Dentuman musik menjadi pengisi larutnya malam di sebuah night club. Namun, jika turun ke lantai bawah dengan kartu akses khusus setiap mata akan di manjakan dengan tubuh molek para wanita pengisi rumah bordil tersebut.
Ini lah sisi gelap dari night club yang begitu terkenal di kalangan para billionaire. Melepas rasa pusing dan lelah setelah seharian berkutat dengan berkas-berkas.
Prang!
Suara pecahan gelas yang terdengar begitu nyaring berhasil mengalihkan atensi para pelanggan yang tengah sibuk dengan kegiatan nya.
“Ma-maaf Tuan, sa--saya tidak sengaja”
Dengan tangan bergetar wanita itu mengambil tissue di kantong nya lalu mengelap sisa wine yang tumpah di baju seorang pria bertubuh tinggi di hadapan nya.
“Ma--maaf saya benar-benar minta maaf..”
Pria itu menatap sekitar dimana orang-orang yang tadi sempat memperhatikan nya kini kembali pada kegiatan nya. Tidak ada lagi yang memperhatikan mereka.
“Seperti ini kah sambutan kalian?” Ujar dingin pria itu menahan gerakan tangan wanita tersebut.
“Ma--maaf Tuan, saya benar-benar tidak sengaja”
“Ada apa ini?” Tanya seorang wanita bersanggul tinggi yang biasa di sapa Madam Gie.
Mata centil itu terus menyusuri penampilan serta pakaian yang di kenakan oleh pria yang saat ini tengah mencengkram lengan pelayan-nya.
“Tu-tuan sakit..” Rintih pelan Queen berusaha melepaskan lengan nya dari cengkraman pria itu.
Queen Agatha, itu lah nama wanita yang saat ini tengah meringis kesakitan. Akibat kecerobohan nya karena menabrak tubuh besar itu, kini dirinya harus merasakan cengkraman dari pria itu.
“Maaf sebelumnya, Tuan. Bisa tolong lepaskan pelayan saya?”
Pria itu pun lantas menghempaskan tangan Queen sekaligus mendorong nya. “Mengecewakan!” Ujar dingin pria itu.
Sedetik kemudian ia berbalik dan berniat meninggalkan tempat yang katanya dapat mengurangi rasa lelah. Tetapi, belum sempat melangkah tiba-tiba saja Madam Gie menerobos menahan langkah nya.
“Tuan?..” Dengan penuh tanda tanya Madam Gie menatap wajah tegas nan erotis itu, wajah yang baru pertama kali ia lihat di tempat nya.
“Oh astaga, kenapa anda tidak bilang. Mari saya antar ke tempat menyenangkan” Celoteh Madam Gie dengan nada menggodanya begitu melihat pria itu menunjukkan kartu berlogo bunga lavender.
“Saya berubah pikiran” Sahut pria itu, kembali melanjutkan langkah nya.
“Haish tuan!!” Pekik Madam Gie kelimpungan.
Seketika matanya tertuju pada Queen yang sedari tadi hanya diam dan menunduk. Lantas Madam Gie menarik tangan Queen hingga membuat wanita itu mengangkat pandangan nya.
“Cepat kejar pria itu dan bujuk, jika dia pergi kita akan rugi besar!!” Desak wanita bersanggul itu mendorong punggung Queen agar berjalan.
“Ta-tapi Madam--”
“Hanya membujuk, bukan melayani nya. Cepat!”
Tak berani melawan akhirnya dengan langkah tergesa-gesa namun sangat ragu, Queen pun mengedarkan pandangan nya mencari pria yang baru saja pergi akibat ulah nya.
“Tuan!” Panggil Queen menarik lengan pria yang hendak memasuki lift khusus.
Pria itu menghempaskan tangan Queen dan menatap nya tajam. “Saya sudah tidak berminat, dan jangan khawatir saya tidak akan meminta uang saya kembali karena pelayanan buruk ini!”
Queen menggeleng samar, matanya berkaca-kaca. Jika sampai pria di hadapan nya ini pergi, bisa di pastikan setelah ini Madam Gie akan menghukum nya.
“Tidak tuan, maafkan saya. Saya akan membersihkan kemeja anda tapi--”
“Siapa anda berani memerintah saya, nona?” Sela pria itu mendorong Queen hingga terbentuk dinding. Namun setelah nya pria itu langsung mengungkung nya.
Napas Queen tercekat saat mencium aroma mint dari mulut pria di hadapan nya. Parfum maskulin pria itu sangat menusuk hidung nya.
“Saya,, Saya tidak berani tuan. Ta--tapi izin kan kami melayani anda sebelum anda meninggalkan tempat ini”
Terdengar kekehan sinis dari pria itu. “Baiklah, tapi anda yang harus melayani saya, nona kecil!”
Mata Queen membola, kepalanya menggeleng cepat dan secepat kilat wanita itu langsung mendorong dada pria tersebut hingga membuatnya menggeram rendah.
“Sa-saya hanya mengantar minuman, untuk bagian itu akan ada o-orang lain” Gugup nya hendak meninggalkan pria tersebut.
Namun tiba-tiba saja pria itu menarik lengan nya dan membawanya masuk kembali ke tempat menjijikan itu.
Kedatangan kedua nya langsung disambut senyum lebar oleh Madam Gie yang sedari tadi menunggu dengan raut cemas karena akan kehilangan pelanggan istimewa nya.
“Anda memiliki keputusan yang sangat tepat tuan, mari saya--”
“Saya ingin dia!” Potong tegas pria itu.
Kepala Queen menggeleng, matanya berkaca-kaca meminta agar Madam Gie menolong nya lagi. Lagi? Yap sering kali para pelanggan meminta Queen yang melayani mereka.
Namun Madam Gie selalu mengalihkan nya dengan para wanita profesional serta kebanggaan rumah bordil mereka.
“Hello Madam..” Sapa genit seorang wanita berpakaian tipis nan begitu menerawang.
Menj*lat bibir nya sendiri dan menempeli gunung besarnya pada Madam Gie. Tentunya wanita itu berniat menggoda pria yang saat ini tengah memegang lengan Queen.
“Siapa ini Madam? Apa kah pelanggan baru?”
“Ini dia kebanggaan kami, dari pada bersama dengan Queen lebih baik tuan bersama dengan Karina. Dijamin Karina tidak akan mengecewakan tuan”
“Oh ayolah tuan..” Karina melepaskan rangkulan nya pada tubuh Madam Gie dan berjalan mendekati pria itu. “Aku akan memberikan servis terbaik ku” Lanjutnya menj*lat rahang pria itu.
Terlihat senyum menyeringai terbit di bibir pria itu membuat Karina dengan percaya dirinya langsung memeluk dan menempeli tubuh nya.
Tetapi yang terjadi Karina langsung dihempaskan begitu saja hingga membuang bunga kebanggaan rumah bordil itu meringis kesakitan.
“Saya ingin dia, atau tidak sama sekali!” Sentak pria itu.
“Tidak tuan, bukan seperti itu. Tapi usia Queen belum legal dan dia baru beberapa bulan di sini” Jelas Madam Gie pada akhirnya.
“Legal?” Pria itu terkekeh, namun kekehan nya terdengar menyeramkan. “Jika belum legal kenapa dia bisa masuk sini hah? Apa kau ingin membodohi ku?”
Madam Gie menggeleng cepat, memang nyatanya seperti itu. Walaupun tempat ini adalah tempat hina, tetapi Madam Gie tetap pada pendirian nya dimana para pelayan-nya tidak boleh melayani para pelanggan sebelum usia nya legal.
“Mengecewakan, kalian benar-benar mengecewakan!” Pria itu menghempaskan tangan Queen dan beralih menatap sekeliling.
“Barra Cargius Adam's, ingat itu namaku. Nama yang akan menjadi kematian tempat ini!”
Lutut Madam Gie melemas, bahkan tubuhnya luruh ke lantai. “Tuan..” Panggil Madam Gie.
Selama beberapa bulan berada di tempat ini, baru kali ini Queen melihat Madam Gie seperti ini. Sepertinya pria bernama Barra itu adalah orang penting.
“Baiklah, saya yang akan melayani anda!” Teriak Queen dengan mata tertutup dan tangan terkepal.
...****************...
“Sah!!”
Satu kata itu menjadi penghujung hidup seorang perempuan berusia sembilan belas tahun. Dengan derai air mata dan tangan bergetar Queen mulai memakaikan cincin pada jari manis seorang Barra Cargius Adam's.
Pria yang baru semalam ia temui, dan pagi ini di rumah besar pria itu dirinya sudah sah menjadi istri yang terikat dengan pernikahan sakral ini.
Tetapi lebih tepat nya pernikahan sirih yang hanya di hadiri dua orang saksi.
.
•Flashback On•
“Baiklah, saya yang akan melayani anda!”
Langkah kaki bara terhenti, bibir nya menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Sejauh ini, manusia mana yang mampu melawan dirinya dengan kekuasaan yang ia miliki.
“Queen!” Bentak Madam Gie.
Walaupun suara mereka saling beradu, namun tidak menganggu kegiatan para manusia-manusia yang saat ini tengah bergulat di sofa rumah bordil itu.
Madam Gie bangkit dan menarik Queen kebelakang tubuh nya. Menyembunyikan tubuh kecil itu kala Barra kembali mendekati mereka.
“Tidak tuan, Queen hanya bercanda dan untuk sebulan ke depan saya akan membebaskan layanan untuk anda sepuasnya tanpa membayar” Ucap cepat Madam Gie.
“Anda sedang menghina saya? Anda pikir saya tidak mampu membayar semua ini?”
Madam Gie menggeram dalam diam, saat ini wanita bersanggul itu tengah mengutuki kebodohan nya. Memaki dirinya karena ucapan bodohnya.
Barra menarik tangan Queen hingga tubuh wanita itu terbentur tubuh nya. “Saya akan membeli nya sepuluh kali lipat dari harga anda membeli nya!”
“Tidak Madam..” Lirih Queen yang sudah menangis sedari tadi. Kepalanya terus menggeleng mencoba melepaskan tangan Barra yang mencengkram bahu nya.
“Baiklah deal!”
“Madam!!”
“Maaf Queen, dari pada menolak tawaran besar ini demi mempertahankan pelayan seperti mu. Lebih baik Madam menerima nya dan anggap saja hutang Ayah mu lunas mulai saat ini”
Mata Queen memanas, kaki nya terasa lemas begitu mendengar penuturan wanita yang selama beberapa bulan ini selalu melindungi nya dari pria hidung belang.
Namun tetap menghukumnya jika Queen melakukan kesalahan. Tetapi Queen mengabaikan itu, karena jasa Madam Gie yang menyelamatkan hidupnya adalah part paling penting.
Barra mengeluarkan sebuah kartu debit tanpa batas, lantas melemparkan nya ke arah Madam Gie yang langsung disambut dengan senyum riang wanita itu.
“Jangan pernah ganggu dia lagi, sekarang wanita ini milik saya!”
Setelah mengucapkan hal tersebut Barra langsung menarik Queen keluar dari tempat itu. Mencoba memberontak namun yang Queen rasakan cengkraman pada lengan nya semakin kuat.
Brakk! Klikk!
Barra menutup begitu kuat pintu mobilnya yang langsung terkunci otomatis.
“Tidak, saya mohon buka pintu nya!!” Teriak Queen memukuli kaca mobil itu.
Sampai akhirnya Barra yang baru selesai bertelponan dengan seseorang pun kini nyusulnya masuk dan menarik lengan Queen.
“Aaww..”
“Ingat sekarang kau milik ku, dan kau harus menuruti ucapan ku!”
Queen menunduk takut, kepalanya menggeleng. Ia tidak mau bersama Barra lebih baik Queen tinggal di dalam tempat hina itu, dimana ia di jual oleh Ayah tirinya demi melunasi hutang.
“Le-lepaskan saya..” Gumam lirih Queen.
Barra terkekeh sinis. “Aku akan melepaskan mu begitu kau sudah melahirkan keturunan untuk ku!”
Deg!
Detik itu juga jantung Queen rasanya berhenti berdetak. Tubuh nya membeku dan napasnya terasa sesak. Apa yang sebenarnya Barra tuju? Dan kenapa harus dirinya?
“Bersiap lah untuk besok, karena kita akan menikah secara privat agar calon penerusku tidak di sebut anak haram”
Queen menggeleng, air matanya kembali menetes dan dengan sisa keberanian nya wanita itu memegang lengan Barra yang saat ini tengah memegang stir mobil.
“Saya mohon tuan, jangan saya.. Saya janji akan mengembalikan uang anda tetapi turunkan saya di sini hikss”
Barra hanya diam tidak merespon sedikit pun. Mobil sport milik nya melaju semakin cepat membelah padatnya jalan di ibu kota ini.
“Dengan adanya seorang anak sebagai penerus ku, kalian tidak akan bisa merebut harta ku. Dasar manusia rakus!” Batin Barra menatap tajam jalanan di depan nya
•Flashback Off•
.
“Jangan mencoba untuk kabur, aku tidak akan segan-segan mematahkan kaki mu” Ancam tegas Barra penuh penekanan.
Setelah mengucapkan hal itu, Barra langsung menutup pintu kamarnya begitu kuat menyisakan Queen yang kini menangis memegang dada nya yang terasa sesak.
“Jemput Queen Ma hikss.. Hidup seperti apa lagi yang harus Queen jalani hikss”
Di atas sofa itu, Queen meringkuk masih dengan menggunakan gaun sederhana serta riasan tipis nya. Meratapi kehidupan nya yang tak pernah manis sejak kepergian kedua orang tua.
“Ayah tidak menjaga Queen hikss.. Ayah menjual Queen dan Ayah menyiksa Queen hikss..”
Seorang remaja perempuan yang seharusnya sedang menikmati masa-masa kuliah dan bermain bersama teman seumuran nya itu. Kini hanya bisa menangis, menangis, dan menangis.
Tiada hari tanpa tangis setelah kepergian sang Mama. Penyiksaan yang Ayah tirinya lakukan sangat melukai mental remaja perempuan itu.
“Kapan Queen bahagia?” Tiga kata lirih itu menjadi penghujung tangis perempuan itu. Rasa sesak di dada nya membuat perempuan itu tidak sadarkan diri.
.
.
Dingin nya malam bersamaan dengan terpaan angin dari AC membuat Queen tersadar dan hal pertama yang ia lihat adalah kasur kosong dengan segala kehampaan nya.
Setelah meneguhkan hati nya lantas Queen bangun dan memasuki sebuah pintu yang ia duga adalah kamar mandi. Dan ternyata benar!
“Gapapa pakai gaun ini lagi. Queen gak bawa baju ganti” Ujar riang perempuan itu menyemangati dirinya.
Setelah selesai dengan urusan di kamar mandi, lantas Queen berjalan ke arah pintu kamar dan mulai keluar dengan langkah ragu.
Menengok ke segala arah namun Queen tidak mendapati seorang pun, hingga akhirnya perempuan itu berjalan ke satu, menuntun dirinya ke sebuah dapur.
“Masak aja kali 'ya? Queen juga lapar” Ragu nya menatap pintu kulkas yang berukuran sangat besar itu.
Akhirnya dengan penuh keputusan dan kebimbangan Queen pun mulai membuka pintu kulkas itu. Seketika mulutnya di buat menganga kala melihat kulkas tersebut hanya terisi beberapa telur.
“Huuft.. Bikin omelet aja deh” Gumam nya pasrah.
Queen pun mulai menyiapkan segala keperluan nya, entah itu alat memasak atau piring nya ia terus mencari dan membuka satu persatu rak tinggi itu.
“Ekhemm..” Deheman berat itu membuat Queen kaget. Alhasil kini tubuh perempuan yang berdiri di atas kursi itu menjadi oleng dan..
Brugh!!
Tubuhnya terjatuh di lantai dengan kepala yang mendarat lebih dulu.
“Kau berniat memaling piring-piring ku?” Ujar dingin Barra tanpa berniat membantu Queen untuk bangun.
“Tidak stthh..” Sahut pelan Queen di iringi rintihan nya.
“Bangun!”
Queen menggeleng dan hanya duduk sambil memeluk lututnya di lantai itu.
“Aku bilang bangun!” Ulang Barra.
“Lutut Queen sakit..” Gumam Queen bergetar takut.
Terdengar helaan napas berat dari Barra membuat Queen merinding. Namun tak lama setelah itu tiba-tiba tubuhnya melayang dan duduk di atas meja dapur itu.
“Merepotkan!” Dengus Barra mengangkat gaun Queen.
Namun belum sempat terangkat Queen menahan nya dan menggeleng cepat.
“Diam jallang kecil, kau terlalu merepotkan!” Desis geram Barra.
Bibir Queen bergetar, kepalanya kembali menunduk karena ucapan Barra yang melukai dirinya. Hingga perlahan Barra menaikkan gaun nya sebatas paha dan terlihat lah lutut nya yang memar.
“Queen bukan jallang..”
...****************...
“Queen bukan jallang..”
Alis Barra bertaut, kepalanya mendongak menatap ekspresi wajah perempuan yang tadi pagi ia nikahi. Terlihat kedua bibir tipis itu bergetar dan air mata nya terus menetes.
“Ck, jika bukan jallang lalu apa? Bit'ch?”
Queen menggeleng tak mampu mengeluarkan suara nya.
“Jangan bilang kau ingin mengaku bahwa kau seorang perempuan yang masih suci, begitu?”
Queen mengangguk membuat tawa Barra pecah detik itu juga. Namun tawa itu terdengar seperti ejekan.
“Perempuan mana yang tinggal di dalam sebuah rumah bordil dapat dikatakan masih suci? Yang mana coba tunjukkan pada ku haha”
Queen menunduk semakin dalam, tangan nya meremat kuat ujung gaun nya. Gaun yang tadi pagi dia pakai di acara sakral itu.
“Seharusnya kau bersyukur karena aku beli, jadi tidak perlu melayani pria haus itu” Timpal nya semakin menohok hati Queen.
“Queen juga tidak mau seperti ini hikss.. Ta-tapi Ayah yang menjual Queen ke tempat itu hikss” Ujar Queen dengan susah payah menahan isak tangisnya.
Hening. Barra tak lagi mengeluarkan suaranya, seharian ini sebenarnya pria itu sudah menyelidiki lebih dalam tentang kehidupan kelam seorang Queen Agatha.
“Aww.. Perih” Rintih Queen begitu Barra membersihkan goresan luka pada lututnya dengan alkohol.
Setelah selesai dengan kegiatan nya Queen pun turun dari meja dapur di bantu oleh Barra yang sedari tadi terus menatap nya.
“Bersihkan tubuh mu, setelah itu bersiap lah untuk malam ini” Ujar dingin Barra seraya berbalik dan hendak meninggalkan Queen.
Namun langkah pria itu terhenti begitu Queen menahan tangan nya. “Ja-jangan sekarang..” Lirih nya takut.
Barra hanya diam, tidak berbalik menatap nya. Hingga akhirnya Queen kembali mengeluarkan suaranya.
“Qu-queen masih sembilan belas tahun jadi--”
“Usia bukan lah sebuah alasan untuk melahirkan seorang anak, di tambah kau sudah berhalangan setiap bulan nya seperti perempuan lain”
Kaki Queen melemas, jantung nya berdebar begitu kuat kala dengan tegasnya Barra mengucapkan kata-kata itu dengan mata yang mengunci tatapan nya.
“Ta-tapi--”
“Semakin cepat kau melahirkan keturunan untuk ku, maka semakin cepat kau terbebas dan hidup sesuka mu di luaran sana”
Setelah mengucapkan itu, Barra pun langsung berlalu meninggalkan Queen. Rasa lapar di perut nya telah lenyap begitu saja di gantikan dengan rasa takut akibat perkataan Barra.
“Queen harus apa, Ma?” Gumam lirih Queen.
.
.
“Dimana anak sialan itu Madam? Bisa tolong panggilkan dia?” Ujar seorang pria paruh baya yang diambang setengah kesadaran nya.
“Tidak ada” Sahut singkat Madam Gie berniat meninggalkan pria itu.
“Oh ayolah cantik, aku kan membayar mu” Goda nga mencolek dagu Madam Gie.
“Berhenti menyiksa putri mu, Tomi!” Bentak Madam Gie yang tak bisa menahan kesabaran nya lagi.
“Ada apa dengan mu? Aku hanya ingin bertemu putri ku, upss maksud nya putri tiriku hahaha”
“Aku bilang tidak ada, tidak ada!”
Malas meladeni nya pria yang diketahui bernama Tomi Georgi itu, lantas Madam Gie pun langsung pergi membuat pria itu membanting botol alkohol di tangan nya.
“Sialan jangan menguasai putri ku, dia sumber penghasilan ku!” Teriak murka Tomi mencoba menerobos masuk.
“Tahan dia!” Titah tegas Madam Gie.
Kedua pria berpengawakan besar dan tinggi itu pun langsung menahan gerakan Tomi yang hendak menerobos masuk. Lalu dengan kasar nya kedua pria itu melempar tubuh Tomo keluar dari tempat itu.
“Arghh siall! Kembali kan putri ku!!” Erang nya marah.
“Putri mu sudah jadi bagian dari rumah bordil ini Tomi, jadi sadar lah dan berhenti menganggu nya!”
Blamm!
Pintu khusus itu di tutup begitu kasar oleh salah satu pria yang melempar tubuh Tomi itu. Membiarkan pria paruh baya yang sudah mabuk itu terus mengamuk.
.
Sedangkan di sisi lain, dengan langkah berat Queen keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang di baluk oleh handuk kimono.
Dibalik handuk kimono itu terdapat baju dinas yang bisa membangkitkan gairah siapa saja yang melihat nya. Di tambah tubuh putih dan mulus Queen sungguh menggoda.
“Kenapa masih di pakai?”
“Bi-bisa tidak Queen menggunakan baju lain? Ini terlalu tipis dan--”
“Lepas handuk itu, Queen Agatha”
Melihat tatapan mematikan dari Barra pria yang berstatus sebagai suami nya membuat nyali Queen menciut, perlahan dengan penuh keraguan yang terus menyerang dirinya Queen pun mulai melepas ikatan handuk kimono itu.
“Ukhukk.. Ukhukk..” Barra tersedak salivanya sendiri begitu melihat baju dinas yang ia berikan.
Pria itu sungguh tidak menyangka bahwa warna itu sangat cocok dengan tubuh ramping Queen. Rambut yang di cepol asal menambah kesan panas pada perempuan itu.
“Tuan tidak apa-apa?” Panik Queen seraya memberikan segelas air yang ada di nakas samping kasurnya.
Barra menerima dan meneguknya hingga habis tak tersisa. Mata nya tak berkedip menatap tubuh indah yang hanya di balut oleh kain tipis setipis iman pria itu.
“Tuan?” Panggil Queen masih dengan rasa panik nya.
Barra yang tersadar pun lantas mengalihkan pandangan nya dan berdehem beberapa kali, sebelum akhirnya pria itu berbaring dan menepuk kasur di sebelah nya.
Queen hanya terdiam, rasa takutnya kembali muncul dan perempuan itu berniat untuk mengambil handuk kimono nya kembali. Tetapi langkah nya terhenti begitu Barra menarik lengan nya.
“Awww..”
“Shitt!!”
Queen merintih kesakitan begitu kepalanya terbentur dada keras milik Barra, sedangkan Barra? Pria itu mendesis saat Queen jatuh tepat di atas adik nya.
“Tu-tuan..” Queen yang tersadar pun langsung bergeser dan menarik selimut menutupi tubuh nya. “Maaf Queen tidak seng--”
“Berhenti memanggil ku dengan embel-embel Tuan! Aku suami mu dan bersikap lah seperti seorang istri pada umum nya!” Potong kesal Barra.
“Tapi--”
“Apa? Umur?” Potong nya lagi. “Aku tidak peduli dengan umur, lagi pula kau bukan perempuan baik-baik yang aku nikahi dari keluarga terpandang!”
Lagi dan lagi, perkataan Barra menjadi pukulan keras untuk diri Queen. “Ternyata sehina ini seorang perempuan yang keluar dari rumah bordil” Gumam lirih Queen yang dapat di dengar oleh pria di hadapan nya.
Barra yang semakin kesal, lantas menarik kaki Queen hingga perempuan itu berbaring dan langsung mengungkung nya.
“Aku tau kau tidak sehina itu, maka dari itu lahirkan keturunan untuk ku dan kau akan hidup bebas bersama harta ku yang akan aku berikan sebagai imbalan nanti” Bisik Barra tepat di samping telinga Queen.
Selama beberapa saat pria berumur dua puluh
delapan tahun ini itu mengg*lum daun telinga Queen, lalu turun ke leher jenjang itu. Menyusuri dengan bibir tebal dan lidah panas nya.
Gerakan bibir nya terhenti begitu mendengar isak tangis dari sang pemilik tubuh, tentu hal itu membuat Barra menjadi geram lantas pria itu memukul kasur tepat disamping wajah Queen.
Bugh!
Bugh!
“Tidak hikss.. Mama tolong Queen hikss..!!” Jerit Queen ketakutan.
Tangan nya menutup kedua telinga nya, mata Queen terpejam begitu rapat dan tubuh nya bergetar begitu hebat.
“Hei, Queen..!”
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!