NovelToon NovelToon

Diam-Diam Suka

Budak perintah

Apa tanggapan kalian tentang suka dalam diam? Atau kalian pernah merasakan suka dalam diam? Atau cinta dalam diam? Rasanya hanya kita saja yang tau dan hanya kita sendiri pula yang jatuh hati jika kalian berada dalam posisi terpendam.

Itu yang aku rasakan semenjak duduk di bangku SMA, menyukai seorang cowok yang merupakan most Wanted di SMA tempat ku sekolah. Banyak gadis yang menyukai-nya karna sikapnya yang ramah ke semua orang, pintar, baik, murah senyum, anak pemilik sekolah dan satu lagi membuat dia semakin di kagumi sosok perempuan yaitu dia begitu tampan.

Di mata kaum perempuan dia hampir sempurna karena apa yang dia miliki sudah ada pada dirinya.Kekayaan? Janga tanyakan lagi, tentu saja dia anak orang kaya.

Hampir sempurna bukan? Sudah baik, pintar, tidak sombong, ramah, murah senyum.

Jadi salah kah jika aku juga mencintai sosok sepertinya?

Saingan? Jangan tanyakan lagi. Hampir seluruh perempuan di sekolah menyukai-nya.

Tapi aku tidak seperti yang lain menyukai dia secara terang-terangan. Aku lebih baik menyukainya secara diam biar aku yang memendamnya sendiri.

Aku menyukai-nya secara diam, aku selalu mengirimkan-nya surat di lemari loker-nya hingga suatu hari sosok cowok yang merupakan troublemaker di sekolah menemukan diriku menyimpan surat di lemari loker sosok cowok yang aku suka. Hingga hidup ku berubah karena ketahuan oleh-nya yang membuat diriku tunduk atas perintah cowok itu. Demi hidup ku yang aman agar terhindar dari bully-an di sekolah oleh fans cowok yang aku sukai, aku rela jadi budak perintah nya.

Namaku Clara Nadine Aurora. Aku bukan orang kaya seperti-nya sehingga aku dengan lancang-nya menyukai cowok yang hampir sempurna dari segi sikap dan fisik dan kehidupan, sementara diriku hanya orang biasa yang tidak bisa bersanding dengannya.

................

Hari libur telah usai, selama kurang lebih satu bulan libur akhirnya murid-murid SMA Gemilang kembali ke sekolah. Aku merindukan seseorang yang selama libur ini hanya bisa aku lihat lewat stori ig-nya.

Siapa lagi kalau bukan sosok cowok yang aku sukai secara diam dan jatuh cinta dengan sendirinya.

"Udah satu bulan nggak ketemu." Seketika langkah kaki ku terhenti saat mendengar suara yang tidak asing lagi bagi telinga ku.

Cowok itu menghampiri ku dengan tangan dia masukkan ke dalam saku celananya. Dia tampan hanya saja aku tidak suka cowok sepertinya yang merupakan troublemaker sekolah.

Baju sekolah yang berantakan jauh dari kata rapi, serta rambutnya yang acak-acakan membuat dirinya seperti bukan pelajar.

Dia jauh dari tipeku. Meski dia tampan aku tidak pernah berfikir akan menyukainya hanya karna ketampanannya saja.

"Terus kenapa?" tanyaku sembari melanjutkan langkah kaki ku untuk segera ke kelas.

Dia berjalan di samping ku dengan gaya masih seperti tadi, tangannya dia masukkan ke saku celananya.

"Kar-" perkataan laki-laki di samping ku langsung terhenti saat aku berhenti berjalan.

Aku melihat sosok cowok yang aku sukai sedang bercanda dengan perempuan yang terkenal di SMA ini, bisa di katakan jika mereka berdua jadian akan membuat kaum hawa dan kaum Adam merasakan patah hati.

Cemburu? Aku tidak bisa berkata secara langsung jika aku cemburu. Siapa aku? Jika aku mengatakan jika aku cemburu melihatnya.

cowok yang aku sukai bernama Devan Tirtayasa.

Sedangkan cowok di samping ku bernama Ryhan. Aku tidak tau nama lengkapnya siapa karna aku tidak peduli dengan kehidupannya itu.

"Lebih baik lo utarain rasa suka lo ke dia, keburu di hembat sama primadona sekolah," kata Ryhan sehingga aku melirik ke arah sampingnya sehingga mata ku dan matanya bertatapan.

"Aku lebih suka pendam perasaan," kata ku lalu melanjutkan langkah kaki ku melewati Devan dan juga Tiara dengan senyuman sopan pada kakak kelas.

Aku berjalan seakan-akan tidak mengenal Devan dan tidak tertarik kepadanya padahal aku menyukainya.

Sementara Tiara dan Devan saling memandang, seakan-akan berkomunikasi melalui tatapan mereka, melihat kedekatan sang troublemeker sekolah dengan adik kelas mereka yang nggak terkenal.

Tidak ada yang mengira jika aku menyukai sosok Devan. Kenapa? Karna aku hanya cuek saja saat Devan Lewat depan kelas ku. Apa jadinya jika mereka tau yang sebenarnya? Apa mereka akan membuly-ku dan memberikan diriku nama julukan gadis munafik.

"Kenapa?" tanya Ryhan kepada Clara.

"Bukan urusan kamu," balasku lalu masuk ke dalam kelas.

Ryhan ikut masuk padahal kelasnya berada di sebelah.

"Ngapain masih di sini?Kelas kamu di seblah," kataku pada Ryhan lalu mengambil buku dalam tasku untuk aku baca. Aku tidak bisa membiarkan Ryhan terus-terusan disini, karna tatapan teman kelas ku seakan-akan ingin menerkam ku.

Jangan salah, Ryhan juga punya banyak fans disini, terutama adik kelas yang menggilai sosoknya.

Aku tidak mempunyai sahabat selama aku sekolah aku hanya sendiri saja. Ryhan masuk dalam hidup ku satu bulan yang lalu saat dia mendapati ku menyimpan surat di lemari loker Devan.

"Beliin gue rokok di kantin pak Harto," kata Ryhan menyimpan uang lima puluh ribu di atas meja ku.

Aku mendongakkan kepala ku, ''nggak lama lagj bel masuk,'' tolak ku pada Ryhan.

"Pergi atau gue sebarin foto lo yang nyimpan surat cin-" Aku langsung membekap mulut Ryhan karna bisa saja teman sekelas ku mendengar suara Ryhan.

"Ok, aku pergi," kataku lalu mengambil uang yang di atas meja ku.

Aku berjalan untuk ke kantin pak Harto yang di huni banyak kaum laki-laki.

"Beli rokoknya pak," kataku pada pak Harto.

"Buat tuan Ryhan yah?" kata pak Harto memberikan ku rokok.

Aku langsung mengangguk mengiyakan ucapan pak Harto.

"Eh...Itu Clara 'kan?" tanya salah satu cowok yang berada paling pojok kepada temannya.

Teman di sebelahnya itu mengangguk mengiyakan ucapan temannya.

"Clara!"

Aku langsung membalikkan badan ku dan melihat cowok paling pojok sedang sarapan. Yah, aku kenal mereka karna mereka berdua sahabat Ryhan.

"Kenapa, kak?" tanya ku sopan, sembari mengambil lebih uang yang di berikan pak Harto dua ribu rupiah.

"Ryhan mana?" tanya Rafli merupakan sahabat Ryhan.

"Di kelas," balasku masih dengan senyuman, sebagai adik kelas harus sopan pada kakak kelas, dengan cara senyum ramah.

"Dia nyuruh lo lagi beli rokok? Kok lo mau sih?" tanya Rafli menatap aku heran.

"Karna aku suka di suruh kak,'' jawabku asal, sembari menggaruk tengkuk ku salah tingkah dengan alasan konyol ku barusan. ''Kalau gitu Aku duluan, kak,'' pamit ku kepada teman Ryhan, tidak mungkin Kan jika aku mengatakan yang sebenarnya.

Aku langsung masuk ke dalam kelas dan sudah tidak melihat Ryhan. Kemana cowok itu?

"Ryhan mana?" tanyaku pada Kiki yang merupakan ketua kelas.

"Oh Ryhan...Dia bilang sama aku tadi rokoknya kamu bawa ke Roftop sekolah," kata Kiki membuat ku bernafas berat.

"Makasih.''

Semenjak rahasia ku di pegang oleh Ryhan aku sudah menjadi budak perintah cowok itu yang entah kapan berakhirnya.

Aku mengecek jam di pergelangan tangan ku, sepuluh menit lagi jam masuk berbunyi, aku langsung berjalan cepat untuk membawa rokok Ryhan ke Roftop sekolah yang selalu dia tempati untuk merokok.

Aku tidak tau sampai kapan ini akan berlangsung, apakah sampai Ryhan lulus sekolah? Aku berharap, bisa lepas dari sosok Ryhan.

Orang kaya aneh

Aku berjalan di koridor untuk segera ke Roftop sekolah, aku sudah sedikit hafal tempat cowok itu selalu merokok.

Aku berharap saat aku ke kelas guru mapel belum masuk mengajar karna aku harus mengantar rokok Ryhan yang memperlakukan diriku sebagai budak perintah-nya, ini dan itu semenjak cowok itu tau rahasia ku.

Aku menarik nafas dalam-dalam karna bau asap rokok sudah tercium di indra penciuman ku.

Ryhan menatap aku sejenak lalu melanjutkan aktivitasnya yang merokok menyembulkan asap rokoknya di mana-mana.

Aku langsung berjalan mendekati-nya dengan mata cowok itu fokus kedepan melihat didepan sana.

"Aku duluan," pamit ku setelah meletakkan rokok-nya dengan uang lebihnya dua ribu rupiah.

"Gue belum nyuruh lo pergi," kata Ryhan mematikan rokok-nya.

Aku berhenti berjalan lalu membalikkan badan ku menatap Ryhan," Apa lagi?" kataku pada Ryhan.

Ryhan beranjak dari kursinya," Buat lo," ucap Ryhan sembari memberikan uang lebih rokok-nya.

Aku langsung mengambil uang yang di berikan Ryhan," Makasih," kataku lalu pergi dari roftop sekolah karna jam pelajaran akan di mulai beberapa menit lagi.

Aku berjalan menuruni anak tangga sembari menatap uang yang di berikan Ryhan padaku.

"Dasar," gumamku menggelengkan kepala sembari tersenyum melihat uang yang di berikan padaku.

Langkah kaki ku langsung terhenti saat melihat Devan dan anggota osis lain-nya sedang menaiki tangga. Itu artinya mereka akan ke Roftop tempat Ryhan merokok?

"Clara," panggil Tiara yang merupakan anggota osis ,"Lo ngapain di sini?" tanya Tiara padaku.

Aku diam, kakak kelas yang terkenal seperti Tiara, mengingat namaku, ini sebuah pencapain untuk ku. Meskipun aku tahu, mereka mengenal ku melalui Ryhan.

Sekitar lima anggota osis yang sedang ingin ke roftop sekolah.

"Lo lihat Ryhan di atas? Akhir-akhir ini lo dekat sama Ryhan," ucap salah satu teman kelas Tiara yang aku kenali namanya Lili.

Aku sama sekali tidak menatap Devan yang berada di samping Tiara.

''Eh, nggak kok, Kak. Aku sama Ryhan nggak dekat. Mungkin cuman perasaan kakak aja,'' jawab ku kikuk.

''Lo belum jawab pertanyaan gue, lo ngapai disini?'' tanya Tiara lagi, sehingga aku langsung menatap primadona sekolah itu.

''Lo pacaran sama Ryhan?'' todong Lili membuat aku tersudutkan dengan pertanyaan mereka.

''Kita disini buat patroli, bukan mau introgasi dia,'' sahut salah satu cowok, yang aku kenal bernama Yasa.

''Ini udah mau masuk jam pelajaran, dan dia masih berkeliaran disini, bukanya masuk kedalam kelas,'' kata Lili lagi.

''Mendingan lo pergi sebelum gue seret keruangan osis,'' kata Lili membuat ku bergedik, dari nada bicaranya dia tidak suka denganku.

''Mending kita lanjut,'' lerai gadis yang sedari tadi diam, dia bernama Kayla.

Hampir seluruh anak osis aku kenal namanya, rata-rata mereka memang populer di sekolah ini.

Setelah dibebaskan pergi, aku langsung menuruni anak tangga dengan cepat, berhadapan dengan osis membuat aku takut. Mereka seperti ingin memangsaku.

"Sorry," kata Devan karna tidak sengaja menabrak lengan ku.

Apa aku marah? Apa aku jengkel pada-nya? jawaban-nya tidak sama sekali, kalian sudah tau kan alasan-nya karna apa. Suara-nya saja buat aku terhipnotis.

Devan tersenyum manis ke arahku membuat aku harus tenang karna senyuman Devan padaku.

Aku hanya mengangguk lalu berjalan menuruni anak tangga, ingin rasanya aku berteriak karna Devan mengajak ku bicara meski itu hanya kebetulan saja karena dia tidak sengaja menabrak lengan ku.

Sampai di depan pintu kelas, aku langsung menarik nafas ku dalam-dalam karna seperti-nya jam pelajaran telah di mulai.

"Clara, ngapain kamu di situ," tegur guru yang mengajar di dalam kelas saat ini.

Aku langsung masuk dan menundukkan kepala ku, karna bagaimana pun aku yang salah karna terlambat di mata pelajaran Bu Juwita.

"Kamu kenapa terlambat?" tanya Bu Juwita mengintrogasi Clara.

"Maaf, Bu," jawabku pada ibu Juwita.

"Kamu darimana?" Ibu Juwita menyimpan spidol-nya di meja.

"Palingan dari roftop Bu. Lending sama kak Ryhan," sahut teman kelas Clara bernama Vanessa sembari memainkan pulpen-nya di tangan-nya.

Dia selalu sinis padaku, padahal aku tidak pernah berbuat apa-apa kepada-nya bahkan aku tidak pernah bertegur sapa, tapi gadis itu selalu menatap ku dengan tatapan sinis-nya.

Aku tidak tau apakah dia punya dendam pribadi padaku atau apa? Seingat ku aku tidak pernah bermasalah dengan golongan orang kaya seperti Vanessa.

"Apa benar yang di katakan Vanesa?" tanya Bu Juwita padaku.

"Saya nggak lending sama kak Ryhan Bu." Jawabku membelah diriku sendiri, siapa lagi yang akan membelah ku kecuali diriku sendiri. Aku hanya bisa di belah oleh Kiki ketua kelas ku, namun kali ini dia diam karna Vanesa yang angkat bicara.

Didalam kelas, banyak yang takut pada Vanessa.

"Kalau lo nggak lending ngapain lo ke roftop sekolah. Roftop sekolah Kan tempat kak Ryhan selalu merokok," kata Vanesa lagi.

"Ibu tidak melarang kamu untuk pacaran, tapi kamu harus ingat waktu dan tempat. Kamu berada di lingkungan sekolah untuk belajar bukan untuk pacaran," ucap Bu Juwita tegas padaku.

"Saya nggak pacaran sama kak Ryhan Bu," bantahku kepada Bu Juwita. Aku tidak suka jika aku di katakan berpacaran dengan troublemaker sekolah ini.

"Saya ngg-" perkataan ku langsung terputus karna Vanesa lebih dulu memotong-nya.

"Kalau lo nggak pacaran sama kak Ryhan, buat apa lo selalu beliin kak Ryhan rokok di kantin pak Harto," ucap Vanesa lantang.

"Diam Vanesa, ibu bicara sama Clara bukan sama kamu," kata Bu Juwita membuat Vanesa mau tidak mau jadi diam.

"Sekarang kamu duduk," ucap Bu Juwita kepada Clara, gadis itu langsung duduk di kursi paling belakang seorang diri.

Aku langsung mengeluarkan buku catatan ku, untuk menulis materi yang di berikan oleh Bu Juwita. Aku harus fokus sekolah dan nilai ku tidak boleh turun karena aku bisa masuk sekolah ini karena beasiswa. SMA Gemilang salah satu sekolah terpopuler dan bergensi di Jakarta, yang di mana murid-murid di dalam-nya di huni oleh anak orang kaya dan juga murid kutu buku yang mempertahankan beasiswa-nya termasuk diriku.

Aku bukan orang kaya, jadi aku harus mempertahankan beasiswa ku agar mama tidak memikirkan biaya sekolah ku lagi, karna aku tau orang tua ku bukan golongan orang kaya.

Setelah dua jam Bu Juwita mengajar di kelas IPA 1 akhri-nya bell istirahat berbunyi.

"Baik anak-anak sampai di sini saja mata pelajaran hari ini. Besok lusa kita lanjut lagi," kata Bu Juwita dan di balas ucapan terimakasih oleh murid-murid di dalam kelas.

Aku membereskan buku pelajaran ku untuk segera ke kantin untuk makan, setelah membereskan buku pelajaran aku langsung keluar dari kelas namun di depan pintu Vanesa dan geng-nya menghadangku di depan pintu.

"Gue mau lo pindah dari sekolah ini," ucap Vanesa bersungguh-sungguh. Tidak ada raut wajah bercanda di wajahnya hanya ada wajah serius di wajah gadis itu.

Kedua teman-nya itu mengangguk mengiyakan ucapan Vanesa tanda setuju.

"Kenapa aku harus nurutin perintah kamu?" tanya ku kepada Vanesa. Aku tidak tau mengapa gadis itu selalu menyuruhku untuk pindah sekolah, dan aneh-nya jika aku pindah dia akan menjamin sekolah ku hingga aku kuliah membuat ku bingung dengan arah pikiran orang kaya sebagian termasuk Vanesa.

"Karna lo jadi penghalang kebahagiaan gue," ucap Vanesa dengan menekan setiap perkataan-nya. Jujur saja aku tidak tau arah pikiran gadis di hadapan ku ini. Penghalang bahagia buatnya? Sungguh aku tidak mengerti.

"Lebih baik lo nurutin perintah Vanesa," kata gadis dengan rambut sebahu bernama Intan.

Gadis dengan rambut tergerai begitu saja menepuk pundak Nadine, sehingga gadis itu menatap tangan yang berada di pundak-nya

"Lebih baik lo pindah dengan baik-baik sebelum Vanesa lakuiin hal yang buat lo nggak sekolah sama sekali," kata Angel kepada Clara.

Ketiga gadis itu langsung pergi meninggalkan Clara. Clara menatap punggung gadis itu semakin menjauh. Jujur saja Clara tidak tau apa keuntungan untuk Vanesa jika dirin-nya pindah sekolah. Apa orang kaya memang suka aneh?

Aku langsung melanjutkan langkah kaki ku untuk segera ke kantin bu Jumi.

Masa ketahuan

Sosok gadis sedang melihat sekitar-nya dengan teliti takut jika ada seseorang tiba-tiba saja lewat di ruangan ganti.

Setelah di rasa cukup aman gadis itu langsung membuka pintu ruangan ganti olahraga khusus laki-laki SMA Gemilang.

Sosok gadis dengan rambut di ikat sedikit berantakan, sedang masuk ke dalam ruangan ganti.

Dia mencari lemari loker bernama Devan. Setelah dia melihat nama Devan di lemari loker itu dia langsung mengambil sesuatu dari saku baju-nya. Yah, gadis itu mengeluarkan surat dengan kertas HVS yang sudah dia gunting menjadi kecil. Di dalam kertas itu sudah tertulis tentang perasaan-nya yang hanya berani dia ungkapkan lewat surat berwarna-warni setiap jam olahraga Devan.

Untung saja lemari loker milik Devan tidak terkunci sehingga gadis itu tidak repot-repot mencari kunci yang akan memakan waktu-nya di tempat ini.

Gadis itu membuka lemari milik Devan, dia langsung tercengang, rupa-nya sudah banyak surat di lemari loker milik Devan. Gadis itu menggelengkan kepala-nya sudah pasti yang mengirim surat itu adalah fans Devan.

Gadis itu iseng-iseng ingin membaca surat dalam lemari loker Devan, dia penasaran kata-kata apa yang di rangkai oleh para fans Devan di sekolah ini.

Gadis itu mengambil kertas berwarna coklat.

"Sudah lama aku menyukai kak Devan, maukah kak Devan jadi pacar ku? Kalau kak Devan mau telfon aku di nomor di bawah ini," gumam gadis itu membaca surat berwarna coklat, dia kira hanya surat-nya terlalu lebay ternyata masih ada yang lebay dari diri-nya.

Dia menyimpan surat berwarna coklat itu kembali, dia bingung harus membaca yang mana lebih dulu, karna surat dalam lemari loker Devan terlalu banyak.

Gadis itu ragu jika Devan akan membaca surat-nya karena melihat surat di lemari loker Devan ada banyak.

Tangan gadis itu mengambil surat berwarna abu-abu karna menarik di matanya, terdapat pita di kertas berwarna abu-abu itu membuat Gadis itu tertarik untuk membaca isi-nya.

Tidak ada apa-apa di dalam surat itu, tidak ada kata-kata cinta atau memuja untuk Devan, hanya ada gambar dengan tinta spidol berwarna hitam menggambarkan wajah Devan.

"Wow, pandai juga dia menggambar," gumam gadis itu takjub atas gambar yang dia buka.

Gadis itu menyimpan surat berwarna abu-abu itu kembali di tempat-nya masih banyak surat namun Gadis itu tidak tertarik membaca-nya apa lagi waktu-nya tidak begitu banyak.

Gadis itu memegang surat di tangan-nya lalu memasukkan ke dalam lemari loker Devan. Sosok cowok yang hanya bisa dia sukai secara diam, dia hanya bisa memendam-nya.

"Semogah aja surat-nya nggak di buang," gumam gadis sembari memasukkan surat-nya di dalam lemari loker Devan berwana biru. Gadis itu berharap Devan akan membaca-nya karna terlalu banyak surat dalam loker Devan jadi kemungkinan kecil Devan akan membacanya.

Gadis itu langsung menutup lemari loker Devan.

Dia membalikkan badan-nya untuk segera pergi.

Jlep....

Jantung gadis itu berdetak lebih kencang saat membalikkan badan-nya sudah ada sosok cowok yang sudah tidak asing lagi namanya di sekolah.

Hanya dia saja yang mengenal cowok di hadapan-nya sedangkan cowok itu tidak mengenal gadis di hadapannya, bisa di katakan cowok itu terkenal karna troubelmaker di sekolah, sehingga dia di kenal oleh murid-murid. Sedangkan gadis di hadapan-nya bukan gadis terkenal sehingga di kenal semua murid-murid SMA Gemilang.

Cowok itu menggunakan seragam basket.

Gadis itu itu masih tidak berkutik, apa dia sudah ketahuan? jawaban-nya benar sekali.

Cowok yang mengunakan seragam basket itu melihat gadis di hadapan-nya dari ujung kakinya yang mengunakan kos kaki sampai lutut hingga rambut-nya dia ikat se-dki berantakan.

Cowok itu tersenyum miring membuat gadis di hadapan-nya berfirasat akan merasakan sesuatu yang akan membuat diri-nya di bully atau mungkin di permalukan di depan cowok yang dia sukai.

"Jadi lo salah satu penggemar Devan?" kata cowok itu sembari bersedekap dada menatap gadis di hadapan-nya masih tidak berkutik.

"Gue bisa aja bilangin rahasia lo ke Devan kalau lo dari kelas IPA 1 menyukai Devan," ucap cowok itu. Dia tau gadis di hadapan-nya ini anak IPA karna terlihat dari lambang-nya.

"Aku...." Gadis itu bahkan tidak bisa membelah diri-nya lagi.

"Gue lihat lo dan apa yang lo bilang tadi," kata cowok itu ,"Dan lebih parah-nya lagi lo baca surat dari penggemar Devan, lo itu sudah melanggar."

Gadis itu semakin tidak berkutik, apa dia akan di buly di sekolah ini? Memikirkan itu saja membuat Gadis itu menggelengkan kepala-nya dia tidak mau sampai hal itu terjadi, dia tidak mau sampai seluruh fans Devan akan memusuhi diri-nya terutama kakak kelas-nya.

"Aku mohon jangan bilang ini yah, cukup kita berdua aja yang tau," mohon gadis itu menelengkupkan kedua tangan-nya memohon di hadapan cowok yang mengunakan baju seragam basket yang ingin mengganti baju.

Cowok itu tidak menjawab perkataan gadis di hadapan-nya, dia membuka permen karet-nya lalu mengunyah-nya.

"Gue bisa aja tutup rahasia lo ini dengan satu syarat," kata cowok itu santai.

Gadis itu menimbang-nimbang perkataan cowok di hadapan-nya. Bagaimana jika dia tidak mampu melaksanakan syarat yang di perintahkan cowok di hadapan-nya? Itu artinya dia akan siap di bully oleh fans Devan.

"Syarat-nya apa?" tanya gadis itu

"Syarat-nya cuman gampang lo jadi budak perintah gue. Ke kantin beliin gue makan dan rokok di kantin pak Harto."

Gadis itu langsung mengangguk mengiyakan ucapan cowok di hadapan-nya tanpa memikirkan kedepan-nya.

"Ok. Aku mau," kata gadis itu agar rahasia-nya aman.

"Lo jangan macam-macam karna foto dan rekaman video lo ada di gue. Kalau lo ngelangar kesepakatan kita. Gue bakalan firalin lo biar fans Devan hakimi lo," cowok itu berkata sembari memegang handphonya yang di dalam-nya ada foto gadis itu dan video gadis itu.

"Aku nggak bakalan langgar, asal kamu nggak bocorin rahasia aku," kata gadis itu se-dki panik, karna bukti sudah berada di tangan cowok di hadapan-nya.

Cowok itu mengangguk mengiyakan ucapan gadis di hadapan-nya yang sedikit panik karna perkataan-nya tadi.

"Kita kenalan dulu, karna lo udah jadi budak gue jadi lo perlu kenal majikan lo," ucap cowok itu mengulurkan tangan-nya di sambut oleh gadis itu.

"Gue Ryhan," kata cowok itu santai.

"Aku Clara."

Yah, mereka adalah Clara dan Ryhan.

"Clara!"

"Clara!"

Gadis itu langsung terlonjak kaget, karna telah melihat guru di hadapan-nya.

"Kamu kenapa Menghayal di jam pelajaran ?"

Aku langsung melihat kanan-kiri ku, benar saja seluruh tatapan mata terarah padaku.

"Maaf Bu," cicit ku kepada guru di hadapan ku.

Aku bernafas legah, karna guru itu tidak menghukum ku.

Aku masih mengingat kejadian satu bulan yang lalu, di mana sosok Ryhan memergoki diri ku menyimpan surat di loker Devan.

"Ada apa ini?" guru itu berta-nya karna murid-murid langsung melihat ke arah jendela.

"Ada yang berantem bu di lapangan!" sahut mereka lalu keluar dari kelas melihat perkelahian sehingga mereka mengabaikan teriakan guru yang mengajar dikelas mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!