan berikan aku kenang-kenangan, besok kita sudah berjauhan mau ya?"

Naomi menggeleng, sudah ia duga pasti kekasihnya itu ingin berbuat macam-macam di sini.

Memang Naomi cinta mati sama Vino tetapi tidak seperti ini juga. Ia juga tidak mau menyerahkan apa yang seharusnya tidak diserahkan kepada laki-laki yang belum sah menjadi suaminya.

Karena Naomi bukanlah gadis yang bodoh walaupun usia masih 16 tahun dan memiliki pacar yang usianya jauh lebih dewasa dari dirinya tetapi gadis itu sudah bisa berpikir secara jernih, berpikir positif dengan tidak melakukan hal-hal yang tidak harus dilakukan sebelum menikah.

"Aku tidak mau kalau Kakak masih mau seperti ini, lamar aku dan dinikahi aku dulu."

Ya, lagi lagi Naomi mengucapkan sesuatu yang membuat telinga Vino panas, Vino laki-laki bebas yang belum siap menikah dengan siapapun juga meskipun ia juga sangat mencintai Naomi tetapi pernikahan menurut dirinya bukanlah suatu keputusan yang benar.

Vino memang sangat mencintai Naomi, tetapi ia juga tidak ingin menikah dalam waktu secepat ini apalagi ia ingin melanjutkan pendidikannya sampai S3 dan meneruskan perusahaan Papahnya juga ingin bercita-cita menjadi pengusaha muda terkenal dan terkaya di seluruh dunia.

Bagi Vino, pernikahan akan menghambat dirinya untuk meraih cita-cita dan itu yang selama ini ada di dalam benaknya.

"Masukkan pakaianku sekarang juga lalu aku antarkan kamu pulang."

Naomi mengangguk ia tahu kalau Vino tidak suka dirinya menyinggung tentang pernikahan dan itu digunakan oleh Naomi sebagai senjata untuk Vino tidak macam-macam dengan dirinya.

Dengan kesal Vino mengantarkan Naomi pulang tetapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena gadisnya itu sangat pintar, tidak bodoh seperti wanita yang pernah ia pacari dan juga ia ajak tidur. Namun Naomj berbeda dan karena itulah sampai saat ini Vino masih mempertahankan sebagai kekasihnya.

"Maafkan aku ya Kak bukannya aku menolak. Tapi lebih baik kalau kita melakukan itu kalau sudah sah, aku akan menunggu Kakak sampai kakak pulang dan aku harap kakak juga begitu..."

Vino meraih tangan Naomi kemudian mencium punggung tangan Naomi. "Maafkan aku, aku yang sudah tidak sabar ingin memilikimu."

Naomi tersenyum, ya setidaknya ia bisa lega karena Vina tidak marah lagi padanya.

"Hati-hati Kak, besok jemput aku kan? dan aku akan mengantarkan Kakak ke bandara"

Mereka sudah sampai di depan rumah Naomi dengan Vino yang seperti biasa mengantarkan Naomi sampai masuk ke dalam rumahnya.

"Iya besok pagi aku jemput kamu apakah kamu tidak ke sekolah kalau mengantarkan aku ke bandara?"

"Aku harus mengantarkan Kakak ke bandara dulu setelah itu aku baru sekolah, sudah terbiasa telat jadi tidak masalah..."

Cup

"Aku sayank kamu Nao, jangan lupakan aku dan tetaplah mencintaiku dan tunggu sampai aku kembali."

Naomi mengangguk, ia tersanjung dengan kata-kata yang diucapkan oleh Vino padahal ini bukanlah perpisahan, Vino hanya berangkat ke luar negerinya  masih besok tetapi air mata sudah keluar banyak hari ini.

"Aku juga sayank kamu kak dan aku harap kamu akan kembali secepatnya dan setelah kembali kamu akan menikahiku."

Kepergian Vino

Pagi harinya seperti yang biasa dilakukan oleh Vino ia mengantarkan Naomi ke sekolah dan nanti siang laki-laki itu juga sudah menjemputnya. Tetapi tidak untuk hari ini, yang mungkin orang tua nya Naomi tau nya kalau Vino hanya mengantarkan Naomi ke sekolah, tidak tau saja kalau Vino ingin pergi ke luar negeri melanjutkan pendidikannya.

Kedua orang tua Naomi tidak masalah dengan hubungan antara Naomi dengan Vino ino meskipun jarak usia keduanya sangatlah jauh tetapi melihat Vino yang begitu sayang dengan Naomi dan juga sikap Vino yang sopan terhadap orang tua mereka merestuinya.

Tidak tahu saja kalau Vino itu sebenarnya adalah playboy meskipun Vino sangat mencintai Naomi tetapi yang namanya laki-laki pastinya merasa bosan dan ingin mempunyai wanita selain wanita yang dicintainya.

"Bagaimana bisa aku jauh darimu bagaimana bisa aku melanjutkan hidup tanpamu?"

Terdengar lebay tetapi itulah kenyataannya, Naomi yang sehari-harinya memang bergantung pada Vino, bukan masalah finansial tetapi perhatian Vino lah yang ia butuhkan saat ini.

Vino memang sangat perhatian, mulai dari bangun tidur ia sudah menelpon Naomi dan nanti sudah menjemput Naomi saatnya berangkat ke sekolah dan nanti siang saat pulang sekolah Vino juga sudah berada di depan sekolah Naomi tetapi, mulai nanti siang tidak ada Vino yang setia menunggunya di depan sekolah.

"Jangan begitu, Aku di sana hanya 3 tahun dan berjanjilah kalau kamu akan setia menunggu kepulangan aku setelah tiga tahun nanti."

Ya laki-laki memang seperti itu, ia menginginkan wanitanya yang berjanji akan setia tetapi apakah dirinya sendiri juga akan setia nanti.

"Aku janji Kak dan aku akan menunggu Kakak sampai pulang, Kakak juga begitu di sana jaga hati jaga mata dan hanya untuk aku dan aku harap setelah pulang nanti kakak akan melamar dan menikahiku aku sudah siap untuk menikah muda..."

Begitu cintanya Naomi kepada Vino hingga ia mengorbankan masa mudanya untuk menikah dengan laki-laki yang sepertinya tidak baik untuk dirinya.

"Aku janji, jangan menangis lagi jelek wajahmu kalau menangis."

Vino menarik tangannya lalu mengusap lembut ke arah pipi Naomi yang sudah basah dengan air mata kemudian laki-laki itu meraih tubuh Naomi lalu memeluknya.

Jangan tanyakan apa yang dirasakan oleh Naomi, Vino sebenarnya berat untuk meninggalkan Naomi tetapi demi cita-citanya demi ambisinya Ia harus rela berjauhan dengan Naomi dan memilih untuk melanjutkan pendidikan luar negeri untuk beberapa tahun ke depan.

Vino melepaskan pelukan dari tubuh Naomi lalu ia memandang wajah cantik kekasihnya yang mungkin tidak akan dilihat lagi secara nyata dan tidak akan ia peluk seperti ini.

Laki-laki itu mendekatkan wajahnya dengan wajah Naomi dan membenamkan satu ciuman manis di bibir Naomi melu_matnya sebentar.

"I love you jangan menangis aku pergi dulu."

"I love you too Kak aku akan selalu menunggumu di sini."

Naomi melambaikan tangan begitu juga dengan Vino, dan untuk beberapa tahun kedepan mereka harus menjalani hubungan jarak jauh dan entah mengapa perasaan Naomi tidak tenang saat ini.

Naomi meninggalkan bandara setelah melihat pesawat yang ditumpangi oleh Vino lepas landas.

Apakah dirinya bisa melanjutkan hidup seperti biasanya? Tidak ada Vino di sisinya, tidak ada yang perhatian dengan dirinya?

"Nao, ayo ke sekolah ... kita sudah terlambat."

Naomi menoleh ia melihat sahabatnya Siska yang sudah berada di bandara, ia pun bingung sejak kapan sahabatnya itu ada di sana.

"Lo kenapa ada di sini?"

Siska tersenyum lalu merangkul pudak Naomi dan membawa sahabatnya itu meninggalkan bandara tidak ingin melihat Naomi terlalu larut dalam kesedihan karena kepergian Vino.

"Gue diminta oleh kak Vino untuk menjemputmu dan mengantarkanmu ke sekolah."

"Kak Vino?"

Siska mengangguk, "Kak Vino kuatir sama sama lo dia mau minta gue untuk menyusul lu ke sini takutnya lu tidak ke sekolah tetapi malah jalan-jalan."

Itulah yang ia senangi dari Vino, di samping wajahnya yang tampan Vina juga sangat perhatian padanya bahkan hal-hal sekecil ini pun Vino tetap memperhatikan Naomi.

"Bagus, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke mall saja nanti gue traktir lo mau pilih apa saja gue yang bayarin bagaimana?"

"Tidak bisa, Lo sudah kebanyakan bolos dan dengan pacaran dengan Kak Vino, kita ke sekolah saja..."

Naomi memang gadis yang pintar tetapi ia juga sering bolos sekolah bukan karena alasan sakit atau ada kepentingan keluarga tetapi hanya karena pacaran dengan Vino ia merelakan tidak masuk sekolah.

"Lo jadi sahabat tidak asik sekali, ayolah mood ku jadi tidak enak hari ini tidak bisa menerima pelajaran."

"Gue tetap tidak mengijin lo pergi jalan-jalan, terserah mau tak lo terima pelajaran apa tidak gue tidak peduli, dan mau tidak mau , Lo harus sekolah, karena sebentar  lagi ujian kenaikan kelas apa lo tidak ingin naik kelas??"

Naomi tertawa, tidak mungkin dirinya tidak naik kelas karena ia menjadi siswa paling pintar di sekolah itu meskipun sering sekali bolos sekolah.

"Oke kita berangkat tetapi setelah ini jalan-jalan ke mall ya aku suntuk di rumah malah kepikiran dengan Kak Vino saja."

"Oke let's go...."

Siska mengendarai mobilnya untuk menuju ke sekolah di sepanjang jalan mereka berdua ngobrol tentu saja membahas tentang Vino.

"Lo tau gak No kalau sebenarnya gue seneng Kak Vino kuliah di luar negeri..."

Naomi melototkan matanya Ia lalu menatap tajam ke arah Siska yang dengan entengnya mengatakan seperti itu bagaimana sahabatnya sendiri tidak paham dengan apa yang dirasakan malah sepertinya Siska senang jika Naomi berjauhan dengan Vino.

"Jangan  melototi gue seperti itu, gue tahu kalau lo tidak suka dengan kata-kata yang baru saja gue keluarkan tetapi nyatanya memang seperti itu Kak Vino itu sebenarnya memberi pengaruh buruk sama lo sangat mencintai lo tetapi dia juga sudah membuat loba lolos bahkan lu jujur sama gue lo pernah diapain saja sama dia??"

Naomi menggeleng memang sahabatnya itu tahu banyak kisahnya dengan Vino dan pastinya dengan kelakuan Vino yang suka selingkuh membuat Siska jadi kepikiran kemana-mana tentunya pikirannya negatif mengenai hubungan Naomi dengan Vino.

"Kak Vino tidak mengapa-ngapain aku, tetapi hampir."

"Hampir? maksud lo dia hampir memperkosa lo?"

Naomi mengangguk dan itu membuat Siska menggelengkan kepalanya bisa-bisanya sahabatnya yang pintar dan berotak cerdas itu mau dimanfaatkan oleh Vino.

"Astaga sudah gue bilang lo harus hati-hati dengan Kak Vino dia bukan laki-laki yang baik Nao"

"Terima kasih, gue tahu lo sangat menyayangi gue tetapi apalah daya hati ini sudah berpaut dengan Kak Vino, dia ada laki-laki pertama yang gue cintai, cinta pertama gue adalah Kak Vino dan Lo tahu sendiri Kak Vino juga sangat mencintai gue meskipun kadang kelakuannya yang tidak maksud akal dan menyakiti hati gue."

Blokir

Hari berganti dengan hari waktu pun juga sama. Dan sudah 2 tahun Naomi menjalankan hubungan LDR dengan Vino.

Selama 2 tahun ini hubungan mereka putus nyambung putus nyambung tetapi akhirnya kembali lagi.

Kalau bukan karena Naomi yang masih mencintai Vino, ia tidak akan mempertahankan hubungan jarak jauh itu.

Meskipun sudah beberapa kali Vino terlihat mengkhianati dirinya tetapi Naomi juga berkali-kali memaafkan.

Bisa dibilang kalau Naomi adalah gadis yang bodoh. Dikhianati oleh kekasihnya selama berulang kali tetapi tetap saja masih dimaafkan.

Bukan karena Vino berasal dari keluarga kaya tetapi rasa cinta Naomi yang besar kepada Vino membuat gadis itu mau menerima Vino apa adanya dan berharap suatu saat Vino akan berubah dan dapat mencintai dirinya dengan setulus hati.

"Jangan melamun, nanti kesambet." tegur Siska yang saat ini sudah berada di samping Naomi.

Dua gadis itu kini sudah beranjak dewasa dan sudah memasuki jenjang kuliah.

Baik Naomi dan Siska mengambil jurusan yang sama dan tentu saja mereka juga berada di dalam satu kelas yang sama.

"Gue nggak ngelamun hanya kangen saja sama kak Vino."

Naomi berkata jujur dan apa adanya memang gadis itu saat ini tengah kangen dengan sang pacar yang berada jauh di sana.

Nah sudah satu minggu ini Vino tidak menghubunginya dan ketika Naomi hubungi, ponsel nya tiba-tiba mati.

Rasanya, ingin Naomi pergi menyusul Vino di negeri tetangga tetapi itu tidak mungkin. Bukan karena masalah biaya, tapi kedua orang tua Naomi yang tidak mengizinkan anak gadisnya untuk pergi sendiri ke sana.

Bagi seorang perempuan tidak boleh nyamperin laki-laki dengan status yang tidak begitu jelas saat ini.

Mungkin bagi keluarga Naomi, seorang perempuan tidak pantas untuk mendatangi laki-laki duluan, kalau anaknya datang untuk menghampiri Vino rasanya kurang setuju biarkan kalau memang serius, Vino yang akan menghampiri Naomi.

"Nggak usah di kangenin. Seperti kak Vino itu tidak pantas untuk lo kangenin Nao."

Naomi mencebikkan bibirnya ketika ia mendengar ucapan dari sahabatnya itu. Mengapa Siska tidak begitu suka dengan Vino, bukan hanya kali ini saja Siska mengatakan seperti itu tetapi sudah berulang kali bahkan dulu waktu pertama kali Siska mengenal Vino Siska sudah berbicara yang tidak tidak tentang Vino.

Memang, Naomi juga tidak memungkiri kalau Vino itu bukan sebaik yang ia pikirkan. Dalam bentuk kasih sayang dan perhatian Vino memang laki-laki terbaik yang selama 6 menit kenal saat ini tetapi untuk kesetiaan Naomi akui, Vino bukanlah orang yang tepat.

Namun, Naomi berpikir dan ia juga yakin. Kalau nanti lambat laun Vino akan benar-benar terus mencintainya dan sifat jelek akan hilang juga tentu saja dengan rasa cinta yang diberikan oleh Naomi kepada Vino.

"Gue juga mikir seperti itu. Di sana kak Vino juga kangen sama gue Sis?"

"Entahlah menurut lo gimana apa selama ini kak Vino menghubungi lo?"

Naomi menggelengkan kepalanya, memang yang dikatakan oleh Siska itu adalah benar. Sudah satu minggu ini Vina tidak ada kabar tidak tahu apa yang terjadi dengan kekasihnya itu.

Dan bukan hanya itu juga, selama 2 tahun mereka berhubungan jarak jauh. Naomi lah yang lebih dulu menghubungi Vino sedangkan Vino sepertinya cuek cuek saja.

"Apa lo tidak curiga dengan kak Vino? Sorry bukannya Gue ingin membuat hati lu panas, atau membuat lo memikirkan tentang kak Vino, tetapi Gue hanya ingin lo berpikir secara jernih sekali ini saja jangan karena Allah cinta sama dia lo jadi seperti ini menutup mata dan sifat kak Vino yang lu sendiri sudah tahu bagaimana."

Naomi terdiam, terasa aneh memang di dalam hatinya setelah Siska mengatakan seperti itu. Ia tidak menghargai apa yang dikatakan oleh Siska, iya juga ingin membuktikan kalau memang Vino ada laki-laki yang baik dan sudah berubah untuk dirinya.

Tapi kalau sudah seperti ini bagaimana caranya Naomi membuktikan sementara satu minggu ini Vino sendiri sudah tidak bisa dihubungi.

"Sudah, jangan dipikirkan lagi. Sebaiknya kita masuk kelas."

Siska menepuk pundak Naomi, iya tahu kalau sahabatnya itu pasti memikirkan tentang apa yang baru saja diucapkan. Bukan niat untuk Siska membuat Naomi kepikiran sampai melupakan segala sesuatunya, untuk sekali ini nah memang harus bersikap tegas dan harus menerima kenyataan kalau Vino bukanlah laki-laki yang baik.

Tidak menutup kemungkinan, sudah memiliki wanita lain selain Naomi. Tentu saja Siska mempunyai alasan kenapa sampai dirinya berpikir seperti itu.

Dengan Naomi saja Vino sudah berselingkuh berkali-kali apalagi saat ini mereka jauh pastinya seorang laki-laki tidak tahan.

Apalagi Vino adalah laki-laki dewasa yang pastinya menginginkan sesuatu terhadap pasangannya.

"Tapi apa yang harus aku perbuat Sis. Bagaimana cinta gue kepada kak Vino?"

Sembari berjalan, mereka juga masih melanjutkan obrolannya. Tentu saja dengan Naomi yang masih bingung harus bagaimana menghadapi kekasih yang jauh di sana.

"Lo sudah menghubungi dia berkali-kali Nao?"

"Sudah satu minggu ini aku bolak-balik hubungi kak Vino tetapi tidak bisa."

"Tidak bisa bagaimana? tidak nyambung atau tidak di angkat atau mungkin nomor telepon Lo diblokir sama dia?"

Naomi mengedikkan bahunya, ia sendiri tidak tahu apakah memang nomornya diblokir oleh Vino sehingga dirinya tidak bisa menghubungi laki-laki itu.

Mereka masih melanjutkan perjalanannya dari kantin menuju ke kelas dan tentu saja mata kuliah pagi ini belum berjalan kurang kurang lebih lima belas menit lagi.

"Duduk sini, gue coba hubungin kak Vino."

Siska yang penasaran, langsung saja mengambil ponselnya. Saya yakin sekali kalau Vino memang sengaja memblokir nomor Naomi sehingga gadis itu tidak bisa untuk menghubungi Vino.

Siska menekan nomor telepon Vino dan ia kaget karena nomor itu langsung tersambung dengan nomornya Vino.

Gadis itu menggeleng pelan, tidak tahu apa yang akan dikatakannya dengan sahabatnya nanti. Kalau nomor Vino itu bisa dihubungi dan berarti Vino memang sengaja untuk memblokir nomor Naomi.

"Bagaimana?"

Siska bingung antara ia ingin berkata jujur dengan Naomi atau tidak yang pasalnya memang teleponnya itu benar-benar tercampur dengan nomor Vino hanya saja Vino tidak mengangkat panggilan telepon dari Siska.

Siska tidak segera menjawab apa yang ditanyakan oleh Naomi ia menatap tajam ke arah sahabat sejati itu yang pastinya menunggu kabar dari dirinya yang saat ini melakukan panggilan dengan Vino apakah sama apa kesamaan yang dialami oleh Naomi kalau nomor pasal Vino memang tidak bisa dihubungi.

"Ponselnya aktif tetapi tidak diangkat."

Deg

Naomi seketika berwajah muram, kenapa hanya dirinya saja yang tidak bisa menghubungi Vino padahal jelas-jelas sahabatnya baru saja menghubungi Vino tetapi tersambung meskipun tidak mendapat jawaban dari laki-laki itu.

Naomi terdiam sejenak ia tidak bisa berkata apa-apa lagi hatinya hancur kenapa Vino setega itu memblokir nomornya dan anehnya juga Naomi baru menyadari kalau nomornya diblokir oleh Vino.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!