...Selamat datang di cerita Fantasi gendre historical romance pertama Author 🤗...
...Kali ini temanya Reinkarnasi....
...Semoga suka 😘...
...Jangan lupa like, vote, komentar, follow Author, share, tonton iklan sampai selesai dan tabur bunga 🖤...
...VISUAL...
Queen Kayena de Pexley
King Kaizen Alexander Kadheston
Grand Concubine Katarina
Prince Kaezar Kadheston
001. Pauvre Reine (Ratu yang Malang)
Hembusan udara yang agak dingin, namun segar di pagi hari, berhasil membuat tirai melambai-lambai. Suara ombak samar-samar terdengar menghantam tebing, menjadi latar belakang yang indah, seperti pagi-pagi biasanya.
“Bukan kah dia sangat tampan?”
“Benar Yang Mulia Ratu. Pangeran Cassel sangat tampan, seperti Yang Mulia Raja.”
Wanita cantik dengan gurat-gurat bahagia di antara rona pucat itu menyunggingkan senyum dengan pandangan tertuju pada satu arah. Semenjak berhasil melahirkan bayi ke-4 yang diberi nama Prince Cassel Kadheston, ia merasakan kelegaan yang luar biasa. Putra tampan itu lahir dengan kondisi sehat tanpa cacat, tepat ketika usia kandungannya genap 38 minggu.
“Apakah sekarang saya harus mengunjungi istana Raja untuk memberitahukan kabar bahagia ini?”
“Tidak. Aku ingin memberitahu Yang Mulia Raja secara langsung,” jawab wanita cantik yang merupakan pemegang gelar kehormatan Queen Consort atau istri penguasa di sebuah wilayah bernama Robelia.
Namanya adalah Kayena de Pexley. Seorang putri Grand Duke yang memiliki peran penting dalam bidang militer dan pertahanan kerajaan Robelia (dalam kamus besar bahasa Indonesia atau KBBI, Grand Duke dapat diterjemahkan sebagai Adipati Agung).
Berbeda dengan pemilik gelar Duke yang merupakan gelar kebangsawanan dimana kedudukannya berada di bawang King, Grand Duke merupakan gelar baru yang disandang penguasa wilayah yang memiliki peran penting dalam bidang politik, militer, ataupun ekonomi. Wilayah kekuasaan Grand Duke biasanya disebut Grand Duchy. Sedangkan wilayah kekuasaan seorang Duke atau Duchess biasanya disebut Duchy atau Dukedom.
Kayena adalah istri sah yang diakui oleh kerajaan Robelia. Sekaligus pemegang gelar kehormatan Queen Consort atau istri penguasa selama tujuh tahun ini. Ia telah melahirkan 4 pangeran tampan selama menjadi Ratu. Namun sayang, Tuhan belum memberikan kepercayaan lebih pada Kayena untuk membesarkan pangeran-pangeran kecilnya. Tak genap sampai berusia 1 bulan, para pangeran yang lahir dari rahim Kayena selalu meninggal dunia secara tiba-tiba.
“Ibu harap Cassel terus dilimpahi kesehatan oleh Tuhan,” doa Kayena kala ia meraih tubuh mungil putra tercintanya yang diberi nama Cassel.
Nama tersebut Kayena dapatkan dari sebuah wilayah bernama Kassel yang dibaca ‘kasǝl. Namun, secara resmi pada tahun 1926 disebut Cassel. Sebuah wilayah yang membentuk kota terbesar di Hessen bagian Utara, Jerman. Tempat yang pernah ayah Kayena kunjungi saat Kayena masih berada dalam kandungan. Ketika menunggu kelahiran Kayena, Grand Duke Pexley telah menyiapkan dua nama bagi anak ketiganya. Akan diberi nama Cassel jika anaknya laki-laki lagi, dan Cayena atau Kayena jika anaknya perempuan. Nama Cassel tidak terpakai saat bayi yang lahir adalah perempuan, kemudian diberi nama Kayena.
Pada kelahiran cucu pertama, kedua, dan ketiga pun, Grand Duke Pexley tidak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan nama. Cucu pertama dari Kayena diberi nama Prince Carcel yang diambil dari nama leluhur Raja Robelia pertama. Cucu kedua dan ketiganya diberi nama Prince Cassian dan Prince Clayton yang diberikan oleh Ibu Suri—ibu Raja saat ini. Katanya, nama tersebut adalah nama pilihan dari Raja terdahulu untuk cucu-cucunya dari garis keturunan putra mahkota. Baru pada kelahiran cucu keempat, Grand Duke Pexley mendapatkan kesempatan tersebut.
“Saya baru mendapat kabar jika Yang Mulia Raja telah tiba di ibu kota.”
“Benar kah?”
“Iya, Yang Mulia Ratu.”
“Kalau begitu segera bantu aku bersiap, Kima.”
Wanita muda dengan gaun sederhana ala pelayan, namun tetap dibuat dari kain pilihan itu mengangguk. Namanya adalah Kima Wiloma, maid pribadi Kayena yang dibawa dari kediaman Grand Duke Pexley. Kima hanya terpaut usia beberapa tahun lebih muda dari Kayena. Maka tak heran jika ia bisa menjadi sangat dekat, bahkan sudah dianggap saudari sendiri oleh Kayena.
“Baik, Yang Mulia,” jawan Kima seraya tersenyum tipis. Ia merupakan saksi hidup perjuangan Kayena dalam usaha mendapatkan cinta dari suaminya sendiri.
Walaupun sudah ditentukan akan menikah di masa depan, Kayena pernah berharap jika calon suaminya punya niatan untuk membuka hati. Namun, harapan Kayena tidak pernah menjadi kenyataan sampai detik ini. Kayena tidak pernah mendapatkan cinta suaminya sedikitpun. Kayena hanya dianggap sebagai mesin pembuat anak serta simbol kerjasama antara dua belah pihak, yaitu keluarga kerajaan dan keluarga Grand Duke Pexley.
Diam-diam Kayena masih berharap jika suaminya bisa membuka hati setelah kelahiran putra keempat mereka yang baru berusia dua hari. Secara langsung Kayena akan memperkenalkan putranya kepada sang suami yang baru kembali dari perjalanan. Ditemani oleh Kima yang bertugas untuk membawa Prince Cassel, Kayena yang malam itu tampil cantik dengan vintage night dress warna putih dengan model lace yang dibuat dari bahan sutra terbaik, dilapisi jubah hangat yang menyamarkan vintage night dress yang digunakannya.
Sepanjang perjalanan, para penghuni istana raja yang ia temui langsung menunduk hormat, apalagi saat sadar jika calon Putra Mahkota juga ada bersama mereka.
“Anda terlihat sangat lelah, Yang Mulia.”
Gerakan tangan Kayena yang baru saja meraih pegangan pintu berwana emas itu terdiam. Tidak ada penjaga di depan pintu ruang istirahat pribadi Raja, karena mereka ditempatkan beberapa meter dari pintu masuk. Biasanya hal itu dilakukan ketika Raja yang mengeluarkan titah.
“Yang Mulia Ratu, ada apa?” tanya Kima, setengah berbisik.
“Mundur lah, Kima. Bawa Pangeran ke depan,” ujar Kayena. Tanpa banyak kata, Kima pun menunduk hormat sebelum undur diri bersama Prince Cassel yang masih terlelap dalam balutan kain lembut berkualitas terbaik.
Kayena telah berhasil membuat celah di antara pintu, sehingga ia bisa mendengar suara lain selain suara milik suaminya. Kayena tahu betul suara lembut yang mendayu-dayu di telinga itu milik siapa.
“Rasa lelah ku menghilang setelah kamu menyambut kepulangan ku.”
Itu baru suara suaminya. Suara berat yang dalam dan mampu membuat siapapun yang mendengarnya merinding. Pembicaraan yang berasal di dalam sana masih tidak berhenti sampai di situ. Sampai pada akhirnya nama sang putra dibawa-bawa, Kayena langsung waspada.
“Pangeran Cassel sangat tampan. Sangat mirip Yang Mulia.”
“Kamu sudah melihatnya?”
“Iya. Pagi tadi saya datang untuk melihat Pangeran Cassel. Saya langsung jatuh cinta setelah melihatnya untuk pertama kali.”
“Bagus lah jika kau jatuh cinta pada putra ku,” sahut suara milik suaminya.
Kayena masih mendengarkan dengan seksama. Ia bahkan sudah berada di dalam ruangan tanpa menimbulkan suara.
“Aku berencana membuat mu menjadi Ibu baptis Pangeran Cassel.”
Kayena mematung mendengarnya. Ibu baptis putranya telah ditentukan secara sebelah pihak?
“Aku tidak membutuhkan Ratu lagi, jika Pangeran Cassel sudah dekat dengan mu.”
“Bagaimana mungkin Yang Mulia bisa melakukan itu pada Yang Mulia Ratu?”
“Apa yang tidak bisa aku lakukan untuk mu? Setelah menyingkirkan Ratu, aku akan memberikan Pangeran Cassel pada mu. Aku percaya putra ku akan menjadi sosok yang hebat jika berada dalam pengawasan mu.”
Kayena hampir saja kehilangan pijakan jika ia tidak menggunakan tangannya untuk menopang tubuh. Berpegangan pada sebuah pilar menjadi penolong bagi Kayena yang hampir saja terhuyung.
Sang suami berencana memisahkan ia dan putra tercintanya? Tidak bisa. Kayena tidak akan membiarkan rencana itu terwujud. Selama ini ia sudah terlalu banyak diam dan mengalah, kali ini saja ia akan egois untuk melindungi buah hatinya.
“Ada apa Yang Mulia Ratu?” tanya Kima saat melihat Ratunya itu keluar dengan tergesa-gesa.
“Kita kembali ke istana Ratu sekarang juga.” Alih-alih menjawab, Kayena lebih dulu mengambil alih Pangeran Cassel dari gendongan Kima. Kemudian membawanya dengan segera, meninggalkan kediaman Raja Robelia.
Di sepanjang perjalanan, Kima sudah mewanti-wanti sang Ratu untuk berhati-hati. Mengingat saat ini ia sedang membawa Pangeran Cassel, namun Kayena seolah tuli. Ia tetap berjalan dengan langkah cepat menuju kediaman Ratu. Tiba di kediaman Ratu, ia langsung mengunci pintu. Tak membiarkan siapa pun masuk dan menganggu.
“Hanya ada Ibu dan kamu,” lirih Kayena saat membaringkan putranya di atas sebuah ayunan kayu yang dihiasi ukiran emas 24 karat.
Kayena sebenarnya sudah lelah menangis. Beberapa tahun telah ia lalui dengan tekanan batin dan tangisan. Sekarang, ia tidak ingin menangis lagi. Namun, air matanya secara alami luruh. Membasahi wajah cantiknya yang jelas lebih menonjol jika dibandingkan dengan Grand Concubine kesayangan Raja Robelia.
“Ibu tidak sanggup jika harus kehilangan kamu,” lirih Kayena. Tubuhnya luruh di dekat ayunan sang putra. “Ayah sudah tidak membutuhkan ibu.”
Sempat merasa terganggu, putranya hampir bangun ketika Kayena menyentuh pipi gembul nya yang lembut. “Ayah bahkan berencana untuk memisahkan kita.”
Kayena rasa ia sudah tidak dibutuhkan lagi. Hidupnya selama ini hanya dijadikan sebagai alat. Ia tidak dicintai sama sekali. Sedangkan jauh di Kyen—wilayah kekuasaan keluarga Grand Duke Pexley—ada keluarganya yang tidak tahu apa-apa soal penderitaan yang selama ini putrinya tanggung seorang sendiri. Lebih baik ia mati karena sudah dibutuhkan lagi.
“Kima, pergilah ke Kyen bersama Pangeran Cassel,” pinta Kayena ketika ia mengizinkan satu-satunya orang yang ia percayai untuk masuk ke dalam ruangan.
“T-api, bagaimana dengan Anda? Kenapa saya harus pergi ke Kyen bersama Pangeran Cassel?”
Kayena tidak langsung menjawab. Ia terlebih dulu memberikan pangeran Cassel bersama dua kantong koin emas dan lencana yang bisa membuat Kima keluar dari wilayah ibu kota dengan mudah.
“Kalian harus sampai ke Kyen dengan selamat. Lalu sampaikan surat ini pada ayah ku.”
Kima tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Malam itu ia hanya menjalankan tugas dari majikan yang sangat dihormati. Kima pergi bersama seorang tentara bayangan yang selama ini bekerja untuk Kayena. Jalan bagi Kima untuk keluar dari istana juga dipermudah berkat bantuan beberapa pelayan setia yang mengabdi pada Kayena.
Ketika jam pasir yang diputar semenjak kepergian Kima bersama pangeran Cassel habis tak bersisa, Kayena tersenyum pilu menatap ke arah lautan lepas yang malam itu terlihat sangat gelap dari jendela kamarnya.
“Pukul dua dini hari nanti Kima akan sampai ke Kyen bersama Cassel. Kemungkinan besar ketika fajar menyingsing, pasukan ayah akan bergerak ke Ibu kota.”
Kayena tidak berniat untuk memejamkan mata sama sekali malam itu. Ia menunggu sampai datangnya burung merpati pos yang biasa dikirimkan Kima ketika ia telah tiba di tempat tujuan. Ketika burung merpati pos berwarna abu-abu tua itu kembali hinggap di jendela, Kayena telah bersiap untuk menutup mata selamanya.
Ia merasa tidak punya tujuan lagi untuk hidup. Kemungkinan besar jika ia masih hidup, sang suami akan menggunakan dirinya untuk mendesak bahkan mencelakai keluarga Pexley beserta putra mereka. Jadi, lebih baik Kayena mati di istananya sendiri. Masih dengan gelar ratu yang melekat padanya. Pada selembar kertas berwarna coklat, ia juga telah membubuhkan beberapa untai kata untuk sang suami tercinta.
“Aku tidak menyesal pernah mengenal dan mencintai kamu,” ucap Kayena saat ia berhasil merobek kulit perutnya sendiri dengan sebuah belati yang dihiasi oleh Orange diamond. “Tetapi, jika diberi kesempatan kedua untuk mengulang waktu, aku akan memilih untuk tidak pernah mencintaimu sedalam ini, Kaizen.”
Tepat setelah kalimat terakhirnya diucapkan, Kayena kehilangan kekuatan pada tubuhnya. Ia tidak lagi berdiri menghadap sebuah potret yang melukis dirinya dan sang suami, melainkan jatuh terduduk pada lantai yang dingin. Kayena merasakan rasa sakit itu datang bertubi-tubi. Bahkan ia sangat menikmati rasa sakit yang perlahan-lahan merenggut nyawanya. Ia akan mati dengan menorehkan sejarah baru sebagai Pauvre Reine dari Robelia yang berakhir tewas dengan tragis.
Namun, jika Tuhan berkenan memberikan kehidupan kedua, ia berharap bisa berbalik arah dengan mudah dari mencintai jadi membenci.
"Kayena, buka pintunya!"
Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, ia sempat mendengar suara pria yang dicintai. Tak berselang lama terdengar pula suara wanita yang sangat ia benci. Sungguh miris sekali. Mereka benar-benar pasangan yang menjijikan. Kayena sangat benci. Rasanya ingin segera mati saja daripada harus melihat mereka menyakitinya lagi.
“Yang Mulia.”
Sayup-sayup Kayena mendengar suara lain saat kesadarannya sudah berada di ambang batas.
“Yang Mulia.”
Tunggu, kenapa sekarang sayup-sayup suara yang terdengar adalah suara Kima? bukannya Kima telah pergi ke Kyen bersama pangeran Cassel?
“Yang Mulia.”
"..."
“Yang Mulia Ratu!”
Kayena tersentak bangun begitu saja ketika mendengar suara pelayan pribadinya. Kelopak matanya langsung terbuka lebar. Pandangannya langsung bertemu dengan langit-langit yang dihiasi oleh lukisan para Goddess yang elok. Ini bukan gambaran surga, melainkan langit-langit kamarnya?
“Apa ini?” gumamnya ketika mengerjapkan mata dua kali.
“Anda sudah bangun, Yang Mulia Ratu?”
Kayena menoleh dengan pandangan kosong. Menemukan Kima yang berdiri dengan kepala menunduk di dekat tempat tidur. Wajah wanita itu tampak lebih muda dari sebelumnya.
“Saya sangat khawatir saat menemukan Anda tidak sadarkan diri ketika membaca kitan suci. Anda pasti memikirkan Pangeran Carcel lagi, padahal ini sudah satu tahun berlalu.”
Carcel? Bukannya sebelum menutup mata ia baru saja melahirkan Cassel, putra keempatnya? Lalu, kenapa tiba-tiba pelayannya bicara soal Carcel, putra pertamanya yang meninggal lima tahun lalu?
Jangan bilang jika ia baru saja memutar waktu ke masa lalu pasca memutuskan untuk mengakhiri hidup?
“Kima.”
“Iya, Yang Mulia Ratu?”
“Tahun berapa ini?”
Pemilik nama yang sedang menyibak gorden tampak menautkan kening. Namun, ia tetap menjawab kala selesai melakukan tugasnya. “Tahun pertama setelah kematian Pangeran Cancel, Ratu. Apa Anda lupa?”
Kayena terdiam.
Ternyata benar, ia telah memutar waktu. Kembali pada lima tahun lalu, saat ia baru pertama kali merasakan kehilangan seorang putra. Apakah Tuhan telah berbaik hati memberinya kesempatan kedua lewat kehidupan kedua? Jika benar, maka ia harus bisa merubah nasibnya yang malang dari sekarang. Jika berkaca pada 5 tahun ke depan, hidupnya hanya akan dipenuhi oleh tekanan dan penderitaan. Tidak ada yang dapat merubah nasibnya yang malang, kecuali tekad dari dirinya sendiri.
💰👑👠
To Be Continue
Semoga suka & ampai jumpa di part berikutnya 🤗
Tanggerang 06-03-23
Selamat datang & selamat membaca Novel How To Divorce My Husband 🙌
Visual (2)
Kima Wiloma (Private Maid)
Killian Madison (Private Tailor)
002. Changer pour le mieux (Perubahan untuk menjadi lebih baik)
Aroma harum tercipta dari uap yang keluar pada celah teko keramik yang disimpan di atas meja. Ketika isinya dituangkan pada cangkir keramik dengan motif bunga teratai yang cantik, aroma harum tersebut terhirup lebih pekat. Cairan berwarna gelap itu berasal dari daun tanaman bernama Camellia Sinensis. Sebelum bisa dinikmati, tanaman tersebut digulung, difermentasi, kemudian dikeringkan. Barulah bisa dihancurkan. Dari proses tersebut tercipta teh yang berwarna pekat ketika diseduh, beraroma serta berasa kuat, dikarenakan kandungan kafein yang tinggi.
“Kenapa Yang Mulia Ratu meminta teh hitam? Bukan kah teh chamomile lebih cocok, karena dapat membuat tubuh rileks?”
“Teh chamomile memang bisa membuat tubuh rileks, tetapi teh hitam bagus untuk menambah stamina,” jawab sang Ratu.
Ya, Kayena. Queen Consort of Robelia yang baru saja memutar waktu itu tampak masih menyimpan banyak pertanyaan dalam benak. Menurut penuturan Kima—maid pribadinya—ia jatuh tidak sadarkan diri saat membaca kitab suci.
Kima berasumsi bahwa sang Ratu terlalu banyak memikirkan Pangeran Carcel, putra pertamanya yang meninggal setelah satu minggu dilahirkan. Kepergian Pangeran Carcel satu tahun lalu memang pukulan berat bagi Robelia. Bukan saja Kayena yang kehilangan seorang putra, ada Raja yang kehilangan penerus, orang tua yang kehilangan cucu, serta para rakyat Robelia juga kehilangan Putra Mahkota mereka yang sangat rupawan dan menggemaskan.
Kematian Pangeran Carcel kemudian membuat hidup Kayena berubah 180°. Kayena menutup diri. Ia menghabiskan lebih banyak waktu untuk beribadah di gereja, kemudian menjalankan tugas sebagai istri serta ibu Negara. Tidak pernah ada waktu untuk dirinya sendiri. Sepeninggalan Pangeran Carcel, penampilan Kayena juga lebih tertutup. Ia menggunakan pakaian dengan warna gelap sepanjang waktu, kecuali saat menghadiri acara tertentu. Warna gelap ia aplikasikan pada pakaian sehar-hari, sebagai bentuk duka mendalam yang telah dialami.
“Kondisi tubuh Yang Mulia Ratu masih belum pulih sepenuhnya. Lebih baik Yang Mulia Ratu segera menggunakan baju,” kata Kima. Ia kemudian menunjukkan beberapa gaun tertutup yang semuanya berwarna gelap.
Jika dipikir-pikir, kehidupan Kayena pasca kehilangan Pangeran Carcel, Pangeran Cassian hingga Pangeran Clayton, gaya busananya mirip dengan biarawati ortodoks yang tidak menarik lagi di mata Raja.
“Singkirkan semua pakaian itu, Kima.”
Kaget. Tentu saja ekspresi itu yang diperlihatkan oleh Kima kala menatap pada sang Ratu yang saat ini hanya menggunakan jubah handuk, menutupi tubuhnya yang putih seperti porselen.
“Maksud Yang Mulia Ratu?”
“Aku tahu kamu mendengar kalimat yang aku ucapkan dengan baik,” kata Kayena seraya menyesap teh hitamnya lagi.
Hal pertama yang ia lakukan setelah bangun dari kematian—yang telah membawanya memutari waktu adalah berpikir keras. Guna mengurangi sedikit keruwetan di kepala, Kayena memutuskan untuk mandi. Banyak hal yang ia pikirkan saat berada dalam genangan air hangat yang dibubuhi kelopak bunga segar di atasnya. Salah satunya adalah bagaimana cara ia merubah nasibnya yang malang.
Setelah berpikir begitu keras, ia memutuskan untuk merubah kehidupannya mulai dari sekarang. Pertama-tama ia akan melakukan perubahan pada diri sendiri.
“Ambilkan aku pakaian berwarna putih gading,” ucapnya dengan telunjuk mengarah ke sebuah gaun berwarna putih gading yang berada di antara banyaknya gaun berwarna hitam dan biru tua. “Kemudian keluarkan semua pakaian yang ada di lemari,” lanjutnya. “Panggil semua pelayan. Aku juga membutuhkan seorang penjahit.”
“Penjahit?” bingung Kima. Ia saja masih kebingungan dengan keinginan sang Ratu yang tiba-tiba meminta pakaiannya dikeluarkan semua. Padahal semenjak kehilangan Pangeran Carcel, pakaian seperti itulah yang digunakannya. “T-api penjahit kerajaan yang bertugas untuk membuat pakaian Yang Mulia Ratu sedang menangani gaun Selir Agung …”
“Apa penjahit di Robelia hanya ada satu orang?” potong Kayena. Ia kembali ke masa kehilangan pangeran Carcel. Lebih tepatnya satu tahun pasca kehilangan putra pertamanya. Maka tak heran jika sebentar lagi akan diadakan pesta perayaan hari lahirnya selir kesayangan raja.
Wanita muda yang memiliki rambut hitam pendek itu menggeleng. “Tidak, Yang Mulia Ratu.”
“Aku tidak ingin menggunakan jasanya lagi,” ungkap Kayena seraya beranjak dari tempatnya duduk. “Penjahit kerajaan selama ini hanya berpihak pada wanita itu,” gumamnya.
Kayena ingat betul, pada masa depan, selir dari sang suami menjadi role model para wanita bangsawan. Pakaian yang ia gunakan selalu menjadi trend di kalangan para wanita bangsawan, bahkan menjadi perbincangan rakyat biasa. Itu semua terjadi karena tidak ada yang mampu menyaingi selera berbusana selir kesayangan raja Robelia tersebut, tidak terkecuali Ratu Robelia yang tidak mengenal mode semenjak kehilangan putranya.
Dikutip dari Wikipedia, role model sendiri adalah “person who serve as an example, whose behavior is emulated by others” atau seseorang yang memberikan teladan dan perilaku yang bisa diikuti oleh orang lain.
Seseorang yang berpengaruh bisa menjadi role model dalam masyarakat luas, apabila ia memiliki peran aktif sebagai pemimpin dalam sebuah organisasi. Namun, di sini selir kesayangan raja tidak perlu berperan aktif sebagai seorang pemimpin, karena posisinya sebagai Grand Concubine, gelar tertinggi pada seorang selir. Gelar yang hanya dibuat dan diperuntukan untuk dirinya seorang, sudah lebih dari cukup untuk membuat masyarakat luas meniru segala hal yang melekat pada dirinya.
Selama Kayena tetap menggunakan pakaian bernuansa gelap, penjahit kerajaan selalu menyiapkan rancangan gaun spesial untuk Grand Concubine. Sekali pun ratu yang lebih dulu meminta dibuatkan gaun, penjahit kerajaan akan tetap menyimpan rancangan gaun terbaiknya untuk Grand Concubine.
“Aku ingin penjahit berbakat dari luar istana,” pinta Kayena. “Pasti ada penjahit berbakat yang tersembunyi di luar sana.”
“Belakangan ini saya mendengar informasi jika di ibu kota baru saja buka sebuah toko pakaian. Pemilik toko itu adalah penjahit berbakat yang berasal dari Negeri di seberang Barat Daya Robelia.”
“Bawa dia ke hadapanku,” titah Kayena, mutlak.
Kima langsung gelagapan mendengarnya. “Saya dengar tidak mudah bertemu dengan pemilik toko itu, Yang Mulia.”
“Bawa ini bersama mu, dia pasti akan mengikuti perintah dengan mudah.”
Kima langsung menutup mulutnya saat melihat benda yang baru saja disodorkan Kayena ke arahnya. “I-ni … lencana Yang Mulia Ratu.”
Kayena yang sedang berdiri di tepi jendela mengangguk. “Bawalah dia ke hadapan ku, Kima. Waktu mu tidak banyak.”
Kima mengangguk paham setelah lencana dengan berlian biru yang cantik itu berada di tangannya.
“Satu lagi tugas untukmu.”
“Apakah itu, Yang Mulia?”
Kayena tersenyum miring saat melipat kedua tangan di depan dada. Ekspresi tersebut benar-benar tidak pernah Kima lihat sebelumnya. Sebenarnya, ada apa dengan sang ratu yang tiba-tiba membuat banyak perubahan? Sikap ratunya juga cenderung lebih … berani dan berapi-api dari biasanya.
“Panggil semua pelayan yang ada di istana ratu. Pastikan mereka semua berkumpul di ruang kerjaku,” ucap Kayena kemudian. “Aku akan melakukan evaluasi.”
Jika berkaca pada masa depan—lima tahun kemudian lebih tepatnya, Kayena tahu jika ada musuh di dalam selimut. Di antara banyaknya pelayan yang ada di istana ratu, salah satu di antara mereka adalah musuh yang tega membuat kesehatan jiwa Kayena semakin buruk pasca kehilangan bayi-bayinya.
Bahkan Kayena ingat betul jika di kehidupan sebelumnya, ada salah satu pelayan yang pernah melakukan percobaan pembunuhan pada bayi yang Kayena kandung. Cara yang dilakukan pelayan itu adalah mencampurkan racun yang mengandung zat oleandrin dari tanaman bunga Oleander yang dapat menyebabkan kontraksi secara paksa, sampai dapat membuat janin mati di dalam rahim. Zat tersebut dicampur ke dalam makanan Kayena. Alhasil Kayena sempat mengalami kontraksi, padahal usia kandungannya belum memasuki 30 minggu.
“Kamu,” telunjuk Kayena terangkat, lurus ke arah seorang pelayan yang menunduk hormat di depannya. Dari sekian banyak pelayan, wajah lugu itu lah yang sangat terpatri dalam ingatan.
“Saya, Yang Mulia Ratu?” Pemilik wajah lugu itu mendongkrak. Dilihat dari wajah, usianya pasti masih sangat muda. Namun, pada kehidupan sebelumnya ia telah berbuat sangat keji.
“Kemasi barang-barang mu, kemudian keluarlah dari istana ratu.”
“T-api, Yang Mulia Ratu, saya … tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Atas dasar apa Yang Mulia Ratu memecat saya?” pelayan muda itu tentu saja tidak terima.
Kayena juga tidak tahu pasti pelayan itu kaki tangan siapa. Namun, kejahatan pelayan itu tetap tidak dapat ia maafkan di kehidupan sebelumnya.
“Kima.”
“Iya, Yang Mulia?”
“Aku tidak ingin melihat wajahnya lagi. Cepat bawa dia keluar,” ujar Kayena dengan salah satu tangan memijit pelipis. Kima pun tidak bisa berbuat apa-apa, selain membawa pelayan yang sudah berlutut di depan Kayena keluar secara paksa.
“Para penghianat sudah mulai disingkirkan dari istana ratu. Sekarang, tinggal diriku yang harus melakukan perubahan lebih drastis,” batin Kayena di dalam hati. Ia sangat serius mengenai perubahan yang akan dilakukan demi kehidupan yang lebih baik.
“Kima,” panggilnya lagi.
“Iya, Yang Mulia?”
“Dimana penjahit itu? aku ingin bertemu dengannya sekarang.”
Selir kesayangan raja sebentar lagi mengelar pesta. Kayena tidak boleh melewatkan tiket emas pertamanya untuk unjuk gigi dalam kehidupan kali ini. Lihat saja nanti, ia akan membuat mereka semua tercengang sampai lupa cara berkedip.
💰👑👠
To Be Continue
Semoga suka & ampai jumpa di part berikutnya 🤗
Tanggerang 07-03-23
Selamat datang & selamat membaca Novel How To Divorce My Husband 🙌
003. Quelque chose à propos Nobless Oblige (Sesuatu tentang Nobless Oblige)
💰👑👠
Pada malam di awal pekan yang cerah itu, ballroom istana selir yang berada di seberang istana ratu tampak dipadati oleh para bangsawan Robelia. Meraka yang mendapatkan undangan langsung dari kekasih raja dengan suka cita berdatangan. Berlomba-lomba menggunakan pakaian terbaik yang mereka miliki demi memenuhi undangan dari selir paling terkenal sepanjang sejarah kerajaan Robelia.
“Yang Mulia Selir sangat cocok sekali dengan warna putih. Terlihat cantik dan suci seperti seorang bidadari. Pantas saja Yang Mulia Raja sangat mencintainya.”
Pujian itu bukan keluar dari satu mulut wanita bangsawan, namun hampir semua wanita bangsawan yang iri akan kecantikan selir kesayangan raja mereka. Katarina namanya. Wanita yang menjadi kekasih Raja semenjak usia muda, karena berhasil mendapatkan berkah berupa cinta tulus dari Raja Robelia, yaitu Kaizen Alexander Kadheston. Pria yang telah ditetapkan akan menjadi suami dari putri Grand Duke Pexley, namun memberikan cintanya pada Katrina. Seorang pelayan di kediaman Grand Duke Pexley.
Ketika Katrina diangkat menjadi selir, keluarga Grand Duke Pexley sempat membuat petisi—permohonan resmi kepada pihak kerajaan—karena mereka merasa dikhianati. Bagaimana bisa seorang pelayan yang dikirimkan ke kerajaan untuk membantu putri mereka yang akan menjadi Ratu Robelia, malah merangkak naik ke ranjang sang Baginda Raja. Akan tetapi, Kaizen yang sudah buta akan cinta menutup mata. Ia mengeluarkan dekrit—keputusan (ketetapan)—yang tidak dapat diubah oleh siapapun, karena ia adalah seorang pemimpin di negeri tersebut.
Kaizen menyuarakan kebebasannya sebagai seorang pria yang bisa saja memiliki lebih dari satu wanita, asalkan bisa adil kepada mereka berdua. Kendati demikian, pihak Grand Duke Pexley tetap merasa tidak puas. Oleh karena itu, Kaizen meminta secara langsung pada putri Grand Duke Pexley untuk membuat keluarganya mengerti. Kaizen tentu saja tidak meminta dengan cara baik-baik, karena memang hubungannya dengan putri Grand Duke Pexley tidak baik semenjak pernikahan dilangsungkan. Mereka hanya menjadi pasangan di mata publik. Di luar konteks tersebut, mereka tak ubahnya orang asing yang terikat hubungan pernikahan.
“Apa saya memang secantik itu, sampai-sampai Yang Mulia tidak mengalihkan pandangan sejak tadi?” suara mendayu-dayu milik bintang utama pada acara tersebut terdengar. Menyapa indra pendengaran pria rupawan yang tampil gagah dengan pakaian kebesaran dengan bernuansa putih serta emas.
“Tidak ada objek yang lebih menarik selain wanita cantik yang saat ini duduk di samping ku,” jawab raja kerajaan Robelia tersebut seraya meraih punggung tangan kekasihnya.
Katarina adalah gambaran wanita cantik yang akan membuat pria manapun bertekad untuk melindunginya. Wajahnya berukuran kecil dengan sepasang mata yang dipayungi oleh bulu mata lentik. Hidungnya mancung, bibirnya tipis dengan bentuk yang sempurna. Salah satu objek yang candu untuk disesap oleh sang raja. Tubuhnya juga mungil, sehingga di mata raja, Katarina adalah gambaran peri kecil yang harus ia lindungi.
Kaizen, King of Robelia bahkan rela menentang siapapun demi memastikan jika wanitanya selalu aman dan nyaman tinggal di istana. Ia bahkan tidak peduli akan perasaan istri sahnya yang satu tahun lalu telah melahirkan pewaris untuknya.
Ngomong-ngomong soal istri sahnya, Kaizen sampai lupa mengunjungi istana ratu. Padahal beberapa hari yang lalu ia mendapat informasi bahwa ratunya itu ditemukan tak sadarkan diri. Dokter kerajaan menduga wanita itu masih terlalu larut dalam duka, sampai-sampai tidak mengurus dirinya dengan baik.
“Cih, merepotkan,” batin Kaizen. Ia benar-benar muak pada ratunya yang tidak bisa melupakan masa lalu hingga detik ini. Padahal bukan cuma dirinya yang merasa kehilangan.
Kaizen juga merasakan kehilangan. Bagaimana mungkin ia bisa lupa dengan mudah pada wajah mahluk mungil yang terlahir sebagai pewarisnya. Mahluk mungil yang sempat ia gendong dan timang-timang, namun tak banyak waktu yang dapat mereka habiskan bersama.
“Yang Mulia Raja.”
Kekasih hatinya memanggil. Kaizen langsung mengenyahkan lamunan soal ratunya dan calon pewarisnya yang sudah menjadi tanah.
“Saya memanggil Yang Mulia sejak tadi. Apa ada yang menganggu pikiran Yang Mulia Raja?”
“Tidak ada,” jawab Kaizen lembut. Tangannya masih setia menggenggam telapak tangan Katarina. Bintang utama malam ini.
Katrina tampil menawan dengan gaun berwarna putih yang diberi sentuhan warna kuning, namun bukan warna kuning emas. Melainkan kuning muda yang sangat cocok jika bertemu dengan warna kulitnya yang sudah putih. Gaun yang ia gunakan adalah rancangan istimewa dari penjahit istana. Bentuknya mewah, model yang dipilih adalah ball gown vintage dengan detail ruffles di bagian lengan yang panjangnya ¼ sampai detil ruffles apada bagian rok. Banyak hiasan pita juga yang meramaikan. Penampilannya dipercantik dengan topi Victorian style berenda yang menghiasi kepala.
Ketika memasuki ruangan bersama Kaizen, semua mata tentu saja langsung tertuju pada mereka berdua. Pasangan yang dikatakan sebagai cinta sejati yang rela menghadang segala jenis rintangan bersama. Padahal ada banyak perbedaan yang sangat kentara di antara mereka. Namun, predikat bintang utama tak melekat begitu lama pada Katarina, saat sebuah nama diumumkan akan segera memasuki ruangan.
Mereka semua kontan menatap ke arah pintu masuk, ketika mendengar nama itu diumumkan oleh seorang pengawal yang berjaga di depan pintu. Nama yang tidak pernah mereka sangka akan terdengar di ballroom istana selir.
“Pendamping Matahari Kekaisaran, Queen Consort of Robelia, Her Majesty, Kayena de Pexley akan segera memasuki ruangan.”
Hening.
Semua kegiatan di ruangan yang didominasi oleh warna putih dan kelopak-kelopak bunga berwarna putih, merah muda, sampai peach itu langsung terhenti seketika saat nama itu diumumkan. Ketika pintu berhasil dibuka dari luar, mempersilahkan seorang wanita cantik penyandang gelar Pendamping Matahari Kekaisaran dan Queen Consort of Robelia itu memasuki ruangan.
Langkahnya tampak anggun. Satu per satu langkah itu tampak seperti sebuah magnet yang berhasil membuat semua orang menatap penuh minat pada dirinya. Sang ibu di Negeri ini. Ratu Robelia yang namanya sempat tenggelam dalam kalangan bangsawan karena jarang melibatkan diri pada acara-acara sosial yang digelar.
Semenjak kematian putra mahkota, ratu mereka memang menarik diri. Cara berpakaiannya pun tak lagi mencerminkan seorang bangsawan. Akan tetapi, hari ini penampilannya berhasil membuat semua orang bungkam dengan bola mata yang hampir meloncat keluar.
“Apa acaranya sudah dimulai?”
Suara sang ratu terdengar ketika ia sudah berada tepat di tengah-tengah ruangan. Berhadapan dengan raja dan selirnya yang duduk berdampingan.
Senyum tipis tersungging di bibir. Malam ini ia tampil cantik dengan gaun yang tidak pernah dilihat oleh siapapun. Gaun yang memadukan warna merah terang dengan warna putih yang sangat cocok bertemu dengan kulit putih porselennya.
Model gaunnya bukan ball gown vintage seperti kebanyakan gaun yang digunakan para wanita bangsawan, melainkan long dress model mermaid yang memeluk indah tubuhnya. Pada bagian kerah gaun membentuk shoulder yang mengekspose area bahu dan bagian dada atas, namun untuk mengurangi kesan “terbuka” pada gaunnya, ditambahkan aksen kerah yang bertabur hiasan batu permata merah yang semakin mempercantik gaun tersebut.
Kayena juga menanggalkan mahkota di kepalanya, mengganti dengan hiasan rambut yang berukuran lebih kecil. Penampilannya lalu ditunjang dengan anting-anting motif bunga serta sarung tangan renda berwarna putih untuk melindungi kedua tangannya. Ia tidak perlu menggunakan banyak perhiasan, karena pada leher hingga bagian dada atas gaunnya telah ditaburi batu permata merah yang sangat berharga di Robelia.
“Apa acaranya sangat menyenangkan, sampai-sampai kalian semua lupa siapa yang baru saja memasuki ruangan?”
Kayena memang datang tanpa undangan. Hadir dengan penampilan extraordinary yang menonjolkan kesan berapi-api. Penampilan tersebut tentu menarik perhatian karena cara berpakaiannya yang berlebihan, ditambah lagi warna yang dipilih adalah warna mencolok. Berbeda sekali dengan kebiasaan berpakaian Kayena yang biasa yang sangat tertutup dalam balutan kain berwarna hitam.
“Aku datang sebagai tamu, tetapi di balik semua itu, kedudukan ku masih seorang ratu.”
Para bangsawan belum ada yang berani memberikan respon. Di Robelia, ada tata karma yang harus dilakukan ketika seseorang yang lebih tinggi kedudukannya memasuki ruangan. Kedudukan paling tinggi di Robelia adalah raja dan ratu. Jika keduanya atau salah satu dari mereka masuk ke dalam ruangan, itu berarti semua orang yang ada di dalam ruangan wajib berdiri dan menberikan penghormat kemudian salam. Namun, mereka semua melupakan tata karma itu. Mungkin karena sudah ada selir agung yang mendampingi sanga raja.
Kayena kemudian semakin melangkah maju. Baru berhenti ketika berdiri di depan anak tangga terakhir yang akan membawanya kepada pasangan bintang utama malam ini.
“Saya, Kayena de Pexley memberikan hormat kepada Matahari Kekaisaran.” Kayena memberikan penghormatan secara simbolis pada suaminya sendiri yang masih tidak memberikan respon apapun. “Lama tidak berjumpa,” lanjutnya ketika sudah kembali pada posisi awal. Masih ada senyum tipis yang tersungging di bibir. “Anda dan Selir Agung terlihat sangat bahagia.”
Kayena yang hari ini muncul adalah versi berbeda dengan Kayena yang mereka kenal. Kayena yang muncul dengan long dress merah itu terlihat sekali menunjukkan sifat berani dan berapi-api. Sangat jauh dari image Kayena yang dulu, lemah dan tidak begairah semenjak kehilangan putranya.
“Mungkin karena saking bahagianya, semua bangsawan yang ada di sini bisa ikut merasakan,” ucap Kayena lagi. “Sampai-sampai mereka melupakan salah satu kewajiban mereka sebagai seorang bangsawan.”
Bisik-bisik langsung terdengar saat Kayena menyinggung soal kewajiban para bangsawan. Di Robelia ada peraturan yang membahas soal kewajiban para bangsawan atau Noblesse oblige.
Noblesse oblige sendiri diambil dari bahasa Prancis. Secara singkat, Noblesse oblige mengandung arti “nama leluhur yang mengandung tanggung jawab yang luhur pula.” Seorang pemimpin—entah itu pemimpin Negara, pemimpin kekaisaran, lembaga-lembaga Negara, partai politik, sampai organisasi kemasyarakatan biasa disebut noble man. Karena gagasan tindakannya yang sarat pengabdian dan penuh ketulusan, bukan karena keturunan atau statusnya secara genealogis. Itulah Noblesse oblige, keningratan yang memberinya kewajiban.
Kayena hanya bisa tersenyum miris kala noble man di negeri ini saja lupa akan Noblesse oblige yang seharusnya dilakukan para bangsawan Robelia, bahkan oleh seluruh rakyat Robelia pada hari ini.
“Hari ini adalah peringatan kematian mendiang Putra Mahkota Carcel. Apakah ada yang ingat akan kewajibannya pada mendiang Putra Mahkota Negara ini?” tanya Kayena dengan pandangan yang mulai berputar, menatap satu per satu bangsawan yang mengisi ruangan tersebut. “Apakah ada yang datang mengunjungi katedral Carcel ketika lonceng dibunyikan?”
Diam.
Semua bangsawan yang ada di dalam ruangan memilih bungkam dan mencari aman. Karena memang mereka telah melupakan kewajiban mereka yang seharusnya memperingati kematian Putra Mahkota Robelia untuk pertama kalinya.
Di Robelia, ketika ada anggota kerajaan yang meninggal, para bangsawan punya kewajiban untuk ikut mengenang hari kematiannya sebagai bentuk dukungan moril pada keluarga yang ditinggalkan. Sebenarnya bukan saja para bangsawan, namun bagi seluruh masyarakat Robelia. Hanya saja tidak ada hukum tertulis mengenai kewajiban tersebut.
Pandangan Kayena kembali ke arah bintang utama pada malam ini. Irisnya beradu pandang cukup lama dengan pria yang telah memberinya 4 putra di kehidupan sebelumnya.
“Kalian semua menyelewengkan Noblesse oblige demi memperingati hari kelahiran seseorang yang belum jelas asal-usulnya.”
💰👑👠
To Be Continue
Semoga suka & sampai jumpa di part berikutnya 🤗
Tanggerang 09-03-23
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!