Damian Carl Salazar.
Putra tunggal dari pasangan pengantin ilegal, yaitu Luis dan Lou xing. Kakek nya terkenal sebagai seorang miliader dengan sejuta nyawa. Manusia kebal yang tidak bisa mati. Ibunya Luis bekerja sebagai model mahal mendunia. Sedangkan ayah nya terjebak dalam dunia perdagangan ilegal. Perjualan organ tubuh manusia.
Dalam diri Damian, mengalir darah pembunuh beringas dari Ayahnya yang seorang anggota Yakuza Jepang. Damian adalah duplikat seorang iblis kejam yang tidak kenal takut.
Kehidupan keluarga Salazar grup memanglah indah di luar. Namun begitu banyak hal menyeramkan yang tersembunyi di balik topeng ceria yang mengisahkan banyak pertumpahan darah.
Namun tidak adil jika hidup seseorang selalu di atas bukan? Maka dari itu Tuhan yang Maha Esa mengirim seorang iblis lain dengan paras dan tampilan berbeda.
Iblis itu adalah Viollet Alfea Lavender.
Gadis berumur 24 tahun. Bekerja di sebuah rumah sakit umum milik negara. Ia mendapat gelar doktor di masa mudanya. Ahli beda syaraf atau di kenal dengan neurosurgeon.
Iblis cantik dengan tangan emas. Orang yang melakukan operasi dengan nya selalu sembuh. Maka dari itu Viollet di juluki sebagai dokter bertangan emas.
Orang tua Viollet sudah tiada sejak ia masih kecil. Oleh sebab itu, Viollet di asuh oleh seorang bibi dan paman yang notabene nya adalah adik kandung dari ibu Viollet. Kekayaan yang melimpah menjadikan landasan bagi adik ibunya itu untuk mengasuh Viollet sejak kecil.
⚖️⚖️⚖️
Seorang pria mengerjapkan matanya di bawah sinar lampu yang sangat terang. Ruangan itu bau. Bau anyir darah yang menusuk hidung.
Ketika pemuda itu ingin menutup hidungnya dengan tangan, jantung nya berdetak kencang. Tangan nya terikat dan ia tengah terbaring di sebuah papan biliar. Ia baru sadar akan hal itu.
Pemuda malang itu memindai sekitarnya. Lemari dengan berbagai benda tajam, gunting rumput yang bertebaran di dinding, celurit yang bertumpuk di beberapa box, lalu lantai dan dinding yang penuh dengan darah. Bahkan darahnya masih tergenang di lantai dan belum mengering.
Dada pemuda itu naik turun. Sungguh ia benar-benar takut sekarang. Ia mulai memberontak mencoba melepaskan ikatan tangan dan kaki nya.
Di tengah pergerakan pemuda itu, mata nya tak sengaja menangkap bayang seseorang. Pupil matanya bergetar menyadari siapa sosok yang di lihatnya.
Itu dia!
Monster bermata abu-abu.
Aura gelap di sekeliling pemuda itu mendominasi ruangan. Dia Damian Carl Salazar.
Damian berjalan mendekat dengan tombak besi yang sudah di panaskan hingga mendidih ujung nya oleh anak buahnya. Pemuda yang terikat itu menggeleng ribut. Ia dapat melihat malaikat pencabut nyawa dalam mata Abu-abu itu.
"Senang bertemu dengan mu Jack" sapa Damian sambil mengelus tombaknya.
"Maaf kan aku tuan, a-aku bersalah! Tolong jangan sakiti aku" pemuda terikat bernama Jack itu memohon. Air matanya menetes seiring tatapan menusuk milik Damian.
"Hahaha apa? Ulangi!!" Pinta Damian mendekatkan telinga pada Jack. Jack hanya diam. Ia tau bahwa akhir hidup nya adalah kematian yang sadis.
"Ku bilang ulangi sialan!!!" Damian geram. Tombak nya ia tusukan ke anus Jack dengan kasar.
"AKKKHHHHHHHHH SAKITTTT, KELUAR KAN" jerit Jack histeris. Benda panas itu menerobos anusnya dengan sangat dalam.
"Beraninya makhluk hina seperti mu berteriak padaku" Ujar Damian dingin. Jack seketika kaget. Rasa sakit pada anus nya tidak lebih parah dari rasa takut nya pada Damian.
"Mati lah dan membusuk lah di kuburan mu Jack" Damian naik ke atas tubuh Jack, lalu menyayat pipi Jack hingga terbuka lebar. Damian tersenyum. Ini yang paling iya suka. Bau darah yang menyengat.
Damian menguliti Jack tanpa ampun. Jack sangat tersiksa. Ia ingin segera menjemput ajal nya, namun Damian masih belum puas. Ia masih ingin bermain darah.
"AKHHHH tidak tuan... AKHHHHHHHHHH" Damian merobek kedua sisi mulut Jack. Lalu membuka lebar mulut itu dan memotong lidahnya.
"Huh sangat berisik" keluh Damian.
Jack sudah setengah sadar. Ia masih melihat apa yang Damian lakukan pada tubuhnya yang sudah setengah hancur. Napasnya tersengal. Sakit hebat yang di alaminya membuat Jack mati rasa.
"Mati lah Jack" dengan sekali tarikan, Damian membelah perut Jack dengan kedua tangan nya. Damian tersenyum puas. Ia dapat melihat tombaknya bersarang di antara usus-usus Jack. Pemuda itu mati seketika.
Damian melompat turun. Badannya penuh darah segar yang amis. Damian berkacak pinggang melihat hasil karya seninya.
"Hmm not bad" Damian melangkah pergi. Seorang berjas mengulurkan handuk bersih berwarna abu-abu pada Damian.
"Hari ini pun Anda sangat hebat tuan" puji pria berjas itu.
"Tentu Arnold. Bereskan dia dan ambil organnya! Kita punya banyak pesanan alat vital" Pria berjas bernama Arnold itu menunduk patuh. Ia sudah tau apa yang harus di kerjaannya.
⚖️⚖️⚖️
Damian pov:3
Aku membersihkan tubuh setelah membunuh orang, lagi. Kapan aku akan berhenti? Umur ku sudah menginjak 30 tahun dan aku masih single. Ohh ayolah, aku juga ingin merasakan yang namanya menikah dan memiliki keluarga.
Pernah ayah ku mengenalkan seorang gadis cantik padaku keturunan belanda. Ya... Ku akui memang cantik, tapi dia membosankan. Aku butuh wanita berani yang bisa mengerti sifat ku.
Setelah berkencan 2 hari dengan gadis belanda itu, aku membunuh nya. Kenapa? Karena dia membosankan. Terus mengoceh tentang kekayaan nya dan membuatku menjadi pendengar setia. Ohoho tentu aku sangat tidak senang sayang.
Aku menggosok badan ku yang di guyur air hangat. Sangat segar. Lalu aku melirik ke arah selengkangan ku. Hei benda itu bertambah besar karena aku sering memijitnya. Aku membutuhkan wanita sekarang. Aku ingin menikah Tuhan, tolong kirimkan Aku wanita yang sejenis dengan ku.
Setelah kembali segar dan bersih, Aku keluar kamar mandi dengan keadaan telanjang dengan handuk kecil yang tersampir di pundak ku. Ku raih handphone genggam milik ku dan ke hubungi seseorang.
"Lee bawakan Aku seorang pelacur yang masih perawan!" Perintah ku ketika telpon nya terhubung.
"Baik tuan akan saya kirimkan sekarang" Lee, asisten pribadi ku menjawab.
Lee dan Arnold adalah asisten pribadi ku di tempat yang berbeda. Lee adalah orang cerdas dengan pengetahuan luas. Ia setara dengan pakar sosial. Lee telah bekerja dengan ku selama hampir 15 tahun.
Sedangkan Arnold adalah asisten pribadi ku di dunia gelap. Ia manusia kejam yang ku temukan 12 tahun terakhir. Manusia tidak berperasaan sama seperti ku.
Kedua asisten ku ini saling bertolak belakang. Mereka akan saling melempar kebencian ketika Aku mengajak mereka berdua pergi berbisnis secara bersamaan.
Yang pasti kedua nya tangan kanan ku, dan Aku mempercayai mereka. Walau sifat ku yang jahat, namun mereka tidak pernah membangkang.
Damian pov:3
Aku bangun dengan wajah datar. Ku lihat gadis yang Ku sewa semalam masih bergemul dengan selimut. Aku menghela napas berat. Ku duduk kan badan Ku sambil merenggangkan otot-otot badan.
Ceklek...
Pintu di buka dari luar, membuat Ku menoleh.
"Memesan wanita murahan lagi Damian?" Tegur Lou xing pada Ku. Yeahhh dia ayah Ku kalian tau itu.
"Berhentilah mengatur hidup Ku dad" Aku bergegas mengenakan boxer Ku dan beranjak ke kamar mandi.
"Dengar... Daddy ada pertemuan dengan dokter Wolsen, kau tau? Dia ingin mengenal mu" ujar Daddy masih berdiri di ambang pintu. Ia yakin bahwa Aku mendengar nya.
"Aku tak punya urusan dengan sampah" jawab Ku dari kamar mandi.
"Jaga mulut busuk mu Damian. Dia sahabat Ku dan dia akan Ku jadikan dokter pribadi mu mulai sekarang" Lou mendudukan bokong nya di sofa. Lalu memandang jijik ke arah gadis yang masih tidur di ranjang Ku itu.
Aku keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi ku, Lalu terkekeh melihat ekpresi daddy ku yang seolah muak itu.
"Apa kau suka yang seperti itu nak? Apa kau suka melakukan *** dengan orang asing?" Tanya Daddy serius.
"Mereka mainan Ku dad, setidaknya aku puas" jawab ku cuek. Mereka memang mainan dan tidak ada artinya bagi ku. Hanya seorang pemuas nafsu sampai Aku menemukan wanita yang kusukai.
Lou mendesah berat. Sudah berapa gadis yang ia kenalkan pada Damian dan akhirnya pun sama saja. Gadis itu mati setelah berkencan beberapa hari dengan nya.
"Terserah kau saja, tapi Daddy minta agar kau datang di pertemuan tertutup ini" Aku mendengarkan sambil menaikan alis. Apa sepenting itu?
"Memang penting Damian! Kalau tidak Aku tidak akan datang ke kamar bau ****** mu ini" sungut Daddy. Membuat ku merasa malu. Pria tua yang menjengkelkan.
"Baiklah Aku akan ikut, jadi keluarlah"
Daddy beranjak pergi. Ku lirik jam dinding, masih jam 10 pagi. Itu artinya aku masih punya 2 jam untuk bersantai sebelum Aku pergi ke kantor.
Tapi sebelum itu, Aku harus mengusir benda ini dari hadapanku. Aku memercikan air ke wajah gadis yang masih tidur dengan posisi terlentang itu.
mata gadis itu mengerjap pelan. Lalu menoleh ke arah Ku sambil tersenyum.
"Morning tuan Damian" sapanya padaku.
"Pergilah, Aku sudah tidak membutuhkan mu lagi" gadis yang entah siapa namanya itu mengangguk lalu mencium pipi Ku sekilas. Setelah berpakaian dia pergi dari kamar Ku.
⚖️⚖️⚖️
Langkah kaki indah menuruni anak tangga menuju ruang makan. Kaki jenjang nya bak dewi Afrodit sangat dewi kecantikan. Ia adalah putri dari Felix Elino Salazar, yaitu Luis Bellen Salazar. Ibu dari Damian Carl Salazar.
"Morning malaikat kecil Ku" sapa mommy pada Damian. Damian menatap jengah. Kapan Ia bisa tumbuh dewasa di mata ibunya itu.
"Stop it mom! Aku muak" sungut Damian.
"Hohoho kau menggemaskan sayang" Luis tidak peduli. Baginya harta yang paling berharga adalah Damian kecilnya. Hmmm walaupun sebenarnya tidak kecil.
"Kau akan pergi lagi?" Tanya Lou pada Luis, istrinya. Pelayan mengambil kan sepiring spageti untuk Luis.
"Kau tak lihat Aku sudah rapi!?" Luis menjawab sinis. Mereka memang selalu bertengkar ketika bertemu. Namun itu yang menjadikan kedua orang tua Damian begitu harmonis.
"Aku hanya bertanya. Nanti malam Aku dan Damian akan pergi menemui Wolsen" ujar Lou sambil memakan spageti miliknya.
"Benarkah?" Tanya Luis berbinar. Jarang suami dan anak nya itu pergi berdua. Kecuali untuk urusan bisnis.
"Sepertinya kau tertarik?" Lou tersenyum mengejek.
"Tentu sayang. Aku juga ingin pergi dengan anak dan suami tercinta Ku ini" Luis tersenyum lebar.
"Baiklah kau boleh ikut, tapi kau harus membayarnya" Lou menggembungkan pipi. Minta di cium.
Tanpa penolakan, Luis mencium pipi suaminya itu bolak-balik.
Brak!!!
Luis dan Lou menoleh. Damian menggebrak meja hingga separuh kacanya pecah. Lelaki itu memandang kedua orang tuanya nyalang. Ada kobaran api di kedua matanya.
"Menjijikkan! Ku ingat kan pada kalian bahwa Aku masih di sini" Damian berkata dengan datar.
"Kau iri nak?" Ejek Daddy nya. Luis hanya tersenyum. Damian membuang wajah ke samping. Ia akui bahwa dirinya iri.
Damian beranjak pergi. Mood makan nya sudah hilang. Sebelum Daddy tuanya itu semakin gencar mengejeknya, sebaiknya Damian segera pergi.
"Carikan wanita untuk nya sayang, dia sudah mulai melampiaskan nafsu bejat nya pada wanita panggilan" ucap Lou serius.
"Kau ingat terakhir kali dia Ku kenalkan pada anak teman Ku!?" Luis melipat tangan di dada. "Huh gadis malang itu sudah menjadi abu sekarang" sambungnya.
Lou mendesah. Benar apa yang di katakan istrinya itu. Anak nakal nya itu sangat ringan tangan. Ia membunuh apa saja yang di anggapnya mengganggu. Damian sungguh mewarisi darah Lou.
"Tapi untuk apa kau mengadakan pertemuan dengan Wolsen?" Tanya Luis
"Nanti kau juga akan tau" jawab Lou misterius. "Aku pergi dulu" Lou mencium kening Luis lalu beranjak meninggalkan.
Setelah kepergian suaminya, Luis menelpon seseorang untuk membatalkan janji nya hari ini.
"Athie bisa kita tunda pertemuan nya?"
"Auh kenapa tante?"
"Ada sesuatu yang harus tante bereskan. Kau mengerti bukan?"
"Baiklah tante. Kabari saja Aku jika tante perlu bantuan Ku. Aku juga tidak sabar ingin bertemu dengan Damian setelah sekian lama"
"Kau harus sabar. Kau tau kan bahwa Damian orang yang bertangan ringan. Kau bisa mati jika mengusik dirinya. "
"Lalu Aku harus bagaimana? "
"Bersabar lah! Aku dan Lou akan mencari cara agar Damian mau menerima mu"
"Baiklah tante, Aku mempercayakan nya padamu"
"Kututup telponnya"
"Iya. Aku menyayangi tante"
Luis mematikan telpon nya. Ia menyimpan kembali benda pipih itu di dalam tas tangan nya. Ini yang terakhir Ia membantu Damian mencari istri. Setelah ini Luis tidak akan ikut campur lagi masalah percintaan anak lelakinya itu.
Jika bukan wanita cantik, sexy, mapan, cerdas dan berpendidikan tinggi, lalu wanita seperti apa yang di ingin kan oleh anak nya itu. Umur Damian tidak lagi muda. Ini sudah waktunya Ia menikah dan berumah tangga.
Luis meninggalkan meja makan. Ia harus mencari cara agar anak nya itu mau pada Athie. Ya! Gadis yang baru saja berkomunikasi dengan nya barusan.
Athie atau Atanasia.
Gadis tomboi, seorang penembak jarak jauh bawahan suaminya. Bukan kah begitu cocok? Keluarga mafia yang memiliki menantu seorang penembak jitu.
Luis yakin Damian akan tertarik dengan Athie karena mereka sama-sama berdarah dingin. Luis hanya berharap semoga Damian mau membuka hati untuk wanita pilihan nya itu. Kalau pun Damian tidak suka, Ia akan sulit membunuh Athie. Karena Atanasia adalah gadis lincah yang sulit mati.
Viollet pov;*
Pintu lift terbuka. Segerombolan orang dengan pakaian putih dan stetoskop keluar sambil menyapa ku.
"Anda mau kemana Dokter viollet?" Tanya seorang dokter muda, namanya Harry. Dia lebih tua 2 tahun di atasku.
"Ah Aku di panggil oleh dokter Wolsen ke ruangan nya. Ada apa?" Tanya berbasa-basi.
"Tidak apa. Kau kelihatan cantik hari ini" puji Harry. Yahhh dia memang penggombal sejati. Aku berlalu ke dalam lift meninggal kan nya yang melambaikan tangan padamu.
Oh ayolah!!!
Apa tidak ada pria berkarakter fiksi di dunia ini? Aku mau pria tampan dengan hati iblis seperti di novel novel kesukaan ku.
Pria seperti itu belum pernah kutemui. Kebanyakan dari mereka adalah sampah. Mereka melihat wanita cantik lalu menyukai nya dalam sekali tatapan. Ciuh... Sungguh tidak logis.
Lagipula Aku masih muda. Dan Aku belum berniat untuk memiliki pasangan. Tentu saja Aku orang yang pemilih. Ibu dan ayah ku sudah meninggal. Dan Aku harus mengurus diri sendiri. Tinggal bersama paman dan bibi memang menyenangkan, tapi lebih menyenangkan lagi jika Aku tinggal sendiri.
Seperti kebanyakan wanita pada umumnya, Aku suka pada pria tampan dan kaya. Berhati dingin dan tatapan datar. Badan yang atletis dan dada yang bidang dengan 8 potong roti panas. Wahhh Aku sudah gila.
Ku arahkan kaki Ku ke ruang bertuliskan "Prof. Dr. Wolsen Williams" dan yang kutemui adalah seorang lelaki kepala 6 dengan rambut putih.
Dokter Wolsen menoleh ke arah Ku. Lalu mengkode agar Aku duduk.
"Ikut lah dengan Ku malam ini Vio. Dia sahabat Ku dan aku sudah berjanji akan membawa dokter kepercayaan Ku" pinta Dokter Wolsen lagi.
Aku merotasikan bola mata Ku. Pria tua bangka ini benar-benar memaksa. Tidak biasanya dia meminta sampai memohon begini. Aku kan tidak tega!!!
"Huuh baiklah Kapten" ujar Ku lesu.
"Aish jangan memasang wajah jelek begitu. Akan ku jamin sahabat Ku itu akan menyukai mu dan mengambil mu sebagai Dokter pribadi di keluarga nya" Dokter Wolsen menyemangati Ku. Aku hanya mengerucutkan bibir.
Dokter tua ini tertawa renyah. Dia sudah Ku anggap sebagai seorang ayah bagi Ku. Banyak jasa nya dalam masa belajar Ku hingga Aku sekarang sudah sukses menjadi dokter beda syaraf.
"Jam berapa dan di mana Aku harus pergi?" Tanya Ku membuyarkan lamunan ku sendiri.
"Salazar Resto jam 7 malam" Jawab dokter Wolsen lantang.
"Oke akan ku ingat" jawab ku malas. Lalu berbalik badan hendak keluar. Namun aku menyadari sesuatu. Tubuh ku mematung.
"WHATTT!!!??? SALAZAR RESTO!!!!!" jerit ku histeris. Kalian mungkin tidak tau tapi... Aghh itu kan nama restoran cepat saji paling terkenal di sini!!!!
Aku menatap dokter Wolsen lagi. Kulihat senyum menyebalkan di wajahnya. Ternyata si tua ini sudah menunggu keterkejutan ku.
"Aku tau kau kaya dokter Wolsen yang terhormat. T-tapi tapi ini... Aghh" ucap Ku tak bisa melanjutkan Kata-kata.
Aku sungguh frustasi. 24 tahun Aku hidup, belum pernah sekalipun Aku ke tempat mahal dengan harga fantastis itu. Ingin rasanya ku menangis.
"Hahahaha tenang lah gadis bodoh! Tuan Lou xing adalah sahabat Ku. Dan Aku juga mengenal Tuan Felix Elino Salazar" ucap dokter Wolsen sombong. Dagunya terangkat tinggi.
"Baiklah tuan dokter Wolsen yang terhormat dengan senang hati dokter muda Viollet ini menerima ajakan tuan dokter untuk menghadiri pertemuan ini" ucap Ku selembut mungkin. Aku mendapat jackpots.
"Ya ya ya keluar dar-"
Brak!!!
Aish dahi mulus Ku.
Dokter Wolsen menggeleng pelan. Belum selesai ia bicara tadi Aku sudah nyelonong pergi tanpa memperhatikan dinding di sebelah pintu. Al hasil Aku menabrak nya dan menimbulkan bunyi yang keras.
⚖️⚖️⚖️
Pantulan diriku di cermin tampak indah. Setelah obrolan Ku dengan dokter Wolsen tadi, Aku langsung pulang dan menyiapkan gaun terbaik.
"Aku akan memakai mu gaun kesayangan Ku. Buat Aku seperti Cinderella malam ini oke" Aku berkata sendiri dengan melihat pantulan ku di cermin.
Gaun malam berwarna hitam pekat dengan glitter emas. Hmm not bad. Aku melihat kamar ku. Lalu menepuk dahi pelan. Astaga Viollet! Apa yang kau lakukan? Kamar mu seperti tumpukan baju bekas sekarang.
Setelah menyimpan gaun cantik ku itu, Aku mengikat kepala dengan dasi dan menggulung lengan baju ku. Sudah lama Aku tidak membersihkan apartemen ini. Sudah ku putuskan, Aku akan membersihkan nya sekarang. Semangat!!!
Dua jam kemudian...
Tada...
Apartemen ku sudah bersih. Tinggal satu yang perlu ku lakukan yaitu membuang sampah. Semangat Viollet tiga jam lagi kau akan pergi ke istana dan menjadi Cinderella.
Ketika Aku ingin memasukan sampah ku ke tong sampah di lantai kamar ku seseorang berseru membuat ku menoleh.
"Nona tong sampah nya baru selesai ku bersihkan" ujar seorang petugas kebersihan.
"Kalau begitu Aku harus buang di mana?" Tanya ku polos.
"Tong sampah di lobby, semua sampah sudah ku buang ke sana"
Sepertinya orang ini baru bekerja di sini. Aku tidak pernah melihatnya dan dia tidak kenal aku.
"Bisa Aku minta tolong padamu, sampah ku begitu banyak dan ini sedikit ber-"
Sial!!!
Dia kabur.
Dasar tidak bertanggung jawab.
Dengan susah payah Aku menyeret kantong plastik hitam itu. Benar-benar menjengkelkan. Akan ku adukan dia pada atasannya. Tidak ramah huh bintang satu.
Aku mengomel dalam hati. Kenapa sampah ku sangat banyak? Iuuuhhhh Viollet apa sekarang kau menjadi dokter yang jorok? Aku menggeleng ribut.
Benar saja ketika Aku sampai di lobby, mobil pengangkut sampah sedang memindahkan sampah-sampah ke dalam truk.
"Hey nona perlu bantuan?" Tawar seorang dari mereka.
"Oh tentu terimakasih" kataku lalu pergi.
Akhirnya Aku berbaring juga di tempat tidur ini. Aku berguling-guling nyaman. Pinggang ku terasa kaku. Untuk mengisi waktu luang, Aku memakai masker. Wajahku harus fresh malam nanti.
Dering telpon mencuri perhatian ku. Ku ambil lalu merengut kesal. Itu Leo, mantan kekasih Ku. Pria gila ini bahkan masih menghubungi Aku setelah 2 bulan putus.
"Akhirnya kau mengangkat nya Vi, kau tau Aku sangat mencintaimu percayalah" ujar Leo dari seberang sana. Aku memcibir. Muak dengan pernyataan cinta palsu nya.
"Hentikan Leo kita sudah berakhir" ujar Ku malas.
"Tapi Aku tidak mau, kumohon kembalilah pada Ku" pinta Leo dengan nada amarah.
Aku menatap ponsel yang masih terhubung itu tak percaya. Berani sekali pria sialan ini marah pada Ku.
"Berhenti menghubungi Ku atau ke cakar wajah jelek mu"
Aku kembali merebahkan badan di kasur. Memilih menonaktifkan handphone. Lama terdiam, mataku mulai menutup. Rasa kantuk menyelimuti Ku dan aku pun terlelap dalam tidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!