🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Tok... tok... tok...
"Chelsea!" ketukan pintu semakin kuat di ketuk.
"Iya Ma, bentar Chelsi keluar," sahut wanita bernama chelsea di dalam dengan suara di kencangkan agar di dengar wanita di luar depan pintu kamarnya.
"Cepat sayang, Mama dan Papa tunggu di meja makan," ucap nya, lalu pergi.
"Iya, Ma, turun lah lebih dulu."
Chelsi kembali mengisi pakaiannya ke dalam koper. Dia akan kembali ke asrama.
Chelsea Della Franziska, biasa di panggil Chelsi. Usia 17 tahun, masih berada di bangku SMA kelas 3, di Wilson's School. Dia tinggal di Asrama yang sediakan sekolah, karena jarak rumah nya dan sekolah lumayan jauh.
Kepintaran Chelsi sejak kecil dia selalu mendapatkan beasiswa, hingga sekarang. Semua pendidikan nya gratis. Chelsi bukan dari keluarga kaya, tapi setidaknya berkecukupan. Mama nya bekerja sebagai guru SD. Papa nya bekerja sebagai dokter bedah.
Kesibukan orang tuanya, membuat Chelsi jarang bertemu mereka.
"Pagi, Pa, Ma," sapa Chelsi tiba di meja makan di antara kedua orang tuanya dengan koper yang di bawah.
"Pagi sayang," ucap kedua nya serentak memandang kedatangan Putri mereka.
"Duduk lah, makan sedikit baru pergi," ucap Mama Naomi pada Chelsi.
"Iya Ma," sahut Chelsi nurut dan duduk di samping Papa nya.
"Bagaimana sekolah mu, Nak? sebentar lagi lulus, Chelsea mau kuliah dimana?" tanya Mama Naomi.
"Sekolah aman, untuk kuliah Chelsea dapat beasiswa jadi Mama dan Papa tidak perlu repot," jawab Chelsea. Kedua orang tuanya bangga putri mereka yang mandiri sejak kecil.
"Mama senang dengar nya. Sekarang ayo makan, nanti bisa terlambat ke asrama," ucap Mama Naomi mengajak Chelsea segera menghabiskan makanan nya.
Mereka hanya memiliki waktu sedikit bersama Chelsea, gadis kecil itu tak pernah menyalahkan kedua orang tuanya yang selalu sibuk dengan kerjaan, hingga tidak ada waktu bersamanya.
Meski jarang bertemu papa, mama. Chelsea tetap sayang pada mereka. Chelsea tumbuh besar menjadi gadis baik, lemah lembut dan sopan.
Sejak kecil tidak ada bahasa kasar terucap dari mulut nya.
Selesai makan, Chelsea pamit pada kedua orang tua nya. Dia segera kembali ke asrama yang sudah menjadi rumah kedua untuk nya.
"Pa, Ma. Chelsea pergi sekarang," pamit Chelsea mencium pipi kedua orang tuanya.
"Hati-hati di jalan, jaga kesehatan mu," pesan Papa Aiken pada Chelsea.
"Iya Pa. Chelsea akan jaga kesehatan. Chelsea pergi dulu."
Setelah pamitan Chelsea pergi. Di dalam taksi dia diam melihat pemandangan jalan di pagi hari. Pandangan Chelsea tertuju pada seorang pengemudi mobil, kaca mobilnya yang terbuka membuat Chelsea bisa melihat pengemudi tersebut.
Wajah tampan pengemudi tersebut membuat nya tersenyum. Perasaannya mendadak tak karuan, jantung berdetak cepat. Sebelumnya dia tidak pernah merasakan hal seperti ini pada diri nya.
Chelsea tak memutuskan pandangan nya, dia seperti tertarik untuk terus melihat wajah tampan pria itu.
"Ya Tuhan ciptaan yang indah, aku tidak pernah melihat pria setampan nya," gumam Chelsea kagum dengan pemandangan di depan nya.
Namun pandangan nya harus terputus, pria yang di pandang nya itu seperti menyadari sedang di tatap, menoleh padanya. Chelsea gugup salah tingkah, karena ketahuan menutup wajah nya, malu.
Pria di sebrang sana melihat itu tersenyum kecil menggeleng kepala dengan tingkah gadis kecil itu.
...----------------...
Selama pelajaran berlangsung, otak Chelsea tak bisa melupakan pertemuan tak sengaja dengan seorang pria tampan itu.
"Chelsea," panggil Eilaria yang biasa di panggil Ria. Melihat sahabat nya diam tak memperhatikan pelajaran, menegur.
"Chelsea," panggil ulang Ria, chelsea belum juga sadar, dia mencubit legan nya hingga kaget menoleh ke samping.
"Auwh... sakit, Ria," ringis Chelsea kesakitan.
"Salah siapa gak dengar aku dari tadi manggil nama mu, tapi sepertinya kau sedang banyak pikiran. Apa yang kau pikirkan hingga tidak menyadari panggilan ku, bahkan tidak biasa kau tidak memperhatikan pelajaran?" penasaran Ria menatap Chelsea serius ingin tau hal apa yang membuat sih gadis prestasi tak fokus.
"Aku sepertinya sedang jatuh cinta, Ra. Kau tau tadi saat perjalanan ke sini aku ketemu pria dan dia sangat tampan, aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Jantung ku berdebar-debar hanya melihat nya, bahkan mata ku tak ingin lepas menatap nya. Malu nya semua tindakan ku itu ketahuan, dia melihat nya, sangat memalukan, bukan?" cerita Chelsea masih tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi.
"Kau serius? mungkin ini perasaan sementara, sudah lupakan tidak usah di ingat lagi," ucap Ria menggeleng kepala dengan cerita Chelsea bahagia menceritakan pertemuan tidak sengaja.
Bagaimana mau di bilang jodoh, jika pertemuan mereka jarak jauh tidak ada dari mereka tau nama satu sama lain, bahkan pertemuan itu di jalan.
"Tidak, Ra. Aku yakin aku sudah jatuh hati padanya, tapi sangat di sayangkan aku tidak tau namanya," ucap Chelsea murung. Perasaan cinta nya untuk pertama kali harus berakhir seperti ini, sungguh buruk.
"Sudah lupakan, itu berarti kalian memang tak berjodoh," seru Ria. Chelsea mendengar itu cemberut, Ria bukan memberi kata semangat malah membuat nya patah hati.
"Kau salah, aku yakin kami akan kembali bertemu, setiap pertemuan pertama pasti ada pertemuan berikut dan itu akan terjadi tinggal menunggu waktu nya saja," yakin Chelsea.
Ria mendengar itu menghela nafas panjang, seperti inilah Chelsea kalau sudah keras kepala susah di ajak bicara, apa yang di bicarakan tidak akan bisa di terima.
"Terserah mu saja sayang, asal kau tidak gila," ejek Ria tak bisa mengatakan apapun untuk menyadarkan sahabatnya.
"Chelsea, Ria," panggil wanita yang sedang mengajar di depan melihat kedua anak muridnya pada asyik ngobrol tanpa memperhatikan penjelasannya.
"Apa kalian bosan dengan pelajaran Ibu? kalau bosan silakan keluar, jangan mengobrol di kelas," tegur guru tersebut marah.
"Maafkan kami Bu, kami tidak akan bicara lagi. Izinkan kami tetap di dalam kelas," mohon Chelsea menyesal sudah melakukan kesalahan. Tidak seharusnya dia bicara saat pelajaran sedang berlangsung.
"Baiklah kali ini Ibu maafkan, karena kau murid prestasi di sekolah ini, tapi tidak kedepannya," tegas guru memperingati Chelsea tidak mengulangi lagi.
"Iya Bu. Saya janji tidak melakukan kesalahan yang sama," janji Chelsea.
Selama perjalanan berlangsung, Chelsea fokus pada pelajaran, dia tidak mau mendapat teguran lagi dari guru nya. Masalah pertemuan tadi akan di pikirkan lagi setelah selesai jam kelas.
Apalagi ujian kelulusan kelas 12 hampir tiba, dia tidak mau nilai yang di dapat buruk dan tidak dapat beasiswa kuliah.
Sama hal dengan Ria, dia sama dengan Chelsea sekolah karena beasiswa. Tapi kepintaran Ria masih di bawa Chelsea. Dan kedua bahkan sering mengikuti kompetisi mewakili sekolah, hasil nya tidak pernah mengecewakan, selalu pulang dengan membawa piala meski kadang tidak mendapat juara pertama selalu.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
Semenjak hari itu pertemuan tidak sengaja, Chelsea tak pernah bertemu dengan pria tampan itu. Seperti yang di kata Ria mereka tidak berjodoh. Lebih baik lupakan semua sebelum terlambat.
Dua minggu berlalu, hidup Chelsea sudah kembali semula, dia menata seperti tidak terjadi apapun. Dia ikhlas semua juga kebetulan. Chelsea tidak lagi mengharapkan apapun. Perasaan nya pun sudah berhasil dia lupakan. Tidak seharusnya dia berpikir mengenai cinta di usianya masih muda.
Lulus sekolah saja belum, sudah mau memikirkan percintaan, sungguh konyol.
"Chelsea, gimana besok kau jadi pergi?" tanya Ria menoleh sahabat. Mereka kini duduk di kamar di meja belajar masing-masing.
Satu kamar lumayan besar terdapat 4 ranjang untuk 4 orang.
"Jadi, panggilan kerja juga gak tiap hari jadi untuk apa di tolak? besok juga hari libur," jawab Chelsea. Dia sudah biasa bekerja sejak di bangku kelas 10. Pekerjaan juga tidak susah dan itu sesuai dengan bidang nya yang ingin dia ambil saat kuliah nanti.
"Ya, aku akan mendukung apapun yang kau lakukan. Besok jam berapa kau pergi?"
"Jam 7 pagi, kenapa?"
"Aku ikut ya, di sana ada Idola ku. Kau tau kan, aku sudah lama mengidolakan nya, kapan lagi bisa ketemu langsung, kau petugas di sana pasti muda mempertemukan ku dengannya," mohon Ria penuh harap Chelsea menyetujui.
"Tapi aku bagian dalam Ra, bagaimana bisa mempertemukan mu dengan Kak Bay. Selama tiga tahun menjadi panitia, aku tidak pernah bertemu salah satu dari mereka atau yang lainnya. Tugas ku menginput data, melakukan pengecekan dana selama ivent berlangsung, tidak dari itu," jelas Chelsea tidak bisa membantu Ria.
Tugas nya bagian dalam, untuk keluar melihat pertandingan balap tidak memiliki waktu. Karena waktu nya habis mengerjakan kerjaan.
Ria mendengar itu berdengus sebal, dia sangat ingin bertemu Idola nya. Dia sampai rela jatuh hanya untuk belajar motor agar bisa sama dengan idolanya.
Waktu libur semester sekolah, Ria menghabiskan dengan belajar motor, untuk mobil dia sudah lincah jadi tak perlu.
"Kau menyebalkan Chelsea, kenapa sekali saja kau tidak mau membantu sahabat mu ini? aku sudah lama ingin bertemu nya. Kau tau kali ini balapan lebih banyak dari klub ternama yang hebat di negara kita," ucap Ria sudah terlebih dahulu browsing. Dia bahkan tidak pernah tertinggi mengenai kabar Idola nya.
Bagi nya pria bernama Bay, sangat hebat, dan tampan. Klub mereka dulu selalu masuk jajaran 3 besar dan itu membuat nya mengidolakan nya, tapi sayang sekarang klub itu sudah bubur.
"Aku tidak tau tentang itu, jadi tak perlu kau katakan padaku Ra. Aku hanya melakukan tugas ku. Jika kau tetap ingin pergi dengan ku silakan, tak masalah. Tapi aku tidak bisa membantu mu, mungkin Fiona bisa, jadi coba besok kau minta padanya," sahut Chelsea tidak pernah tau tentang balapan, karena itu terlalu ekstrim sangat berbahaya, dia takut akan hal menegangkan.
Karena itu Chelsea tidak pernah nonton meski berada di area sirkuit, lebih memilih di dalam ruangan.
"Kau serius Ce, Fiona bisa bantu?" tanya Ria memastikan, jika benar dia akan sangat bahagia, setelah sekian lama bisa foto bareng dengan Idolanya.
"Hmmm, seperti nya bisa, Fiona bekerja bagian luar, dan dia pasti bisa menurut ku, tapi semuanya kembali pada dia sih bisa tidak nya, aku gak tau," jawab Chelsea menurut cara pikir nya. Ria mendengar itu mengerti.
...----------------...
Keesokan hari....
Chelsea dan Ria sudah rapi. Chelsea mengenakan rok pendek di atas lutut, baju koas putih dan juga sweater hitam. Rambutnya digerai, jepitan kupu-kupu di samping menghiasi itu, menambah kecantikan pada Chelsea.
"Dasar bocah, kau sudah 17 tahun tapi koleksi jepitan mu sudah menumpuk seperti tabungan uang saja," ejek Ria melihat penampilan chelsea sesuai anak SMA. Meski itu benar mereka masih SMA. Tapi setidaknya di luar lingkungan biarkan mereka terlihat dewasa.
"Ya, aku bocah, puas? sekarang kita pergi. Aku tidak mau telat," ajak Chelsea dia harus tiba sebelum para peserta balapan.
"Oke, ayo," ucap Ria.
Mereka pun pergi meninggalkan kamar asrama dan keluar. Di luar gerbang mereka sedang menunggu taksi yang di pesan Chelsea melalui aplikasi sudah terlihat dekat, dan betul saja tidak lama taksi tiba.
Sepanjang perjalanan Ria tak henti bercerita mengenai idolanya dari A sampai ke Z. Chelsea mendengar itu mengangguk, dia tak berniat menghentikan sahabat nya bercerita. Dia memahami perasaan Ria begitu besar mengagumimu pria bernama Bay.
Chelsea ingin sekali membantu Ria. Tapi dia bingung bagaimana caranya.
"Kau tau Ce, aku sejak SMP mengidolakan nya. Kuharap kali ini bisa foto bareng dengannya, selama ini aku hanya bisa nonton dari kursi penonton tanpa bisa mendekat. Jaman dulu mereka terkenal sebagai penguasa dunia karena aksi hebat mereka, dan sekarang itu masih sama meski tidak lagi bertarung," semangat Ria bercerita masa-masa jaya klub idolanya dulu.
"Ya, karena mereka pembalap profesional jadi tidak sembarang orang bisa dekat mereka. Tapi jika sekedar foto sebenarnya bukan masalah besar sih. Apa kau pernah berusaha mengejar mereka minta foto?" tanya Chelsea dari cerita Ria dia menanggapi sesuatu.
"Tentu tidak pernah, setiap ingin melakukan segerombolan penagih utang sudah mengelilingi mereka, menyebalkan, bukan?" kesal Ria mengingat dulu dia selalu gagal setiap ingin bergerak.
"Hahahha... kau sangat menyedihkan Ra. Baiklah aku akan membantu kali ini. Cerita mu membuat ku iba, sepertinya kau sudah tergila-gila pada pria bernama Bay," ucap Chelsea dan Ria mendengar itu bersorak senang tidak peduli perkataan Chelsea mengenai asal bisa bertemu Idola.
"Kau sudah janji, Ce. Tepati itu, aku sudah tidak sabar menunggu saat itu tiba," sahut Ria tersenyum sudah membayangkan bagaimana nanti bertemu.
Chelsea ikut bahagia jika sahabatnya bahagia, dia akan coba mencari cara mempertemukan Ria dan Kak Bay. Dari data yang dia ketahui usia nya 27 tahun berarti beda 10 tahun lumayan jauh dengan mereka.
Tak lama kemudian, mereka telah tiba di arena sirkuit balapan. Chelsea mengajak Ria ikut bersamanya bertanya pada petugas di sini letak tenda The blues dimana.
"Kau tunggu lah di sini, aku akan kembali lagi setelah mengurus di dalam. Pakai ini biar mereka tak mengusir mu," Chelsea menyerahkan kartu kecil dan menggantung di leher Ria, itu adalah kartu pengenal bagian dari panitia sirkuit.
"Makasih, kau terbaik. Pergi lah aku akan menunggu mu di sini," ucap Ria bahagia, dia tidak menyangka sekarang impiannya menjadi nyata.
"Iya, bye," Chelsea pergi meninggalkan Ria di tenda idolanya. Dia percaya Ria tidak akan membuat masalah.
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
"Kau baru datang Ce?" tanya Fiona melihat Chelsea baru masuk di ruangan.
"Tidak, sejak tadi hanya lama di luar, jadi baru masuk sekarang, kenapa emangnya?" jawab Chelsea dan bertanya balik.
"Di luar ngapain? biasanya juga tiba langsung masuk," ucap Fiona penasaran.
"Mau nya sih gitu, tapi gak tega sama Ria. Dia sangat menyukai salah satu pembalap dari klub The Blues, jadi aku membantu nya untuk bisa bertemu. Sekarang Ria ada di tenda mereka. Aku minta tolong pada mu Fi, bantu Ria kasihan dia sangat mengidolakan Kak Bay. Kau tau aku jarang turun dalam hal seperti itu, jadi lakukan sesuatu, please," mohon Chelsea, karena hanya Fiona yang bisa membantu Ria seperti ini.
"Baiklah jangan khawatir aku akan membantu nya, sepertinya mereka akan tiba satu jam lagi, lakukan kerjaan mu, aku akan ke luar mengecek apa saja yang kurang, jangan lupa input data peserta secepat nya dan di print, berikan pada juri di luar," ucap Fiona memberitahu kerjaan Chelsea.
Kepergian Fiona, Chelsea mulai melakukan kerjaan, dia begitu teliti tidak ingin ada kesalahan dalam penginputan, karena itu akan fatal. Satu kesalahan yang dia lakukan bisa menjadi masalah besar.
Dua jam berkutat pada komputer, kini semua telah Chelsea selesaikan. Semua yang dikatakan Fiona sudah di kerjakan dan di print. Sekarang tinggal menyerahkan pada juri di luar.
Chelsea berjalan keluar menuju tempat duduk juri, ternyata di luar sudah banyak orang, Chelsea tidak terlalu kaget akan hal seperti ini. Dia terus berjalan.
Setelah menyerahkan data-data tersebut, dia pergi. Tapi bukan kembali ke ruangan, melainkan ke tenda the blues menghampiri Ria.
"Ra," sapa Chelsea tiba di samping Ria dan Ria tidak menyadari keberadaannya saking fokus memandang seseorang, itu adalah Bay idolanya.
"Kau mengangetkan ku saja Ce. Apa kerjaan mu sudah selesai, hingga kemari?" tanya Ria menoleh Chelsea.
"Sudah, palingan menumpuk saat acara selesai, karena harus merekap semua anggaran, input ulang data dan juga mencatat semua yang di keluarkan para sponsor dalam acara ini. Jadi nanti kau tidak perlu menunggu ku, pulang lah lebih dulu. Seperti biasa aku bisa sampai malam di sini," jelas Chelsea agar Ria tidak menunggu nya.
"Ya, kau sangat pekerja keras, padahal kau tidak kekurangan uang, tapi lihat tindakan mu ini sudah seperti orang yang kesusahan yang bekerja keras mencari uang," ejek Ria. Dia bingung apa yang di pikirkan Chelsea mau bekerja keras, tiap bulan mereka dapat uang beasiswa dari sekolah, kedua orang tuanya juga memberi jatah bulanan. Apa semua itu masih kurang bagi Chelsea?
"Bukan masalah itu, Ra. Aku suka saja bekerja, lagi pula hari libur, jadi di gunakan dengan baik untuk menghasilkan sesuatu yang manfaat," sahut Chelsea.
Ria mendengar itu tidak bisa berkomentar lagi, semua yang di katakan Chelsea memang benar, tapi itu menurut dirinya sendiri, bukan untuk nya.
"Bagaimana? apa kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan?" tanya Chelsea mengganti topik. Kedatangan nya kesini bukan untuk membicarakan nya.
"Huftt... " Ria menghela nafas panjang, menggeleng kepala.
"Tidak, sejak tiba aku belum sempat bicara apapun pada nya, keburu di panggil sahabat lama nya Kak El," pandang Ria memberi petunjuk dari kedua mata nya tertuju. Dan Chelsea mengerti mengikuti arah pandang itu.
Dari jauh, dia seperti mengenal sosok pria bersama idola Ria. Berpikir lebih lama di mana dia pernah bertemu, Chelsea akhirnya mengingatnya. Pria itu adalah pria tampan yang dia temui saat itu.
Chelsea bingung, dengan perasaan nya sekarang. Mendadak debaran itu kembali. Padahal dia sudah melupakan nya, tapi kini kembali lagi hanya karena melihat kehadiran nya.
"Ce, kenapa? tatapan mu seperti kaget begitu, apa kau mengenal Kak El?" bingung Ria melihat ekspresi Chelsea aneh memandang El dan Bay.
"Jadi yang bersama Kak Bay itu namanya El?" tanya balik Chelsea baru mengetahui nama pria itu.
"Iya, emangnya kenapa? apa kau mengenal nya?" tanya Ria lagi makin penasaran.
"Dia pria yang pernah ku ceritakan padamu saat di kelas membuat kita hampir di usir guru," jawab Chelsea.
Ria mendengar itu kaget tidak percaya, pria yang Chelsea katakan itu El. Pria yang tidak pernah dia dengar berdekatan sama wanita, karena terlalu fokus pada karir.
"Kau serius, Kak El yang kau naksir? dia anti sama wanita, itu berita yang beredar ku dengar, tapi entahlah benar atau tidak, aku tidak tau," ucap Ria bukan bermaksud mematahkan perasaan cinta Chelsea, dia hanya mengatakan apa yang di tahu dari berita.
"Hmmm, sudahlah aku tidak mau memikirkan itu sekarang. Aku tidak mau tidak fokus pada pelajaran ku," sahut Chelsea. Tapi hati nya berbeda dengan mulut berbicara. Dia ingin menghampiri pria yang sudah berhasil menggetarkan hati nya sedalam ini.
"Ck, mulut dan hati mu berbeda Ce, gak usah bicara seperti itu aku mengenal mu. Perasaan mu begitu menyukai Kak El mau menghampiri tapi takut, benar bukan?" ucap Ria. Chelsea mendengar itu malu yang di pikirkan Ria memang benar.
"Ra, aku sudah melupakannya seperti yang kau katakan saat itu, tapi entah kenapa melihat nya jantung ku langsung berdetak kencang," ungkap Chelsea jujur bingung dengan perasaan nya sendiri.
"Berarti kau masih menyukainya, Ce," ucap Ria memandang pria yang di suka chelsea.
El tidak buruk, pria itu juga tampan, tapi bagi nya Bay lah yang tampan. Selera chelsea tidak buruk, hanya dia ragu apa pria seperti El yang di gemari banyak wanita bisa memandang chelsea. Dia tidak tau.
"Hmmm, kau benar. Tapi mendengar penjelasan mu aku ragu untuk mendekati nya. Aku takut menjadi masalah," sahut Chelsea tidak memiliki keberanian.
"Terserah mu saja, Ce. Aku akan selalu mendukung semua keputusan mu," seru Ria.
"Hmmm, aku kesana sebentar sepertinya mereka memanggilku," ucap Chelsea. Obrolan mereka harus terputus melihat kode dari seorang panitia memanggilnya.
"Ya sudah silakan, semangat," Ria menyemangati Chelsea.
"Kau juga semangat. Aku berdoa kau berhasil mendapatkan apa yang kau inginkan selama ini," balas Chelsea menyemangati.
Di sisi lain, kedua pria yang sedang mengobrol terhenti, Bay harus kembali ke tenda nya. Satu jam lagi balapan akan di mulai.
Chelsea yang di panggil seseorang tadi di minta untuk mengantar berkas pada pemilik Klub Alaska dan itu adalah El.
Dia ragu mendatangi El, tapi kerjaan membuat nya mau tidak harus melakukan itu.
"Kenapa aku merasa seperti ingin menjalani sidang, sungguh aneh. Tenang Chelsea... kau tidak bisa seperti ini terus... kau pasti bisa, semangat... " ucap Chelsea menyemangati dirinya sendiri.
"Permisi, Kak."
...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......
...✨____________ 🌼🌼_______________✨...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!