NovelToon NovelToon

Blood Of Platinum

Bab 1. Awal dari kisah

Di suatu kota yang tertutup oleh kegelapan malam dan diselimuti oleh kabut tebal,semakin terdengar langkah seseorang yang berlari melewati kota sepi yang tertutup oleh kabut dan malam.

"Aku harus mencari tempat yang aman...."

Sosok berjubah yang menutupi kepalanya berlari dengan kencang. Sambil terus berlari, dia menengok ke belakang dan melihat makhluk yang mengejarnya.

Makhluk-makhluk aneh yang masih belum dapat terlihat sosoknya karena malam.

Namun suara keras dan seakan sedang menarik benda berat itu menjelaskan bahwa orang tersebut sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Tepat di depannya, dia berbelok ke kiri ke dalam gang sempit dan berhasil kabur dari ketakutan yang mengejarnya.

".........."

Sambil menengok sedikit untuk memastikan bahwa dia seorang diri dan tidak ada siapapun yang mengejarnya.

"Haah..."sambil menghela napas perlahan dan mulai bergumam dalam hati

"Akhirnya aku berhasil lolos dari mereka"

Dia berjalan memasuki gang itu lebih dalam tanpa menurunkan tingkat kewaspadaannya untuk menghindari kejaran dari makhluk yang belum jelas apa itu.

Dari caranya berlari yang tidak menurunkan kecepatannya ditambah suara benda berat yang diseret dan langkah kaki yang terdengar sangat berat hingga terdapat jejak jalan yang sedikit hancur, bisa dikatakan bahwa bukan sosok manusia yang mengejarnya melainkan 'makhluk lain' yang cukup mengerikan, lebih besar darinya dan yang pasti sangat berbahaya.

"Aku tidak mengerti. 'Dunia' yang kudatangi sebelumnya tidak seperti ini. Siapa yang menyangka akan bertemu dengan sekawanan troll di kota yang seperti hantu ini"

Itulah yang dikatakan oleh orang tersebut. Sambil mengeluarkan sesuatu seperti jam dari saku di dadanya dan melihat arah jarum jam, raut wajahnya nampak berubah menjadi semakin pucat seperti orang yang akan menemui kematiannya sebentar lagi.

"Tersisa 6 jam..... haaah....jangan bercanda..."menghela napas dan terjatuh karena kakinya yang lemas

"Berlari menghindari mereka saja sudah cukup sulit untukku. Harus bisa bertahan 6 jam dari kejaran mereka yang telah mengepung hampir semua sudut itu rasanya seperti sedang menunggu kematianku"

Terlihat lemah dan putus asa, akhirnya dia memutuskan untuk berusaha berdiri dan berjalan menusuri gang. Walau begitu, dia tidak berjalan perlahan karena situasi yang buruk tidak akan membiarkannya tenang.

Namun tiba-tiba dari arah belakang........

-CRAAAASH

"........!!"

Dengan cepat dan refleks yang bagus dia berhasil menghindari serangan dari belakangnya. Bersamaan dengan serangan kejutan itu, dia pun menyadari bahwa kedamaian yang baru dirasakan kurang dari satu menit  yang lalu itu telah menghilang.

"Sial! Kenapa bisa secepat ini mereka menemukanku?!"

Mata merah kawanan troll dengan bersenjatakan kapak besar dan tongkat kayu besar siap untuk menyerangnya.

Dengan sigap dia melompat dan berlari. Hanya setelah dia berhasil menjaga jaraknya yang semakin jauh dengan para troll itu, dia mengeluarkan sesuatu seperti pedang yang disembunyikan di dalam jubahnya.

"Kalau sudah seperti ini, mau tidak mau harus melawan. Jika dalam waktu 6 jam ini aku tidak bisa menemukan 'benda itu' dan mati ditangan mereka, semua usahaku akan sia-sia"

Berlari dengan kecepatan penuh dan bersiap menyerang, sambil melompat dia berada di atas para troll yang semakin brutal dan mulai mengayunkan senjatanya.

-GROOOAAAAAAARRRR

Suara para troll itu menggema di tengah kegelapan dan seketika tembok-tembok disekitar itu hancur dan tempat itu sudah tidak seperti gang sempit lagi karena teriakan mereka.

-CRAAAAAAASH

******

Tokyo, Jepang tahun 2023.

Kediaman Keluarga Yuki.

Pagi hari di kediaman Yuki, hari yang cukup cerah untuk memulai segalanya termasuk memulai keributan. Dimulai dari kamar di lantai dua.

“Ryou!!!! Sudah jam berapa ini?! Bangun sekarang atau kau akan terlambat”

“……Mmm…..05.30 pagi? Masih 5 menit lagi sampai alarm ku bunyi. Iya kan?….Ba, bangunkan aku 5 menit lagi Kino……mmm” bergumam tanpa membuka matanya dan kembali menutupi tubuhnya dengan selimut.

“Ini sudah bukan lagi jam 05.30!!” Mencoba menarik selimut namun gagal. Setelah usaha panjang akhirnya kepompong besar itu bergerak dan bangun perlahan. Sambil menggaruk kepala dan mencoba duduk dengan santai bertanya

“……Jam berapa ini?”

“Jam 07.00”

“05.00? Ok. Tidur lagi…….”

Pluk. Terjatuh lagi dan tidur lagi. Akhirnya wajah wanita yang membangunkannya berubah merah dan berteriak

“Ini sudah jam 07.00 pagi dan aku ini ibumu!. Sekarang bangun atau tidur selamanya!!!”

“Aaaaaah!!!” setelah teriak dan melihat sosok dihadapannya

“07.00! Kenapa tidak bilang dari tadi kalau sudah jam tujuh ibu?” dengan panik langsung melompat dari tempat tidur, berlari ke arah toilet dan mencuci muka, setelah keluar dari toilet dan selesai memakai baju seragam langsung berlari menuruni tangga menuju ruang makan di lantai satu.

“Selamat pagi Ryou. Akhirnya sudah bangun. Sarapannya sudah di meja. Cepat dimakan agar kita tidak terlambat” seorang pemuda tampak dengan tenang menyantap sarapan di sana bersama sosok pria yang merupakan ayah mereka.

“Ooi….Kenapa kau tidak membangunkanku Kino?”

“Aku sudah melakukannya tiga kali pagi ini. Tapi kamu tidak bergerak sama sekali”

Dengan nada tidak percaya dan sedikit kesal “Itu tidak mungkin. Alarmku sudah ada di sampingku sejak semalam. Tidak mungkin aku tidak mendengarnya”.

“Oh…. Soal jam alarm milikmu itu… saat dia berbunyi kamu langsung melemparnya ke dinding dan sekarang dia rusak. Karena menyerah membangunkanmu akhirnya aku minta tolong ibu yang melakukannya. Ternyata berhasil kan”

“Ru….sak. Tapi… itu satu-satunya yang ku…punya” wajah Ryou dengan wajah syok seperti terkena bencana di pagi hari. Disaat itu,suara tawa dari ayah mereka cukup membuat Ryou kembali normal.

“Ahahaha… pagi ini kalian semangat sekali Ryou-kun, Kino-kun. Itu bagus. Hari ini pasti cerah karena kalian semangat seperti itu”

“Hal terbaik yang terjadi di pagi ini adalah ibu berhasil membuatnya bangun. Kurasa besok aku akan meminta ibu menggantikanku membangunkanmu lagi Ryou. Biar aku yang menyiapkan sarapan” sambil tersenyum dan melihat kearah Ryou yang sepertinya tidak senang dengan ucapan Kino

“Jangan coba-coba kau menyarankan hal itu pada ibu, Kino. Serius, nyawaku mungkin akan dalam bahaya kalau setiap pagi selalu be…Hiiiiiiiiii!!!”

“Nyawamu kenapa Ryou-chan……”

Tatapan menakutkan yang mengintimidasi tiba-tiba ada di belakang Ryou dan seketika membuatnya ingin berteriak dan menangis di saat bersamaan.

Sosok itu adalah sang ibu yang muncul di belakang Ryou. Setelah beberapa saat, akhirnya ibu duduk dengan mereka bertiga dan sarapan bersama.

“Yang seharusnya bicara begitu adalah Kino-chan. Sekarang ibu tau kenapa Kino-chan selalu lama ketika membangunkanmu. Ternyata memang karena Ryou-chan sulit dibangunkan. Bahkan pagi ini ibu melihat ‘korban tewas’ hancur berantakan di dekat dinding.”

Dengan raut wajah sedih Ryou berkata “itu…. Alarmku satu-satunya….”

“Tepat sekali” Kino menjawab sambil meminum sup miso di tangannya.

“Kurasa kau harus mulai terbiasa untuk tidur lebih cepat Ryou-chan atau akan terus seperti ini mulai besok”

“Tidak!! Besok tidak perlu ada yang membangunkanku. Aku akan pasang alarm ponselku nanti malam. Aku tidak akan mungkin melemparkan ponsel satu-satunya ke dinding kamar iya, kan?"

Melihat wajah Ryou yang serius dan takut membuat Kino tersenyum dan tertawa kecil.

Ibu dan ayah mereka juga hanya mendengarkan tanpa mengatakan apapun, menandakan bahwa mereka senang meskipun pagi hari itu cukup panjang untuk kedua anaknya.

Melihat jam di tangannya, ayah mulai berkata “sudah waktunya kalian berangkat. Ayah akan mengantar kalian”

“Iya. Aku sudah selesai makan. Terima kasih makanannya. Ibu, kami berangkat ya” Kino berdiri dan mengambil tasnya.

“Aku juga. Terima kasih makanannya. Ayo Kino…..” dengan sedikit terburu-buru Ryou menghabiskan makanannya dengan cepat.

“Kalian hati-hati ya. Ibu sudah memasukkan bento kalian di tas. Jangan pulang terlambat ya. Ayah juga ya”

“Iya. Kami berangkat”

Ketiga ayah dan anak itu pergi. Dengan mengendarai mobil keluarga, sang ayah mengantarkan kedua anaknya bersekolah.

Yuki Kino merupakan putra pertama keluarga Yuki hanya berbeda satu tahun dari adik laki-lakinya Ryou.

Memiliki wajah mempesona dan pembawaan yang tenang, cukup mengagumkan untuk pemuda berusia 16 tahun yang memiliki kelebihan dalam menangani sifat terlalu bersemangat milik adiknya yang tidak kalah mempesona pula.

Kakak beradik keluarga Yuki bersekolah di sekolah swasta bernama Hoshigaoka Elite High School dengan kurikulum berbasis internasional.

Jarak dari rumah mereka ke sekolah cukup jauh namun bisa ditempuh dengan kereta atau kendaraan pribadi seperti mobil.

“Sudah sampai” sang ayah memberhentikan mobilnya tidak jauh dari gerbang sekolah

“Ayah tidak bisa menjemput kalian hari ini karena kemungkinan akan pulang sedikit larut. Maafkan ayah ya”

“Tidak masalah. Kino dan aku bukan anak kecil lagi. Lagipula ayah tidak perlu mengantarkan kami setiap pagi kan? Jangan khawatir” Ryou menjawab dengan sikap terlalu percaya diri padahal dialah alasan utama kenapa sang ayah selalu mengantar mereka ke sekolah di pagi hari setiap harinya. Dibuktikan dengan drama yang terjadi pagi ini.

Kino hanya menghela napas dan berkata pada ayahnya dengan senyuman

“Terima kasih karena sudah mengantarkan kami. Berjuanglah di kantor nanti ya. Kami akan menghubungi ke rumah jika memang pulang terlambat”

“Baiklah. Semoga hari kalian menyenangkan anak-anak”

Turun dari mobil, kedua saudara itu berjalan menuju gerbang sekolah sambil melihat kearah mobil ayah mereka yang semakin jauh dari sekolah.

Hal terbaik yang terjadi pagi ini untuk mereka berdua adalah mereka sampai lebih cepat dari jam masuk sekolah mereka. Waktu menunjukkan pukul 07.45 pagi.

“Besok aku akan bangun pagi sendiri” mengambil sepatu dari loker sepatu, Ryou terus mengulangi kalimatnya itu

“Aku sudah dengar itu”

“Dan kalau aku tidak bangun, kau harus membangunkanku Kino”

“Aku akan minta ibu melakukannya lagi. Aku menyerah membangunkanmu”

“Ooi….. jangan mengkhianati persaudaraan kita!”

“Membangunkan orang tidur tidak ada hubungannya dengan persaudaraan. Kalau itu berpengaruh maka aku dan kamu tidak akan jadi kakak adik lagi sejak masuk sekolah pertama kali”

“Ukh…..”

Gedung sekolah tersebut dibagi menjadi beberapa bagian dikarenakan murid di Hoshigaoka dibagi menjadi beberapa kriteria dan merupakan siswa siswi yang memiliki potensi serta berasal dari kalangan yang cukup elite. Hal lainnya yang membedakan adalah meskipun masuk kedalam sekolah elite namun Hoshigaoka memiliki program full scholarship untuk murid dengan nilai akademik tertinggi.

Sebagai contohnya adalah Yuki Kino yang mendapatkan program tersebut sejak awal menempuh pendidikan di sana dan adanya kelas escalate, sebuah sistem penyesuaian kelas untuk murid dengan kriteria sangat khusus, kreativitas dan bakat lain yang memungkinkan mereka lompat kelas.

Yuki Ryou merupakan sekian banyak murid yang berhasil menjadi murid escalate karena prestasinya untuk sekolah di bidang olahraga setahun lalu. Cukup seimbang dengan sifat uniknya ternyata dia termasuk murid berprestasi. Ini membuat kakak beradik Yuki berada di kelas yang sama.

**

Kelas 3-A

-Braak!

Terdengar suara pintu terbuka

“Selamat pagi semua. Lihat siapa yang datang…” sambil membuka pintu Ryou tersenyum dan menyapa semua orang di kelas dengan semangat. Di belakangnya, sang kakak yang hanya bisa menghela napas

“Ryou… jangan memulai”

Teman-temannya tersenyum menyambut mereka sambil berkata

“Yoo… Double Yuki datang”

“Pagi Kino, pagi Ryou”

“Woo hoo…. Kalian save hari ini. Padahal kemarin nyaris 5 menit lagi kalian terlambat”

“Rekor baru untuk Double. Kau tidak lelah menangani adikmu itu Kino? Hahaha..”

“Hari ini malaikat penolong membantuku jadi energiku pagi ini masih utuh” dengan nada tenang, Kino duduk di tempatnya yang berada tiga baris dari belakang dekat dengan jendela.

“Apanya yang malaikat. Nyaris membuat jantungku berhenti. Bahkan korban jiwa berjatuhan lagi pagi ini” Ryou yang bergumam dengan raut wajah sedikit cemberut membalas omongan Kino sambil menuju tempatnya yang tepat berada di belakang tempat duduk Kino.

Salah satu temannya seakan bisa menebak apa yang dimaksud.

“Korban jiwa? Jangan bilang…..”

“Jangan katakan. Kumohon. Aku tidak ingin membahasnya”

“Ahahahahahaa…” teman-temannya hanya bisa tertawa mendengar ucapan Ryou. Kino hanya tersenyum.

Bel sekolah berbunyi dan pelajaran di mulai. Kehidupan normal seperti biasa tanpa ada hal aneh. Drama di pagi hari dan aktifitas yang dilakukan oleh kedua kakak beradik itu selalu sama. Satu lagi hari menyenangkan dilalui. Setidaknya untuk saat ini.

******

Di kegelapan malam, di sebuah bangunan tua yang seperti sebuah altar, terdapat jejak  darah segar berceceran di lantai. Suara terengah-engah sambil menahan rasa sakit namun tidak terlihat tanda-tanda penurunan sikap kewaspadaannya.

“Hah….haah…ukh” sambil mencoba mengatur napasnya dan menahan rasa sakit di lengan kirinya, orang tersebut mencoba berjalan perlahan ke sudut tembok dekat jendela yang telah rusak.

Bisa dikatakan bahwa orang itu telah berhasil keluar dari gang sempit tempat dia diserang oleh kelompok troll sebelumnya. Luka yang berada di tangannya adalah hasil dari pertarungan yang telah dia lakukan. Selain luka, pakaian yang kotor dan jubahnya yang mulai robek memperlihatkan bahwa pelarian yang dilakukannya benar-benar dilakukan dengan penuh perjuangan.

“Seharusnya… aku sudah aman atau…..” melihat ke bawah dan menyadari darahnya jatuh sepanjang jalan seakan membuat jejak dimana dia berada membuatnya sadar bahwa keadaannya mungkin akan menjadi jauh lebih buruk. Ditambah dengan lukanya yang belum ditutupi membuat tubuhnya semakin lemas dan lelah.

“Atau mungkin aku sedang tidak aman sama sekali….”

Sambil mengeluarkan jam saku di tangannya. Wajahnya menjadi semakin pucat.

“Masih 4 jam lagi? Jangan bercanda. Aku hanya berhasil membunuh 5 troll dan baru 2 jam berlalu? Saat mereka semua menemukanku, aku mungkin sudah mati”

Wajahnya yang nampak putus asa semakin putus asa saat dia mendengar suara hentakan kaki yang keras berasal dari luar. Hentakan kaki itu seperti langkah kaki yang sedang berlari namun getarannya yang bisa terasa sampai di tempat dia berada menandakan bahwa kawanan troll itu mulai berlari menuju tempatnya.

“Sudah kuduga jejak darahku kemungkinan yang membawa mereka sampai di sini. Aku butuh rencana untuk lolos dari kejaran mereka”

Dengan merobek sedikit jubahnya dan mengikat luka miliknya dengan robekan tersebut, dia mulai berfikir kembali.

Lelah dan tubuhnya yang terluka sudah menurunkan tingkat keberuntungannya. Setidaknya itulah yang dipikirkannya.

Namun, bukan berarti sorot matanya berubah menjadi putus asa. Dia melihat ke arah pedang yang masih digenggamnya dan mulai menunjukkan tatapan semangat.

“Mari bertaruh, apakah aku yang akan berhasil menemukan ‘serpihan’ itu dahulu atau aku yang akan mati di ‘dunia’ ini lebih dulu”

Selang beberapa lama, sebuah hantaman benda besar menghancurkan bangunan altar tua tersebut. Seketika semua bagian dinding hancur dan muncul kawanan troll besar kembali.

Pemandangan yang tidak asing dilihatnya. Namun kali ini sedikit berbeda. Sebuah serangan kejutan dilakukan olehnya ke arah dua troll yang berada di bagian depan.

Serangan yang dilancarkannya tepat mengenai kedua mata mereka. Dengan melompat ke arah kepala troll yang berada di depan, dia berhasil membuat mereka buta dan kehilangan keseimbangan.

-SLAAASH

Darah mengalir dari arah mata troll tersebut. Kecepatan dalam mengayunkan pedang yang mengagumkan dibuktikan dengan teriakan kedua troll yang menahan sakit karena luka di mata mereka. Tapi tidak hanya sampai di situ. Kesempatan itu tidak disia-siakannya.

Serangan keduanya pun tidak kalah kuat dari yang pertama. Yang diincarnya adalah kepala. Dengan kecepatan dan kekuatan kaki yang dimilikinya, membuatnya berhasil melakukan lompatan yang tinggi, memanfaatkan tubuh troll yang sedang tidak stabil sebagai pijakannya dan menusukkan pedangnya ke kepala troll tersebut sebanyak dua kali.

Saat troll pertama terjatuh dan mati, lompatan selanjutnya dilakukan untuk membunuh troll kedua yang terluka. Namun ternyata tidak sepenuhnya berhasil.

Sebelum dia melakukannya, troll lain yang berada di belakang mengayunkan kapak besarnya dan menghalau serangan itu. Hal itu membuatnya terlempar jauh namun tidak sampai membuat luka yang parah karena dia sempat melihat serangan itu sebelum.

“Kurasa teman besar ini menjadi cukup pintar setelah ada yang mati” sambil bergumam dia dapat melihat bahwa peluang untuk melakukan serangan yang sama mungkin tidak akan berhasil. Dan kali ini harus ada rencana lain atau semua akan sia-sia.

Setelah melihat jam saku yang dikeluarkan kembali dari kantong jubah ke tangannya, senyuman mulai muncul di wajahnya.

Seakan semangat baru mulai bangkit bersamaan dengan tatapan matanya yang melihat ke arah mata merah para troll yang sudah siap menyerang, sebuah kalimat keluar dari mulutnya.

“Masih ada 3 jam 45 menit lagi sebelum matahari terbit”

-GROOOAAAAAAARRRR

-CRAAAAAASH

Hantaman kapak besar dan serangan tongkat besar mulai dilancarkan para troll kepadanya.

Sambil berlari menghindari serangan tersebut dia menahan serangan dan batu kerikil yang ikut terlempar ke arahnya.

Mulai melakukan serangan, sayatan pedangnya cukup dalam untuk melukai lengan dan kaki troll. Meskipun belum cukup membuat mereka tumbang, tidak ada gerakan yang sia-sia darinya.

Tidak terlihat seperti orang yang sedang terluka di lengan kiri, serangannya semakin cepat dan akurat.

-GROOOAAAAAAARRRR

Teriakan troll yang kesakitan bergema. Satu suara dari mereka saja sudah cukup membuat dinding dan jalan berbatu disana retak, kali ini lebih dari satu suara tercipta karena serangannya.

Sayangnya hal tersebut tidak membuatnya takut dan bahkan semakin cepat dan cepat ayunan pedang itu menyayat tubuh para troll.

“Sedikit lagi. Aku harus bertahan……” keringat yang membasahi wajah dan tubuhnya tidak bisa menyembunyikan rasa lelahnya. Namun dialah yang paling tau bahwa sedikit saja kecepatan serangan itu melambat maka tamatlah riwayatnya.

“Aku harus mengincar titik kelemahan mereka lagi atau semua energiku akan habis….. “

Berpikir cepat, melancarkan serangan sambil menghindari serangan yang datang ke arahnya membuat otak dan tubuhnya bekerja lebih keras.

Saat itulah ada satu titik buta yang terbuka dari arah troll. Ketika troll kedua yang dilukainya mulai mencoba menerobos untuk menyerang, di situlah dia mulai melihat kesempatan.

Dengan cepat dia memanfaatkan kesempatan untuk berlari kearah troll itu dan memanfaatkan tubuh troll yang terhuyung-huyung itu.

Berhasil menghindari serangan dari troll lain yang telah dilukainya, sekarang dia berada di posisi yang tepat. Tepat setelah melompat ke tubuh troll itu sebuah serangan berhasil mengenai bagian yang diincarnya, yaitu kepala troll.

Kali ini bukan hanya tusukkan tapi dia mencoba memenggal lehernya. Memerlukan usaha untuk membuat sebuat sayatan di leher troll yang tebal.

“Hiiiyaaaa……………….”

Kaito berteriak sambil menusukkan pedangnya dan mulai membuat sebuah sayatan panjang

-CRAAAAAAAT

Meskipun tidak sampai benar-benar terpisah dari posisinya, namun sayatan yang cukup lebar membuat hujan darah keluar sesaat. Dilihat dari keadaannya, serangan itu berhasil merubah rasio keberuntungannya.

“Sisa 3 jam 20 menit. Waktunya membalikkan keadaan”

******

Bab 2. Benda Antik bag. 1

Hoshigaoka, Kelas 3-A.

Jam menunjukkan pukul 12.00 siang dan tiba waktunya untuk makan siang.

“Penjelasannya sampai di sini. Jika ada yang ingin ditanyakan bisa menemui bapak di ruang guru. Dan jangan lupa mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan hari ini”

Setelah pak guru selesai memberikan penjelasan, bersamaan dengan keluarnya beliau bel tanda istirahat berbunyi.

“Kino, kita makan. Ayo ke atap sekolah lagi” Ryou dengan semangat memegang pundak kakaknya dan mengajaknya makan siang bersama.

“Iya” sambil mengangguk dan tersenyum, Kino mengeluarkan kotak bento miliknya.

Aktifitas sehari-hari lainnya yang dilakukan kedua kakak adik itu adalah selalu menghabiskan waktu untuk makan siang bersama. Bukan karena mereka menjauhkan diri atau malas berteman dengan yang lain. Faktanya, mereka terkenal dengan sebutan “Double Yuki” yang memiliki citra cukup baik di kalangan sekolah. Namun karena hal tersebut sudah menjadi bagian dari keseharian mereka dan mereka cukup nyaman dengan itu.

Berjalan melewati koridor dan mulai menaiki tangga menuju atap sekolah

“Akhirnya sampai. Tempat bersantai yang terbaik adalah di tempat sepi seperti ini iya, kan “ dengan cepat Ryou duduk di sebuah kursi panjang yang berada di samping tidak jauh dari pintu yang dibukanya. Kursi tersebut cukup untuk empat orang dan teduh karena adanya bayangan yang membuatnya tidak terkena terik matahari langsung. Benar-benar tempat yang tepat untuk makan siang santai tanpa gangguan.

“Bagaimana pendapatmu tentang hari ini?” sambil menyantap makanannya Kino bertanya ke arah Ryou

“Bagaimana apanya? Normal seperti biasa. Memang ada hal yang berbeda dari biasanya?”

“Tidak. Aku hanya bertanya karena aku tau sifatmu”

“Maksudnya?”

“Ryou mudah sekali bosan dan sangat senang melakukan hal baru, kan? Kupikir kau akan mulai bosan dengan keseharian kita seperti ini”

“Kemarin kau juga bertanya hal ini. Dua hari lalu juga. Kenapa kau sering sekali bertanya hal seperti ini padaku?. Sebenarnya apa yang kau pikirkan, Kino?”

“Sejak setahun lalu, Ryou berhasil masuk kelas escalate dan akhirnya kita bisa di kelas yang sama. Aku sangat senang karena kita bersama. Tapi, karena itu tugas kita semakin banyak. Biasanya, Ryou yang dulu selalu mengeluh dan aku takut kau tidak begitu menyukai kehidupanmu di kelas 3 ini” sambil meletakkan kembali sumpitnya, Kino menatap wajah adiknya.

Karakter Ryou yang energik dan bersemangat memang sangat terlihat bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, sifat lain darinya adalah mudah sekali bosan dan cenderung mencari hal lain yang lebih menantang untuk dilakukan.

Bisa dikatakan pertanyaan Kino pada adiknya adalah hal yang wajar mengingat bahwa di usia 15 tahun, Ryou sudah harus menyesuaikan diri dengan materi sulit. Dan karena ini adalah Jepang, siswa kelas 3 biasanya akan lebih ketat dalam pelajaran dikarenakan mereka harus menempuh jenjang kuliah setelah lulus. Adanya pelajaran tambahan dan beban lainnya harus dirasakan oleh pada murid menjelang kelulusan mereka termasuk keduanya.

“Nee….. kalau kau bertanya seperti itu karena kau tau sifatku, kurasa bohong kalau aku bilang aku tidak bosan” sambil menatap Kino, Ryou memberikan jawaban tak terduga. Kino hanya bisa terdiam dengan wajah agak murung.

“……”

“Siapa yang menyangka masuk dalam program khusus di sekolah malah berakhir drama. Tugas yang banyak, setiap hari harus mendengarkan guru yang mengatakan kita harus serius belajar dan bla bla bla…..” nada protes keluar dari mulut pedasnya

“……”

“Dan satu lagi…kelas tambahan di hari sabtu yang menyita waktu main game ku. Itu yang paling fatal” kali ini nada protesnya terdengar seperti dari lubuk hati yang paling dalam

“……”

Mendengar protes terakhir, wajah murung Kino sedikit berubah dari murung menjadi wajah heran.

“Kau lebih mengkhawatirkan jam main game-mu dibandingkan lulus dengan nilai yang bagus?”

“Tentu saja!! Cukup kau saja yang pintar belajar di rumah”

“Haaaaah….” Sambil menghela napas, Kinou terlihat sedikit lega

“Hal yang paling menyenangkan adalah bisa satu kelas denganmu Kino”

Mendengar ucapan itu, Kino melihat kearah adiknya dengan mata lebar. Seakan baru mendengar kata-kata yang sangat indah, membuatnya terlihat berkaca dan terharu.

“Hal terbaiknya adalah aku bisa sekelas dengan kakakku yang artinya kita bisa lulus bersama. Kau dan aku bisa masuk universitas yang sama. Yah, beda cerita kalau kau ingin mengambil jurusan tertentu atau mengejar beasiswa lagi untuk sekolah di luar negeri. Tapi terlepas dari itu, kau dan aku bisa lulus di musim semi tahun depan bersama-sama. Jadi tidak akan ada yang ditinggalkan diantara kita” Ryou tersenyum

“Kau benar. Kurasa aku tidak akan bertanya hal seperti ini lagi padamu. Aku senang kau menikmatinya”

“Yap. Seperti yang kau bilang, kau tau sifatku. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan”

Sambil menganggukkan kepalanya sedikit, mereka tertawa bersama. Jam makan siang itu terasa begitu singkat namun begitu menyenangkan untuk mereka. Selang beberapa saat, ponsel yang berada di saku celana Kino berbunyi. Layar ponsel itu menujukkan nama kontak yang memanggil.

“Dari ayah…” menekan tombol dan menjawab

“Halo, ayah. Ada apa?”

“Ah, Kino. Maaf ayah mengganggu waktu makan siangmu”

“Tidak apa. Aku dan Ryou baru selesai. Apakah ada masalah?”

“Ayah sudah menghubungi ibu kalian di rumah tapi sepertinya ibu sedang pergi keluar bersama tetangga sebelah rumah kita, Yamada-san ke pentas kabuki. Ayah ingin minta tolong. Saat kalian pulang ke rumah nanti, tolong carikan dokumen lama ayah yang ada di perpustakaan rumah”

“Dokumen?”

“Dokumen berwarna hijau. Ayah ingat meletakkannya di rak buku paling depan di sebelah kanan. Tolong setelah sampai rumah bantu carikan dan letakkan di ruang kerja ayah ya. Apakah bisa?”

“Tentu. Aku akan menghubungi ayah lagi jika sudah sampai rumah untuk memastikannya kembali.

“Terima kasih banyak. Ah, lanjutkan makan siang kalian. Nanti ayah telpon lagi”

“Ayah juga ya. Jangan lupa makan siang. Sampai jumpa” Kino menekan tombol mengakhiri telpon. Ryou pun bertanya.

“Dari ayah?”

“Iya. Ayah minta tolong untuk mencarikan dokumen di perpustakaan rumah kita”

“Hmm… dokumen pekerjaan?”

“Sepertinya begitu. Nanti bantu aku mencarinya ya”

******

Kabut dan pekatnya malam masih menghiasi kota yang sepi itu. Suara benda keras terdengar di setiap sudut di jalan itu.

Layaknya kota hantu tanpa penghuni. Tidak ada satupun orang yang terlihat. Kabut mulai menipis di sekitar jalan-jalan kota. Mulai terlihat jalanan yang terbuat dari bebatuan keras hancur akibat hantaman benda keras. Tembok bangunan di kanan dan kiri jalan yang cukup lebar berubah retak dan sebagian telah hancur. Bercak darah terlihat di setiap sudut lokasi.

-CRAAAAAAT

Cipratan darah keluar dari mayat troll yang telah dibunuh. Melihat ke bawah, itu adalah sosok troll ketiga yang berhasil dibunuhnya. Setelah kabut mulai sedikit demi sedikit menipis, akhirnya mulai terlihat seperti apa sosok yang bertarung dengan kawanan troll itu.

Sosok pemuda tampan tinggi dengan rambut hitam pekat dan mata biru yang seindah permata nampak jelas bermandikan darah di hampir seluruh pakaiannya. Itu adalah darah troll yang bercampur dengan darah yang keluar dari luka miliknya.

-GROOOAAAAAAARRRR

Melihat temannya mati, para troll lainnya mulai menyerang secara brutal. Tidak peduli apakah serangan itu mengenai pemuda itu atau tidak, mereka terus mengayunkan senjata mereka ke setiap sudut, menghancurkan dinding dan bangunan di sekitarnya serta melubangi jalan yang terbuat dari batu.

-CRAAAAAAASH

Berhasil menghindari serangan beruntun dari tongkat kayu besar itu mulai terasa sulit. Batu-batu yang hancur karena pukulan tongkat kayu itu mengenai kaki pemuda itu sehingga dia pun terjatuh

-BRUUUK

Belum sempat bangun, dari atas kepalanya kapak besar siap untuk menghancurkan kepala dalam satu pukulan.

-CRAAAAAAASH

Kapak tersebut berhasil jatuh ke tanah namun tidak mengenainya karena dia berhasil menghindarinya dengan berguling ke samping. Meski bisa menghindar, dia tidak lepas dari luka. Tangan kiri yang diikat oleh jubahnya mulai mengeluarkan darah lagi akibat batu lancip yang mengenainya.

“Ukh…”

Dia pun cepat berdiri. Mulai berfikir untuk melancarkan serangan selanjutnya, target incaran pemuda itu untuk membunuh troll tidaklah berubah. Dia terus mencoba mengincar kepala mereka. Saat kesempatan itu ada, dia melompat kearah mereka dan menancapkan pedang panjangnya ke lengan troll tersebut. Menyebabkan troll tersebut kesakitan dan mulai menjatuhkan senjatanya.

-GBRUUUUUUK

Senjata berat itu jatuh ke tanah dan kesempatan datang bagi pemuda itu menarik pedang yang menancap di tangan troll dan menusukkannya ke kepala bagian depannya.

Troll tersebut mulai jatuh ke tanah. Bersamaan sebelum troll itu tumbang, pemuda itu dengan sigap melompat ke sisi tubuh troll lain yang datang berlari untuk membunuhnya. Langkah serangan sebelumnya dilakukan kembali olehnya untuk menumbangkan troll yang datang. Tidak memberikan celah sedikitpun untuk berhenti menyerang, kali ini dia mengganti strategi berpindah dari tubuh troll satu ke lainnya sambil melancarkan serangan.

Hal itu terus berlangsung hingga akhirnya serangan terakhir berhasil mengenai satu-satunya troll yang tersisa.

“Haah…haaah….haaah…” napas yang terengah-engah dan kakinya yang gemetar mulai tidak sanggup menahan tubuhnya yang terluka

Bukan hanya luka di sekujur tubuhnya, energi dan mentalnya cukup terkuras hingga nyaris tidak tersisa. Meski begitu, dia masih memiliki cukup tenaga untuk mempertahankan kesadarannya agar tidak jatuh pingsan.

“Kuharap…sudah tidak ada lagi yang muncul…”

Melihat ke wilayah di sekelilingnya, hanya tatapan tanpa ekspresi yang ditunjukkanya. Mayat para troll itu nampak berserakan di hampir sepanjang jalan itu.

Wilayah tempatnya berada sebelumnya terlihat seperti rumah dan gedung model abad ke-15 di wilayah barat yang memberikan kesan cukup horror saat dikelilingi kabut tebal di malam hari. Kabut yang menyelimuti tempat itu sebelumnya sangat tebal dengan tingkat kehorroran level medium. Namun, setelah kabutnya menipis dan berganti hiasan dari para mayat troll dan cat dari darah mereka sudah meningkatkan level kehorroran lokasi itu menjadi maksimal.

Tangan yang gemetar itu mencoba meraih jam saku di kantong jubahnya

“1 jam 15 menit? Aku bertarung mati-matian berharap waktu yang tersisa tinggal beberapa menit sampai matahari terbit, kenapa justru masih 1 jam 15 menit lagi?!” nada kecewa dan tatapannya yang mulai putus asa mulai terlihat kembali. Bagaikan jatuh kembali ke dalam jurang dan siap untuk menyambut kematian, tidak ada yang tersisa selain rasa sakit dan tatapan gelap yang ditunjukkan oleh pemuda itu.

“Kalau seperti ini, aku tidak akan bisa keluar dari malam dengan selamat…”

Seakan malam hari adalah musuh terbesarnya saat ini. Kota sepi bak kota hantu adalah arena kematian untuknya. Dan makhluk tak masuk akal yang mengerikan adalah lawan yang harus dihadapinya.

“Jika malam belum berakhir maka akan ada kemungkinan makhluk selain troll akan muncul di sini. Dengan tubuh terluka begini, untuk berjalan saja sudah nyaris mustahil. Apa yang–”

Bibirnya berhenti bicara dan matanya menatap ke arah depan. Pada posisi ini, dia yang awalnya kesulitan untuk berdiri dengan kaki gemetar, tiba-tiba mulai memaksakan diri untuk berdiri dan mulai mengabaikan seluruh luka serta darah yang mengalir keluar dari tubuhnya.

Bagaikan badai yang tidak membiarkan waktu tenang datang, kata-katanya langsung berubah menjadi kenyataan. Kenyataan pahit yang harus mengantarkannya pada tatapan mata merah lainnya.

Kali ini dengan jumlah yang tidak sedikit. Jika kawanan troll yang datang untuk menyerangnya berjumlah sepuluh ekor dengan tinggi rata-rata 3 hingga 4 meter, kali ini tamu tak diundang yang datang hanya setinggi 56 sampai 62 cm namun dengan jumlah dua kali lipat dari kawanan troll.

-GRRRRRRRR

Sosok makhluk berbulu hitam bermata merah dan berkaki empat dengan taring serta cakar yang terlihat.

“Mu…mustahil….Dark Wolf…” tangannya gemetar dan bibirnya seperti kehilangan kata-kata

-GRRRRRRRR

Para dark wolf itu mulai melangkah sedikit demi sedikit. Seakan bersiap menyerang, mereka menunjukkan kuda-kuda untuk menyerang.

-WOOOOOOOOOF

Mulai berlari mendekati pemuda itu, dengan cepat pemuda itu melayangkan serangan ke arah serigala yang mencoba menerkamnya.

-SPLAAAASH

Darah mulai keluar dari serigala yang terkena serangan pedang pemuda itu tepat di tubuhnya. Namun membunuh seekor serigala tidak membuat perubahan yang berarti. Masih ada 19 ekor lainnya yang mulai secara agresif menyerangnya setelah salah satu teman mereka mati.

“Ini seperti kali ini aku benar-benar akan mati di ‘dunia’ ini sebelum menemukan benda itu…”

Dari arah depan pemuda itu, tiga ekor serigala mulai melompat dan mencoba mencakar tubuhnya. Gerakan pemuda itu mulai melemah akibat luka dari pertarungan sebelumnya. Berhasil menghindari serangan pertama dari

para serigala itu tidak berarti berhasil untuk serangan selanjutnya.

-SSRRREEEEEET

-SPLAAAASH

Kali ini serangan itu diterimanya cukup telak. Pundak kanannya terluka cukup dalam, membuat pedang yang digenggamnya jatuh ke tanah.

“Aaaaaaaaaakh…..” pemuda itu berteriak keras menahan rasa sakit dari serangan yang diterimanya.

Kali ini, darah yang keluar dari pundak kanannya mengalir cukup banyak membasahi seluruh tangannya. Matanya yang mulai terlihat gelap dan kekuatan di kakinya yang tidak mampu menahan tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan. Keadaan yang sangat tidak menguntungkan baginya.

“Setelah perjuangan panjang mencari ‘benda itu’ ke seluruh ‘dunia’ yang pernah ada….. apakah ini akhirnya?”

Beberapa saat setelah itu tiba-tiba serangan lainnya datang dari arah belakang. Bukan tidak menyadari serangan tersebut, hanya saja tingkat kerusakan yang disebabkan oleh serangan tadi sudah cukup membuatnya kehilangan kesadaran.

Kali ini punggung bagian belakang terluka meski tidak begitu besar. Sebelum serangannya diterima dengan telak, lagi-lagi dia berguling ke samping kiri. Sisi kirinya saat itu memiliki titik yang kosong, cukup untuk satu sampai dua kali putaran saat berguling. Tapi tidak merubah keadaan.

“Kenapa waktu tidak memihak padaku lagi….” pikirnya dengan nada kesal

Sorot matanya pun nampak menunjukkan kekesalan walaupun pandangan matanya sudah mulai buram dan gelap.

Hal baik disini adalah pemuda itu masih memiliki energi untuk bergumam dalam hati, mengungkapkan kekesalannya bahkan pada keadaan diantara hidup atau mati yang dialaminya. Ini juga bukti bahwa dia pasti masih menyimpan energi untuk memikirkan rencana agar bisa keluar dari situasi berbahaya ini.

“Kau harus bisa bertahan... kau sudah berjuang sampai sejauh ini untuk menemukannya. Jika kau mati, semua akan sia-sia.Aku harus bisa melakukan sesuatu untuk bertahan dari serangan mereka. Hanya sampai matahari terbit…” mencoba menyemangati dirinya sendiri, mulai bangkit dan berpikir

Hal yang harus dilakukan untuk melakukan serangan balik adalah bagaimana dia mengambil pedangnya yang jatuh di tanah tepat berada di sisi tempat dia terkena serangan sebelumnya.

******

Waktu menunjukkan pukul 16.00 sore dan bel tanda sekolah berakhir telah dibunyikan. Semua murid keluar dan bersiap untuk pulang.

“Sampai jumpa besok, teman-teman. Aku dan Ryou pulang duluan karena ada urusan mendadak”

“Hati-hati ya” sambil melambaikan tangan, teman-teman sekelasnya mengucapkan ucapan selamat jalan.

Kedua kakak beradik itu pulang dengan berjalan sebentar menuju halte bus yang berada tidak jauh dari lokasi sekolah. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja bagi mereka naik ke bus yang datang tidak lama setelah mereka sampai di halte.

“Apa ayah sudah menghubungimu lagi?”

“Belum. Aku sudah mencoba mengirimkan chat. Tapi sepertinya belum dibalas”

Terus melihat kearah ponselnya, Kino menunggu kabar dari ayah mereka. Ada pesan masuk dari ibu mereka.

[Ibu dan ayah akan pulang terlambat hari ini. Kunci rumah di dalam pot kuning di gudang perkakas rumah. Untuk makan malam, masih ada banyak sayur dan daging di kulkas. Kalian bisa memasaknya sendiri atau kalau malas boleh makan di luar ya. Tolong jaga rumah sampai ayah dan ibu pulang. Hati-hati.]

Perjalanan dengan bus membutuhkan waktu sedikit lebih lama namun mereka berhasil sampai ke rumah sebelum matahari terbenam.

Kino mengambil kunci rumah yang disimpan di dalam pot kuning yang dimaksud oleh ibunya dalam pesan dan membuka pintunya.

“Kami pulang”

Seperti pesan dari ibu, rumah kosong dan tidak ada siapapun. Kediaman keluarga Yuki berada di perumahan normal di Jepang. Gaya rumah mereka seperti rumah modern dengan konsep dan arsitektur yang minimalis namun elegan. Meskipun nampak sederhana dari luar, bagian dalamnya nampak luas sekali, begitu rapi dan kesan mewah tetap terlihat.

Kedua kakak beradik itu langsung menuju tangga lantai dua tempat kamar mereka berada. Kamar Ryou berada tepat disebelah kanan sisi sedangkan kamar Kino berada disebelah kamar Ryou. Mereka masuk ke ruangan masing-masing hanya untuk meletakkan tas tanpa mengganti pakaian sekolah mereka terlebih dahulu. Setelah itu Kino keluar dari  kamarnya untuk turun ke lantai satu.

“Aku akan ke perpustakaan dulu” Kino mengetuk pintu kamar Ryou sekali untuk memberitaunya

“Aku ikut. Aku sudah janji akan membantumu ingat?” tidak lama setelah itu Ryou membuka pintu kamarnya dan keluar menuruni tangga bersama kakaknya

Perpustakaan di rumah itu berada di lantai satu. Dari arah tangga, berjalan menuju area belakang dan sedikit berbelok ke arah kiri. Ruangannya berada di samping ruang kerja ayah mereka. Mereka membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam perpustakaan. Di dalam ruangan itu terdapat buku-buku yang tersusun dengan rapi di dekat dinding. Terdapat lemari buku yang besar membentuk tiga baris rak. Buku-buku tua dan modern bercampur memberikan kesan klasik.

Kino mengeluarkan ponsel dari saku celanannya dan menghubungi ayahnya. Setelah beberapa lama akhirnya tersambung dengan sang ayah. Mode speaker pada ponselnya diaktifkan.

“Halo, ayah. Kami sudah pulang dan sekarang ada di perpustakaan. Dokumennya tadi seperti apa?”

“Ayah ingat meletakkan dokumen berwarna hijau di rak buku paling depan di sebelah kanan. Bisa tolong cek apakah ada di sana?”

“Dokumen warna hijau ya”

“Biar aku yang lihat” Ryou berinisiatif untuk mencari. Diperiksa dan dilihat secara teliti, dia mulai mencari benda yang dimaksud

“Dokumen….dokumen….ah ketemu…” mengambil dokumen yang dimaksud, gerakan Ryou berhenti sejenak.

Apa yang menarik perhatiannya ada sebuah buku tua berwarna coklat yang berada tepat di sebelah dokumen yang ditariknya. Ukuran buku tersebut sebesar kamus ensiklopedi besar dan sangat tebal.

Sekilas terlihat tidak ada yang aneh, seperti buku tua pada umumnya. Biasanya tidak pernah ada buku di rumah itu yang berhasil menarik perhatian Ryou kecuali majalah game mingguan yang selalu dia beli di minimarket.

“Buku apa ini?.

“Sudah ketemu dokumennya?” suara dari speaker ponsel Kino mulai bertanya

“Oh… maaf. Iya, sudah ketemu. Warna hijau kan? Sudah ada di tanganku” sambil mengangkat dokumen ke atas, Ryou menunjukkannya pada Kino

“Akan kuletakkan dokumennya ke ruang kerja ayah. Hati-hati dalam perjalanan pulang ya” Kino menutup telponnya

Setelah menerima dokumen yang diberikan oleh Ryou, Kino keluar dari perpustakaan. Awalnya dia mengajak Ryou juga, namun ditolak dengan alasan ingin di sana sedikit lebih lama yang akhirnya membuat Kino heran. Meskipun begitu karena dirasa semua baik-baik saja, Kino meninggalkan Ryou di ruangan itu.

Setelah Kino menutup pintu ruangan, Ryou narik buku tua itu keluar dan betapa kagetnya dia saat memengang buku itu.

“Kenapa tidak seberat yang terlihat?”

Bagian depan sampulnya terlihat sedikit sobek tapi tetap mempertahankan sisi sampul depan tersebut. Hal yang membuat raut wajahnya berubah adalah dia menyadari bahwa ada noda merah yang sudah kering pada sampul

tersebut.

“Apa ini noda darah?”

Meskipun hampir mirip namun masih terlihat jelas bahwa sisi yang terdapat noda memiliki warna berbeda. Siapapun akan mulai berfikir bahwa itu adalah noda darah yang mengering dan mengenai sampul buku tersebut.

“Tidak begitu berat dan noda aneh seperti darah. Sejak kapan orang di rumah ini punya hobi menyimpan benda aneh?”

Awalnya menunjukkan raut wajah aneh dan sedikit takut. Tapi tidak berlangsung lama sampai pikirannya mulai berbelok.

“Jangan katakan ini adalah death note seperti di komik-komik dan ternyata aku adalah orang terpilih untuk menjalin kontrak dengan shinigami. Mungkin saja kan”

Seperti yang diharapkan dari sifat semangat dan terlalu percaya diri milik Ryou, keadaan tidak menjadi begitu tegang. Berpikir beberapa lama tidak membuat dia diam di tempat dan hanya melihat buku itu. Halaman pertama berisi kata-kata pengantar dengan bahasa Inggris, tidak menarik perhatiannya.

Halaman kedua dan selanjutnya juga tidak ada yang menarik. Lagi-lagi hanya tulisan berbahasa Inggris dengan isi yang bisa dipahaminya. Lembar selanjutnya juga tidak menarik hingga dia berfikir kenapa dia begitu tertarik dengan buku itu. Apakah dari sampulnya yang terlihat tua? Apakah karena ukuran buku itu terlihat besar tapi ternyata tidak seberat yang dikira? Tapi pertanyaan itu tidak berlangsung lama.

“Apa...apa-apaan buku ini?!”

Kaget dengan apa yang dilihatnya, Ryou bicara dengan nada agak tinggi sambil menunjukkan wajahnya yang sangat terkejut. Hampir seluruh bagian tengah dari halaman-halaman tebal buku tersebut seperti dipotong secara sengaja yang membuatnya terlihat seperti sebuah kotak penyimpanan barang. Kamuflase yang menarik. Hal menarik lain yang tidak kalah membuat mata Ryou melotot adalah adanya sesuatu yang tersimpan di dalam buku tersebut.

Akhirnya dia tau kenapa berat buku yang besar itu tidak seperti penampilan luarnya. Dari luar terlihat seperti buku besar yang tebal, namun saat dibuka ternyata seperti kotak untuk menyimpan barang lain.

Seakan tidak ingin kaget sendirian, Ryou bergegas lari ke luar ruangan menuju lantai 1 dengan membawa buku tersebut untuk ditunjukkan kepada sang kakak. Kino yang saat itu telah mengganti bajunya berada di dapur untuk menyiapkan makan malam.

“Sudah turun ya. Aku akan memasak makan malam kita. Kenapa tidak mengganti pakaianmu dulu, Ryou?”

“Kino!! Lihat benda yang kutemukan ini….kau pasti akan terkejut”

“Itu buku dari perpustakaan kan? Jarang sekali kau membawa buku dari sana. Ada hal yang menarik?”

Matanya menatap Kino dengan tatapan yang tidak biasa. Melihat dirinya ditatap seperti itu oleh Ryou membuat Kino tidak bisa apa-apa selain menunjukkan wajah bingung. Mereka duduk di ruang makan.

“Jadi, buku apa yang kau bawa itu?”

“Kau akan sangat kaget melihat ini” sambil membuka buku besar itu, Ryou menunjukkan penemuan mengejutkan itu. Dan benar saja, wajah terkejut Kino tidak bisa disembunyikan. Tatapannya yang sama seperti Ryou saat pertama kali menemukan buku itu kini ditunjukkan oleh Kino.

“Apa ini? Kenapa bisa ada buku seperti ini di perpustakaan? Apa kau yang menemukannya, Ryou?”

“Aku melihatnya saat mencari dokumen ayah. Karena penasaran jadi aku coba melihatnya sedikit lagi. Yang paling membuatku kaget adalah isinya”

Ryou mengeluarkan isi benda yang tersembunyi dibalik ‘kotak penyimpanan’ itu. Sebuah jam saku berwarna keemasan.

******

Bab 3. Benda Antik bag. 2

Ryou mengeluarkan jam saku berwarna keemasan itu dan meletakkannya di atas meja. Jam saku itu begitu antik dengan ukuran diameter 5 cm dan panjang rantai sekitar 20 cm berwarna keemasan. Saat dibuka bagian penutupnya, terlihat bahwa jam itu menggunakan angka Romawi dan terdapat ukiran huruf di sisi dalam tutupnya.

“Lihat ini Kino, isi buku ini jam saku. Sepertinya sudah tua. Modelnya sangat antik”

“Ada tulisan juga di dalamnya tapi aku tidak bisa membacanya. Apa ini milik ayah?”

“Mungkin saja”

Dilihat sekilas dan dipegangnya, Kino melihat arah jarum jam saku itu. Jarum panjangnya menunjuk ke angka sembilan dan jarum pendeknya menunjuk ke angka empat. Jarum detik di jam tersebut tidak bergerak sama sekali. Bisa disimpulkan jam saku itu menunjukkan pukul 04.45.

“Nee, Ryou… apa jam saku ini bergerak?”

“Sepertinya tidak. Benda itu terlihat sudah lama dan terdapat banyak sekali bekas goresan. Lagipula, aku tidak pernah punya jam saku jadi aku tidak tau bagaimana cara mengutak-atik benda itu”

“Kalau begitu ini disimpan saja dulu. Nanti setelah ayah pulang, kita tunjukkan ini dan bertanya padanya” sambil memasukkan kembali jam saku tersebut, Kino memberikannya pada Ryou dan bangun menuju dapur.

“Aku akan memasak dahulu. Sebaiknya Ryou pergi ke kamarmu dan ganti baju. Jangan lupa untuk menyimpan benda itu dulu ya”

“Aa, aku ke atas dulu”

Ryou naik ke atas dengan membawa buku besar itu bersamanya ke kamar. Di dalam kamar, Ryou meletakkan buku itu di atas meja belajar yang berada di samping tempat tidur. Setelah selesai mengganti pakaiannya, Ryou tidak  langsung turun. Dia membuka buku besar itu lagi dan mengambil jam saku itu. Dilihatnya kembali namun jarum jam itu memang tidak bergerak.

“Kuharap ini memang punya ayah. Aku tidak begitu tertarik dengan benda tua, tapi entah kenapa aku tidak bisa mengabaikannya. Buku tua ini juga sepertinya tidak kalah mencurigakan”

Beberapa menit kemudian benda itu dimasukkan kembali ke tempatnya seperti semula dan dia pun turun untuk makan bersama Kino.

******

Pertarungan pemuda yang terluka dengan kawanan dark wolf masih berlangsung. Suara aungan serigala mulai terdengar dari setiap sisi di kegelapan malam.

-WOOOOOOOOOF

Ketiga ekor serigala yang melihatnya dengan mata merah dan taring panjang itu mulai berlari mendekati pemuda itu. Dia hanya bisa menghindari serangannya dengan berguling di tanah lagi dan lagi. Setelah bangun dan berdiri dia mencoba mengambil pedang yang berada di seberang jalan namun dihalangi oleh dark wolf lain yang menyerangnya.

“Ini merepotkan!”

Mempertahankan tubuh yang terluka parah sambil menghindari serangan itu memang merepotkan. Ditambah lagi sudah terlalu banyak darah yang dikeluarkannya.

Tanpa senjata ditangan, manusia biasa mungkin akan langsung mati saat itu, namun tidak berlaku untuk pemuda itu. Jika dia berhenti bergerak walau hanya sebentar, dia menyadari itu akan  mengirimnya ke alam lain yang disebut ‘akhirat’.

‘Menghindar hanya akan memperburuk keadaanku. Aku harus melakukan sesuatu agar bisa bersembunyi’

Pemuda itu berkata dalam hatinya karena menyadari seberapa buruk situasi yang dialaminya saat ini. Asalkan pedangnya bisa didapatkan kembali, peluangnya untuk menang akan sedikit meningkat. Dia melihat area tempat ia berdiri.

Di sekelilingnya terlihat batu-batu kecil hasil dari serangan troll sebelumnya. Pemuda itu juga menyadari bahwa bangkai para troll masih ada di sekitar tempat itu.

Para dark wolf itu mengabaikan mayat kawanan troll namun tidak memberikan pemuda itu ruang untuk hidup. Di dalam pikirannya dia mulai meragukan keberuntungannya sambil berkata dalam hati ‘mungkinkah aku masih punya peluang untuk lolos?’

Tidak membutuhkan waktu lama sampai para dark wolf mulai berlari dan mengepungnya.

-ROOOOAAAAAAARRRR

“Ukh……” lagi-lagi yang bisa dilakukannya hanya menghindar ke sisi samping. Setelahnya pemuda itu mencoba melemparkan batu yang ada di dekatnya ke arah salah satu serigala yang mencoba ke arahnya dari depan.

Lemparan batu itu tidak begitu memiliki kekuatan namun keberuntungan mulai sedikit meliriknya. Batu yang dilemparnya mengenai salah satu mata serigala itu dan menyebabkan serangannya terhenti.

Di saat serangan fatal dari dark wolf yang terluka itu terhenti, tiba-tiba terasa getaran dari dalam tanah.

“…!!!”

Tidak hanya dia yang terkejut, siapa yang menyangka bahwa para kawanan dark wolf itu pun berlari mundur seperti mencoba menghindari sesuatu. Meskipun dibilang lari, tapi dark wolf itu tidak benar-benar menjauh dari sana. Pemuda itu menyadari bahwa mereka hanya menjaga jarak beberapa meter sampai getaran bawah tanah itu berhenti. Penyebabnya tidak diketahui namun yang pasti ini kesempatan.

“Aku harus mengambil pedangku lagi…….”

Sangat tidak tepat rasanya disaat dia sudah mendapatkan kesempatan untuk mengambil pedangnya kembali, justru dia tidak bisa berdiri karena kakinya seperti mati rasa akibat luka yang dialaminya.

“Sial!!.... Kenapa justru di saat seperti ini…..”

Dan benar saja. Dari bawah tanah tiba-tiba muncul semburan air yang cukup besar. Ternyata getaran yang mirip dengan gempa itu disebabkan oleh air yang berasal dari bawah tanah. Bukan hanya satu semburan besar yang keluar tapi hampir di setiap sudut jalan yang rusak itu, bahkan semburan itu juga muncul dari bawah mayat troll besar yang ada di sekitar jalan.

Kabut yang mulai menipis di area tersebut akhirnya perlahan-lahan mulai menghilang. Pandangan pemuda itu menjadi semakin jelas karena kabut sudah lenyap sepenuhnya. Meskipun begitu kondisi buruknya tetap sama.

“Ini tidak serius kan… Aku… sudah tidak bisa meladeni ‘dunia malam’ ini lebih lama. Kenapa matahari belum juga terbit!!”

Entah keberuntungan senang bermain-main dengan pemuda itu atau sejak awal jumlah keberuntungannya memang sedikit, semburan air dari bawah tanah itu juga sama merepotkannya.

Kawanan dark wolf yang masih ada

beberapa meter dari sana memang belum mendekatinya, tapi tujuan utama pemuda itu adalah mengambil pedangnya, dan sekarang pedang itu terbang semakin jauh akibat terhempas semburan air.

Hanya satu kalimat yang dipikirkan pemuda itu sambil pasrah bercampur kesal.

‘Habislah aku’

Air yang keluar dari bawah tanah itu tidak berhenti. Semburan air itu membasahi semua tempat di sekitar area tersebut. Lubang yang tercipta dari pertarungan sebelumnya mulai menjadi genangan, pakaian pemuda itupun basah karenanya.

Luka dan darahnya terasa seperti ditusuk, membuatnya kesemutan, tapi hal positifnya jadi dibersihkan sehingga tidak perlu repot-repot mencuci lukanya. Itu hal baik lain.

Mencoba berdiri sambil menggigit bibirnya menahan sakit, kejutan lain datang. Tepat dihadapan pemuda itu tiba-tiba ada sesuatu yang muncul.

******

Di ruang makan, Kino telah menyiapkan makan malam untuk porsi dua orang. Menu yang dimasak Kino hampir semua adalah kesukaan Ryou yaitu omelet rice dengan chilli sauce, karaage dan sup miso dengan isian daging ayam iris, tahu dan kol.

Ryou yang datang ke ruang makan tersenyum lebar saat melihat semua menu itu dan mereka mulai makan. Tidak banyak yang dibicarakan saat mereka makan. Hanya sebuah percakapan kecil yang santai seperti yang biasa dilakukan kakak adik. Tidak lama setelahnya topik yang dibahas berubah menjadi penemuan jam saku antik itu.

“Nee, Kino… aku meletakkan buku itu di meja belajarku. Setelah makan kau dan aku harus melihatnya lagi ya”

“Tidak mau disimpan sampai ayah pulang?”

“…..”

“Kenapa?”

“Saat aku melihat jam itu aku tidak bisa mengabaikannya. Itu cuma benda tua dan aku tau itu. Tapi aku tidak bisa

berhenti memikirkannya”

“Sejujurnya aku juga penasaran. Pertama yang membuatku penasaran adalah temuan jam itu sendiri. Berada dalam buku besar tua yang sengaja dibentuk sebagai kotak penyimpanan, itu hal yang tidak akan pernah terpikirkan di jaman ini”

“Benar kan? Kalau itu memang milik ayah, tidak mungkin akan disimpan dengan cara kuno begitu”

“Yang kedua jam saku itu. Warna keemasannya benar-benar asli. Kupikir itu benar-benar dilapisi emas sungguhan”

“Goresannya juga seperti terkena benda tajam. Bisa jadi pisau atau sejenisnya. Ditambah ada ukiran huruf asing”

“Sekilas seperti romaji tapi kurasa bukan”

Suasana menjadi hening kembali. Entah sejak kapan pembicaraannya berubah menjadi alur yang mengandung tanda tanya. Untuk melepas rasa penasaran, kedua kakak beradik itu langsung menuju ke kamar di lantai dua setelah selesai makan malam.

Setelah sampai di kamar Ryou dan masuk, mereka mendapati buku besar itu ada di atas meja belajar. Ryou membuka buku tersebut dan mengambil isinya untuk diberikan kepada Kino. Kino tidak bisa menyembunyikan rasa sedikit kagum

“Dilihat lagi benar-benar tua tapi sangat berkilau”

“Lupakan kilauan itu. Apa kau tidak merasakan perasaan yang seperti kubilang itu?”

“Aku mengerti yang Ryou maksud. Aku juga….Apa? Kenapa begini!?” betapa terkejutnya Kino saat membuka jam saku itu dan mendapati jarum jam yang menunjukkan menit dan jam telah berubah.

“Bukankah jam saku ini mati? Apa kau merubah jarum jam nya. Ryou?”

“Merubah apa? Memang ada apa?”

“Jarum jamnya berubah. Aku ingat saat pertama aku melihatnya jam saku ini menunjukkan pukul 04.45 tapi sekarang berubah menjadi pukul 05.30. Lihat ini….” menunjukkan jam saku tersebut ke arah Ryou, raut wajah terkejut juga ditunjukkan olehnya.

“Kenapa bisa? Aku memang memegangnya sebelum turun makan malam tadi tapi aku bersumpah aku tidak melakukan apapun pada jam ini. Aku juga tau jarum jam ini satupun tidak ada yang bergerak. Bagaimana mungkin…..”

Sejenak semua terasa sunyi dan rasa agak takut mulai menyelimuti mereka.

“Sudah kuduga benda ini memang tidak bisa dibiarkan begitu saja” Ryou berkata sambil mencoba menarik rantai jam tersebut

Akan tetapi hal itu melukai jari manis Kino yang saat itu masih memegang jam saku itu. Bagian tutup jam yang sedikit lebih tajam tanpa sengaja menyayat jarinya dan membuat luka kecil. Terlihat sedikit darah keluar dari luka itu.

“Akh…”

“Ma–maafkan aku Kino. Kau baik-baik saja?” dengan panik Ryou memegang tangan kakaknya dan melihat lukanya. Jam saku yang berada digenggaman Kino terkena sedikit noda darah dari lukanya.

“Aku tidak apa-apa. Jangan panik seperti itu”

“Tapi–”

Belum sempat melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba jam tersebut bersinar.

“Apa ini!!! Kino, jangan lepaskan tanganku” Ryou bicara dengan keras dan meminta kakaknya melepas jam saku itu. Tapi semua terlambat. Cahaya itu semakin terang sampai pada akhirnya di kamar itu mereka berdua lenyap.

******

Getaran yang menyemburkan air dari bawah tanah sudah cukup menjadi kejutan tak terduga, ternyata hal lain tidak kalah mengejutkannya.

Pemandangan pertama yang dilihat oleh pemuda yang mencoba berdiri sambil menahan rasa sakit akibat luka yang dideritanya adalah sosok dua remaja. Pakaian mereka tidak seperti pakaian yang dia ketahui.

Dilihat dari sisi manapun itu manusia. Benar sekali, manusia yang muncul entah dari mana sama seperti makhluk-makhluk mengerikan lain yang sudah berkali-kali dia temui.

Satu-satunya hal yang membuatnya mengendurkan kewaspadaan terhadap mereka berdua adalah karena raut wajah mereka tampak terkejut, takut, bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi.

“Basah... Ini bukan di kamarku. Di–dimana kita? Tempat macam a….Uwaaaaa!!!!!!!!”

Ryou teriak setelah melihat apa yang ada di sekitarnya. Bukan hanya Ryou, Kino juga memberikan reaksi yang sama sambil menggenggam jam saku itu.

“Ma–makhluk macam apa itu? Tempat apa ini?”

“Ini tidak benar, kan? Aku tidak suka tempat ini”

Semburan air yang keluar dari bawah tanah dan getarannya telah berhenti. Keadaan menjadi hening sejenak untuk beberapa detik. Lalu tidak lama, dark wolf yang awalnya berada cukup jauh akhirnya mulai berjalan perlahan mendekat.

Kedua kakak adik itu melihat ke arah jumlah mata merah yang berada cukup jauh dari tempat mereka berdiri.dan serigala-serigala yang mendekat mulai terlihat di pandangan mereka.

Kepanikkan tidak bisa disembunyikan dari wajah kakak beradik itu. Wajah pucat dan tubuh yang gemetar tidak bisa disembunyikan.

“Bagaimana bisa ada serigala sebanyak ini di–”

Menyadari bahwa ini akan semakin berbahaya, pemuda itu mulai mencoba berdiri, memaksakan dirinya untuk melangkah dan mulai berlari ke arah dua remaja.

“Apa yang kalian lakukan di sana! Kalau kalian diam, kalian akan mati” setelah berhasil mendekati mereka, pemuda itu menarik tangan mereka dan mulai berlari

“Lari. Apapun yang terjadi lari dan jangan berhenti atau kita akan mati. Para dark wolf itu tidak akan membiarkan aku atau kalian hidup”

“Dark wolf? Apa maksudnya itu? Siapa kamu sebenarnya?” Kino yang masih diselimuti ketakutan mencoba bertanya dengan tenang walaupun gagal

“Yang jelas sekarang ikuti aku dan jangan berhenti berlari!! Kita harus menemukan tempat yang aman untuk sembunyi”

Kino dan Ryou tidak bisa memikirkan kemungkinan apapun. Pilihan terbaik memang harus lari menghindari kawanan serigala yang jumlahnya sangat banyak itu atau mereka akan menjadi santapan. Sungguh ironis mengingat tidak ada yang menyangka bahwa kedua kakak beradik itu akan langsung bertemu dengan situasi hidup dan mati seperti ini.

Jam saku di tangan Kino akhirnya disimpannya di dalam saku. Tanpa perlawanan, keduanya lari bersama pemuda yang terluka itu, mencoba menjauhi area yang berbahaya tersebut.

Pemuda yang menolong mereka tampak begitu kelelahan dengan luka di sekujur tubuhnya. Dari luka di tubuhnya serta pakaian yang penuh dengan sobekan sudah menjelaskan bahwa dia sudah berhadapan dengan kawanan serigala yang berlari mengejar mereka.

Kekhawatiran menyelimuti hati keduanya meskipun sebenarnya wajah pucat mereka juga tidak kalah mengkhawatirkannya.

Berlari tanpa henti menyusuri sepanjang jalan, mayat troll dan jalanan yang hancur sudah tidak terlihat lagi. Itu berarti mereka berhasil menjauhi tempat sebelumnya. Mulai dari sini terlihat jalanan tanpa lubang dengan bangunan yang berdiri kokoh di sekeliling mereka.

“Mereka masih dibelakang kita!. Kemana kita harus sembunyi!” Ryou bicara dengan pemuda yang memegang tangannya dan kakaknya itu

“Sebentar lagi kita akan sampai di sebuah bangunan altar besar. Tidak bisa disebut aman sepenuhnya tapi setidaknya bisa memberikan kesempatan untuk sembunyi. Ukh…..”

Luka pemuda itu terus mengeluarkan darah dimana tetesannya itu  jatuh ke jalan setiap dia berlari. Semakin terus bergerak, semakin banyak yang keluar. Lengan kanan dan pundaknya yang memiliki luka robek cukup parah merupakan yang paling banyak memberikan efek sakit luar biasa yang dirasakannya.

“Ooi… siapapun kau, dengan luka begitu kau akan mati”

“Daripada memikirkan lukaku, lebih baik gerakan kaki kalian lebih cepat agar kita bisa menjaga jarak dengan kawanan dark wolf itu”

Merasa seperti ditantang karena dibalas seperti itu, Ryou akhirnya menunjukkan bakatnya. Bukan tanpa alasan dia masuk kelas escalate. Semua itu karena keunggulannya dalam bidang olahraga dan sekarang adalah saat yang tepat untuk membalas ucapan orang yang sedang menarik tangannya.

“Kalau hanya berlari saja aku juga bisa” mulai meningkatkan kecepatannya. Sekarang keadaan justru Ryou lah yang menarik pemuda itu dan kakaknya.

“Seandainya kau sampai tersandung atau pingsan karena kelelahan, jangan dendam padaku  karena yang jelas kau akan kutinggalkan”

“Terserah. Depan belok ke kanan….” Pemuda itu hanya tersenyum sambil menunjukkan jalan. Setelah berbelok terlihat bangunan besar. Pintu bagian depannya tertutup. Dari kejauhan telihat begitu kokoh dan tempat itulah yang menjadi tujuan mereka.

Suara para dark wolf itu mulai semakin dekat. Perbedaan jarak semakin dekat meskipun mereka sudah mengeluarkan seluruh tenaga mereka.

“Mereka semakin dekat” Kino menengok ke belakang sambil berlari. “Apa yang harus kita lakukan?”

Sambil memberikan instruksi, pemuda itu meminta kedua remaja yang baru ditemuinya untuk lari terlebih dahulu ke arah tujuan mereka.

“Cepat larilah ke bangunan itu dan dorong pintunya. Kalau menunggu kita bertiga sampai bersamaan hanya akan memakan waktu. Selain itu kecepatanku saat ini tidak akan bisa mengimbangi kalian”

“Tapi–”

“Seperti yang dikatakan temanmu itu. Aku tidak mau sampai dikorbankan untuk santapan dark wolf sebelum matahari terbit. Sekarang jangan banyak bicara dan lakukan!”

“……”

Dengan raut wajah seperti terpaksa Ryou melepaskan tangan pemuda itu namun tetap menggenggam tangan sang kakak. Mereka berlari lebih cepat dari sebelumnya meninggalkan pemuda itu di belakang mereka.

“Ryou, apa kamu yakin? Aku tidak ingin meninggalkannya seperti itu. Ryou juga lihat lukanya itu kan? Orang itu bisa mati”

“Aku tau. Tapi yang dia katakan masuk akal. Aku akan mengantarkamu ke bangunan besar itu. Pastikan kau membuka pintunya sedikit untuk celah agar bisa menerobos masuk”

“Ryou, mungkinkah–”

“Aku akan kembali untuk menyelamatkannya. Percayalah pada adikmu yang hebat ini. Bukankah kau yang paling tau sifatku” sambil tersenyum lebar, Ryou memberikan jawaban yang paling ingin Kino dengar. Keadaan saat ini bukanlah film aksi yang seperti di tv ataupun game. Ini nyata dan sekali mereka gagal dari kejaran serigala itu maka tamat sudah riwayat mereka.

Jarak antara pemuda itu dengan keduanya sudah semakin jauh. Pemuda itu bisa melihat bahwa kedua remaja itu hampir sampai di depan pintu altar. Namun dia menyadari jaraknya dengan kawanan dark wolf itu semakin dekat.

Sesekali menengok ke belakang, dia bisa mengetahui bahwa sampai disini batasannya. Matanya semakin gelap dan kakinya sudah mulai tidak sanggup berlari.

Dari arah belakang, dua ekor dark wolf meningkatkan kecepatannya dan mulai melompat untuk menyerang pemuda itu. Tidak sempat menghindar, pemuda itupun terkena serangan dan jatuh terguling cukup jauh.

“Aakh….” darah keluar dari mulutnya

Kino dan Ryou akhirnya sampai di depan pintu besar itu dan membukanya, Ryou langsung bergegas kembali untuk menjemput pemuda asing yang tertinggal. Dengan kecepatan penuh dia berlari seakan sedang mengikuti lomba marathon.

“Ryou!!! Apapun yang terjadi kalian harus selamat!!”

Kino segera masuk ke altar dan bersembunyi dengan pintu yang sedikit terbuka.

Ryou dengan cepat berlari hingga akhirnya terlihat pemuda itu telah mencapai batasnya. Dia jatuh dan tidak bangkit lagi, entah apakah masih hidup atau tidak. Meskipun begitu tidak merubah alasan kenapa dia kembali menjemput pemuda itu.

Serigala di depan pemuda itu berlari melompat untuk menerkamnya. Tanpa ragu, Ryou menggunakan kakinya untuk menendang tubuh serigala itu. Tendangan yang sangat keras hingga melemparnya cukup jauh dari posisi mereka berada. Seketika serigala lain tiba-tiba berhenti dan memasang kuda-kuda tanda waspada.

-GRRRRRRRR

Tidak mau banyak membuang waktu, tanpa pikir panjang Ryou segera menggendong pemuda itu di punggungnya. Dengan cepat membawanya lari menjauhi tempat itu. Para serigala itu akhirnya kembali mengejar mereka dengan cepat. Kino melihat adiknya dari jauh pun berteriak.

“Ryou!! Cepatlah!!”

Ryou menggunakan tenaganya untuk lari sekuat tenaga dan akhirnya mereka berhasil masuk ke dalam bangunan tersebut. Pintu langsung ditutup oleh Kino dan dikunci dengan ganjalan kayu besar yang merupakan kunci untuk pintu yang besar itu. Mereka terengah-engah dan mencoba mengambil napas panjang untuk sesaat.

Sesaat setelah pemuda itu sadar, dia bisa sedikit menunjukkan wajah lega.

“Aku mengucapkan terima kasih banyak pada kalian karena sudah menolongku”

Kino mendekati pemuda itu untuk membantunya bangun. Melihat tubuhnya yang sudah banjir dengan luka dan darah, Kino tidak bisa menyembunyikan wajah pucatnya. Tetapi tidak membuatnya berhenti untuk membantu pemuda itu.

“Kami lah yang seharusnya berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan kami dari kejaran serigala itu. Jika saat itu kamu tidak berteriak untuk meminta kami berlari, kami mungkin sudah mati”

“……”

Tubuh pemuda itu lemas, dia berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan kesadarannya dan mencari tau kenapa kedua remaja itu bisa muncul.

“Dari mana kalian berasal?”

“Kami dari di Jepang”

“Jepang? Dunia apa itu?”

“Dunia? Jangan bilang kalau kau tidak tau Jepang. Bercanda kan?”

Ryou benar-benar tidak percaya apa yang didengarnya dan Kino hanya bisa diam mendengarkan dengan wajah heran karena tidak tau harus berkata apa. Dan setelah mendengar jawaban selanjutnya dari pemuda itu wajah mereka menunjukkan ekspresi yang sulit diungkapkan.

“Aku tidak tau dimana ‘dunia’ bernama Jepang itu. Tapi yang jelas ini pertama kalinya ada manusia lain yang muncul di ‘dunia malam’ selain diriku”

“Dunia… ‘dunia malam’ katamu. Sekarang aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau katakan”

“Haaaah… “

Sambil menghela napas panjang, pemuda itu sudah bisa menebak bahwa ada ketidakcocokan antara pernyataan yang dibuat mereka dengan kenyataan yang dia tau.

“Lupakan saja. Jadi, aku ingin tau kenapa kalian bisa tiba-tiba muncul di sini?”

“Huh, pertanyaan yang bagus. Aku dan kakakku juga ingin tau kenapa. Sebelumnya kami berada di kamarku sampai akhirnya tiba-tiba jam saku aneh yang kutemukan mulai bercahaya dan membawa kami dalam situasi tidak lucu seperti ini” Ryou merasa sangat kesal

Tapi itu memang beralasan karena situasi mereka benar-benar mengerikan.

Mendengar kata jam saku, pemuda itu mulai menampakkan wajah penasaran

“Jam saku? Jam saku seperti apa yang kalian maksud?”

Kino mengeluarkan jam saku yang ada di kantongnya

“Ini adalah benda antik yang ditemukan adikku di perpustakaan di rumah kami. Jam ini sepertinya sudah tidak berfungsi. Tapi tiba-tiba saja arah jarum jamnya berubah dari sebelumnya. Karena penasaran kami coba memeriksanya. Tetapi tiba-tiba jam ini bercahaya dan saat tersadar kami sudah berada di situasi seperti yang kamu tau”

Tidak bercanda, pemuda itu sangat kaget dan tidak bisa menyembunyikan wajahnya itu. Padahal sudah terluka dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya dengan bebas namun setelah melihat jam saku yang ada di tangan remaja itu semua sakitnya seakan menghilang.

“Kenapa jam ini ada pada kalian?”

“Aku juga tidak tau. Kami pikir ini milik ayah kami karena benda ini antik dan unik. Jam saku seperti ini sudah sangat tua. Goresan-goresan ini seperti sudah lama, karena itu kami pikir ini memang benda antik yang sudah sangat tua” sambil memegang jam saku itu, Kino menatap wajah pemuda itu

Kali ini giliran kedua kakak beradik itu yang terkejut bukan main. Pemuda dihadapan mereka mengeluarkan jam saku miliknya dan secara mengejutkan bentuknya sama persis seperti yang dimiliki mereka berdua.

Bukan hanya bentuk, namun warna keemasannya juga persis. Yang membedakan adalah tidak ada bekas sayatan atau goresan di bagian tutup jam saku milik pemuda itu.

“Apa-apaan ini!!! Bagaimana mungkin kau juga memiliki jam yang sama seperti kami!” Ryou benar-benar terkejut hingga menaikan volume suaranya

“Ini adalah ‘kunci’ yang kumiliki”

“Kunci? Apa maksudnya?”

“Benda paling penting. Satu-satunya yang harus kulindungi bahkan jika itu harus ditukar dengan nyawaku”

Mendengar jawabannya, Kino dan Ryou sepakat bahwa yang dikatakan pemuda itu bukanlah kebohongan dan dia juga tidak sedang berbohong. Perasaan heran dan bingung tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Pemuda itu melihat jam saku miliknya. Ketika tutup jam terbuka, di sisi bagian dalam tutup tampak huruf tidak asing bagi keduannya. Benar saja, huruf yang sama seperti pada bagian dalam jam saku yang dipegang mereka. Ryou menjadi semakin menunjukkan wajah kaget dan tidak percaya.

“Oi oi oi oi….. sekarang ini semakin menakutkan. Bagaimana mungkin benda yang kau miliki dengan benda yang kami punya 100% sama persis seperti ini”

Benda yang sama di dunia ini pasti sangat banyak karena rata-rata diproduksi secara massal kecuali beberapa benda tertentu yang memiliki nilai lebih atau arti yang sangat penting. Itulah yang ada dipikiran mereka.

Namun akhirnya, ada hal yang disepakati oleh kedua kakak beradik itu, yaitu semua logika tadi tidak berlaku untuk keadaan ini.

Alasan pertama karena saat ini kedua kakak beradik itu sepertinya sedang berada di ‘tempat sangat asing’ yang bahkan kemungkinan besar tidak akan bisa diterima oleh akal sehat siapapun termasuk akal sehat mereka sendiri. Dan yang kedua adalah tepat di hadapan mereka adalah seseorang yang bahkan tidak tau Negara Jepang dan menganggap Jepang itu dunia.

Kesimpulan dari semuanya adalah jam saku yang ada di tangan mereka dan jam saku yang pemuda itu miliki bukanlah benda yang dibuat secara massal di tempat yang sama, melainkan memiliki kenyataan lebih rumit dari yang mereka kira.

******

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!