" Penulis santai, novelnya juga santai. Alurnya lambat, ya. Jadwal update setiap hari tapi gak ontime yah karena hanya mengisi waktu luang sepulang kerja. Harap maklum!!!"
Ini adalah sebuah novel berlatar tempat di Korea Selatan— negara yang sering dijuluki negeri ginseng. Novel ini mengisahkan tentang percintaan pria dan wanita dewasa yakni, Choi Shi Woon dan Emily, serta Choi Hong Sik dan Oya yang terlibat cinta segitiga dengan Ah Shin Ho— sahabat baik Choi Shi Woon.
Novel ini juga penuh kejutan, dengan menghadirkan rahasia tersembunyi dari masalalu— perihal kematian mendiang Nyonya Kim Yoo He— mendiang Ibu tiri Choi Shi Woon.
Note :
Bintang novel ini adalah : Choi Shi Woon, Emily, Choi Hong Sik, Oya, dan Ah Shin Ho. Sementara nama lain hanya pemeran pendukung.
BERLATAR TEMPAT KOREA SELATAN, SEOUL.
Terima kasih.
Selamat membaca karyaku.
Mohon dukungan dan suport serta beri komentarnya.
...🌸🌸🌸...
Toko Cake Dokan
Myeongdong, Seoul
Tring.
Bunyi notifikasi dari ponsel genggam biasa. Gadis cantik dengan rambut yang selalu tergerai indah, dengan sigap meraih ponselnya diatas nakas.
Hati sudah berdebar-debar, seolah notifikasi itu berasal dari sang kekasih. Namun, apalah karena notifikasi sebenarnya berasal dari aplikasi jualan online.
Amelia Ismail, nama lengkap gadis cantik itu yang berusia dua puluh delapan tahun. Namun meski diusianya yang sudah dewasa, bukan berarti Ia sudah memiliki seseorang yang spesial.
Panggilan Emily, melekat pas pada diri Amelia sejak duduk dibangku sekolah dasar. Ayah dan Ibu serta ketiga Kakaknya selalu memanggilnya dengan nama itu.
****
Menguncir rambut hitam lebatnya, Emily dengan cepat mengerjakan pesanan seseorang— kue dengan nama brand Dokan.
Dua jam berlalu, pesanan sudah selesai. Emily kini hendak menghubungi kurir yang akan mengantar kue itu, namun selangkah lebih cepat seseorang juga menelfonnya.
Emily mengernyit, merasa bingung pada sipenelfon asing. Tapi Ia tetap menjawab panggilan itu.
" Apa pesananku sudah siap? Tolong antarkan kerumah sakit secepat mungkin. Aku ingin ownernya yang mengantar."
Suara berat nan maskulin dari pria diseberang telfon, langsung menyosor serentetan kalimat membuat Emily terdiam sesaat.
" Maaf, pak. Saya akan mengantarnya lewat kurir." balas Emily dengan sopan.
" Nona, jika ingin berjualan... turutilah permintaan pembelimu."
Tut.tut.tut.
Panggilan terputus begitu saja setelah pria yang entah siapa memutus panggilannya dengan sepihak.
Emily menggeram, merasa kesal pada tindakan tiba-tiba pria itu. Namun meski begitu, Ia dengan sabar tetap melakukan permintaan pembelinya.
Tring.
Bunyi notifikasi masuk lagi, Emily segera membukanya. Rupanya shareloc dari pria yang menelfonnya barusan. Serta satu kalimat mengikut dibawah pesan shareloc, dimana pria itu mencantumkan namanya.
" Iss, ternyata dia Dokter." gerutu Emily.
Ia segera bersiap, mengantar pesanan kue yang sudah dibuatnya dengan susah payah.
•
•
Rumah Sakit Universitas Choi Sun
Seoul, Korea Selatan.
Tiba dirumah sakit, Emily dengan langkah gontainya berjalan masuk kedalam bangunan yang menjulang tinggi itu. Ia menghampiri meja resepsionis, hendak menitip paperbag ditangannya yang berisikan kue Dokan.
" Permisi, saya Amelia. Ini pesanan Dokter Woon." ucap Emily dengan sopan.
" Maaf, Nona. Dokter Woon menyuruh anda ke ruangannya dilantai sembilan." seru sang wanita resepsionis.
" Wah, dia sungguh menyebalkan. Bisa saja aku menitipnya disini, kenapa harus keruangannya segala. Dasar pria gila." gerutu Emily dalam hati.
Memaksakan senyum terbaiknya, Emily segera berlalu dengan paperbag ditangannya. Sepanjang langkahnya menuju lift, semua pasang mata perawat terus saja menatap pada Emily hingga membuatnya sedikit risih.
Memaksakan senyum terbaiknya, Emily segera berlalu dengan paperbag ditangannya. Sepanjang langkahnya menuju lift, semua pasang mata perawat terus saja menatap pada Emily hingga membuatnya sedikit risih.
Hingga tiba-tiba, salah seorang perawat wanita menarik tangan Emily dan berjalan dengan cepat.
" Katakan, apa masalahmu dengan Dokter Woon. Dia menyuruh semua perawat tidak mengganggumu kalau datang." cerocos perawat itu yang tak lain adalah Kakak kedua Emily— Oya Ismail.
" Hah? Wah, dia sungguh gila? Aku saja tidak mengenalnya." Emily terkesiap.
" Sudahlah, antarkan pesanannya dengan aman. Dan lagi, jangan berbuat aneh, kau tau kan kita disini hanya pendatang." Oya memperingatkan adiknya.
Emily tak banyak bicara dan hanya mengangguk. Ia pun segera masuk kedalam lift dan menekan angka sembilan.
****
Tiba dilantai sembilan, Emily segera menuju keruangan Dokter Woon. Ia mengetuk pintu ruangan pria yang hendak ditemuinya, dan tak menunggu lama seseorang didalam sana langsung membuka pintu dan mempersilahkannya masuk.
" Tuan, ini pesanan anda." seru Emily memaksakan senyumnya.
" Duduklah dulu. Kau boleh pulang saat sudah menjawab semua pertanyaanku." ucap Shi Woon serius.
Mendengar ucapan pria tampan didepannya, Emily sungguh merasa muak. Ia merasa bahwa Shi Woon sangat kurang kerjaan. Meski kesal, Emily tetap menuruti keinginan pria didepannya dengan duduk disofa yang tersedia didalam ruangan.
Emily mencuri pandang, sedetik lalu dirinya baru menyadari bahwa pria yang dikenal sebagai Dokter Woon itu ternyata sangat tampan.
Kulit putih dengan tinggi tubuh yang proposional sempurna serta jubah putih yang dikenakan membuat Shi Woon terlihat sangat menawan. Garis hidungnya yang tegak juga rahangnya yang keras menambah karismatik pria berdarah Korea Selatan itu.
" Dia manusia atau manekin? Gagah sekali." gumam Emily.
Sesaat Emily terpanah, namun saat menyadari pria itu adalah pria yang menyebalkan, pengamatannya pun langsung buyar. Bagaimana tidak kesal, Dokter Woon sebenarnya bukan kali pertama memesan kue Dokan, namun sudah ketiga kalinya. Diawal memesan, Shi Woon sudah pernah mengerjai Emily hingga sekarang kejahilan pria itu masih membuat Emily kesal saat kembali terbayang.
" Aku kerumahmu kemarin, tapi kau tidak ada. Aku hanya ingin memesan kue ini." seru Shi Woon memulai percakapan.
" Benarkah? Aku selalu dirumah, dan kemarin tidak pernah ada yang bertamu ataupun mencariku." balas Emily dengan polos.
" Ais, aku sungguh datang. Rumahmu yang mendirikan mini market itukan? Warna chat hijau." Shi Woon tersenyum penuh arti.
" Oh, kau salah. Itu bukan rumahku. Rumahku yang didepan mini market itu. Warna cat nya putih silver." Emily yang tidak tau menahu terus menjawab dengan polosnya.
" Yes." Shi Woon menyeringai dan tersenyum puas membuat Emily keherangan.
" Sebenarnya aku tidak kerumahmu. Aku hanya memasang pertanyaan jebakan supaya bisa mengetahui letak persis rumahmu." tutur Shi Woon kembali dengan santai.
Emily sontak menatap jengah pada pria tampan didepannya. Ia sungguh tidak mengira bahwa sosok pria seperti Shi Woon akan membuat jebakan dalam bentuk pertanyaan.
***
Emily keluar dari ruangan Shi Woon. Ia benar - benar tidak habis pikir, bagaimana bisa seseorang seperti Shi Woon menjadi Dokter, karena selain menyebalkan, pria itu juga lebih banyak bersantai diruangan.
Sementara Shi Woon, dirinya yang melihat Emily perlahan menghilang dibalik pintu, menyunggingkan senyum tipisnya.
Entah sejak kapan, namun perasaannya untuk Emily seperti bunga yang baru bermekaran yang setiap hari terus berkembang.
" Manis." gumamnya tersenyum tipis.
Ia kembali teringat pertemuan pertamanya dengan Emily saat turun salju pertama tepatnya di Bandara Internasional Incheon, Seoul.
Flassback.
Empat tahun yang lalu.
Bandara Incheon, Korea Selatan.
Berlari keluar dari bandara, Shi Woon tengah melarikan diri dari para pengawal sang Ayah yang diberi perintah untuk membawa pulang putra bungsu Tuan Choi Sun yakni Choi Shi Woon sendiri.
Saking kerasnya Ia berjuang melarikan diri, Shi Woon tanpa sengaja menyenggol tubuh mungil seorang wanita cantik— yang tak lain adalah Emily. Tubuh wanita itu terhuyung kebelakang, namun dengan gerakan cepat Shi Woon berhasil menggapai wanita itu hingga tak jatuh.
Sedetik setelahnya keduanya beradu pandang. Shi Woon dapat melihat jelas wajah wanita muda itu, sedangkan Emily tidak dapat melihat dengan jelas wajah pria yang merengkuh erat pingging rampingnya, lantaran separuh wajah pria muda itu tertutup kacamata hitam juga bertopi hitam.
Shi Woon tak melepas pandangannya dari manik mata hitam wanita itu, seolah hatinya sudah tertambat beberapa saat lalu hingga sangat sukar menjauh. Jantungnya pun kian bertalu - talu.
" Ah, maafkan aku. Aku terburu - buru sampai membahayakanmu." ucap Shi Woon menunduk, tak ingin bila wanita itu melihat wajahnya.
" Oh, tidak apa - apa. Aku yang salah karena tidak melihatmu." Emily tersenyum pada pria didepannya meski Ia sendiri tidak dapat melihat wajah orang itu.
Shi Woon tak banyak bicara dan segera berlalu. Namun hanya tiga langkah dirinya menjauh dari sosok sicantik Emily, Shi Woon kembali lagi dihadapan wanita muda itu yang sudah mengikat hatinya beberapa saat lalu.
Ia merogo saku jaketnya, dan meraih tangan wanita muda itu. Ia lalu menaruh sesuatu ditelapak tangan Emily.
" Ambillah. Mungkin tadi ada yang lecet karena kesalahanku, jadi tutupi luka itu dengan ini." Shi Woon memberikan hansaplast pada Emily dan segera berlalu secepat kilat.
Emily yang menerimanya hanya terdiam. Ia menatap pada pria itu yang perlahan tak terlihat seiring dengan langkah kaki yang semakin jauh. Setelahnya Ia beralih pada plester luka yang kini berada ditangannya. Wajahnya seketika merah merona serta tanpa sadar dirinya mengulum senyum.
Flassback Off.
...🌸🌸🌸...
The psychological therapy, Seoul.
Tampak pria muda nan gagah, duduk dikursi kebesarannya. Ahn Shin Ho— seorang dokter psikiater ternama di Seoul. Ketenaran yang didapat tak hanya karena dirinya yang berasal dari keluarga kaya raya, melainkan karena wajahnya yang terpahat sangat sempurna serta memiliki tubuh yang proposional hingga membuat banyak wanita jungkir balik saat melihatnya.
Seperti itulah sosok sitampan— Ahn Shin Ho, sahabat kecil Shi Woon.
***
Jarum jam menunjukkan angka enam, yang berarti waktu bekerja sudah usai. Shin Ho segera membereskan mejanya dan meraih jas nya yang tergantung tepat disampingnya. Dikenakannnya lalu ia segera keluar meninggalkan ruangannya.
Namun setibanya diluar, ia sudah melihat Shi Woon yang duduk termenung dikursi tunggu.
" Ada apa? Masalah apa lagi yang kau bawa?" tanya Shin Ho yang kini duduk disamping sahabatnya.
" Entahlah. Aku juga bingung." Shi Woon tak banyak bicara.
" Nyonya Young mengunjungiku tadi. Dia mengundangku ke perjamuan makan malam dua minggu kedepan." ucap Shin Ho.
Shi Woon menoleh, mengernyit merasa bingung karena tiba - tiba saja sosok wanita paruh baya yang tak lain adalah Ibunya, datang menemui Shin Ho.
" Bertahan diposisimu, sepertinya wanita licik itu akan mendatangkan Hong Sik kesini." Shin Ho memperingatkan sahabatnya agar tak lengah dalam menghadapi wanita licik seperti Nyonya Young— Ibu tiri Shi Woon.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!