NovelToon NovelToon

Nikah Kontrak

Amel dan Anggi

Amelia Anugraha, gadis berkerudung bermata biru dengan bulu mata panjang dan lentik memiliki tubuh tinggi namun tidak terlalu tinggi, usianya baru 22 tahun dan berkuliah semester akhir di salah satu Universitas ternama di kota tempatnya tinggal.

Amel baru terbangun dari tidur nyenyaknya setelah mendengar suara adzan, ia bergegas beranjak dari kasur meskipun raganya masih belum sepenuhnya terkumpul dan berjalan sempoyongan menuju kamar mandi.

"Aduh, shhttt..." lirih Amel saat kakinya menendang pintu kamar mandi cukup keras bahkan matanya benar benar sudah terbuka lebar akibat benturan itu.

Amel baru selesai mejalankan kewajibannya sebagai umat muslim, ia segera melipat mukenah yang baru saja ia pakai dan menyimpannya ke atas meja dekat kasurnya.

Amel segera turun kebawah untuk masak dan mempersiapkan sarapan untuk Papah dan Adiknya. Setiap pagi Amel selalu memasak karena memang di rumah itu tak ada tukang masak hanya terkadang ada tukang bersih bersih yang akan membersihkan rumah besar milik keluarganya.

"Pagi Pah..." sapa Amel saat melihat Papahnya yang baru turun dari lantai atas dan duduk di tempatnya

"Pagi..." senyum sang Papah merekah menyambut hangat sapaan anak sulungnya.

"Sarapannya Pah.." Amel meletakkan sepiring nasi goreng sosis di hadapan sang Papah yang segera menyambarnya dengan mencium aroma lezat dari masakan Amel.

"Kayaknya enak!" ujar sang Papah kemudian menyendokkan nasi goreng itu ke mulutnya dan mengunyah perlahan sambil manggut manggut.

"Gimana Pah?" tanya Amel antusisa, biasanya sang Papah akan memuji masakannya.

"Enak, seperti biasa." jawab Papah cepat sambil terus menyendokkan nasi goreng itu kemulutnya. Amel tersenyum puas kemudia ia juga ikut makan bersama sang Papah.

"Anggi belum bangun Mel?" tanya Papah saat ia sudah menghabiskan nasi goreng miliknya dan minum.

"Belum, sebentar lagi Amel bangunin.." jawab Amel kemudian mengambil piring kotor Papah dan mencucinya.

Anggia Anugraha, satu satunya adik Amel yang sangat ia sayangi, usianya baru 18 tahun. Anggi memiliki mata berwarna coklat pekat sangat mirip sang Mamah yang sudah tiada sejak melahirkannya, memiliki tubuh sedikit lebih pendek dari Amel tapi tidak begitu pendek membuat ia menjadi gadis yang sangat menggemaskan dengan kedua pipi yang agak tembam berisi.

Anggi memang selalu bangun agak siangan setelah sholat ia pasti akan tidur lagi, berbeda dengan Amel ia akan langsung turun ke bawah dan menyiapkan sarapan.

"Ya sudah Papah berangkat dulu.." ujar Papah beranjak dari kursinya. Amel mengantar sang Papah sampai depan pintu tak lupa ia mencium tangan papah.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumussalam.." jawab Amel sambil melambaikan tangannya. Papah nya sudah berangkat, sekarang waktunya untuk bersiap juga karena hari ini ia akan ada sidang. Eh bukan sidang pengadilan loh ya, tapi sidang yang anak kuliahan itu loh.. he he he...

"Dek bangun udah jam tujuh, katanya kamu mau ikut Kakak buat daftar kuliah.." Amel sudah berada di kamar sang Adik dan sedang membangunkannya dengan sedikit mengguncang tubuh Anggi.

"Hmmm, bentar lagi Kak!" jawab Anggi lemah dengan mata yang masih terpejam enggan untuk membukanya bahkan ia semakin menarik selimut hingg batas dadanya.

"Ya udah Kakak duluan ya! Kakak tinggal nih!" ancam Amel menghentakan kakinya menuju luar kamar Anggi dan menutup kuat pintu kamar adiknya.

Anggi segera membuka matanya cepat dan loncat hendak mengejar sang Kakak yang sudah keluar dari kamarnya.

"Kakak tunggu Anggi...." teriaknya sambil membuka pintu dan hendak keluar, namun seketika matanya melotot tajam menatap orang di samping kamarnya sedang tersenyum melihat ke arahnya.

"Kakak..." Anggi yang kesal memukul lengan Amel keras kemudian kembali masuk, bukan untuk tidur lagi melainkan siap siap karena ia masih takut jika Kakaknya benar benar akan meninggalkan dirinya.

"Udah siap?" tanya Amel saat mereka sudah berada di dalam mobil milik Amel.

"Siap...." jawab Anggi bersemangat dengan tangan yang ia kepalkan dan di dorong ke atas.

"Bismillah..." ucap keduanya dan Amel segera mengendarai mobilnya menuju kampus.

Satu setengah jam perjalanan mereka sampai di depan sebuah gedung bertingkat dan besar serta sudah ada banyak kendaraan yang terpakir, dari motor sampai mobil mewah.

Amel segera memakirkan mobilnya kemudian turun dan berjalan mendekati Anggi yang sudah turun lebih dulu. Mereka masuk ke dalam gedung besar itu dan menuju ke ruang pendaftaran ulang.

"Kaka tinggal ya dek, soalnya Kakak juga ada sidang hari ini.." Amel enggan meninggalkan sang Adik, namun ia juga punya urusan yang tak kalah penting.

"Hmm..." jawab Anggi mengangguk cepat dan tersenyum semanis mungkin. Akhirnya Amel meninggalkan Anggi di sana setelah sebelumnya ia mengatakan pada rekannya untuk mengawasi adiknya.

Amel sedang melaksanakan sidangnya, meski tegang namun ia berusaha untuk tetap tenang dan menjawab segala yang di tanyakan oleh Dosen di hadapannya, bahkan ia dengan sangat jelas memberikan penjelasan juga keterangannya dari isi skripsinya dan terkadang senyumnya mengembang saat menjelaskan isi dari skripsinya sendiri membuat Dosen yang ada di hadapannya tersenyum puas dengan penjelasan dari Amel. Hingga lebih dari satu jam Amel bisa bernafas lega karena sudah berhasil dan dia akan segera menyandang status sebagai Sarjana muda tentunya karena usia Amel yang termuda dari rekan rekannya yang lain.

"Alhamdulillah..." puji Syukur Amel atas keberhasilannya, kemudia ia segera bergegas ke tempat sang adik terakhir ia tinggal.

"Santi, Adek aku mana?" tanya Amel pada wanita yang duduk tak jauh dari tempat anak anak baru sedang mendaftar ulang.

"Tadi kayaknya dia di ajak temennya ke kantin deh Kak!" jawab wanita bersama Santi sedikit segan pada Amel karena ia adalah Senior.

"Oh, ya udah makasih ya.." Amel tersenyum sekilas kemudian berjalan menuju kantin dan mendapati Anggi sedang berbincang bincang dengan teman barunya.

"Nggi..." panggil Amel saat ia sudah berada di samping Anggi yang segera menoleh dan tersenyum ke arahnya.

"Kak, kenalin ini Putri nah Put ini Kakak aku yang aku ceritain tadi.." ujar Anggi memeperkenal dua orang di depan dan di sampingnya secara bergantian.

Amel mengulurkan tangannya dan menyebutkan namanya meskipun tadi sudah di sebut oleh adiknya, begitupun dengan Putri.

"Syukurlah kamu sudah punya temen.." ujar Amel ikut senang. Anggi kembali tersenyum wajah gadis itu selalu ceria membuat orang orang yang berada di dekatnyapun jadi terhipnotis dan malah ikut bahagia.

"Kakak udah mau pulang, kamu masih lama gak?" tanya Amel menatap sang Adik.

"Hmm, kayaknya masih deh Kak soalnya masih harus nunggu..." jawab Anggi. Amel mengangguk mengerti.

"Ya udah kalo gitu Kakak pulang dulu ya, nanti kalo kamu udah mau pulang telfon aja biar Kakak jemput lagi..." Amel beranjak dari duduknya dan pergi dari sana setelah mendapat anggukan kepala dari sang adik dengan cepat.

Amel segera menuju ke mobilnya dengan sedikit tergesa, namun tanpa sengaja ia menabrak seorang pria hingga sesuatu yang ada dalam genggaman pria itu terjatuh tak jauh dari kakinya.

"Astagfirullah, maaf Mas saya gak sengaja." sesal Amel karena berajalan tak melihat ke depan, ia segera mengambil benda yang ada di kakinya yang terlihat seperti handpone mahal.

'Ah syukurlah tak rusak'fikir gadis itu dan segera mengembalikannya pada sang empunya.

"Maaf Mas saya bener bener gak sengaja.." ujarnya lagi setulus mungkin bahkan ia sedikit menundukkan kepalanya sebagai tanda ketulusannya meminta maaf. Pria di hadapannya sama sekali tak bergeming ia hanya menatap sekilas kemudian pergi begitu saja melewati Amel yang hanya bisa diam terpaku atas sikap acuk pria yang sudah berada jauh di hadapannya.

"Hah.." Amel membuang nafasnya kasar kemudian segera beranjak dari sana dan menuju mobilnya untuk membawanya kembali ke rumah.

Amel yang baru tiba di rumah segera masuk ke dalam kamarnya dengan langkah sempoyongan menaiki tangga karena kepalanya yang sedikit agak pusing. Setelah sampai ia segera merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata hingga tertidur tanpa sempat membersihkan tubuhnya.

Amel kembali terbangun setelah mendengar suara adzan Dzuhur di masjid dekat perumahan elit yang mereka tempati. Amel segera beranjak dan membersihkan dirinya kemudian melaksanakan Sholat Dzuhur barulah ia kembali turun dan menyiapkan makan siang untuknya juga untuk Adiknya Anggi.

Setengah jam berkutat di dapur dan menyelesaikan masakannya memudian menatanya di atas meja makan dengan rapi, tak lupa ia tutup dengan tudung saji setelahnya ia kembali naik ke atas menuju kamar untuk berganti pakaian karena akan menjemput sang Adik yang sudah mengirimkannya pesan.

"Kak..." panggil Anggi yang berlari ke arahnya yang baru saja tiba.

"Maaf ya Kakak lama, tadi masak dulu bentar.." ujar Amel jujur.

"Ya gak papa, Anggi juga baru selesai kok." jawab Anggi tetap dengan senyumannya. membuat hati Amel tenang, jujur senyuman milik sang adik sangat mirip dengan milik Mamahnya membuat rindunya sedikit terkikis.

"Kita pulang?" tanya Amel, Anggi segera mengangguk cepat mereka segera masuk ke dalam mobil dan Amel melajukannya dengan kecepatan sedang membelah jalanan.

Dari jauh, mungkin di gedung teratas seorang laki laki tampan tengah memperhatikan gerak gerik dua gadis yang sudah pergi dari sana dari balik kaca jendela di dalam ruangannya membuat ia bisa melihat dengan jelas wajah ke dua gadis yang sedang bercengkrama dengan sangat akrab.

Matanya tertuju pada gadis mungil di samping gadis yang berkerudung terkadang senyumannya yang langka ia sematkan di bibir yang sedikit tebal dan merah alami, namun juga ia sesekali melirik gadis berkerudung dan melihat jika gadis itu cukup dewasa saat menghadai gadis di sampingnya.

"Gadis yang lucu.." ujarnya pelan kembali menatap gadis mungil yang lucu baginya, hingga kedua gadis itu menghilang karena sudah meninggalkan halaman kampus.

Bab awal semoga syukaaaa..

Makasih yang udah mau mampir baca karya Author yang baru ya, seperti biasa Author harap kalian jangan sungkan buat kasih like, vote sama dukungannya...

Makasih orang baik...

😊🙏🙏

Awal

Kedua gadis beda usia yang tak terlalu jauh sedang asyik bercengkrama, bahkan terkadang terdengar tawa lepas dari bibir sang adik sedang sang Kakak hanya tertawa tanpa suara namun tulus ia berikan saat Anggi bercerita hal yang lucu menurut mereka.

"Ada apa ini riuh sekali?" tanya Papah yang baru pulang dan langsung di suguhkan dengan tawa dan senyum dari kedua anak gadisnya.

"Papah..." panggil Anggi saat mendengar suara sang Papah dan segera berlari menghampiri dan memeluk tak lupa ia memberikan ciumannya pada pipi Papahnya dengan manja.

"Uhhhh, kamu ini sudah besar gak malu apa masih cium Papah!" ujar Papah sambil menaruh tas kerjanya ke atas sofa karena mereka sedang berada di ruang tamu.

"Tidak, kenapa harus malu?" tanya Anggi dengan polos masih memeluk sang Papah dan bergelayut di lengannya.

Sikap manja Anggi memang selalu ia tunjukkan baik itu kepada Papahnya ataupun pada Kakaknya, bahkan ia sering kali ngambek jika keinginannya sampai tak di turuti.

Amel yang sebagai anak pertama selalu mengalah jika adiknya menginginkan sesuatu yang ia miliki selagi itu masih bisa ia berikan. Amel tak pernah mengeluh saat sang Papah lebih memperhatikan si bungsu, karena ia juga paham jika Anggi tak pernah bisa merasakan kasih sayang seorang Mamah sedang ia sudah pernah walau hanya sebentar.

"Pah tumben pulangnya gak malem?" tanya Amel dengan wajah tenang dan anggun membuat Papah merasa tenang saat memandang wajahnya.

"Ya, hari ini tak begitu padat." jawab Papah dengan senyuman saat putri sulungnya menyambut tangannya dan menciumnya dengan hormat.

"Papah mau mandi dulu apa makan dulu?" Amel. kembali bertanya saat melihat wajah lelah sang Papah yang terlihat sedikit ada kerutan karena usia.

"Hm, mandi dulu lah Nak.." Papah segera naik ke lantai atas menuju kamarnya, kebetulan kamarnya berada tepat di tengah tengah kamar anak anaknya. Amel hanya memandangi punggung sang Papah yang mulai menghilang di balik pintu kamar yang kemudian tertutup rapat.

"Dek, bantu Kakak yok siapin makan malam!" ajak Amel, Anggi segera mengangguk dan berjalan berdamlingan dengan Amel.

Kedua gadis itu kembali bercanda sambil menyajikan makan malam di meja makan setelah selesai mereka duduk di kursi tempat mereka biasa duduk dan makan.

"Pah.." panggil Amel. kemudian menarik kursi dan langsung di duduki oleh sang Papah yang tersenyum lembut.

Amel mulai menyendok nasi juga lauk pauk kemudian di letakannya ke dalam piring sang Papah begitupun sang adik ia menyendokkan nasi secukupnya kemudian mengambilkan lauknya barulah lah ia memgambil untuk dirinya sendiri.

"Makasih Kak.." ucap Anggi tulus tersenyum manis ke arah sang Kakak yang juga tersenyum lembut ke arahnya. Papah hanya bisa tersenyum bangga pada kedua anak gadisnya yang terlihat sangat akur membuat hatinya merasa senang dan bahagia

Mereka bertiga makan tanpa ada pembicaraan hingga selesai kemudian seperti biasa Amel akan mencuci piring kotor dan menyimpan sisa makan malam mereka ke dalam lemari.

Papah dan Anggi sudah berada di ruang tamu, saling bercerita tapi lebih tepatnya sang Papah sebagai pendengar sedangkan Anggi yang lebih banyak bercerita.

"Jadi kamu sudah di terima kuliah di tempat Kakakmu juga?" tanya Papah kemudian dan di anggukkan kepala oleh Anggi sambil terus tersenyum bahagia.

"Amel gimana tadi sidangnya Nak?" tanya Papah setelah melihat anak sulungnya yang baru tiba dari dapur dan duduk di sebelah adiknya.

"Alhamdulillah Pah lancar." jawab Amel tak kalah senang. Papah kembali tersenyum mendengar jawaban yang memuaskan dari kedua putrinya.

"Rasanya, Papah benar benar bangga pada kalian.." ujar Papah tulus dengan senyum yang ia arahkan pada Amel dan Anggi yang segera berpindah duduk di samping kanan dan kiri kemudian memeluk Papah dengan sayang.

"Kalo Kak Amel sih ya bisalah Papah banggain kan bentar lagi jadi sarjana, kalo Anggi belum bisa kan baru mau kuliah.." jelas Anggi merendah namun senyumannya tetap terpaut indah di bibir mungil dan merah alami miliknya.

"Bagi Papah kalian sangat membuat bangga.." jawab Papah membalas pelukan kedua anaknya.

Sudah hampir dua jam mereka berada di ruang tamu, hingga akhirnya Anggi lebih dulu undur diri dan hendak istirahat di kamarnya.

"Anggi ke kamar duluan ya, ngantuk berat.." ujar Anggi sesekali ia menguap dan Menutupnya dengan tangan

"Ya udah sana, jangan lupa baca doa dek!" ujar Amel saat melihat Anggi yang sudah berjalan menuju kamarnya dan menaiki tangga.

"Pah.." panggil Amel saat mereka hanya tinggal berdua saja. Papah segera menoleh dan menatap anaknya yang juga menatap sedikit curiga padanya.

"Papah ada masalah di kantor?" tanya Amel seolah mengerti dengan wajah sang Papah saat pertama kali masuk ke rumah.

Benar, Papah tak bisa menyembunyikan apapun dari anak sulungnya ini, karena Amel selalu paham walau hanya dengan melihat mimik muka nya saja meskipun sudah ia sembunyikan sebaik mungkin. Anaknya satu ini memang sangat peka terhadap orang orang di sekitarnya.

"Papah rasa sangat sulit menyembunyikan sesuatu dari mu Mel!" jawab Papah tersenyemum kikuk.

"Pah, Amel kan anak Papah masa iya gak tahu kalo Papah lagi senang atau sedih bahkan mungkin Papah sedang ada masalah!" ujar Amel kembali mendekati Papahnya.

"Ya begitulah sayang, sedikit ada problem di kantor." jawab Papah jujur kemudian tak mungkin lagi mengelak

"Problem apa, mungkin Amel bisa bantu?" tanya Amel. Memang biasanya Amel akan membantu Papahnya saat ia sedang libur dan menyempatkan diri datang ke kantor milik sang Papah yang sudah ia rintis sejak menikah dengan sang Mamah yang sudah tiada.

"Masalahnya agak rumit Nak! dan kali ini kamu mungkin tak bisa bantu." jawab Papah kemudian beralih menatap kamar Anggi yang sudah tertutup rapat mungkin pemiliknya sudah tidur dengan nyenyak sekarang.

"Kenapa Pah?" tanya Amel lagi setelah ia mengikuti arah mata sang Papah memandang.

"Itu karena..." Papah kembali menatap Amel yang menunggu jawabannya dengan sedikit gugup namun tetap berusaha setenang mungkin.

"Tidurlah, sudah malam Nak. Papah juga akan tidur." ujar Papah tak melanjutkan ucapannya namun segera beranjak dari sana dan meninggalkan Amel sendiri dengan hati yang gusar dan penasaran karena pertanyaannya belum di jawab oleh Papahnya.

"Apa yang sedang Papah sembunyikan! sepertinya itu sangat mengganggu fikiran Papah?" gumam Amel memandang punggung sang Papah yang juga mulai menghilang di balik pintu yang semakin tertutup rapat dan di kunci dari dalam.

"Pah, Amel harap masalah ini tidak membuat Papah sampai sakit, karena Amel gak mau Papah sakit.." Amelpun beranjak dari sana kemudian menuju ke kamarnya guna beristirahat.

"Maafkan Papah karena belum bisa jujur pada kalian, dan mungkin saja salah satu dari kalian akan sangat membenci Papah setelah tahu masalah juga keputusan yang akan Papah ambil nanti.." gumam Papah saat ia sudah berada di dalam kamarnya sambil memandangi kedua wajah anak gadisnya di balik foto yang ia teruh di kamarnya kemudian meraih satu bingkai foto lagi dan nampak seorang wanita yang tak begitu tua sedang tersenyum. sambil menggendong seorang bayi perempuan yang tak lain adalah Amel.

"Maafkan aku sayang, aku tak punya pilihan lain selain ini.." ungkapnya menatap sendu pada foto sang istri.

Papah segera merebahkan tubuhnya dan mencoba tertidur sambil memeluk kedua bingkai foto anak juga istrinya dengan hati yang kacau tak karuan.

Lanjut up...

Semoga selalu syukaa ya...

Makasih orang baik....

😊🙏🙏

Lomba

Seperti biasa, setelah melaksanakan ibadah sholat subuh Amel bergegas menyiapkan sarapan. Pagi ini sedikit berbeda karena Anggi akan ikut sarapan bersama.

"Pagi Pah, pagi Kak.." sapa Anggi dengan senyum cerahnya sambil menarik satu kursi dan duduk.

"Pagi..." jawab kedua orang yang sudah lebih dulu duduk di sana.

"Anak Papah lagi bahagia banget kayaknya!" ujar Papah menatap si bungsu dengan senyum menggoda

"Hmmm, tentu Pah kan aku mau ke kampus hari ini.." jawab Angggi bahagia sambil menyuapkan satu sendok nasi goreng ke mulut mungilnya

"Loh dek kan kemaren udah sekarang mau ngapain ke kampus?" kali ini Amel yang bertanya

"Iya Kak, soalnya kan kami mau ada pertemuan buat ospek minggu depan.." jawab Anggi tetap antusias.

Gadis kecil itu memang sedang sangat bersemangat, ia selalu mendambakan agar bisa masuk di Universitas yang sama dengan Kakaknya meskipun dengan jurusan yang berbeda karena Kakaknya adalah seorang Desainer sedangkan ia mengambil komunikasi.

"Hmm, ya udah biar Kakak anter deh sekalian Kakak juga ada urusan sedikit di sana." tawar Amel dan Anggi segera mengangguk setuju dengan mulut yang penuh nasi goreng kesukaannya. Sebenarnya apapun yang di masak oleh Kakaknya selalu membuat ia senang karena masakan Kakaknya memang terbaik dan enak.

"Papah berangkat, kalian hati hati.." pesan Papah pada kedua anaknya. Amel dan Anggi segera mencium tangan Papah.

"Dah Pah..." Anggi melambaikan tangannya

"Yok berangkat.." ajak Amel yang lebih dulu masuk ke dalam mobil.

"Lets gooooo." teriak Anggi sambil mengepalkan tangannya dan di dorong ke atas. Amel hanya tersenyum, adiknya ini meski sudah berumur delapan belas tahun tapi tingkahnya melebihi anak sepuluh tahun.

"Kak.." panggil Anggi saat mereka sudah berada di jalan.

"Hmm." jawab Amel menoleh sekilas pada Anggi kemudian kembali fokus pada jalanan.

"Kakak pernah pacaran gak?" tanya Anggi, entah ada angin apa gadis itu bertanya hal ini pada sang Kakak.

"Gak pernah." jawab Amel tetap santai

"Kalo suka sama orang pernah?" Anggi masih bertanya seputaran itu.

"Hmmm, pernah.." jawab Amel jujur namun tetap tenang dan fokus dengan jalanan yang mulai ramai.

"Benarkah!" Anggi sangat antusisa saat Kakaknya mengatakan pernah suka pada seseorang sedangkan ia tahu jika Kakaknya itu memang tak pernah dekat dengan laki laki manapun.

"Hmm." jawab Amel

"Siapa? Kok Kakak gak pernah cerita sih!" ujar Anggi memanyunkan bibirnya menatap sang Kakak yang kini sudah tersenyum sambil mencubit pipinya gemas.

"Duhh, Kakak..." rengek Anggi memegang pipinya yang baru saja di cubit.

Amel kembali menoleh dan senyumannyapun semakin merekah saat melihat adiknya yang terlihat imut dan menggemaskan.

"Kakak belum jawab pertanyaan Anggi loh?" Anggi kembali menagih jawaban dari sang Kakak

"Yang mana?" tanya Amel

"Ih, yang kata Kakak pernah suka sama cowok! siapa?" ujar Anggi kesal

"Oh, itu..."

"Emang kenapa sih kamu mau tahu banget?" lagi lagi Amel tak langsung menjawab dia malah balik bertanya

"Kakak jawab dulu pertanyaan aku.." jawab Anggi makin kesal kini kedua tangannya ia lipat di depan dada

"Ya, dulu Kakak suka sama Kakak kelas waktu SMA tapi sayangnya dia udah punya pacar dan sudah di jodohin." jawab Amel, Anggi mendengarkan dengan sangat antusias.

"Apa karena itu Kakak gak pernah mau pacaran?" tanya Anggi kembali semangat

"Gak juga, tapi Kakak emang gak mau pacaran dek maunya langsung nikah.." jawab Amel tepat dengan ia menginjakkan rem mobil hingga berhenti di depan gedung kampus yang megah.

"Dah sampe.." ujar Amel segera keluar dari mobil, begitupun dengan Anggi yang segera keluar dan mengejar Kakaknya yang sudah lebih dulu berjalan menuju pintu masuk.

"Kakak..." panggil Anggi saat ia sudah mensejajarkan langkahnya dengan Amel

"Kenapa lagi?" tanya Amel

"Siapa namanya? siapa tahu nanti aku ketemu terus bisa sampein ke dia deh kalo Kakak suka sama dia."ujar Amel dengan polosnya

"Gak usah, Kakak juga gak tahu apa sekarang dia udah nikah sama cewek yang di jodohin sama dia waktu itu.." jawab Amel tetap santuy

"Ishh, Kakak nih loh kan siapa tahu belum, mungkin aja jodohnya Kakak.." Anggi tetap berusaha agar sang Kakak mau memberitahukan nama orang yang pernah di sukai.

"Kakak mau ke ruang Dosen, kamu jalan sendiri ya ke kelas." ujar Amel menghindar dari pertanyaan pertanyaan adiknya.

"Ah, Kakak mah pasti mau ngindarin aku kan?" tanyanya kesal

"Gak kok, nanti Kakak kasih tahu deh.." jawab Amel tersenyum lembut. Anggi segera mengangguk dan tersenyum puas kemudian ia lebih dulu berjalan menuju kelas yang di maksud Kakaknya.

Amelpun segera menuju ruang Dosen karena ada yang ingin di sampaikan oleh Dosen pembimbingnya.

tok tok tok

"Masuk.." suara khas laki laki namun sudah berumur menyuruhnya masuk.

"Permisi Pak.." Amel membuka pintu perlahan kemudian mulai masuk ke dalam ruang Dosen.

"Kamu Mel, masuk masuk.." Dosen pembimbing Amel sangat senang dengan kedatangan murid spesialnya.

"Duduk..." Amel segera duduk di hadapan Dosen yang sudah sangat berjasa bagi skripsinya.

"Ada apa ya Pak?" tanya Amel.

"begini Mel, kebetulan bulan depan itu akan ada even yang mengadakan lomba busana temanya bebas, nah kebetulan kan kamu pinter ngedisain baju ples juga ngejahitnya jadi saya mau kamu ikut kegiatan ini." jelas Pak Dosen semangat saat menjelaskan pada Amel yang juga sangat antusias mendengarkan.

"Saya Pak, tapi kan saya belum berpengalaman!" ujar Amel ragu

"Saya sangat yakin dengan kemampuan kamu Mel, jadi jangan sia sia kan kesempatan ini apa lagi hadiahnya lumayan loh." ujar Pak Dosen

"Kalo boleh tahu, hadiahnya apa yah Pak?" tanya Amel sedikit ragu dengan pertanyaannya takut jika Dosen di hadapannya tersinggung.

"Hadiah juara pertama beasiswa sesuai dengan lomba yang di adakan ke German. Bagaimana?" tanya Dosen memberi tahukan hadiah yang sangat menggiurkan.

Amel kaget mendengar hadiah yang akan di dapat, bukankah itu salah satu mimpinya untuk bisa menyambung pendidikannya di luar Negri dan kali ini kesempatan ada di depan mata.

"Baik Pak, saya usahakan untuk melakukan yang terbaik..." jawab Amel setelah ia mempertimbangkan segalanya.

"Bagus, kalau begitu saya yang akan mengurus semuanya kamu persiapkan saja desain seperti apa yang akan kamu gunakan di acara nanti." Dosen pembimbing Amelpun tak kalah semangat, ia senang karena mahasiswanya akan ikut even ini.

"Ya Pak, kalau begitu saya permisi.." Amel segera keluar dari ruangan Dosennya dengan hati yang bahagia.

Amel segera menuju ke ruang kelas di mana adiknya berada, dan menunggu hingga kegiatan Anggi selesai kemudian kembali pulang bersama.

"Kak..." panggil Anggi

"Hmmm." jawab Amel masih senyum senyum

"Kakak kenapa dari tadi senyum senyum kayak gitu, habis ketemu cowok yang Kakak taksir ya?" tanya Anggi dengan senyum menggoda Kakaknya. Amel menoleh sebentar ke arah Anggi dan ikut tersenyum.

"Kamu masih inget aja dek."

"Tapi Kakak lagi bahagia karena Kakak mau ikut lomba busana masih sebulan lagi sih.." jawab Amel

"Ohhh, kirain Kak.. he he he..." ujar Anggi cengengesan

"Gimana tadi lancar?" tanya Amel. mengalihkan pembicaraan karena ia malas jika adiknya kembali bertanya tentang masa lalu.

"Lancar, minggu depan dah mulai Ospek Kak.." jawab Anggi senang.

"Ya baguslah, Kakak cuma pesen kamu harus kuliah yang bener jangan sampe ngecewain Papah." pesan Amel dan langsung di anggukkan kepala oleh Anggi.

"Alhamdulillah sampe rumah lagi.." Amel segera memakirkan mobilnya di bagasi kemudian turun dan masuk ke dalam rumah sedang Anggi langsung masuk ke kamarnya.

Lanjut.....

Makasih yang dah mampir baca di karyaku yang baru ini, semoga selalu suka sama ceritanya ya..

Jangan lupa buat kasih like sama dukungannya ya, biar Authornya juga makin semangat buat berkarya...

Makasih orang baik....

😊🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!