Cuaca hari ini cukup cerah, Syaiqa melangkahkan kaki dengan penuh semangat, sudah beberapa bulan ini ia mengarungi pendidikan terakhirnya disalah satu universitas ternama. Naya juga selalu mengekorinya kemana-mana, melindunginya dari segala hal buruk yang mungkin terjadi. Dan satu lagi...meladeni semua orang yang menyapa Syaiqa. Ya! memang benar begitu, bukan apa apa, pasalnya ia selalu cuek dan menjawab pertanyaan orang dengan jawaban yang super singkat. Tidak jarang orang kebingungan dengan jawabannya. Tapi jangan penasaran bagaimana dia bertanya-tanya kepada orang lain, karena kamus "kepo" mustahil ada dikehidupannya.
"Kepo itu tidak bisa membuat kamu bahagia." Itu petuah langka Syaiqa kalau udah kesal dengan ocehan Naya. Eum, mungkin, nanti saja, oh dan sejumlah kata kata singkat yang lain menjadi jawaban populer darinya, atau sesekali ia akan menjawab sekenanya sesuai mood dan kepentingannya. Jika tidak ada maka ia hanya akan melirik orang lain dengan pandangan sinisnya, terutama terhadap laki laki. Seperti saat ini.
"Syaiqa, terima kasih ya bukunya. Sangat membantu, tulisanmu juga sangat bagus." Seorang mahasiswa menyodorkan sebuah buku.
"Sama-sama." jawabnya sambil ingin berlalu dan memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Ee Syaiqa!" Suara laki-laki itu menghentikan langkahnya.
Apa lagi sih, iya-iya terima kasih mu sudah aku terima, walaupun bukunya aku berikan karena perintah Bu Mala.
"Eumm, nanti siang makan bareng yuk".
"Hehe, gak bisa." Jawabnya dengan sedikit menarik paksa sudut bibirnya.
Gak bisa ya udah ...tapi bisa gak sih wajahmu itu bohong sedikit. Senyum paksa itu ala-ala siapa sih. Bodoh amat. Terserah. Gumam Naya dalam hati.
Apa itu dia senyum, ya ampun manis banget, ya harus pakai banget. Aaa jadi pengen senyum juga. Oke-oke tahan, tenang. Jaga image Ben! Ehm! Tarik nafas, oke Ben tetap cool.
Laki-laki di depan mereka jadi terbawa suasana. Syaiqa jadi bingung melihat teman sekelasnya itu senyum-senyum sendiri. Ia mencoba melirik Naya, kemudian pergi meninggalkan mereka.
"Ak...." Naya tersenyum melihat Ben gelagapan karena sudah tidak melihat Syaiqa dihadapannya,"Hehe, ngehalu kamu kelamaan, Syaiqa nya udah pergi duluan, soalnya bentar lagi ada kelas. Hehe, maaf ya. Kapan-kapan lagi ya, permisi." Kata Naya mengakhiri drama singkat mereka.
"Ooooo eu...." Tuh kan jadi salah tingkah begini. "Hai" panggil Naya sambil melambai-lambaikan tangan dan memamerkan senyum terpaksa. Sudah cukup halunya, jangan dilanjutkan, tidak tau orang buru buru apa.
"Ah iya ya Nay, tidak apa-apa kok, duluan ya Nay" Naya hanya membalas dengan tersenyum dan langsung beranjak mengejar Syaiqa.
Bentar bentar, dia bilang apa tadi, aku ngehalu. NAYA....!!!!! Namun sayang saat Ia berbalik, Naya sudah tak terlihat. Naya buru-buru mengejar ketertinggalannya. Nah kan "lagi", aku ditinggal. Sepanjang koridor ia terus berlari mengejar Syaiqa, sambil mengoceh kesal karena selalu ditinggal.
Aku do'ain suatu hari kamu jadi "bucin" Qa! Tentang malu dilihat orang, Naya sudah menghapusnya jauh-jauh hari dari pikirannya. Apa? Mau bilang gue sinting. Asal lo tahu ya kesal gue lebih besar BODOH!! Begitu kira kira arti tatapan menyeramkannya saat melihat orang orang yang nyinyir kepadanya.
Cantik cantik sinting. Begitu mungkin orang orang mengatainya.
Mungkin aneh untuk sebagian orang, tapi buat Syaiqa itu adalah hal yang harus di lakukan seorang wanita kalau sudah menyangkut dengan laki laki. Baginya seorang perempuan harus selalu menjaga dirinya untuk suaminya kelak. Jika ia selalu berusaha menjadi baik, maka Tuhan juga akan mengirimkannya jodoh yang baik.
Namanya Syaiqa Luthfia Hasmana, gadis bungsu Tuan Hasmana dan Nyonya Rosdini. Kakak laki-lakinya bernama Kenzo Alqaraniy juga sangat membatasi pergaulannya, 2 tahun yang lalu Kenzo menyelesaikan studinya di negara XX. Sekarang ia menduduki posisi CEO PT. Grafika Raya milik papanya. Kenzo juga terkenal sebagai seorang CEO yang ramah namun mematikan. Apalagi jika menyangkut dengan adik perempuan satu satunya.
Syaiqa sendiri sangat anti dengan yang namanya pacaran, seperti sudah menjadi aturan hidupnya. Selama ini ia tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun kecuali keluarganya walaupun hanya sekedar berteman.Tapi semakin kesini usia dan pergaulan dilingkungannya sama sekali tidak mendukung prinsipnya. Bukan tak pernah mau sama sekali, ia pernah hampir tertarik dengan hubungan tanpa status alias pacaran.Tetapi ia berusaha untuk bertahan dan berhasil. Menurut Syaiqa pacaran bukanlah sebuah hubungan tapi hanya sebutan bagi pasangan yang belum menikah namun menginginkan romansa percintaan. Namun takdir manusia tak ada yang tahu. Sedikit saja salah mengambil langkah, maka garis takdirmu akan ikut berubah.
Selepas dari itu semua Syaiqa memang bersifat pendiam, sehingga sangat mudah melancarkan aksi cueknya. Bahkan sebahagian mereka yang sudah mengenalnya mereka akan mundur, bahkan hanya untuk sekedar mengusiknya. Hanya Naya lah yang mampu bertahan. Dan menjadi pendengar yang budiman di kala omelannya kambuh. "Jangan terlalu dekat dengan laki-laki Naya, tidak baik." Atau "Tidak perlu berbicara hal-hal yang tidak penting Naya."
Ya, telinga Naya lah korbannya. Orang lain diomelin jangan harap. Ck! Pasti orang berfikir Naya sangat beruntung bisa berteman dengan anak seorang pengusaha terkenal, padahal mereka hanya tidak tahu derita apa saja yang di alami Naya.
🌺🌺🌺🌺
Dari kejauhan seorang laki-laki tampan sedang berdiri menyaksikan sepenggal drama yang dimainkan Syaiqa. "Siapa dia?" Ia melihat Syaiqa lekat-lekat dengan tatapan dingin, hanya sebentar. Tidak lebih dari satu kedipan mata, sebelum akhirnya mengalihkan matanya ke arah yang lain.
Wahh kayaknya cewe itu menarik perhatian mu ya. Zain mengumpat di dalam hatinya.
Laki-laki itu adalah Rays Ezzard Alfatahillah, putra tunggal keluarga Hariwijaya. Pemilik PT. Alegra Hariwijaya, dia adalah cowok tertampan seantero kampus. Pesonanya memikat siapapun yang melihatnya. Mantannya seolah bertaburan bagaikan dedaunan kering. Berbagai tipe perempuan sudah ia temui. Apalagi beberapa bulan terakhir dia berada dinegara XX mengikuti program studi banding. Tapi sayang semua hubungan percintaannya tidak ada yang berlangsung lama, bahkan ada yang tidak lebih dari satu bulan. Miris memang. Tapi entahlah tidak ada yang tahu disebalik itu. Mungkin hanya dia, Zain dan Tuhannya yang tau.
"Anak baru tahun ini Bos, cewek yang sebelah kiri namanya Syaiqa, cukup cantik dan pintar. Yang cowoknya namanya Ben, teman sekelasnya, mahasiswa paling kece musim ini." Zain senantiasa menjelaskan secara sukarela.
"Ck! Dia main pergi saja"
Sepeduli itu? Belum kenal lho! Wahhh kayaknya target selanjutnya nih. "Dia memang sedikit cuek bos." Imbuh Zain.
"Ck! Bukan cuek. Sok jual mahal itu namanya." Timpal Rays. "Tapi lumayan lah. Setidaknya masih mempertahankan sedikit harga diri. Memang sekarang susah ada perempuan baik-baik." Iya, iya. Memang Anda lah yang paling benar.
Saat Syaiqa berbalik dan pergi meninggalkan Naya dan Ben. Sebelah wajah Syaiqa yang tidak terlihatpun akhirnya memanjakan mata Rays. Pandangan mereka pun bertemu.
Deg, Cantik! Rays buru buru melihat ke arah yang lain, pura-pura tidak melihat Syaiqa, sambil mengibaskan rambutnya.
Bluushhhh
"OMG! Kak Rays!" cewek- cewek yang melihatnya pun jadi baper. Bayangkan saja bagaimana rempong-nya mulut mereka. Tidak keras sih, cuman seperti bisik-bisik di microphone.
Ah si Bos, tidak mau mati gaya ya.... Memang dia selalu keren sih. Ck!
Adem, itulah perasaan Rays saat melihat seluruh wajah Syaiqa. Tapi buru-buru ia menetralkan perasaannya. Sedangkan Syaiqa hanya melihat Rays tanpa ekspresi. Seperti melihat sebatang pohon.
Lha kemana orangnya. Zain pun kelimpungan mencari bosnya yang sudah menghilang. Gue sumpahin lo jatuh cinta beneran Bos!
Ck! Ngebayangin aja gue merinding.
Perjalanan kisah mereka pun dimulai. Play boy tampan vs Si Cantik Dingin.
Syaiqa termenung di balkon kamarnya, sudah beberapa hari ini Rays mencarinya. Memang sih bukan Rays lansung yang datang, tapi Zain pengikut setianya yang sudah seperti bodyguard itu. Ya Tapi kan sama saja, toh yang menyuruh juga dia. Syaiqa mengulang-ngulang perkataan Zain sambil mempraktekkan gaya bicara Zain dengan kesalnya.
Rays ingin bertemu denganmu, datanglah ke kantin depan, sepulang kampus besok! Jangan tidak hadir lagi. Rays tidak punya banyak waktu untukmu. Ada hal penting yang harus dibicarakan. Aku tidak akan meminta untuk yang ketiga kalinya.
Begitu Zain mengatakannya tadi siang, saat Syaiqa hendak ke toilet sewaktu jam pelajaran masih berlangsung. Tidak ada Naya juga di sana. Aneh dan bingung, bagaimana bisa Zain menemukannya saat ia sedang seorang diri. Ia tidak habis pikir kenapa bisa cowok yang digadang-gadang sebagai cowok terkeren dikampus itu mencarinya. Ini terlalu janggal. Mungkin jika orang lain diposisinya akan berbeda, pasti sudah kegirangan sampai planet pluto. Tapi ini dia, tidak pernah dekat dan mencoba dekat dengan laki-laki, dengan perempuan saja dia bicara sekenanya. Parahnya lagi laki-laki ini bahkan dicap sebagai playboy tampan.
Apa-apaan ini....bisa-bisa rambutnya mulai keriting. Sekelebat cerita beberapa minggu yang lalu terlintas di pikirannya. Saat Rays tiba-tiba saja menggantikan dosen kelas mereka. Apa dia terlalu keterlaluan hari itu, sampai kakak kelasnya itu ingin membuat perhitungan. Tapi rasanya sedikit janggal jika laki-laki seganteng itu akan mempermasalahkan hal-hal kecil begitu bukan? Syaiqa benar-benar malas menghadapinya.
Bukannya Syaiqa terlalu sombong untuk menuruti permintaan kakak kelasnya, tapi apa salahnya ia mengatakan dalam rangka apa mereka bertemu, karena seingat Syaiqa ia begitu malas mencari perkara dengan siapa pun. Dan tentang kejadian waktu itu ia sudah minta maaf melalui Naya. Ia juga tidak sengaja melakukannya. Ya sudahlah pikirnya, semoga saja tidak terjadi masalah besar. Dari pada pusing akhirnya Syaiqa mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Naya.
Drttttt
Sebuah pesan masuk di ponsel Naya.
Nay, temani aku besok ya, Kak Rays minta bertemu. Di kantin depan.
Apa Qa? Kak Rays minta ketemuan sama kamu?
Siapa yang bilang, Kak Rays? Eh, atau Kak Zain?
Memang kamu ada masalah apa sama mereka?
Eh, jam berapa, masih ramai anak-anak?
Terus dikantin depan?
Mau ngapain? Tidak mungkin mau menyatakan cinta kan Qa? Hehehe.
Wahh parah diam-diam menghanyutkan kamu ya.
Woi Qa, balas dong, serius ni...
Aaaa tuh kan dia pasti malas jelasin. Umpat Naya di dalam hatinya. Bagaimana tidak kesal, sudah ngechat cuma bilang Rays minta ketemu aku besok dikantin depan, giliran di tanya ehh dianya malah balas GAK TAU. Dasar Syaiqa aneh. Mungkin begitu sesekali ia ingin berteriak.
"Enaknya gue cobek-co......." Naya mengomel sambil menahan kesalnya. "Ah sudah lah sabar saja sabar, orang sabar di sayang Tuhan. Ehm tarik nafas, buang nafas. Tarik nafas, buang nafas. Tarik lagi, buang lagi. Huhft!!
Drrrttt
Ponsel Naya kembali berdering.
Temenin ya, pulang kampus
"Apa minta temenin, OGAH! Huhft! Ya, ya gue temenin emang gue punya pilihan gitu, heuh... rugi sudah kecantikan gue cuman buat jadi ekor." Naya hanya bisa mengomel-ngomel di depan ponselnya. Pura-pura menerima keadaan kalau dirinya akan menuruti kemauan nona mudanya itu. Walau sebenarnya Syaiqa tidak mengetahuinya. Begitu prasangka Naya. Namun saat akan membalas pesan Syaiqa pikirannya kembali berubah.
Tidak! Aku tidak mau. Ya kali kalau berita baik, kalau bukan, gak ikut-ikutan deh. Lagian aku tidak ada di sana saat Kak Zain datang. Artinya aku tidak di undang bukan? Balas Naya.
"Tuh kan ngambekannya memang susah hilang, hilang sedikit langsung kumat lagi. Seharusnya jangan lihat chat dia lagi, sambil merem balasnya."
Ck! Ngambek, gaya lama terus si. Gaya ngambek Naya sudah penuh dalam kamus Syaiqa. Tanpa menunggu lama Syaiqa mengetikkan beberapa kata di ponselnya, dan langsung diterima Naya.
Peach Blossom Cafe
Sontak saja mata Naya melotot girang saat membacanya.
Oke-oke! Mau, see you tomorrow.
Balas Naya dengan emoji kegirangan.
Naya paling tidak bisa menolak nih kalau sudah menyangkut makan-makan. Sebenarnya apapun ceritanya dia pasti bakal ngikutin Syaiqa besok, bisa gawat kalau Syaiqa kenapa-napa, bisa-bisa kartu ATM nya beku sebulan. Walau terkadang Naya sering mengikutinya diam-diam kalau lagi masa konflik berdua. Ya, cuman ngambekannya Naya memang model begitu.
🌺🌺🌺
Papa membolak-balikkan koran yang dibacanya, sambil sesekali menyeruput kopi di depannya. Sedangkan Mama terlihat gelisah sambil menggoyangkan badannya kesana-kemari padahal matanya tetap melihat ke arah TV, sesekali Mama meletakkan remot dengan keras di atas meja. Mungkin juga menendang-nendang kaki meja, berharap Papa terusik.
Papa melirik di balik kacamatanya, sesekali melirik dengan ekor matanya. Tapi Papa ya Papa sekalipun menyadari gerak-gerik Mama tetap saja diam, seperti sedang sendirian.
"Huuh!" Mama sengaja menarik nafas panjang. Memangnya apa yang bisa diharapkan, ujung-ujungnya tetap harus mengalah.Tiba-tiba Mama pun tersenyum sendiri gara-gara mengingat bocah 4 tahun itu.
Gak ada cara lain.
Cuma ada satu cara.
Cara lain gak ada.
Udah habis caranya.
Keponakannya itu memang ada-ada saja, selalu bisa membuat orang tertawa, apalagi gaya bicara dan wajahnya yang gemes itu.
Sepertinya memang tidak ada cara lain, mengingat mereka sudah berdebat dari tadi dan hasilnya tetap Papa yang menang dan Mama harus mengalah. Tetapi Mama ingin memastikan sekali lagi. Walaupun hanya ada kemungkinan satu persen.
"Pa!"
"Eum"
"Papa!"
"Iya Ma"
"Pa! Papa yakin dengan keputusan papa?"
"Kenapa Ma? Mama tidak percaya sama papa?"
"Bukan begitu Pa, bagaimana nanti kalau Syaiqa tambah kesal dengan kita, Syaiqa pasti punya kesulitannya sendiri Pa!"
"Tidak akan Ma, Syaiqa itu anak yang penurut lihat saja nanti ".
Papa, Papa, memang dasar ya laki-laki suka tidak peka, anakmu itu bukan penurut, tapi tidak mau cari ribut.
"Yasudah lah Pa, terserah Papa saja, kalau sampai trauma anak mu itu kumat, Mama tidak mau ikut-ikutan. Belum lagi kalau Kenzo tahu, dia pasti bakal ngebelain adiknya." Mama menahan kesal sampai wajahnya kian memerah.
Papa adalah tipe laki-laki yang tegas, apapun keputusannya bersifat mutlak, tidak bisa dibantah. Perihal kampus Syaiqa pun Papa sendiri yang memilihkannya. Awalnya Syaiqa ingin melanjutkan pendidikannya di negara XX tapi Papa tidak setuju, membiarkan anak gadisnya berkeliaran diluar sangat tidak baik menurutnya. Memang sih Papa bisa saja mengatur pengawalan yang ketat untuk Syaiqa, tetapi tetap saja tidak sebanding dengan pengawalannya sendiri.
Akhirnya Papa pun beranjak pergi meninggalkan mama yang masih setia dengan segala kekesalannya jangan lupakan omelannya dengan meja dan sofa, alhasil Pak Nasir yang dari tadi diam pun menarik sedikit sudut bibirnya sambil terus mengekor di belakang Papa. Saat Mama melihat kearah Pak Nasir yang tampak hanya ekspresi datarnya.
Dia tidak menertawakan aku tadi kan. Ah bodo amat. Dia juga sama saja dengan Papa, pasti anaknya juga didoktrin begitu dirumah. Apa-apa maunya mereka. Heuh.
Sampai di ruang kerja, Papa membuka sebuah berkas. Membaca kembali isinya agar tidak ada yang keliru.
"Nas, bagaimana dengan Naya?"
"Aman Presdir, sejauh ini nona sama sekali tidak mengetahuinya, saya mengawasinya sendiri." Papa hanya mangut-mangut saja.
"Nas, tolong atur jadwal saya bertemu Naya".
"Baik Presdir, akan saya atur."
"Dan satu lagi, saya mau laporan keadaan Kenzo selama ini. Anak itu susah sekali pulang ke rumah sekarang."
"Baik Presdir."
Papa akan melakukan apapun agar anak-anak tetap berada dalam pengawasannya, walaupun Kenzo yang sudah memasuki usia dewasa, tapi Papa sama sekali tidak percaya dengan mereka. Sebenarnya bukan mencurigai sih, tapi Papa begitu was-was dengan pergaulan anak zaman sekarang. Belum tentu terlihat baik dirumah, di luar pun begitu. Sekedar mengingatkan mereka mungkin tidak akan bertahan lama. Papa begitu protektif terhadap keluarganya. Ia tidak ingin terjadi hal-hal buruk terhadap Kenzo dan Syaiqa, apalagi hanya bisa menyalahkan mereka dikemudian hari.
Ia akan berusaha semaksimal mungkin agar semua itu tidak terjadi. Seandainya pun terjadi, itu bukan salahnya lagi. Mungkin saja anak-anaknya sedang tidak bernasib baik. Ia hanya bisa berdoa, dan berdoa yang terbaik untuk anak-anaknya.
"Pagi semuaa!!" Rays masuk tanpa melihat ke arah kanan dan kiri. Suasana kelas jadi berubah, anak-anak jadi ribut setelah melihat siapa yang masuk ke kelas mereka. Pasalnya tidak ada yang tahu mengapa Rays tiba-tiba saja bisa masuk ke sana. Selain keren dan tampan Rays juga terkenal galak kalau ada yang mencari perkara dengannya. Wajar saja jika beberapa di antara mereka mewaspadai amukan Rays. Tapi cewek-cewek ini malah cekikikan tidak jelas saat melihatnya.
"Ya ampun Kak Rays guys...!"
"Keren banget."
"Mimpi apa gue semalam, ketemu pangeran hari ini."
"Lo lihat ngak, gayanya tadi?"
"Iya iya, gue lihat."
"Udah kayak CEO keren di novel - novel gitu."
Seketika kelas sudah seperti pasar ikan. Rays menarik kursi lalu duduk dengan tatapan datar.
Namun mereka masih juga berbisik-bisik, sama sekali tidak peka dengan keadaan.
"Coba bayangin kalau Kak Rays pakai baju resmi gitu, pasti........"
Bukkkh
Sebuah suara nyaring datang dari arah depan kelas. Rays meletakkan buku-buku yang dibawanya dengan keras ke atas meja. Mungkin sudah hampir seperti membanting, hanya saja dengan cara yang sedikit halus. Semuanya jadi terkejut, suasana pasar ikan pun berubah menjadi mode diam. Hawa mencekam memenuhi ruangan, tidak ada yang berani melihat ke arah depan. Sepertinya malaikat maut ada di antara mereka.
Di kursi paling belakang terlihat Syaiqa sedang memainkan buku-buku di mejanya. Membuka buku lalu menutupnya kembali. Entah sudah yang ke berapa kalinya ia lakukan, bahkan sesekali hanya memandangi tulisannya saja, lalu melafalkan kata perkata tanpa mengeluarkan suara.
Ini memang sudah menjadi kebiasannya. Sebelum pelajaran dimulai ia tidak akan fokus dulu, karena ini adalah mata kuliah yang paling tidak ia suka. Dia tau yang masuk bukan dosennya. Dia juga tau cowok itu adalah kakak kelasnya, Naya sering menggosipkannya dengan kursi dan meja saat mereka makan siang, karena Syaiqa sama sekali tidak menanggapinya, bahkan sekedar "eum". Bagi Syaiqa siapa yang mengajar itu tidak penting, yang jelas ia tidak suka pelajarannya. Jadi ia akan tetap uring - uringan hingga dosen memberikan tugas. Dan tentu saja Naya lah yang mengerjakannya. Namun semua dosen mengetahuinya, tidak pernah sekali pun mempermasalahkannya. Mereka juga tahu jika sebenarnya Syaiqa bisa, ia hanya trauma dan belum bisa terlepas darinya.
Rays yang melihat Syaiqa tidak asing baginya ditambah ke tidak fokusan Syaiqa membuatnya penasaran pada gadis paling belakang itu.
"Kamu, yang paling belakang maju ke depan!" Katanya sambil melemparkan lirikan tajam ke arah kursi belakang.
"Kamu!"
Rays menunjuk ke arah Syaiqa, namun Syaiqa sama sekali tidak melihat ke depan. Tidak juga mendengarkan seruan untuknya.
"Qa, Qaaa..!" Naya berbisik, namun Syaiqa masih tetap pada lamunannya.
"Qa.......!" Naya mencoba menaikkan sedikit volumenya.
Semua mata telah tertuju pada mereka. Disini mereka menyanyangkan kebodohan Syaiqa, bisa-bisanya dia melamun saat seorang pangeran berada di hadapannya.
Semuanya sudah memberikan tatapan jengah ke arah Naya dan Syaiqa. Akhirnya dengan segala kekuatan dan keberanian yang dimilikinya, Naya beranjak bangun menuju tempat duduk Syaiqa yang berada dibelangkangnya.
"Qa......!" Panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan bahu Syaiqa.
"Apa sih Na...." Syaiqa menatap Naya kesal sebelum akhirnya menyadari mata semua orang mengarah ke atasnya.
Deg
Deg
Seketika mulutnya membisu, ia akhirnya sadar pasti ada hal yang telah dilewatkannya.
Syaiqa melirik Naya dengan tajam. Kenapa, Nay? Kenapa pada menatapku seperti itu. Salah ku apa? Begitu arti tatapannya pada Naya.Ternyata kau benar-benar ya Qa, sebenarnya dari tadi kau buat apa sih? Sampai Kak Rays menunjukmu untuk ke depan. Naya terus mengomel dalam hatinya, bagaimana pun ini adalah ruang kelas, tidak sembarangan bisa bertindak sesuka hati. Namun Naya harus menelan kekecewaan ternyata Syaiqa masih belum juga melihat ke arah depan.
Lihat ke depan bodoh, monster itu sudah seperti akan memakan kami hidup hidup.
Syaiqa mulai membalikkan kepalanya ke arah depan saat mengerti isyarah Naya, dia juga mulai merasakan hawa panas disekelilingnya. Akhirnya setelah memastikan perintahnya Ia beranjak bangun dan perlahan melangkahkan kakinya menuju ke depan.
Tap
Tap
Ya ampun, bisa kena serangan jantung ini. Lagian kenapa harus aku sih. Naya lagi, ngapain sih gitu cara bilangnya ngeri banget.
"Ada apa ya Pak?"
"Kerjakan soal halaman 125 nomor a sampai c!" Jawab Rays tanpa melihat ke arahnya.
Sombong banget sih, ck! Dari gayanya aja udah ketahuan SOK.
Syaiqa mengambil buku dan mulai mencari sesuai arahannya.
Apa ini, soal beginian? Ya ampun ini kan kelemahan aku. Kenapa bisa apes begini sih. Ya Tuhan tolonggggg!
Naya sudah menggeleng - gelengkan kepalanya saat mendengar perintah tadi. Dia tahu betul pasti Syaiqa tidak akan bisa menyelesaikannya.
Semoga aja ada keajaiban Qa, kalau gak siap-siap deh bakalan ada perang dingin didepan.
"Kenapa hanya diam? Bukannya kamu mahasiswi terpintar semester ini, seharusnya ini soal yang tidak sulit kan Nona Syaiqa?"
Panggilan Rays benar-benar membuat semua orang terkejut, bagaimana bisa Kak Rays mengenali Syaiqa yang satusnya adalah mahasiswa semester pertama. Bahkan Naya juga heran menatapnya. Naya sempat berpikir mungkin saja mereka memang saling mengenal, di lihat dari hubungan bisnis orang tua mereka sah-sah saja kan. Tapi bagaimana mungkin dia menyebut nama Syaiqa dihadapan banyak orang. Syaiqa sendiri lebih terkejut, karena dia benar-benar tidak menyangka kalau kakak kelasnya itu juga mengenalinya. Ia semakin gugup, takut jika image keluarganya tercoreng gara-gara dia tidak bisa menjawab soal itu. Syaiqa adalah orang yang sangat menjaga imagenya dan keluarganya.
"Ekhm, saya tau nama kamu, hanya karena menebak-nebak saja, dosen kalian memberi tahu bahwa di kelas ini yang paling pintar bernama Syaiqa, melihat kamu begitu santai tentu kamu kan yang paling pintar."
Zain yang berdiri di dinding bagian luar kelas hanya mangut-mangut saja melihat kelakuan Bosnya. Zain juga menertawakan ingatan Rays tentang sekilas perjumpaan hari itu.
Syaiqa benar-benar kesal dengan perkataan Rays. Ia merasa sangat di permalukan di hadapan teman- temannya. Dalam sekejap Syaiqa meletakkan buku yang dipegangnya dengan keras, lalu menuliskan beberapa rumus di papan tulis. Rumus yang akan membuat Rays benar-benar malu di hadapan semua anak kelas. Bahkan Zain yang sempat masuk dan melihat ke arah papan pun menggeram kesal. Bagaimana seorang mahasiswa srmester pertama mengetahui rumus tingkat dosen. Syaiqa pun pergi begitu saja tanpa bicara apapun. Sontak saja Naya berlari mengejar Syaiqa keluar.
"Kak Rays! Anda keterlaluan. Bagaimana bisa Anda memperdaya seorang gadis dengan trauma masa lalunya?" Naya hanya sempat mengucapkan kata-kata itu, tidak lupa ia mengacungkan jari tengah ke arah Zain dan Rays sebelum benar-benar menghilang di balik pintu keluar. Zain benar-benar marah dan ingin mengejar Naya, namun Rays menghentikannya dan memilih melanjutkan materi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!