NovelToon NovelToon

ASEP (Akhir Sebuah Pengkhianatan)

Awal

"Aku harus memberitahu Devan kalau kini aku tengah hamil anaknya" gumam seorang gadis cantik berprofesi model yang bernama Aleta.

Kini Aleta tengah berada disebuah rumah sakit swasta yang dekat dengan lokasi tempatnya melakukan fotoshoot. Dia tadi meminta ijin kepada beberapa crew dan fotografer agar memberikannya istirahat 2 jam untuk memeriksakan tubuhnya yang terasa tak seperti biasanya. Akhirnya mereka mengijinkan dan Aleta pun memutuskan memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit terdekat.

Setelah 1 jam memeriksakan diri, Aleta mendapatkan jawaban dari kebingungannya beberapa hari ini. Aleta kini tengah hamil anaknya dengan sang suami. Yap, Aleta adalah seorang model yang telah menikah. Pernikahan Aleta dan suaminya bernama Devan Adrian Megantara telah dilaksanakan sejak laki-laki itu lulus kuliah.

Percintaan keduanya selama ini sampai ke jenjang pernikahan cukup mulus. Dimulai dari mereka bersahabat sejak kecil karena rumah yang bertetanggaan sampai saat SMA akhirnya keduanya memutuskan untuk menjalin hubungan pacaran. Setelah lulus SMA, Aleta memilih untuk berkarir sebagai model sedangkan Devan melanjutkan kuliahnya dibidang arsitektur. Setelah Devan lulus kuliah, keduanya melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.

Pernikahan hanya digelar sederhana karena keluarga Aleta dan Devan bukanlah termasuk keluarga terpandang. Mereka berdua berasal dari keluarga sederhana namun cita-cita keduanya untuk menaikkan derajat keluarganya kini sudah berhasil. Keduanya juga merupakan akan anak tunggal.

Sudah menjalin hubungan baik dari kecil membuat keduanya selalu menanamkan prinsip saling percaya dalam menjalankan pernikahan. Terlebih Aleta yang sering bepergian keluar kota tentunya akan sering meninggalkan Devan, makanya perempuan itu menanamkan rasa saling percaya antara keduanya.

***

Kini Aleta sudah memantapkan dirinya untuk berhenti dari dunia modelling setelah mengetahui dirinya tengah hamil. Namun Aleta akan menyelesaikan semua pekerjaannya yang sudah terlanjur ia menandatangani kontraknya itu. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Aleta segera pulang ke rumahnya dengan Devan untuk memberitahu kabar bahagia ini.

Setelah satu jam mengendarai mobilnya, sampailah Aleta didepan sebuah rumah dua lantai yang menjadi saksi betapa keduanya bekerja keras demi bisa membeli hunian mewah itu. Aleta sudah senyum-senyum sendiri membayangkan betapa bahagianya Devan saat mengetahui kalau dirinya tengah berbadan dua. Apalagi pasti ia terkejut melihatnya di rumah setelah 2 hari berada di luar kota.

Saat mobilnya memasuki gerbang rumah, terlihatlah halaman yang begitu asri dan luas. Setelah melajukan mobilnya, Aleta mengernyitkan dahinya heran saat melihat mobil milik suaminya sudah ada di rumah. Ia melirik sekilas kearah jam tangannya.

"Ini masih jam 3, kok Devan sudah pulang? Biasanya dia pulang jam 5" gumam Aleta.

Tak berapa lama, Aleta segera memarkirkan mobilnya disamping milik Devan. Ia segera turun dari mobil kemudian memasuki rumahnya dengan langkah pelan. Entah mengapa perasaannya kini tak enak saat memasuki rumah itu seakan-akan ada sesuatu besar yang akan terjadi.

Ceklek...

Sepi...

Itulah hal pertama yang Aleta lihat dan rasakan saat memasuki rumahnya itu. Aleta semakin bertanya-tanya dimana suaminya berada. Aleta segera saja berjalan menaiki tangga rumahnya menuju kamarnya dengan Devan. Saat sampai didepan kamar, dahinya mengernyit heran saat melihat adanya sepatu hak tinggi berada tepat didekat pintu. Ia merasa tak punya sepatu jenis ini, pikirannya semakin tak enak namun ia tetap mencoba berpikir positif.

Dengan tangan bergetar, Aleta mencoba membuka handle pintu kamarnya dan ternyata pintu itu tak terkunci. Setelah pintu terbuka sedikit, samar-samar Aleta mendengar suara seorang wanita dan laki-laki yang tengah berbincang dengan menyebut namanya.

"Bagaimana kalau Aleta sampai tahu tentang hubungan kita, Dev? Apalagi aku kini tengah mengandung anakmu" ucap wanita yang ada didalam kamar.

Deg...

Jantung Aleta seperti ditikam oleh suatu benda tajam, hatinya tersayat, bahkan kini matanya sudah mengeluarkan rintikan hujan tanpa ia sadari. Mendengar ucapan seorang wanita yang sangat ia kenal itu membuat dunianya begitu hancur. Wanita lain mengandung anak dari suaminya disaat dirinya juga tengah berbahagia atas kehadiran janin yang ada di perutnya.

"Ya jangan sampai Aleta tahu lah. Aku sangat mencintainya, tak mungkin aku meninggalkan dia hanya demi kamu" ucap Devan acuh tak acuh.

"Tapi Dev, bagaimana dengan aku? Tak mungkin anak ini lahir tanpa adanya sosok seorang ayah. Kamu harus tanggungjawab Dev" ucap wanita itu dengan suara isakan yang mengiringi.

Suara wanita yang tengah menangis itu adalah milik sahabat Devan sejak kuliah, Seina Hernawa. Wanita yang terlihat sangat lembut, polos, dan baik hati itu ternyata tak ubahnya seorang wanita licik. Aleta tak menyangka jika keduanya sampai berhubungan jauh seperti ini. Pasalnya ketika bertemu dengannya, tak pernah ada tanda-tanda dari wanita itu yang menginginkan Devan.

"Kau sendiri yang menawarkan diri sebagai simpanan dan penghiburku dikala Aleta sedang tak ada di rumah. Jadi jangan salahkan aku yang tak mau bertanggungjawab dengan anak yang kamu kandung itu. Dan aku yakin kalau janin yang ada di perutmu itu bukanlah anak kandungku karena saat pertama kali kita melakukan hubungan, kau bahkan sudah tak perawan" ucap Devan ketus.

Didepan pintu kamar, Aleta hanya bisa menutup kedua mulutnya dengan tangannya agar bisa menahan isakan yang akan keluar. Namun karena sudah tak tahan dengan pembicaraan mereka, Aleta menyelonong masuk dengan mendorong pintu kamar dengan kerasnya.

Brakkk...

Dua manusia berbeda jenis itu sontak saja terkejut dengan bunyi pintu yang dibuka dengan kerasnya. Keduanya mengalihkan pandangannya kearah pintu dan semakin terkejut saat melihat adanya Aleta disana. Aleta berdiri dengan pipi bercucuran air mata menghadap kearah Devan dan Seina yang ternyata tengah berbaring diatas kasur. Yang semakin membuat hatinya hancur adalah keduanya tampak polos tanpa sehelai benangpun, tubuh mereka hanya ditutupi oleh selembar selimut tebal saja.

Devan gelagapan melihat kedatangan istrinya kemudian dengan cepat mengambil baju dan celana yang berserakan dibawah kasurnya. Begitu pula dengan Seina, namun Aleta melihat jika kini wanita itu tengah tersenyum licik dibalik wajahnya yang panik.

"Aleta dengarin penjelasanku dulu..." panik Devan sambil memakai pakaiannya dengan cepat dari balik selimut yang menutupinya.

Aleta tak menggubris ucapan Devan, ia hanya menatap datar kearah dua orang itu. Bahkan ia tengah menghapus kasar air mata yang masih mengalir di pipinya. Ia mencoba menguatkan hatinya untuk tak menangis dihadapan orang yang telah mengkhianatinya. Ia tak ingin terlihat didepan orang-orang munafik itu.

Setelah Devan selesai mengenakan pakaiannya, ia segera mendekat kearah Aleta namun wanita itu langsung dengan sigap memundurkan langkahnya. Ia tak ingin berdekatan dengan orang yang sudah terkontaminasi dengan kencing Seina. Devan kini ketakutan melihat sikap Aleta yang terlihat datar dan dingin ketika menatapnya.

"Jangan..."

Pengkhianatan

Aleta sudah tak bisa lagi menahan emosinya kali ini saat wanita yang disebut sebagai sahabat suaminya itu dengan perlahan mendekat kearah Devan dan dirinya. Ingin rasanya dia mencabik-cabik muka sok polos Seina itu. Pura-puranya saja sok polos bahkan menundukkan kepalanya agar tak terlihat seringaian liciknya itu.

"Jangan pernah mendekat kearahku. Kalian sangat menjijikkan" seru Aneta dengan mata berapi-api.

"Sayang, aku mohon dengarkan penjelaskanku dulu" ucap Devan dengan tatapan permohonan.

"Cih... Apa yang mau kamu jelaskan padaku? Aku sudah mendengar semua ucapanmu dengan dia dari balik pintu" ucap Aleta dengan tatapan penuh kebencian.

Devan dan Seina tentunya terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Aleta itu. Berarti kemungkinan besar Aleta mendengar semua percakapan keduanya. Devan semakin kelabakan dan panik karena takut kalau istrinya akan meninggalkan dirinya. Ia takkan mampu kehilangan Aleta yang sudah menemaninya dari kecil hingga sukses seperti ini.

Devan kini menjadi seorang arsitek sesuai cita-citanya dulu saat kecil. Bahkan Aleta juga yang selalu memberinya dukungan ketika dia merasa lelah dan putus asa karena harus berkuliah sambil bekerja demi membayar biaya kuliahnya. Bahkan tak tanggung-tanggung Aleta juga ikut membantu keuangan Devan, namun kini dirinya sangat merasa bersalah karena tak puas dengan apa yang sudah diberikan istrinya itu kepadanya.

Devan sekarang bekerja sebagai seorang arsitek di sebuah perusahaan besar. Hal ini juga atas bantuan Aleta yang mempunyai banyak koneksi perusahaan yang selalu bekerjasama menggunakan jasanya sebagai pemasaran. Devan merasa tak tahu diri dengan membalas segala kebaikan Aleta dengan melemparkan telur busuk diwajahnya.

"Maafkan aku, Aleta. Tapi Devan harus bertanggungjawab dengan janin yang ada diperutku. Dia tak salah, aku dan Devanlah yang salah. Jadi ku mohon untuk kamu mengikhlaskan Devan bertanggungjawab pada bayiku, aku rela kok jika harus menjadi kedua" ucap Seina dengan tatapan disedih-sedihkan sambil mengusap perutnya yang masih datar.

"Jangan berbicara sembarangan, Seina. Aku yakin kalau bayi yang ada dikandunganmu itu bukanlah anakku" sentak Devan sambil menunjuk-nunjukkan jari telunjuknya kearah Seina.

Aleta hanya menatap datar pemandangan dua orang yang tengah bertengkar dihadapannya ini. Rasanya hatinya sudah mati setelah mengetahui pengkhianatan yang dilakukan oleh suaminya itu. Dia juga patut disalahkan disini karena waktunya yang tak selalu ada untuk Devan membuat laki-laki itu mencari perempuan lain untuk menemani dirinya.

"Berhenti berdrama didepanku. Saya tidak mau dengar lagi apapun tentang kalian. Bahkan jika kalian mau menikah pun, aku tak peduli. Tapi yang pasti, aku tak suka diduakan atau menjadi yang kedua. Jadi silahkan kamu talak aku sekarang Devan" seru Aleta diakhir ucapannya.

Permintaan Aleta yang sangat ia takuti akhirnya keluar juga dari bibir mungilnya itu. Devan menggelengkan kepalanya tak mau, bahkan air matanya sudah menetes di pipinya. Ia tak mau kehilangan wanita yang sudah menjadi separuh jiwanya itu. Ia takkan bisa hidup tanpa hadirnya Aleta disisinya.

"Ku mohon Aleta, jangan pernah berbicara seperti itu. Sampai kapanpun aku takkan pernah melepaskanmu bahkan menjatuhkan talak kepadamu. Aku sangat mencintaimu, Aleta. Ku mohon jangan tinggalkan aku" ucap Devan dengan tatapan permohonan.

"Kalau kau mencintaiku, seharusnya kau tak membawa wanita ini masuk kedalam kehidupan rumah tangga kita. Bahkan dengan seenaknya, kamu membawanya masuk kedalam kamar pribadi kita. Aku sungguh kecewa padamu" ucap Aleta dengan menggelengkan kepalanya.

Sedari tadi Seina sangat menikmati drama yang tersaji didepannya ini. Ia sungguh bahagia melihat pasangan suami istri ini bertengkar hebat bahkan akan segera berpisah. Sedari mengenal Devan saat kuliah, memang dirinya sudah menaruh hati pada laki-laki itu. Bahkan dia sengaja mendekati Devan dengan berpura-pura menjadi sahabatnya.

Setelah berhasil menjadi sahabat Devan, Seina berusaha menarik perhatian laki-laki itu dengan berpura-pura bersifat lemah lembut, polos, dan sangat penurut. Hingga akhirnya dia tahu kalau Devan telah mempunyai seorang kekasih, namun Seina sama sekali tak mempedulikan itu. Ia terus saja berusaha menarik perhatian Devan sampai akhirnya mereka lulus kuliah dan laki-laki itu menikah dengan Aleta.

Seina merasa hancur karena lelaki pujaan hatinya memilih perempuan lain dibandingkan dirinya. Ia tetap selalu mencari berbagai cara agar Devan dan Aleta berpisah dengan memanfaatkan situasi hubungan jarak jauh mereka. Salahnya Devan adalah ia selalu menceritakan semua tentang rumah tangganya kepada Seina membuat wanita itu dengan mudah menyusun rencana untuk menjebak laki-laki itu.

Devan yang kesepian membuat Seina yang selalu memberikan perhatian kepadanya menjadi luluh. Pada akhirnya setanlah yang memainkan perannya kini, Devan mengkhianati Aleta dengan menjalin hubungan gelap dengan Seina. Padahal sebenarnya Seina hanya dianggap sebagai partner ranjang laki-laki itu saja, tidak lebih.

***

"Pergi dari rumahku, Sei" sentak Devan tiba-tiba.

Seina yang sedari tadi senyum-senyum tak jelas karena membayangkan hubungannya dengan Devan yang akan segera dipersatukan dalam ikatan pernikahan pun tersentak kaget dengan seruan bernada tinggi dari laki-laki itu. Seina memandang Devan tak percaya karena laki-laki itu mengusirnya dari rumah itu.

"Tapi Dev..."

"Pergi dan jangan kembali. Kalau kau sampai menginjakkan kakimu di rumah ini, aku pastikan kedua kakimu itu akan hilang dari tempatnya" sentak Devan sebelum Seina menyelesaikan ucapannya.

Karena takut kalau Devan akan semakin marah, ia segera saja mengambil tasnya yang berada diatas nakas kemudian berlalu keluar dari kamar. Sebelum keluar kamar, Seina sempat melirik sinis kearah Aleta yang menatapnya tajam. Melihat Seina telah pergi, Aleta juga akan bergegas keluar dari kamarnya ini.

"Mau kemana, sayang? Kita harus bicara dulu" tanya Devan mencegah istrinya keluar dari kamar.

"Aku tak ingin berada di kamar menjijikkan ini. Kalau perlu, aku ingin membakar semua perabotan yang sudah disentuh oleh wanita itu" ucap Aleta dengan sinis.

Tanpa bisa dicegah lagi, Aleta segera saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar diikuti oleh Devan dibelakangnya. Devan akan terus mengikuti kemanapun istrinya itu pergi agar Aleta tak meninggalkannya. Padahal dalam otak Aleta, dirinya sudah mempunyai rencana licik demi bisa pergi menghilang dari kehidupan Devan.

Ternyata Aleta melangkahkan kakinya menuju gazebo belakang rumahnya. Ia duduk disana sambil menikmati semilir angin yang menerpa wajah dan rambutnya. Devan mengikuti Aleta untuk duduk disana, membiarkan istrinya itu terdiam dulu agar bisa menenangkan dirinya.

Dari samping, Devan memandangi wajah Aleta yang tampak cantik sedari dulu. Bahkan wajahnya yang putih itu tampak membulat dibagian pipinya. Devan begitu beruntung memiliki istri yang begitu cantik dan mandiri seperti Aleta,bahkan disaat ekonominya sedang menurun dia tak pernah mengeluh. Dia selalu mendukung semua apa yang dikerjakan olehnya, lalu kurang apa Aleta dimatanya hingga ia dengan tega mengkhianati dirinya?.

"Aleta..."

Pergi

Devan terkejut dengan ucapan istrinya yang memaafkan segala kesalahan dan kekhilafannya. Bahkan Aleta mengajaknya untuk melupakan semua yang sudah terjadi hari ini. Walaupun masih tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Aneta, namun dia berusaha untuk berpikir jernih. Aleta begitu mencintainya sehingga juga tak mau melepaskannya pada wanita lain. Devan menganggap ucapan Aleta yang menginginkan dirinya menalaknya itu hanyalah emosi sesaat.

"Aleta..."

"Tak perlu membahas lagi tentang kejadian tadi. Lupakan semuanya dan aku sudah memaafkanmu atas kekhilafanmu itu. Tapi aku mohon untuk kita pindah kamar, aku tak ingin ada bekas wanita lain di kamar pribadi kita" ucap Aleta memotong ucapan dari Devan.

Tanpa mengalihkan pandangannya kearah Devan dan terus menatap lurus kedepan, Aleta masih menikmati semilir angin yang menerpa rambutnya. Sedari tadi tanpa diketahui oleh Devan, dia tengah menyembunyikan emosi dan air mata yang tiba-tiba akan keluar. Ia tak ingin terlihat lemah didepan orang yang sudah mengkhianatinya itu.

Devan menganggukkan kepalanya paham. Dia akan mengganti semua perlengkapan, perabotan, bahkan cat dinding yang ada di kamar pribadi miliknya dan Aleta agar tak ada bekas Seina disana. Untuk sementara waktu, dia dan Aleta akan tidur di kamar tamu lantai bawah.

"Hari sudah mulai malam, ayo kita membersihkan diri dulu" ajak Devan dengan lembut.

Aleta tak menjawab apapun, ia hanya langsung berdiri dari duduknya kemudian berjalan berlalu meninggalkan Devan yang menatap kepergiannya dengan sendu. Devan yakin walaupun Aleta sudah mengucapkan kalau dia memaafkan dirinya namun tetap saja istrinya itu masih memendam sakit hati dan kecewa pada dirinya.

"Maafkan aku yang sudah menodai pernikahan kita" gumamnya sambil terus menatap tubuh istrinya yang sudah menghilang dari balik pintu.

Devan segera saja berdiri kemudian menyusul istrinya untuk membersihkan diri. Tak terasa hari sudah hampir maghrib, padahal Devan merasa kalau dirinya baru sebentar saja berbincang dengan istrinya itu.

***

Setelah membersihkan diri, Aleta segera menyiapkan makan malam untuk suaminya. Dia masih menyiapkan juga segala keperluan Devan seperti biasanya. Tak ada yang berubah dengan Aleta setelah kejadian tadi sore, hal itu membuat perasaan Devan menjadi sedikit tenang. Devan tak perlu mengkhawatirkan kalau Aleta akan meninggalkannya.

"Malam sayang" sapa Devan saat melihat istrinya sudah duduk di ruang makan.

"Malam juga" jawab Aleta dengan senyuman manisnya.

Senyuman yang benar-benar menghangatkan hatinya sejak dulu. Senyuman itu begitu menenangkan dan Aleta sangat cantik dengan senyum manis itu. Keduanya segera melakukan makan malam dengan Aleta melayani Devan dengan telaten.

***

Keduanya kini tengah berada di kamar tamu, dengan Devan yang masih menatap istrinya yang tengah mengaplikasikan skincare malam ke wajahnya. Setelah selesai dengan urusan skincare, Aleta segera mendekat kearah Devan yang masih menatapnya tak berkedip.

"Kamu cantik sekali, sayang" puji Devan sambil membelai pipi Aleta dengan lembut.

"Terimakasih" ucap Aleta dengan senyuman manisnya.

"Kita bikin baby yuk, sayang" ajak Devan dan Aleta hanya menganggukkan kepalanya.

"Didalam perutku sudah ada baby, Dev. Tapi aku tak berniat untuk memberitahumu sekarang karena aku tak ingin anakku mempunyai saudara tiri dari rahim wanita lain" batin Aleta tersenyum miris.

Devan pun mendekatkan tubuhnya pada istrinya dan mulai mencumbu Aleta dengan lembut. Akhirnya malam itu keduanya melakukan ritual suami istri hingga waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Devan langsung terlelap dalam tidurnya setelah melakukan kegiatan suami istri itu.

"Anggap saja ini sebagai kenang-kenangan terakhir dariku sebelum aku pergi meninggalkanmu, Dev" batin Aleta sambil menatap wajah suaminya yang tampak tenang dalam tidurnya.

Setelah memastikan suaminya tidur dengan lelap, Aleta segera beranjak dengan pelan-pelan turun dari kasurnya. Ia segera mengenakan baju tidurnya kembali kemudian duduk di meja riasnya. Ia mengambil bolpoint dan kertas putih untuk menulis sebuah surat. Setelah beberapa menit menulis, akhirnya surat yang ia inginkan telah selesai ia tulis. Ia segera melipat kertas itu kemudian meletakkannya didekat nakas tempat tidur.

Aleta segera saja mengemasi semua pakaian dan barang berharganya kedalam sebuah koper besar dan tasnya. Ia melakukannya dengan pelan-pelan agar tak mengganggu tidur Devan.

Setelah satu jam lamanya berkutat dengan koper, akhirnya semua baju dan barang-barang penting lainnya sudah tertata rapi didalam tas dan kopernya itu. Aleta yang melihat koper dan tas dipojok kamar pun menghela nafasnya lelah, beruntung tadi barang-barang pentingnya sudah dipindahkan Devan ke kamar tamu. Kalau tidak, dia harus keluar kamar dan naik tangga dulu untuk packing.

Menyelesaikan packing, Aleta segera mengganti bajunya dengan pakaian santai di kamar mandi. Setelah beberapa menit dan ia merasa siap, Aleta segera saja keluar dari kamar tamu itu.

"Maafkan aku, Dev. Aku memang mencintaimu dan memaafkan semua kesalahanmu kecuali tentang pengkhianatanmu. Semoga kamu mendapatkan seseorang yang lebih baik dan sempurna untukku. Aku akan jaga bayi dalam kandunganku ini sampai dia besar dan sukses sepertimu kelak. Selamat tinggal Devan" gumam Aleta didepan pintu sambil menatap wajah suaminya untuk yang terakhir kalinya.

Aleta segera saja melangkahkan kakinya keluar pintu kamar tamu dengan sebelah tangannya menarik koper besar. Ia menghapus kasar air matanya, langkahnya berat meninggalkan seseorang yang begitu dia cintai. Namun apa boleh buat, kesalahan Devan begitu fatal.

Dia memang memaafkan semua kesalahan Devan padanya kecuali pengkhianatan yang dilakukan oleh laki-laki itu. Dia bersikap biasa didepan Devan hanya demi melancarkan aksinya untuk pergi dari kehidupan laki-laki itu.

Aleta juga sudah menghubungi pengacaranya untuk mengurus surat perceraiannya dengan Devan. Untuk sementara waktu, dia akan menghilang dari pandangan Devan dan orang-orang yang mengenalnya.

Aleta melangkahkan kakinya keluar dari rumah berlantai dua itu, ia berjalan kearah depan gerbang. Disana sudah ada sebuah taksi online yang dipesannya untuk mengantarkan dia ke suatu tempat. Dibantu sopir taksi, koper dimasukkan kedalam bagasi kemudian ia masuk kedalam mobil itu.

Perlahan taksi berjalan meninggalkan rumah berlantai dua itu, Aleta menatap sejenak saksi dari perjuangan hidupnya selama ini bersama Devan sambil mengelus perutnya yang masih datar.

"Aku pergi, selamat tinggal Devan" gumamnya sambil menatap rumah yang perlahan hilang dari pandangannya.

"Kita berjuang bersama ya, nak" lanjutnya sambil mengusap perutnya.

Mulai hari ini, Aleta akan memulai hidup barunya bersama sang buah hatinya nanti. Bahkan Aleta juga membuang SIM Cardnya di halaman rumahnya agar tak ada yang bisa melacak keberadaannya kali ini.

Dengan langkah pasti, Aleta akan mengubah takdir hidupnya jauh lebih baik dari sekarang. Suatu saat nanti dia akan kembali dengan Aleta yang baru.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!