NovelToon NovelToon

Nikah Rasa Teman

Suasana Baru

Akhirnya aku bisa kesini lagi, ke kota kelahiranku.'

Pikir seorang gadis yang sedang melihat-lihat keluar jendela mobil.

Banyak yang berubah dari kota ini, tapi cuma satu yang tidak berubah. Sebutan Kota Mangga yang masih di sandangnya.

Senyum tipis gadis itu.

Sudah berapa lama aku tinggal di luar kota ya? Nemenin Ayah yang tugasnya harus berpindah-pindah.

Sepanjang perjalanan gadis itu memancarkan raut wajah yang bahagia, mungkin karena dia bisa kembali ke tempat yang menyimpan banyak kenangan masa kecilnya.

.

.

.

Tak beberapa lama kemudian mobil itu berhenti di sebuah rumah yang asri dengan bunga menghiasi dinding pagarnya. Seorang wanita paruh baya yang sedari tadi menunggu langsung memeluk gadis berambut panjang yang turun dari mobil.

"Karin." peluk wanita itu. "Bunda udah nungguin dari tadi loh."

"Iya Bun maaf, tadi waktu keluar bandara jalannya macet. Jadi lama deh sampainya." balas manja Karin.

"Udah nggak apa-apa. Yang penting Karin sudah sampai dengan selamat." ucap seorang pria paruh baya.

"Iya nih Bunda juga agak lebay, padahal baru nggak ketemu seminggu udah kayak nggak ketemu setahun aja." jawab seorang cowok muda.

"Ya kan wajar Den, Bunda nggak pernah jauh sama kakakmu jadi terpisah sehari aja udah kepikiran terus." jelas Bunda.

"Nggak apa-apa Deny, jangan ngebully Bunda. Kasian tuh nanti kalo Bunda nangis gimana?" canda Karin. "Lagian Bunda dan Ayah kesini duluan juga untuk mengurus sekolah kita yang baru." jelas Karin.

"Ya udah kalo gitu kita masuk dulu yuk, kamu pasti capek."

Karin hanya tersenyum dan menggandeng wanita itu masuk ke dalam rumah.

Setelah makan malam, mereka duduk santai bersama di sebuah ruangan yang terdapat tv cukup besar. Bunda dan Karin duduk di atas sofa, Deny duduk di bawah sambil asyik memainkan gamenya.

"Bunda sudah daftarin kamu ke SMA terkenal disini. Lusa kamu sudah bisa masuk ajaran baru."

"Bagus nggak?" ragu Karin.

"Bagus apanya dulu nih? Bagus sekolahnya atau bagus cowok-cowoknya?" goda Deny.

"Ihh apaan sih kamu?" Karin melempar bantal ke kepala cowok yang lagi asyik main game itu. "Aku nggak kayak kamu tau, kalau milih sekolah milih yang banyak cewek cantiknya. Dasar playboy cap ikan teri."

"Masih bagus lah playboy, berarti masih laku. Dari pada kakak, cantik-cantik tapi JOJOBA."

"Aku tuh bukannya JOJOBA, cuma gak mau pacaran aja. Karena pacaran itu dilarang." sahur Karin tidak terima.

"Ihh ngeles mulu." canda Deny.

"Udah, udah kalian ini. Berantem terus kalo ketemu kayak Tom and Jerry aja." lerai Bunda.

"Sekolahnya bagus kok Rin, termasuk SMA favorit disini. Sekolah itu banyak meluluskan siswa-siswa yang pandai, dan lingkungan sekolahnya pun asri." jelas Bunda.

"Ya udah besok Karin coba lihat-lihat sekolahnya. Mumpung besok juga sekolahnya libur."

.

.

.

.

Keesokan paginya Karin mendatangi sekolah tersebut. Meski hari libur, nyatanya sekolah tersebut tetap ramai. Beberapa dari mereka adalah OSIS yang sedang mempersiapkan MOS untuk siswa siswi baru. Dan sebagian dari mereka sama seperti Karin, siswi baru yang datang untuk melihat-lihat.

Karin pun berjalan-jalan. Benar saja apa yang di katakan Bunda, lingkungannya memang asri. Ada taman di depan dan di halaman tengah. Ada sebuah panggung di bagian tengah sekolah. Ada juga lapangan basket dan lapangan voli di bagian belakang, yang berhadapan langsung dengan kantin. Bahkan sekolah tersebut mempunyai lapangan sepak bola sendiri di sebelahnya.

Saat hendak berbalik, tiba-tiba saja...

Brukkk...!!!

Teman Baru

"Aduh, maaf maaf. Aku nggak sengaja." pinta Karin.

"Nggak apa-apa kok." balas seorang cewek dengan rambut sebahu.

"Kamu murid baru di SMA ini juga ya?" tanya cewek berhijab disampingnya.

"Iya, kamu kok tau?"

"Soalnya dari tadi aku ngelihatin kamu mondar-mandir di sekitar SMA ini jadi aku pikir kamu juga pasti sama kayak aku, murid baru disini."

"Loh, kalian juga murid baru disini?"

"Iya, kenalin namaku Leni." cewek berhijab itu menyodorkan tangannya dan saling berjabat tangan. "Dan ini temanku Rara." dia menunjuk cewek yang tadi Karin tabrak.

"Karin."

Mereka saling berjabat tangan.

"Eh, ngomong-ngomong kamu udah mau pulang?" tanya Rara.

"Iya nih, aku mau pulang. Udah lama juga aku disini, udah puas ngelihat-lihat."

"Jangan pulang dulu dong, kamu kan belum ngelihat stok cowok ganteng disini." canda Rara.

"Cowok ganteng?"

"Loh...kamu nggak tau Rin?" tanya Leni heran.

"Atau jangan-jangan kamu bukan dari sini ya?"

"Iya aku emang bukan dari sini, aku pindahan dari Banjarmasin."

"Ohh pantes nggak tau."

"Emang kenapa?" tanya Karin heran.

"Sini sini, aku kasih tau." Rara menarik tangan Karin yang diikuti Leni.

Mereka bersembunyi di balik papan mading yang ada di halaman tengah.

"Itu tuh cowok gantengnya." Rara menunjuk seorang cowok yang sedang duduk santai disebuah gazebo pinggir taman.

"Siapa itu?" tanya Karin santai.

"Itu Ketua Osis di SMA ini, namanya Kak Doni. Dia itu terkenal loh, bukan cuma ganteng tapi dia juga pinter." jelas Rara.

"Kalo nggak salah Kak Doni juga pernah menangin duta pariwisata di kota ini. Ya meskipun hanya menjadi Juara Harapan 1 tapi tetap aja dia yang terfavorit." tambah Leni.

"Ooh."

"Ya elahh Rin. Responnya cuma kayak gitu aja." sesal Rara.

"Terus aku mau respon kayak gimana? Masa' mau koprol, guling-guling sama salto di depan dia?" candanya.

Mereka pun tertawa mendengar lelucon Karin.

Setelah sekian lama mengobrol mereka pun bertukar nomor ponsel sebelum akhirnya mereka berpisah.

.

Keesokan harinya. Karin bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan segala kebutuhannya untuk MOS (Masa Orientasi Siswa) hari ini. Sebuah papan nama bertuliskan "KARIN" sudah terpasang rapi di bajunya.

Setelah segala sesuatunya dirasa sudah beres, dia pun bergegas berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, rupanya Rara dan Leni sudah lebih dulu datang. Mereka menunggu Karin di dekat gerbang sekolah. Mereka bertiga pun masuk bersama-sama.

"Perhatian..!!! Adik-adik sekalian, silahkan semua masuk ke halaman tengah ya? Mengambil posisi masing-masing." ucap seorang cewek menggunakan pengeras suara.

Semua murid baru langsung mengambil posisi duduk di halaman tengah.

"Selamat pagi semuanya." sapa seorang cewek.

"Pagi Kak...!!!" jawab semua murid baru serentak.

"Hari ini adalah hari pertama kalian MOS. MOS kita nggak susah kok, cuma sebatas seru-seruan aja." ucap seorang anggota Osis.

"Ada pepatah yang mengatakan Tak Kenal Maka Tak......??"

"Sayangggg!!!!!"

"Ihh, emang kalian mau sayang sama aku?" candanya. Semua peserta pun tertawa.

"Bercanda, bercanda. Baiklah kalo gitu kita langsung saja perkenalannya. Dari aku dulu nih ya, namaku Alin. Posisi di Osis sebagai sekretaris."

"Hai kak Alin..!!!" sapa semua peserta.

"Kemudian yang di ujung sebelah kanan, itu kak Sinta. Posisi di Osis sebagai bendahara." tunjuk kak Alin ke seorang cewek yang memakai bandana warna pink.

"Hai kak Sinta..!!!!" sapa mereka kembali.

"Dan kemudian yang di samping saya ini, siapa yg kenal kakak ini hayoo?" menunjuk ke seorang cowok yang berada di tengah.

"Kak Doniii...!!!" jawab semua cewek-cewek histeris.

"Wahh ternyata memang kak Doni ini banyak fansnya ya? Sangat terkenal di kalangan para cewek loh." gurau kak Alin.

"Iya betul, ini namanya kak Doni. Posisi di Osis sebagai Ketua Osis."

"Hai semuanya, perkenalkan nama saya Doni."

"Huuuu...!!!!!!" sorak sorai semua peserta cewek, tak terkecuali Rara dan Leni yang sedari tadi duduk di sampingku.

Apa sih bagusnya cowok itu? Kayaknya biasa aja deh. pikir Karin.

Setelah selesai berkenalan dengan anggota-anggota Osis yang lain, mereka semua dibagi menjadi beberapa kelompok.

Setiap kelompok mempunyai satu pendamping dari pihak Osis. Dan untungnya saat itu Karin, Rara dan Leni berada dalam satu kelompok dengan pendamping kak Alin.

MOS

Kami saling bertukar cerita dan saling memperkenalkan diri satu sama lain.

Ternyata MOS disini tidak seseram yang di bayangkan'. pikir Karin.

"Oh iya nanti kan kita ada acara malam inagurasi, jadi tiap kelompok harus menampilkan sebuah pertunjukkan."

"Pertunjukkan apa kak?" tanya seorang anggota kelompok.

"Ya terserah. Teater boleh, nge-band boleh, baca puisi boleh, bahkan kalo ada yang bisa nge-dance juga silahkan."

"Harus ya kak?"

"Ya harus lah, kalo nggak nampilin sesuatu nanti kelompok kita akan kena hukum." jelas kak Alin.

"Enaknya nampilin apa ya kak?"

"Apa ya? Aku juga bingung." pikir kak Alin sambil menopang dagu.

"Gimana kalo Karin aja yang tampil kak?" saran Leni.

"Ehh, enak aja."

"Ya kan kamu waktu SMP pernah ikut dance, jadi kamu aja yang wakilin kelompok kita."

"Lah terus masa aku mau nge-dance sendirian? Kayak orang gila lah, nggak deh." tolak Karin.

"Bener juga. Kalo nge-dance sendirian juga nggak seru." pikir kak Alin. "Di kelompok kita pun juga nggak ada yang bisa nge-dance selain Karin."

"Gimana kalo kamu nyanyi aja Rin?" saran Rara.

"Kok aku lagi sih?" Karin heran.

"Karena di kelompok kita ini yang bisa dilihat, ya cuma kamu." senyum Rara.

"Enak aja bisa di lihat? Emang yang lainnya ini makhlus halus sampai nggak bisa di lihat?" canda Karin sambil menunjuk satu persatu anggota kelompoknya.

"Nggak apa-apa lah Rin, sekali ini aja. Dari pada nanti kelompok kita di hukum gimana?" pinta kak Alin.

"Emang aku harus nyanyi apa kak?" tanya Karin tidak bersemangat.

"Terserah Rin, yang penting nyanyi."

"Ya kalo terserah, aku mau nyanyi Potong Bebek Angsa aja kak." guraunya.

"Ya elah Rin, kamu itu hidup di jaman apa? Masih mau nyanyi lagi itu." ledek Leni. "Tapi kalo kamu nggak malu sih nggak apa-apa, tapi sambil praktekin gaya bebeknya juga ya."

"Hahahahahaaa..." semua anggota kelompok tertawa mendengar ocehan tiga serangkai itu.

.

.

Tak lama kemudian seluruh peserta diharap kembali berkumpul ke halaman tengah dan bermain berbagai macam game bersama-sama. Dari mulai game menangkap belut, bola pingpong yang di taruh di dalam pipa sampai tepung maraton. Mereka semua bersenang-senang dan pada akhirnya kelompok Karinlah yang kalah.

"Nah karena kita sudah dapat kelompok yang kalah, mau di kasih hukuman apa nih?" tanya kak Doni.

Semua peserta berteriak mengutarakan pendapat mereka.

"Sudah, sudah. Tenang. Kita serahin aja ke ketua pendampingnya. Kak Alin..!!" panggil Ketua Osis.

"Iya, iya kami ngaku kalah. Kami menerima apapun hukumannya deh." jawab pasrah kak Alin.

"Oke kalo gitu. Aku dengar-dengar di kelompokmu ada yg hobi nyanyi ya? Kalo nggak salah namanya Karin." tegasnya.

Karin pun kaget saat namanya di sebut.

"Yang namanya Karin coba ke depan sebentar." panggil kak Doni.

Karin pun maju ke depan berdiri di samping Ketua Osis.

"Aku denger-denger kamu hobi nyanyi ya?"

"Ya... Sedikit kak." jawab Karin ragu.

"Kalo gitu sebagai hukumannya nanti saat malam inagurasi kamu harus nampilin dua lagu ya?"

"Loh..?" sontak Karin.

"Apanya yang Loh?" gurau kak Doni sambil tersenyum. "Itu hukuman yang gampang, cuma tinggal nyanyi aja di depan kita semua. Betul nggak?"

"Betulll!!!Nyanyii...Nyanyii...Nyanyi.." seru seluruh peserta.

"Demi kelompokmu Loh ini." bujuk kak Doni.

"I...i..iya deh kak." jawab Karin ragu.

Semua peserta bersorak.

"Eitss, bukan cuma Karin aja. Yang lainnya juga harus nampilin sesuatu di malam inagurasi. Tiap kelompok harus nampilin sesuatu di atas panggung itu." jelas kak Doni sambil menunjuk panggung yang ada di halaman tengah.

"Iya kak!!!" jawab mereka serentak.

Kami semua pun di ijinkan pulang untuk mempersiapkan penampilan nanti malam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!