Seorang gadis bernama lengkap PUTRI AISYAH DENIELA AZ-ZAHRA sudah siap untuk berangkat kesekolahnya dengan rambut di kepang dua serta kecamata yang menutupi mata indahnya, tak lupa poni yang sudah memanjang itu di biarkan menutupi dahi serta wajah cantiknya.
"Sudah terlihat sangat cupu sekali gue" Gumam Niela memerhatikan wajahnya pada pantulan cermin.
"Niela !!! sudah siap belum nak !!?" terdengar ada seseorang yang sedang meneriakinya di balik pintu kamarnya.
"Sudah ma, ini Niela mau turun sebentar lagi" Sahut Niela sambil menyemprotkan sedikit parfum keseluruh badannya dan bergegas turun ke meja makan.
Sang mama tersenyum melihat anak sematang wayangnya turun dari kamarnya, sedangkan papanya Niela tampak duduk duluan di kursi meja makan itu.
"Pagi pa ma" Sapa Niela sambil menggeser kursi lalu duduk di kursi tersebut, lebih tepatnya di samping kiri sang papa, sedangkan mamanya duduk di samping kanan sang suami.
"morning too" sahut Daniel papanya Deniela sembari mengusap lembut puncak kepala sang putri sematang wayang.
Sedikit info, Deniela adalah anak tunggal dari pasangan DANIEL ADIPUTRA SURYA PERKASA dengan PUTRI LAILA AZ-ZAHRA yang kerap di sapa Laila, Niela adalah gadis berparas cantik dengan wajah tirus nan oval, wajahnya sedikit ke bule bulean. Namun, ia terpaksa harus menutupi wajah cantiknya dengan penampilan cupunya, karna traumanya terhadap cinta pertamanya yang berusaha melecehkannya namun untungnya dia bisa lepas dari jeratan mantaan pacarnya karna ada seseorang yang berhasil menolongnya, bukan hanya penampilannya yang ia rubah tapi juga sikapnya yang semula pendiam, sopan, kini berubah menjadi bar bar dan seolah enggan menerima cinta lagi.
Niela tersenyum dan mulai menikmati sarapan paginya, yah bisa di bilang hanya sarapan dengan roti yang di olesi selai ciklat kesukaannya.
"Hari ini kamu pulangnya lebih awal ya sayang, papa sama mama kamu ada pertemuan keliarga" pinta Daniel pada putri sematang wayangnya itu.
"Gak bisa janji pa, Soalnya setelah ini Niela ada janji sama Novi buat latihan basket" Jawab Niela sambil mengunyah rotinya.
"Harus di usahakan dong sayang, kan jarang jarang lo papa kamu ngajak dinner, lagi pulakan kamu udah kelas 12 juga ngapain ikut begituan" Kali ini Laila ikut bicara.
Kalau Laila berkata sulit sudah untuk menolaknya, Niela hanya mengangguk pasrah dari pada harus melihat sang mama sedih. Niela tampak sudah selesai sarapan dan mulai dan mulai berpamitan pada kedua ofang tuanya, selesai mencium punggung tangan papa mamanya secara bergantian, barulah Niela berangkat kesekolah dengan menggunakan angkutan umum supaya kesan kaya rayanya hilang dari dirinya, meski tampa di pungkiri ia anak orang kaya.
...***...
Banyak kendaraan yang berlalu lalang memenuhi jalan raya, sesekali lampu lalu lintas menampakan warna merah yang membuat seorang mengemudi kesal karna meruntuki kebodohannya.
"Kenapa barusan gue gak lewat jalan itu barusan" gerutu seorang pria pada dirinya sendiri.
Sejenak ia mengalihkan pandangannya kearah samping, ia tampak melihat sebuah angkot yang di dalamnya ada seorang gadis remaja lengkap dengab seragam sekolahnya, tampak ia teringat sesuatu yang entah itu apa, pada saat ia mulai berfikir keras tiba tiba angkot itu sudah berlalu.
"Ah sial, selalu saja begitu" runtuknya lalu melajukan kembali kendaraannya.
Seorang pria tersebut bernama AUFALLAH KHOIRUN NIZAR yang kerap di panggil Aufal, seorang mahasiswa sekaligus CEO tampan yang kini lebih senang menghabiskan waktunya di kantor, susah memang untuk mencari pendamping hidup kalau sudah senang di dunia perkantoran.
Setibanya di kantor, tampak kriawan yang melihat kedatangannya Aufal menyapa Aufal yang langsung di jawab dengan senyum manis serta anggukan dari Aufal. Aufal segera bergegas keruangannya, karna sekarang Aufal tidak ada kelas Aufal memilih untuk pergi ke kantor meski hanya sebentar, karna sore nanti papanya mengajak Aufal untuk hadir di pertemuan keluarga, entah apa yang akan di bicarakan tapi Aufal merasa ada suatu yang aneh pagi ini.
Setelah agak lama berkutat dengan layar monitornya, tiba tiba ada suara ketokan pintu.
Tok tok tok
Aufal mendongakkan kepalanya "Masuk" Sahut Aufal.
Tak lama Laras sekertaris Aufal masuk dengan membawa kertas di tangannya, lalu menghampiri Aufal dan meletakan kertas tersebut di meja Aufal.
"Ini berkas yang anda inginkan mas" Kata Laras, Mas? Kenapa Laras memanggil mas? Karna Aufal sendiri yang menyuruh semua bawahannya supaya panggil mas tanpa terkecuali.
"Yah, makasih" Sahut Aufal.
"Saya permisi mas" Pamit Laras yang di jawab anggukan oleh Aufal dan Laraspun meninggalkan ruanga kerjanya.
Tak terasa siang mulai menampakan dirinya dengan penasnya sinar matahari yang begitu menyengat hari ini, tampak Aufal berkali kali melihat jam tangannya supaya bisa pulang lebih awal dari yang biasanya, karna sudah terlanjur berjanji kepada kedua orang tuanya. Maklumlah namanya juga anak soleh berusaha membuat papa mamanya bangga terhadap dirinya.
...***...
"NIELA !!!" Panggil Novi sahabat Niela dari kecil sekaligus teman sebangkunya Niela, hanya Novi dan seorang gadis lagi yang bernama Devi yang mengetahui tentang Niela selain bik Unah seorang ART yang sudah merawat Niela dari bayi.
"Jangan teriak teriak napa, ini kuping gie bisa copot" Gerutu Niela sambil berjalan menghampiri Novi yang sedari tadi berjalan menyusuri koridor bersama Devi mencri Niela yang baru keluar dari perpustakaan mengembalikan novel yang kemaren ia pinjam.
"Hangout yuk nanti malam" Ajak Devi.
Kini ketiga sahabatnya itu berjalan beriringan ke kantin, lumayan hari ini Devi yang traktir, Meski bar bar Niela tampak masih sangat menunjukan jati dirinya di hadapan kedua sahabat karibnya ini, Setidaknya Niela masih bisa merasakan saat dirinya menjadi diri sendiri.
"Sorry gues, gue gak bisa, gue ada pertemuan keluarga kayak dinner gitu" Tolak Niela.
Novi dan Devi langsung memanyunkan bibirnya secara bersamaan, memang kalau urusan hangout keduanya langsung kompak.
"Yerus lagihan basketnya gimana?" Tanya Novi sedikit memicingkan sebelah matanya.
"Latihan tampa gue kan bisa, lagian jarang jarangkan bokap gue ngajak dinner, sekalian lah kalian ngajak hangout yang lainnya" Niela mencoba membari pengertian kepada kedua sahabatnya itu.
"Yah, kan gak seru kalau gak ada kamu Niela" Bujuk Devi pada Niela
Niela tampak mengangkat kedua bahunya seakan menjawab tidak mau tau, tanpa melihat mimik muka memelas yang di perlihatkan oleh kedua sahabatnya itu, karna sekali melihat mimik muka memelas kedua sahabatnya itu akan membuat Niela memilih untuk tidak ikut bersama kedua orang tuanya yang sedari dulu ia nanti nanti.
"Kayaknya gue gak jadi makan deh" Lirih Niela yang masih terdengar jelas di telinga kedua sahabatnya itu.
Novi dan Devi langsung melemparkan pandangannya pada arah yang sedari tadi Niela perhatikan, ternyata di sana ada adek kelas yang terkenal bar bar juga seperti Niela, cuma bedanya Niela bar bar karna menjadikan sikap bar barnya sebagi kekuatannya, sedangkan adek kelas yang di maksud Niela memang bar bar daei orok kali ya?
"Bar bar ketemu gadis bar bar kok takut?" Cerocos Devi yang langsung mendapatkan jitakan dari Niela dan Novi.
"Sembarangan aja kalau bicara" Sahut Niela.
Malam ini adalah malam pertemuan yang sudah di rencanakan oleh dua pihak keluarga, terlihat di sana sudah ada keluarga ADIPUTRA PERKASA dan keluarga RAFAEL yakni papanya Aufal, sesekali Aufal melirik seorang gadis cupu yang duduk di depan sebrang meja dan menilainya penuh keburukan di dalam hatinya.
"Jadi gimana rencana selanjutnya?" Tanya Rafael kepada Daniel di sela sela perbincangannya.
"Kita serahkan kepada anak anak kita saja" Jawab Daniel santai.
"Loh !!! Kok kita sih pa?!!!" Sahut Aufal dan Niela secara bersamaan melototi papa mereka masing masing.
"Kan kalian berdua yang akan menjalani kehidupannya, bukan kita" Jawab Rafael enteng.
Niela kini mengerti arah perbimcangan kedua lelaki tersebut hanya bisa meneteskan air matanya ' Belum sembuh dari trauma, malah di dojoh jodohkan se enaknya' Batin Niela, Niela menyeka air matanya.
"Tidak !!! Niela tidak mau, Niela yang ngejalanin hidup, masak papa yang ngatur gitu aja sih?, Niela tetap tidak mau" Tukas Niela tak lupa memperlihatkan sikap bar barnya itu.
"Aufal juga menolak perjodohan ini, dianya aja bar bar kayak gitu" Kali ini Aufal ikut menolak perjodohan yang di lontarkan Rafael dan Daniel itu.
Bukan karna apa, tapi Aufal tidak mau pada gadis bar bar dan cupu itu, ini semua jauh dari krakter gadis yang selama ini ia idamkan, meski sebenarnya Aufal adalah seorang yang anti pacaran, tapi dia juga seorang lekaki sejati yang menginginkan seorang pendamping hidup yang sesuai dengan kratetianya.
"Pa, Niela masih sekolah main di jodoh jodohin, entar kalau Niela ketemu sama pria mapan di tempat magang tak kenalin deh sama papa, asalkan jangan di jodohin" Timpal Niela.
Menurut Niela, Aufal itu pria yang sangat mapan, apa lagi dia CEO muda, yah meski Niela akui usianya dan usia Aufal hanya berjarak 4 tahun, setidaknya Niela bisa menolak perjodohan ini tampa harus merengek atau akting bawa pacar palsu kehadapan kedua orang tuanya.
"Ma, kasih Niela pengertian gih, Kan Niela hanya bisa norut sama mama" Pinta Daniel pada Laila yang duduk di sebelah kanan Niela.
"Sayang dengarin mama, setidaknya mama bisa bahagia mendengar perjodohan ini sayang, mama tau mama kurang perhatian sama kamu, mama dan papa meninggalkan kamu sejak kamu masih berusia 5 tahun dan baru kembali setelah kamu kelas 11, tapi kali ini jangan nolak ya sayang, mama mohon dengan sangat kepada mu nak" Pinta Laila sembari mengelus lembut penuh kasih sayang rambut Niela.
Niela menundukan kepalanya, air matanya tak dapat di bendung lagi, belum lagi kejadian 2 tahun lalu terngiang di otaknya, entah mengapa kajadian buruk itu seakan menghantui hari harinya. Tak ingin larut dalam fikirannya, Niela beranjak pergi dari cafe tanpa pamit kepada mama papanya dan keluarga Rafael.
"Gadis bar bar malah di jodohin sama CEO tampan, tidak tau sopan santun lagi" Celutuk Aufal di sela sela menetap kepergian Niela.
"Secupu cupunya Niela dan sebar barnya dia, dia dulu gadis kecil yang periang, cantik, penurut, pokoknya mama suka sama dia dulu, namun entah mengapa mama merasa ada sesuatu yang membuatnya berubah" Sahut mamanya Aufal mengingat saat keluarganya Aufal bertamu ke rumahnya Daniel, waktu itu Niela masih berusia 4 tahun.
Danil tampak berfikir dengan apa yang di katakan oleh Arumi istrinya Rafael, Daniel juga merasa ada sesuatu yang membuat putri semarang wayangnya berubah, kalau memang iya lalu Niela berubah karna apa? Seingat Daniel putrinya itu gadis cantik teringat jelas saat Daniel vidio call 4 tahun yang lalu, selain cantik cara bicaranya pun sangat lembut.
"Pa, papa kenapa?" Tanya Laila penasaran saat melihat sang suami melamun.
"Ma, mama ingat tidak saat kita vidio call terakhir kalinya sama Niela 4 tahun yang lalu?" Tanya Daniel menatap lekat manik mata indah Laila.
Laila tanpaknya mengangguk dan mulai mengingatnya, saat itu sang putri tunggalnya sedang live, namun terpaksa di berhentikan lantaran Daniel mengganggunya dengan menghubunginya secara vidio call, kala itu Laila dan Daniel sedang berada di luar negri.
"Ma, Pa, gadis itu jauh dari kriteria seorang istri yang Aufal mau" Kali ini Aufal berusaha menolaknya dengan berbagai cara.
"Kamu itu seorang CEO, kalau tidak di jodohkan mana sempat kamu mencari sang pijaan hati?, kamu tidak liat apa? Mama sama papa kamu berusaha menunggu kamu mengenalkan seoranh calon mantu untuk papa dan mama, tapi kamu malah nge-PHP-in mama sama papa, kali ini mama tidak mau kamu nolak permintaan mama sama papa" kali ini Arumi yang mulai berbicara dengan anak satu satunya ini.
"Aufal tidak mau menerima perjodohan ini dengan paksaan pa, ma, Aufal hanya mau mencari seorang yang benar benar bisa menerima Aufal apa adanya, itu aja kok" Sahut Aufal dengan nada rendah.
Sungguh bukan maksud Aufal untuk memberikan harapan palsu untuk kedua orang tuanya, tapi Aufal hanya mencari seorang gadis yang siap untuk menikah dengannya, Aufal lebih memilih untuk ta'arufan dari pada pacaran karna takut berakhir dengan pemyesalan, itulah mengapa dirinya anti akan berpacaran.
...***...
Rupanya Niela seperginya dari cafe langsung pulang ke rumah pribadinya, rumah pribadi yang ia beli dan di renov dari hasil kerja kerasnya selama ini, bisa di bilang rumah pribadinya ini jauh lebih mewah dari pada rumah papanya. Niela sengaja pulang ke rumah pribadinya itu untuk sekedar merilekskan beban fikirannya, setidaknya ia lebih tenang dan berusaha mengontrol amarahnya supaya bisa mengendalikan emosi yang berlebihan.
Tampak seorang security membuka kan gerbang rumahnya, Niela memarkirkan mobilnya di depan rumah pribadinyanya dan menyerahkan kunci mobilnya pada seorang security supaya mobilnya di masukan ke garasi mobil. Sedangkan Niela sendiri langsung masuk kedalam rumah pribadinya.
Setibanya di dalam kamar, Niela langsung merebahkan tubuhnya setelah melepaskan kunciran rambutnya dan di biarkan tergerai, fikirannya terus berkelana pada kejadian tadi di cafe, apa lagi tatapannya Aufal tadi membuatnya risih.
"Tuh cowok tampan juga, tapi sayangnya gue masih tidak mau membuka hati untuk satupun lelaki, semua lelaki itu sama saja hanya papa yang beda, dari pada gue mikirin yang gak jelas lebih baik gue stalking idol k_pop aja" Lirih Niela sembari menyambat benda pipih yang tadi sempat di letakan di atas nakas.
Jari lentiknya mengetik sebuah gruop k_pop yang bernama 'Bangtan ' yang akhir akhir ini menjadi idol faforitnya, bisa di bilang semenjak berubah menjadi cupu ia merangkap menjadi 'Army ' sebutan untuk para idol 'BTS' untuk menghilangkan kebiasaannya dulu yang suka banget nge_live, setidaknya oppa oppa itu bisa menjadi pengganti live sehari harinya selama batinnya terluka.
Terlalu astik nonton vidio 'Bangtan ' hingga tak terasa ponselnya berdering sang mama nelpon, mungkin kedua orang tuanya saat ini sudah sampai di rumah mungkin nyari Niela tapi tidak ada jadi memutuskan untuk nelpon Niela, itu baru kemungkinan doang.
Niela memutuskan untuk menggeser ikon hijau ke ikon merah, karna Niela tidak mau mamanya khawatir.
"Assala mu'alaikum ma"
"wa'alaikum salam, Niela" Sahut Laila dari sebrang sana dengan nada cemasnya.
"Ma, maafin Niela ya, malam inj Niela pulang ke apart dulu karna ada suatu yang sangat penting" Alibi Niela yang padahal ada di rumah pribadinta sendiri, karna sejujurnya Niela tidak pernah memberi tahukan rumah pribadinya pada siapa pun kecuali kedua sahabatnya.
"Tapi kamu baik baik sajakan sayang?" Tanya Laila nada khawatirnya.
"Iya ma, ma_"
Tut tut tut
Ucapannya Niela terpotong setelah sambungan telponnya terputus secara sepihak, biasanya kalau kayak gini ponsel Laila sedang low bat dan dengan setengah kesalnya Niela kembali melanjutkan aktifitasnya setelah terhenti sejenak karna menjawab telpon sang mama.
Seperti biasanya, pagi ini bel sebelum bel sekolah berbunyi ketiga gadis ini sedang ngegibah di sepanjang koridor menuju kelasnya, siapa lagi yang di bicarakan kalau bukan idol k_pop nya, hah kebiasaan.
"Sebenarnya gue greget tau gak kalau ada yang bilang semua wajah orang korea itu sama, apa lagi kalau sampe ada yang bilang wajah mereka plastik" Kata Devi dengan tatapan tidak sukanya.
"Tau, pada gak bisa bedain apa, mereka kan gak ada mirip miripnya sekali" Timpal Novi.
"Ah udahlah gues, kembalikan pada bias masing masing, kita kembali ke topik awal yaitu idol K_pop kita, tau gak kita kecolongan jungkook, jin, suga, Rm, j hope, Jimin, sama V udah konser di indonesia malam senin bulan lalu, sumpah ya gue kesel banget" Ujar Niela dengan tampang kesalnya.
Kedua sahabatnya Niela membelalakan mata mereka masing masing, kenapa hal sepenting ini bisa terlewatkan? Ah pasti ini karna efek mereja yang sibuk latihan basket dan nonton drakor hingga melewatkan konser idol k_pop mereka.
"Kok lo bisa tau?" tanya Devi menyelidik.
Niela memperlihatkan layar ponselnya yang memperlihatkan vidio konser idol K_pop mereka yang sengaja Niela Download, Novi dan Devi mendecak secara bersamaan, kesal? Sudah tentu, karna hari hari yang mereka tunggu tunggu malah terlewatkan, ah sungguh malang nasib mereka.
Bruk
Tiba tiba ponsel Niela terjatuh, bukan tanpa sebab alasan melainkan ada seseorang yang tak sengaja menyinggol lengan Niela secara kasar dan tentu saja itu membuat ponsel Niela jatuh.
Niela membulatkan matanya saar melihat sang pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah.............
Nungguin ya😄
Yah dia adalah anak dari sang pemilik yayasan, tatapan keduanya saling bertemu seakan menumpahkan segala kekesalan yang terjadi di antara keduanya, tak mau berdebat dengannya Niela mengambil ponsel yang tergelatak di lantai karna adegan barusan dan langsung mengejak kedua sahabatnya pergi kedalam kelas.
AUTHOR : Hahahaha sengaja biar kepo🤣🤣tapi jangan beranjak dulu ya gues
😊😊😁😁
...***...
Pagi ini sehabis sarapan Aufal di suruh untuk ngecek sekolah yang di kelola oleh keluarga Rafael, entah apa motifnya yang pasti Aufal terus terusan di desak supaya berangkat lebih pagi, kan padahal bisa berangkat agak siangan mengingat pagi ini Aufal ada rapat dengan koleganya yang dari luar negri.
"Aufal ada rapat sama kolega dari luar negri Pa" Sahut Aufal.
"Biar papa yang Handle, Soalnya papa terlanjur bilanh sama kepsek kalau hari ini kamu yang akan ke sana Fal" Ujar Rafael sedikit membentak.
Kalau sudah begini Aufal hanya bisa nurut sajalah dari pada kena omel dan masalahnya bakal bertambah. Belum lagi masalah perjodohan, masak di tambah dengan masalah spele sih? Kan gak banget.
"Ya sudah iya deh, Aufal gak pernah kesana juga kan? Jadi Aufal iyain aja deh" Ucap Aufal, lalu mulai berpamitan kepada kedua orang tuanya dan beranjak pergi meninggalkan kedua orang tuanya.
Saat di jalan menuju sekolah, Aufal terus menerus tak henti hentinya memikirkan kejadian semalam, bukan karna memikirkan wajah cupu Niela tapi ia memikirkan keinginan kedua orang tuanya yang menurutnya tak seharusnya di lakukan. Sesekali Aufal memukul mukul setir dengan sedikit keras, tak lupa dengan luapan emosi yang ia tahan semenjak tadi malam.
"Gak ada gadis yang lain apa selain gadis ingusan nan cupu? Babar pula, kalau seperti ini kan sulit buat nolak perjodohan ini" Menolog Aufal pada dirinya sendiri dengan penuh penekanan.
Setibanya di halaman sekolah, Aufal langsung memarkirkan mobilnya dan berjalan kearah ruang kepsek dengan sangat kesal dan terburu buru tentunya, hingga tak sengaja menabrak seorang siswi di depannya itu.
Bruk
Aufal membulatkan matanya sempurna saar sadar siapa orang yang telah di tabraknya barusan, terlihat Niela memungut ponselnya yang jatuh karna perbuatan Aufal lalu pergi meninggalkan Aufal. Aufal merasa ada yang aneh dengan perbuatannya Niela, biasanya kalau cewek bar bar pasti akan marah kalau barang berharganya jatuh, tapi ini malah berbanding terbalik meski tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Niela, tapi Aufal merasa seakan gadis itu enggan memperpanjang masalah.
Tak mau berlama lama berkelana dengan lamunannya, Aufal kembali melanjutkan langkahnya kearah ruang kepsek dan mengetuk pintu ruang kepsek yang tak lama kemudian ada suara dari dalam yang menyuruh Aufal untuk masuk, tak mau menunggu lebih lama lagi Aufal langsung masuk keruang kepsek tersebut.
Di waktu bersamaan Niela terlihat mengecek ponselnya, siapa tau ada yang harus di perbaiki atau apapun itu, sedangkan Novi dan Devi penasaran apa yang terjadi pada sahabatnya ini hingga enggan untuk memperpanjang tentang keadaan ponselnya, biasanya kalau ada apa apa dengan ponsel kesayangannya itu pasti akan di perpanjang atau pasti di lawan.
"Tumben, ponsel lo jatuh tapi si pelaku di biarkan bebas gitu aja?" Tanya Novi penasaran.
"Lo gak liat siapa pelakunya barusan? Dia itu anaknya pemilik yayasan bestie, gue gak mau ada hal hal yang gak gue inginkan terjadi apa lagi kejadian tadi malam bikin gue sebal setengah mati" Sahut Niela masih fokus pada ponselnya.
Kedua sahabat Niela membulatkan matanya, ada hubungan apa Niela dengan anak pemilik yayasan tersebut? Dan kejadian apa yang terjadi semalam? Kedua sahabat Niela penasaran ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi, namun melihat raut wajah Niela di balik wajah cupunya itu kedua sahabatnya Niela merasa ada yang tidak beres.
"Gue di jodohin sama tuh orang, sumpah gue kesel banget tau gak bikin mood gue rusak and rasanya tuh gue pengin mati aja tau gak" Omel Niela seakan mengerti tentang apa yang ada di pikiran kedua sahabatnya itu.
Lagi lagi kedua sahabatnya Niela membulatkan matanya sempurna mendengar pernyataannya Niela, bukannya apa tapi mereka merasa luka Niela masih belum sembuh masak main di jodoh jodohkan gitu aja? Mengingat kondisi Niela yang tak memungkinkan untuk bisa di ajak kompromi, kedua sahabat Niela hanya bisa memeluk Niela dengan penuh kehangatan.
"Lo yang sabar ya Niela, kita tau luka lo masih belum sembuh total tapi lo harus bisa melupakan segalanya, jujur kita rindu sama lo yanh dulu" Kata Novi dengan tangisnya merasakan apa yang si rasa Niela.
Sakit? Itu yang di rasakan Niela sekarang, rasa untuk menghilangkan sebuah kenangan buruk tak bisa terlepaskan begitu saja, padahal Niela mencoba semak simal mungkin untuk menghilangkan kenangan buruk yang sedari dulu berkelana di dalam fikirannya.
"Gue pengin mati saja rasanya" Lirih Niela pelan namun mampu di dengar oleh Novi dan Devi.
"Lo gak boleh berkata seperti itu, ingat di sini masih ada kita yang ngebantu suport, ada mama dan papa lo yang masih menyayangi lo seutuhnya, ada banyak orang yang hidupnya masih bergantung pada lo" Kata Devi berusaha menenangkan hati Niela meski sebenarnya dirinya juga masih mengharapkan Niela kembali seperti yang semula
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!