...🥀🥀🥀...
"Maaf Tuan, kami tidak menemukan Nona." seru seorang bodyguard berjas hitam, menghampiri Tuannya.
"Berdasarkan informasi dari yang berjaga di luar pintu ke luar, Nona belum meninggalkan tempat ini, Tuan."
"Dari pantauan CCTV, Nona menghilang dari pandangan saat terjadi penembakan Tuan, keadaan semakin ricuh hingga Nona sulit untuk di deteksi keberadaannya."
Sreek.
Prang prang trang.
"Cari Naura sampai ketemu! Jika kalian tidak bisa menemukannya, kalian semua harus membayarnya dengan nyawa kalian!" ucap Prans Sudirja dengan dada yang naik turun, nafasnya memburu.
Plak.
Atmaja menampar keras pipi Prans, "Ini semua pasti karena mu! Jika kau tidak membuat masalah pada ku, aku yakin putri ku tidak akan mengalami hal buruk seperti ini dalam hidupnya!" cicit Atmaja dengan menunjuk jari telunjuk tangan kanannya ke wajah Prans.
Ia langsung berlalu meninggalkan Prans, setelah memberikan tamparan di wajah pria yang tidak lain adalah menantunya sendiri.
Dor dor.
Bugh.
Baru 3 langkah ia mengayunkan kakinya, tembakan bersarang di tubuhnya, membuatnya langsung ambruk di lantai dengan bersimbah darah tanpa bernyawa lagi.
"Ahahaha, aku membantu mu untuk membalas perbuatan mertua mu, Prans! Anggap itu sebagai hadiah pernikahan dari ku!" dari sisi lain Jasen yang memegang senjata api, langsung tertawa puas saat targetnya sudah ambruk di lantai.
"Kurang ajarrr kau, Jasen!" Prans mengepalkan tangannya, ingin rasanya ia menghabisi iblis berwajah manusia itu, namun hatinya lebih memilih untuk menyelamatkan sang istri lebih dulu.
"Ahahaha aku harap kau senang dengan hadiah yang aku berikan ini untuk mu! Istri mu pasti akan sangat membenci mu, Prans! Jika tahu aku menghabisi orang tuanya karena mu!" ucap Jasen dengan menyeringai.
"Persetan dengan mu, Jasen! Aku akan membales semua yang kau lakukan!" kecam Prans dengan tatapan tajam mengarah, pada orang orang yang menjadi korban penembakan yang di lakukan secara brutalll oleh Jasen.
...
Prans mencari Naura kembali, aku yakin Jasen sudah melakukan sesuatu pada mu Naura... tapi apa? Apa yang sudah Jasen lakukan pada Naura! Apa yang sebenarnya terjadi pada Jessica... hingga membuat Jasen tega melakukan hal sekeji ini pada Naura!
Krek.
Prans menghentikan langkah kakinya, saat merasakan ada yang aneh di bawah sepatunya.
Dengan santainya Jasen mendudukkan dirinya di salah satu kursi, dengan menatap Prans yang seperti orang bodoh mencari cari sang istri, yang tidak lain mempelai wanitanya sendiri.
"Aku harus menemukan mu, Naura! Kamu harus selamat, kamu pasti tidak akan menyalahkan ku, ini sudah suratan takdir... jika orang tua mu berakhir dengan cara seperti ini! Aku yang akan membuat mu bahagia, dengan cara ku!" gumam Prans dengan terus mencari cari keberadaan Naura, menelusuri setiap boolroom hotel.
Jasen mulai gusar, meski berusaha menyembunyikan kekalutan di hatinya, sialannn... bisa kacau rencana ku untuk menghancurkan Prans Sudirja, jika ia sampai berhasil menemukan istrinya!
Prans s semakin yakin jika Naura kini semakin dekat dengannya, apa lagi setelah mendengar batin Jasen.
Prans menyingkirkan kakinya dari benda asing yang ada di bawah kakinya.
Prans mentap tajam benda itu, benda yang sangat ia kenali, karena benda itu lah Naura dan dirinya saling berdebat, membuat toko perhiasan seseorang hampir tutup karenanya.
Prans berlutut di depan benda itu dengan satu kakinya sebagai tumpuan, ia meraihnya dengan tangan kanannya, "Di mana kamu sayang! Ini pasti salah satu cara mu untuk aku bisa menemukan mu kan!" gumam Prans, menatap cincin Naura dengan mata berbinar.
Prans menolehkan wajahnya ke segala penjuru dengan tatapan mata yang tajam.
Tatapan mata Prans tertuju pada salah satu kolong meja yang tidak jauh darinya, salah satu high heels yang di pakai Naura nampak terlihat sedikit dari kolong meja itu.
Dari tempatnya berpijak, Jasen dapat melihat kepala Prans yang menatap pada satu arah. Yang membuatnya di landa rasa gusar.
Jasen berusaha menepis pemikiran nya sendiri, akan pintarnya Prans yang bisa menemukan Naura yang ia sembunyikan.
Prans tidak mungkin dengan mudah menemukan wanita itu kan! Wanita itu pasti masih tidak sadar saat ini, aku harus buat Prans Sudirja menjauh dari tempat itu. Jika tidak, rencana yang sudah aku buat akan menjadi sia sia.
Dengan senyum yang tersungging di bibirnya, Prans beranjak dari posisinya. Ia melangkah dengan pasti mendekat pada satu meja.
"Samuel!" seru Prans dengan suara yang menggelegar.
Jasen yang melihat langkah Prans semakin mendekat ke meja yang di bawah kolongnya terdapat tubuh Naura, langsung bertambah gusar. Jasen melirikkan ujung matanya ke arah samping, dengan pikiran liciknya.
Jasen membatin, aku tidak akan membiarkan mu hidup bahagia, dengan wanita mana pun Prans! Kamu harus merasakan hancur seperti apa yang kau perbuat pada Jessica!
"Prans Sudirja! Enyah kau!" seru Jasen dengan mengarahkan senjata apinya pada Prans.
Dor dor.
"Booos!" teriak bodyguard dengan kencang ke arah Prans.
Bertepatan dengan Prans yang kini berada di depan meja yang ingin ia capai.
Bughhh.
"Akkkhhh!!" pekik Jasen.
bersambung....
...💖💖💖...
makasih yang udah sempetin mampir, jangan lupa tinggalin jejak komen, like.
Abaikan kalo ga suka ya 😅😅
...💖💖💖...
Dor dor.
"Booos!" teriak bodyguard dengan kencang ke arah Prans.
Bertepatan dengan Prans yang kini berada di depan meja yang ingin ia capai.
Bughhh.
"Akkkhhh!!" pekik Jasen.
Tembakan yang di arahkan Jasen ke pada Prans, meleset 5 inci dari kepala Prans. Dari arah belakang Jasen, Samuel yang melihat bahaya masih mengintai Prans pun tidak tinggal diam. Ia langsung melayangkan kakinya dengan sekali tendangan ke arah kepala Jasen, membuat Jasen langsung tersungkur ke lantai.
"Kau berhutang nyawa pada ku, bos!" seru Samuel, dengan memberikan perintah pada bodyguard yang lain untuk membereskan sisa kekacauan yang terjadi.
"Selamatkan dulu nyawa istri ku, baru kau sebut aku berhutang pada mu, dasar bodoh!" gerutu Prans tanpa menoleh ke arah Samuel.
Sreek.
Prang prang tak.
Prans menarik taplak meja berwarna putih, yang menjuntai menutupi kolong meja. Dengan pecahnya gelas dan piring yang ada di atas meja saat menyentuh lantai.
Prans membola saat melihat keadaan Naura, jauh dari pikiran buruknya.
"Samuel!" Seru Prans dengan suara yang menggema, gelas yang berada di atas meja dekat dengan dirinya pun langsung pecah saat mendengar seruan Prans yang menggema.
Prang.
Samuel langsung berlari ke arah Prans, gawat, ini pasti hal buruk terjadi pada Nona Naura.
Dengan perlahan Prans membuka lakban yang menutupi mulut Naura, raut wajah bahagia karena berhasil menemukan sosok yang ia cari.
Namun rasa cemas, marah, kesal, kecewa kini menyeruak dalam diri Prans.
"Kamu sudah aman sayang, ayo bangun! Tidak akan ku biarkan hal buruk, terjadi lagi pada mu! Ayo buka mata mu, sayang!" Prans menepuk nepuk pipi Naura yang kini tubuhnya terasa dingin.
Samuel membola melihat keadaan Naura, astaga, jangan biarkan Nona Naura mati Tuhan, bisa kiamat dunia Prans tanpanya.
Prans menatap kesal dan jengkel dokter Samuel, Prans berkata dengan ketus, "Dasar bodoh! Tunggu apa lagi kau hah! Menunggu aku menembak mu, baru kau berusaha untuk menyelamatkan istri ku!" bentak Prans.
Samuel membuka lakban yang membelit di ke dua kaki Naura, sedangkan Prans berusaha membuka lakban yang membelit ke dua tangan mungil sang istri.
"Cepat, dasar bodoh! Jika sampai terjadi apa apa padanya, kau tidak akan aku biarkan lolos begitu saja, Samuel!" gerutu Prans.
"Kau tidak lihat, aku sedang menolongnya! Lebih baik kau berdoa saja lah, berharap tidak terjadi apa apa padanya bos!" Samuel gusar sendiri.
Tangan Samuel dengan cekatan, memeriksa denyut nadi pada pergelangan tangan Naura.
Samuel mengerutkan keningnya, menatap wajah pucattt Naura, entah apa yang sudah di berikan pria bodoh itu... denyut nadinya lemah sekali!
"Bagai mana? Naura baik baik saja kan?" tanya Prans dengan cemas.
"Denyut nadinya terlalu lemah. Kita harus melarikannya ke rumah sakit, Prans!" ucap Samuel.
"Tidak, aku tidak akan membawanya ke rumah sakit... rumah sakit tidak akan aman untuknya." Prans menolak usulan Samuel.
"Kau bodoh atau gila hah! Kau mau membuatnya mati perlahan! Aku tidak tahu apa yang sudah di berikan pria bodoh itu pada istri mu ini!" sungut Samuel, dengan menggosokkan tangan Naura, berusaha menormalkan kembali suhu tubuh Nona Muda-nya.
Prans mengerutkan keningnya, menatap Samuel dengan tajam.
Tak.
Prans menjitak kepala Samuel.
"Awhhh." rintih Samuel.
"Berani kau membentak ku! Lupa kau itu hanya kacung ku! Cepat ikut aku ke rumah, kau rawat Naura ku di rumah. Tidak perduli apa pun yang kau butuhkan untuk merawatnya, aku akan sediakan apa pun itu!" Prans menggendong Naura dengan ke dua tangannya, membawanya ke luar dari hotel yang banyak menyisakan beberapa tubuh yang tidak lagi bernyawa.
Samuel tidak bisa lagi berkelit, jika Prans sudah membuat ke putusan. Mau tidak mau, Samuel mengikutinya. Ia mengikuti langkah kaki Prans, mengimbangi langkah pria yang kini di landa kekalutan.
"Bagai mana keadaan Nona, bos?" tanya Haikal saat melihat Prans membawa Naura.
"Kau urus Atmaja, Heni dan Dito! Sisanya biar kau serahkan pada Dega dan yang lain!" titah Pram.
"Baik bos, semoga Nona tidak apa apa." ujar Haikal saat menatap wajah Naura.
Prans duduk dengan memangku Naura di dalam mobil, tangannya memeluk erat tubuh sang istri, ayo sayang, buka mata mu! Kau sudah janji pada ku, kau akan menemani ku hingga aku menua! Ayo sayang!
Berkali kali Prans mengecup pucuk kepala Naura, tangannya mengelus pipi Naura, berharap jika Naura akan terusik dan membuka ke dua matanya.
Prans berkata dengan suara yang terdengar lirih dan putus asa, "Buka mata mu, sayang! Ini aku! Aku sudah menemukan mu! Kau sudah berjanji pada ku, kau akan memberikan aku anak, mengisi hari ku dengan canda tawa mu! Bangun, buka lah mata mu!" gumam Prans pelan, dari sudut matanya ke luar bulir bening, menetes membasahi pipi Naura.
Sedangkan Samuel terus mengemudi, dengan sesekali sudut ekor matanya merilik ke arah kaca spion mobil.
"Nona pasti akan baik baik saja, bos." ujar Samuel, "Meski entah berapa lama Nona akan menutup matanya." tambahnya lagi.
Prans menatap tajam Samuel, "Jaga bicara mu, Samuel! Dasar dokter bodoh!"
Grap.
Bersambung....
...💖💖💖...
Makasih yang udah sempetin mampir, jangan lupa tinggalin jejak komen, like.
Abaikan kalo gak suka ya 😅😅
...🔥🔥🔥...
Prans menatap tajam Samuel, "Jaga bicara mu, Samuel! Dasar dokter bodoh!"
Grap.
Prans menatap tajam lengannya, saat jemari mungil Naura mencengkrammm lengannya dengan kencanggg, nampak tersungging di bibir Prans.
"Sayang, aku yakin... kamu akan baik baik saja!" ujar Prans dengan mata yang berbinar, berharap Naura segera membuka ke dua matanya.
Ke dua kelopak mata Naura tampak mengerjap, jemarinya semakin kencanggg mencengkrammm lengan Prans, mulutnya tampak bergerak ingin mengatakan sesuatu pada Prans.
"Ka sa- kit."
Prans mengelusss kening Naura dengan kasih sayang, "Katakan apa yang ingin kamu katakan, sayang! Ada aku sekarang... apa pun, katakan pada ku, aku akan mendengar kan mu, sayang." ucap Prans dengan mulai menitikan air matanya, seolah ia mampu merasakan jika Naura merasakan sakit yang tidak bisa ia katakan.
Apa yang sebenarnya yang sudah di lakukan Jasen pada Naura ku! Jangan kau renggut Naura ku dari ku Tuhan. Aku sangat membutuhkan Naura ku, aku tidak bisa hidup tanpa Naura ku!
"Sa- kit ka, sa- kit, ka, ka Prans." racau Naura, dengan ke dua mata yang berusaha terbuka.
Di saat ke dua mata Naura mulai dapat melihat apa yang ada di hadapannya, ia dapat melihat wajah Prans yang tampak putus asa, dengan pipi yang basahhh dengan jejak bulir beningnya, Naura melihat ke dua mata Prans yang tampak berair. Naura tersenyum saat ke dua matanya, dapat dengan jelas melihat wajah Prans seutuhnya.
Naura menatap Prans dengan tatapan penuh harap, berharap Prans merasakan apa yang Naura rasakan saat ini.
"Ka a- aku..." tubuh ku sakit ka, panasss, aku tidak bisa menggerakkan kaki ku ka! Ka, apa yang terjadi pada tubuh ku!
Prans langsung menatap ke dua kaki Naura, memberikan pijatannn di ke dua kaki Naura secara bergantian dengan satu tangan Prans.
"Kaki mu baik baik saja, sayang... Tidak akan ada yang terjadi apa apa pada mu! Ada dokter Samuel, ada aku, apa pun akan aku lakukan untuk mu, sayang! Kau akan mendapat perawatan, aku janji itu, kau akan baik baik saja!" ujar Prans panjang lebar, meyakinkan Naura akan baik baik saja.
Samuel melirikkan matanya pada kaca spion mobil, aku harus segera tahu... apa yang sudah di berikan Jasen pada Nona, jangan sampai Jasen memberikan obattt itu pada Nona, jika benar obat itu yang di berikan, entah apa yang bisa aku lakukan untuk menyembuhkan Nona.
"Heh bodoh! Cepat bawa mobilnya! Dasarrrr kau ini! Samuel!" bentak Prans yang kini memarahi cara mengemudi Samuel.
"Sebentar lagi kita akan sampai di rumah, bos." ucap Samuel.
Prans mengelusss pipi Naura, mengecuppp bibir Naura, "Kau akan baik baik saja, sayang! Aku janji, aku janji kau akan baik baik saja! Akan ku habisiii siapa pun yang berani menyakiti mu! Siapa pun yang berani mengusik mu! Akan aku habisiii mereka!" ucap Prans dengan penuh penekanan, tatapannya seolah memburu siapa saja yang sudah menyakiti Naura, istrinya, hingga membuatnya seperti saat ini.
Samuel langsung mematikan mesin mobil yang ia kemudikan, saat sudah terparkir di kediaman Prans.
Pak Dedi dan beberapa petugas medis, sudah menunggu ke datangan Tuannya di depan pintu.
Pak Dedi membukakan pintu mobil, nampak Prans yang langsung turun dari mobil dengan menggendong Naura.
"Letakkan saja Nona di atas berangkar, bos!" titah dokter Samuel.
Prans membaringkan tubuh Naura dengan hati hati di atas berangkar, dokter Samuel dan petugas medis langsung mendorong berangkar tersebut ke dalam kediaman Prans.
Pak Dedi dapat melihat betapa buruknya wajah Tuan-nya, buruk dan menyeramkan, hingga berangkar kini memasuki sebuah ruang yang sejak dulu sudah terdapat beberapa alat medis, yang tidak kalah lengkap dengan rumah sakit.
"Kau, ambil lah sampel darah Nona, segera bawa ke lab. Kau bawakan hasilnya pada ku, dan aku ingin yang lengkap mengenai apa saja yang terkandung dalam darah Nona kini!" titah Samuel pada seorang yang merupakan asistennya.
"Baik dokter. Akan saya lakukan apa yang dokter perintahkan." ujarnya dengan patuh.
Prans dan pak Dedi menunggu Naura di depan ruang perawatan.
Seorang koki datang menghampiri ke duanya, dengan membawakan minuman untuk pak Dedi dan Tuan-nya Prans.
"Tuan, lebih baik Tuan minum dulu! Tuan, percaya lah... Nona akan baik baik saja, Nona wanita yang tangguh, Nona tidak akan mungkin mudah menyerah dan putus asa." ujar koki dengan menyodorkan minuman di depan Prans.
"Koki benar Tuan, Tuan lebih baik minum dulu... saya tau Tuan saat ini sangat kacau, tapi Nona pasti akan merasa sedih jika melihat Tuan yang kacau seperti saat ini!" ujar pak Dedi dengan tatapan iba pada Tuannya.
Harusnya ini adalah hari yang paling bersejarah untuk Nona dan Tuan, hari ini kalian mengakui pada publik akan status kalian, namun suratan takdir berkata lain. Nona kehilangan orang tua sekaligus adik laki lakinya. Sedangkan Tuan sendiri, entah bagai mana keadaan Nona, aku harap Nona bisa di selamatkan.
Prang.
"Kalian cari matiii hah!" bentak Prans, dengan menghempaskan nampan yang berisi 2 gelas air yang di bawa koki untuk Prans.
Pak Dedi dan koki terperanjat kaget, menghadapi Tuannya yang kini tidak mungkin bisa mengontrol emosinya.
"Pergi kalian dari sini!" bentak Prans dengan suara menggema.
Ceklek.
Bersambung....
...💖💖💖...
Makasih yang udah sempetin mampir, jangan lupa tinggalin jejak komen, like.
Abaikan kalo gak suka ya 😅😅
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!